Anda di halaman 1dari 32

BLOK 1

BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN BELAJAR SEPANJANG


HAYAT
A. GAMBARAN UMUM BLOK
Mata kuliah : Berfikir Kritis dan Keterampilan Belajar Sepanjang Hayat
Kode mata kuliah : KGB 1301
Beban study : 3 sks
Semester : 1 (satu)
Waktu pertemuan : 8 kali tatap muka praktika dan diskusi PBL
4 kali tatap muka kuliah pakar
5 kali tatap muka kuliah tambahan
1 kali tatap muka ujian
PJMK Blok : Dr. Filia Dana Tyasingsih, drg. MKes

Blok Berfikir Kritis dan Keterampilan Belajar Sepanjang Hayat dilaksanakan pada
semester 1 (satu) Tahun Akademik baru. Blok ini merupakan suatu modul pembelajaran
dengan metode PBL melalui rangkaian kegiatan pembelajaran berbentuk kuliah interaktif
oleh pakar terkait, tutorial, diskusi online (e-forum), praktika penelusuran informasi melalui
internet di dalam kelas, penyelesaian tugas melalui email dan ujian akhir blok. Modul ini
mengintegrasikan antara pencapaian kompetensi keterampilan belajar berbasis bukti (EBL)
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi secara tepat guna dengan
pembentukan pola dasar belajar sepanjang hayat (penerapan dan afektif).

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mampu membuat kajian secara mandiri permasalahan bidang kedokteran gigi pada
pasien atau masyarakat berdasarkan skenario.
2. Mampu mengusulkan alternatif solusi yang inovatif permasalahan berdasarkan skenario
menggunakan pendekatan evidence-based dentistry yang dapat dipertanggungjawabkan
secara akademik.

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA
Blok Berfikir Kritis dan Keterampilan Belajar Sepanjang Hayat ditujukan bagi
mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri pada
semester 1 yang telah mendapat dasar-dasar (materi) pada jenjang pendidikan sebelumnya.
Blok ini dimaksudkan memberikan pengetahuan tentang bagaimana mahasiswa dapat
belajar mandiri dan berfikir kritis untuk memecahkan masalah yang diajukan melalui diskusi.

D. BAHAN KAJIAN TERINTEGRASI


1. Keterampilan belajar mandiri :
a. Learn how to learn
b. Deep learning
c. Speed reading
2. Berfikir kritis :
1
a. Scientific Thinking
b. Concept Mapping
3. Evidence – Based Learning (EBL) :
a. Referencing Literature
b. Web Appraisal
c. Information Appraisal
4. Evidence - Based Dentistry :
a. EBD Classification
b. EBD Clinical dan Population Research Implementation
5. Scientific Writing dan Presentation

E. TUJUAN UMUM BLOK


1. Mampu memahami dan memanfaatkan salah satu teori belajar untuk pengembangan
belajar selanjutnya
2. Mampu berfikir kritis dalam mengelola informasi ilmiah secara efektif, sistematis, dan
komprehensif
3. Mampu menggunakan teknologi ilmiah mutakhir untuk mencari, menilai, menapis dan
mengelola informasi yang sahih secara profesional dari berbagai sumber
4. Mampu menyusun dan menyajikan laporan secara lisan dan tertulis sesuai dengan
konsep, teori, dan kaidah penulisan ilmiah menggunakan bahasa Indonesia baku
5. Mampu menyusun pemecahan masalah berdasarkan prioritas menggunakan pendekatan
evidence-based dentistry dalam pengelolaan kesehatan gigi
6. Mampu bekerjasama secara integrasi dalam tim secara profesional, efektif, dan efisien

F. REFERENSI
1. Cantillon et al. (2003). ABC Learning and Teaching in Medicine. BMJ Books. London.
2. Schunks, D. (2012). Learning Theories. Pearson. USA

G. METODE : TUTORIAL SEVEN JUMPS METHODE


Tutorial Seven jumps meliputi :
1. Mengklarifikasi istilah atau konsep
2. Menetapkan permasalahan
3. Menganalisis masalah
4. Menarik kesimpulan dari langkah ke-3
5. Menetapkan Tujuan Belajar
6. Mengumpulkan informasi tambahan (belajar mandiri)
7. Mensintesis / menguji informasi baru

2
H. MATERI
1. Learn How To Learn
Proses belajar adalah proses alamiah dari setiap individu, akan tetapi tidak setiap
individu dapat me “manage” dirinya agar dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga
didapatkan hasil yang maksimal. Proses belajar sangat individual, artinya setiap orang
mempunyai cara belajar yang berbeda; akan tetapi proses belajar dapat dipelajari dan
dirubah sehingga didapatkan hasil yang lebih maksimal.
Ada beberapa strategi pembelajaran di antaranya :
1. Pembelajaran berbasis permasalahan
2. Pembelajaran meningkatkan kemampuan berfikir
3. Pembelajaran kooperatif
4. Pembelajaran konseptual
Competence Based :
1. Knowledge
2. Understanding
3. Skill
4. Value
5. Attitude
6. Interest
Conceptions of learning :
1. Quantitative increase in knowledge
2. Memorising
3. Retained
4. Making sense
5. Understanding reality

Dari berbagai sumber pembelajaran tersebut yang akan dibahas adalah


pembelajaran berbasis permasalahan (PBL). Di dalam PBL hasil belajar atau output yang
dituju lebih mendalam selain atittude, skill, dan knowledge, dibutuhkan output berupa
understanding dan interest. Output yang terakhir inilah yang menyebabkan di dalam PBL
dibutuhkan cara belajar yang berbeda sehingga harus belajar cara Learn How To Learn.

Untuk mendapatkan output berupa understanding dan interest, maka dibutuhkan


strategi yang efektif :
1. Hardwork,
3
2. Sistematically,
3. Independently,
4. Responsibility,
5. Confidence.

Sukses dalam belajar dipengaruhi oleh 3 faktor :


1. Lingkungan sekitar : orang tua, dosen, dan teman
2. Sarana belajar : perpustakaan, dan internet
3. Cara belajar (How to Learn) :
a. Know yourself
b. Manage your time and life
c. Improve your concentration
d. How to do it

2. Deep Learning
2.1 Pengertian Pembelajaran Model Deep Learning
Model pembelajaran ini bersifat dinamik, dimana keterkaitan antar pengetahuan
digunakan sepenuhnya untuk menunjang pemahaman. Mahasiswa diajak untuk
mengenal, memahami dan menerapkan pengetahuannya dalam penyelesaian
permasalahan dari sudut penyelesaian yang umum. Tumbuhnya pemahaman terhadap
materi yang diajarkan dimungkinkan melalui penggunaan konsep dan metode dalam
konteks dan domain yang berbeda-beda.
Dalam strategi pembelajaran PBL, mahasiswa berperan sebagai subyek bukan
obyek, sehingga strategi pembelajaran berbeda dengan pembelajaran konvensional,
karena pembelajaran berbasis pada permasalahan; maka rangkaian kegiatan
pembelajaran menekankan pada proses berfikir kritis dan analitis untuk menemukan
sendiri jawaban permasalahan yang diberikan, belajar tidak hanya sekedar proses
menghafal, tetapi merangkai beberapa teori atau fenomena untuk menemukan sendiri
tujuan belajar, meskipun dosen tetap berada sebagai fasilitator.

2.2 Langkah – langkah Pembelajaran Model Deep Learning


1. Fokus is on what is signified
2. Related previous knowlage to new knowledge
3. Related knowledge from different courses
4. Related theoretical ideas to everyday experience
5. Related and distiguises evidence and argument.

Deep learning dalam bidang medis dibutuhkan kemampuan spesifik yang


harus dicapai, yaitu :
1. Comunication
2. Problem solving
3. Applying knowledge and science
4. Patient Examination
5. Patient Management
6. Using the social and comunity context of health care
4
7. Reflection

2.3 Ciri-Ciri Pembelajaran Model Deep Learning


Pembelajaran dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.
1. Mempelajari pengetahuan-pengetahuan yang telah menjadi landasan terhadap
pengetahuan yang sedang dipelajari, serta pola umum pemecahan persoalan.
2. Melakukan evaluasi terhadap fakta-fakta yang tersedia dan dikaitkan dengan
kesimpulan terhadap materi yang sedang dipelajari
3. Melakukan pemeriksaan terhadap logika dan uraian tentang suatu materi belajar
secara rinci dan kritis
4. Menumbuhkan kesadaran dari dalam tentang tumbuhnya pemahaman selama
mengikuti pelajaran
5. Menumbuhkan keaktifan dalam mempelajari materi belajar

2.4 Aspek-Aspek Dalam Pembelajaran Model Deep Learning


Pendekatan dalam menggunakan model pembelajaran deep learning
1. Pendekatan dalam memahami pengetahuan yang diajarkan
2. Pendekatan dalam menerapkan suatu pengetahuan.
Kegunaan kedua pendekatan tersebut agar mahasiswa lebih memahami dan
menguasai secara rinci tentang suatu pengetahuan yang diajarkan dan penggunaan
pengetahuan tersebut untuk penyelesaian masalah dalam kehidupan praktis.
Dalam model pembelajaran deep learning harus diperhatikan aspek pengembangan
kognitif dan aspek penumbuhan rasa ingin tahu.
1. Aspek Pengembangan Kognitif
Pada pengembangan kognitif, berupaya untuk memadukan hal-hal pokok, kemudian
dituangkan dalam model materi belajar. Ada tiga aspek pengembangan kognitif :
a. Pengembangan kognitif yang terfokus pada pengembangan kemampuan berfikir
yang tidak terkait dengan keterampilan dan kebutuhan di bidang kerja.
b. Pengembangan kognitif yang merangsang mahasiswa untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya pada berbagai jenis
permasalahan.
c. Pengembangan kognitif yang dipadukan pada suatu kurikulum formal secara
terstruktur.

Ada beberapa metode pembelajaran untuk pengembangan kognitif :


1) Metode Pembelajaran Modelling
2) Metode Pembelajaran Coaching
3) Metode Pembelajaran Scaffolding
4) Metode Pembelajaran Articulating
5) Metode Pembelajaran Reflecting
6) Metode Pembelajaran Exploring

5
2. Aspek Pengembangan Rasa Ingin Tahu
Aspek penumbuhan rasa ingin tahu dalam pengembangan pengetahuan merupakan
prinsip pembelajaran bagi mahasiswa. Rasa ingin tahu seperti kemampuan
artikulasi, refleksi, dan berfikir kritis dapat dipelajari melalui pengamatan dan
pengalaman. Untuk itu mahasiswa Program Studi Sarjana Kedokteran Gigi
diwajibkan untuk studi lapangan dalam mata kuliah praktikum dan praktek kerja
dalam mata kuliah interenship. Selain itu, proses pembelajaran di kelas, buku materi
belajar, program computer atau situs dapat menunjang tumbuhnya rasa ingin tahu.
Kegiatan pembelajaran yang hanya bersifat memberikan informasi tentang materi
pelajaran atau menjawab keinginan mahasiswa tentang materi ujian atau
penggunaan multimedia, bukanlah upaya untuk menumbuhkan rasa ingin tahu,
merupakan kegiatan belajar yang memberikan penjelasan tentang :
1. Urgensi materi kuliah yang sedang dipelajari. Untuk apa dan mengapa itulah yang
menjadi perhatian mahasiswa.
2. Batasan atau asumsi-asumsi yang berlaku pada suatu materi yang dipelajari.
3. Bagaimana materi kuliah tersebut dapat meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan peserta kuliah.
4. Bagaimana kegunaan materi belajar tersebut dalam profesinya yang akan datang.

A SMALL TRUTH TO MAKE SUCCESS 100%


ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ
is equal to
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Hard Work =H+A+R+D+W+O+R+K = 8+1+18+4+23+15+18+11 = 98%
Knowledge = K+N+O+W+L+E+D+G+E = 11+14+15+23+12+5+4+7+5 = 96%
Love = L+O+V+E = 12+15+22+5 = 54%
Luck = L+U+C+K = 12+21+3+11 = 47%
(don't most of us think this is the most important ??? )
Then what makes 100% ?
Is it Money? ... NO ! ! !
MONEY = M+O+N+E+Y = 13+15+14+5+25 = 72%
Leadership ? ... NO ! ! !
LEADERSHIP = L+E+A+D+E+R+S+H+I+P = 12+5+1+4+5+18+19+9+16 =
89%
Every problem has a solution, only if we perhaps change our attitude.
3. Speed
ToReading
go to the top,to that 100%, what we really need to go further... a bit more...
ATTITUDE =A+T+T+I+T+U+D+E 1+20+20+9+20+21+4+5 = 100%
6
It is OUR ATTITUDE towards Life and Work that makes OUR Success 100
Reading (membaca) adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/bahasa tulis (Hodgson dalam Tarigan 1979:7). Reading (membaca) pada
hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekadar
melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psiko-linguistik, dan meta-
kognitif (Crawley dan Mountain dalam Rahim 2007:2). Reading (membaca) merupakan
salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk di dalam retorika seperti keterampilan
berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis) (Haryadi 2007:4).
Jadi, reading (membaca) merupakan kegiatan mengeja atau melafalkan tulisan
didahului oleh kegiatan melihat dan memahami tulisan. Kegiatan melihat dan memahami
merupakan suatu proses yang simultan untuk mengetahui pesan atau informasi yang
tertulis. Membutuhkan suatu proses yang menuntut pemahaman terhadap makna kata-kata
atau kalimat yang merupakan suatu kesatuan dalam pandangan sekilas.
Dengan rumusan yang berbeda, Blanton, dkk. serta Irwin yang dikutip oleh Burns
dkk. (1996) dalam Rahim (2007:11) menyebutkan tujuan reading (membaca) mencakup
:
1. Kesenangan,
2. Menyempurnakan membaca nyaring,
3. Menggunakan strategi tertentu,
4. Memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik,
5. Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui,
6. Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis,
7. Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi,
8. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari
suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari tentang struktur teks, dan
9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik

Effective Reading (membaca) / Proses pola dasar berfikir :


1. Recognition
2. Assimilation
3. Intra-integration
4. Extra-integration
5. Retention
6. Recall
7. Communication
a. Komunikasi tertulis
b. Komunikasi bicara
c. Komunikasi gambar
d. Komunikasi diri sendiri

3.1 Pengertian Speed Reading

7
Soedarso mengatakan “metode speed reading merupakan semacam latihan untuk
mengelola secara cepat proses penerimaan informasi”. Seseorang akan dituntut untuk
membedakan informasi yang diperlukan atau tidak. Informasi itu kemudian disimpan
dalam otak. Speed reading juga merupakan keterampilan yang harus dipelajari agar
mampu membaca lebih cepat sekaligus memahami semua yang terkandung di dalam
bacaan yang bersangkutan. Tidak ada orang yang dapat membaca cepat karena bakat,
maka harus dipahami bahwa membaca cepat bukanlah melulu cepat memecah kode dan
segera menyelesaikan sebuah buku. Speed Reading adalah bagaimana dapat membaca
dengan pemahaman yang lebih baik dalam waktu lebih cepat serta mengingatnya
dengan baik pula. Bersamaan dengan hal tersebut di atas Supriyadi (1995:127)
menyatakan “keterampilan membaca yang sesungguhnya bukan hanya sekedar
kemampuan menyuarakan lambang tertulis dengan sebaik-baiknya namun lebih jauh
adalah kemampuan memahami dari apa yang tertulis dengan tepat dan cepat”. Dengan
menggunakan teknik speed reading mahasiswa diharapkan dapat lebih efesien
menggunakan waktu dalam belajar. Data survey menunjukkan bahwa lima dari empat
puluh siswa yang telah mampu menggunakan pola speed reading dapat memahami
suatu bacaan dengan sama baiknya dengan siswa yang belum menguasai speed
reading. Dengan pola pelatihan yang kontinyu diharapkan mahasiswa dapat membaca
dengan kecepatan hingga 800 kata per menit tanpa menghilangkan makna bacaan.

3.2 Tujuan Speed Reading


1. Meningkatkan kecepatan kemampuan membaca
2. Meningkatkan konsentrasi dan memori
3. Mempersingkatkan waktu untuk membaca
4. Mengatur waktu

3.3 Fungsi Speed Reading


Depdikbud (2005:7) mengatakan: ada berbagai kegunaan yang terkandung dari
kemampuan Speed Reading, di antaranya adalah :
1. Membaca cepat menghemat waktu,
2. Membaca cepat menciptakan efesiensi,
3. Semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk melakukan hal-hal rutin, maka semakin
banyak waktu yang tersedia untuk mengerjakan hal penting lainnya,
4. Membaca cepat memiliki nilai yang menyenangkan / menghibur,
5. Membaca cepat memperluas cakrawala mental,
6. Membaca cepat membantu berbicara secara efektif,
7. Membaca cepat membantu dalam menghadapi ujian,
8. Membaca cepat meningkatkan pemahaman,
9. Membaca cepat menjamin untuk selalu mutakhir, dan
10.Membaca cepat dapat dikatakan sebagai tonikum mental.

3.4 Penghambat Speed Reading


8
Depdikbud (2005:26) mengemukakan, beberapa kebiasaan umum negatif yang biasa
terdapat pada pembaca yang umum ataupun pembaca yang lambat, hal itu antara lain :
1. Meneliti materi bacaan secara berlebihan dan melakukan sub-vokalisasi,
2. Tidak berusaha mengurangi gangguan waktu dan interupsi, dan
3. Membiarkan stress mengganggu disaat pembaca dihadapkan pada materi bacaan
yang terlampau banyak ataupun membiarkan adanya kesulitan fisik lainnya yang
berkaitan dengan membaca, seperti dyslexia.

3.5 Kebiasaan Positif yang Dapat Menunjang Peningkatan Speed Reading


Depdikbud (2005:26) mengemukakan bahwa “kebiasaan positif” yang harus
dikembangkan atau diperkuat dalam membaca antara lain :
1. Meningkatkan motivasi,
2. Meningkatkan konsentrasi,
3. Meningkatkan daya ingat dan daya panggil ulang,
4. Meningkatkan pemahaman.

3.6 Peningkatan Kemampuan Speed Reading


Kemampuan Speed Reading bukanlah kemampuan yang diperoleh melalui bakat,
karena “Speed Reading adalah sebuah keterampilan” (Nurhadi, 2004:26). Seirama
dengan itu Depdikbud (2005:5) menyatakan bahwa, Speed Reading adalah sebuah
keterampilan. Keberhasilan dalam menguasai teknik ini sangat bergantung pada sikap
diri sendiri, tingkat keseriusan, dan kesiapan untuk mencoba melatih teknik tersebut.
Untuk itu harus :
1. Berkeinginan untuk memperbaiki;
2. Merasa yakin akan dapat melakukan hal itu.

Berdasarkan pernyataan di atas maka usaha peningkatan kemampuan Speed


Reading membutuhkan serangkaian latihan secara bertahap yang dirancang untuk
menghilangkan kebiasaan negatif dalam membaca dan sekaligus menonjolkan positifnya.

Depdikbud (2005:26) mengungkapkan, ada beberapa upaya untuk meningkatkan


kemampuan Speed Reading seseorang. Beberapa upaya tersebut adalah :
1. Mengurangi sub-vokalisasi,
2. Mengurangi kebiasaan menunda dan interupsi,
3. Mengurangi stres,
4. Meningkatkan konsentrasi,
5. Meningkatkan daya ingat dan daya panggil ulang,
6. Menggunakan pola pemanggilan ulang.

Untuk meningkatkan kemampuan Speed Reading, diperlukan latihan dengan


menerapkan berbagai metode pendukung. Salah satu metode yang dapat mendukung
upaya ke arah peningkatan kemampuan Speed Reading adalah dengan menerapkan
metode speed reading.

3.7 Tips and Tricks for Speed Reading


9
1. Eye test done
2. Eye should move faster
3. Aware : 1st sentence paragraph contains summary
4. Block reading not word-by-word
5. Analyze  write summary
6. Sitting position

4. Critical R eading
4.1 Pengertian Critical Reading (Membaca Kritis)
Critical Reading (Membaca kritis) ialah kegiatan membaca dilakukan dengan
bijaksana, penuh tenggang rasa, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan ingin
mencari kesalahan penulis. Critical Reading berusaha memahami makna tersirat sebuah
bacaan. Dalam Critical Reading, pembaca mengolah bahan bacaan secara kritis. Critical
Reading adalah membaca yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang terdapat
dalam bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu. Pembaca tidak hanya
sekedar menyerap masalah yang ada, tetapi bersama-sama penulis berpikir tentang
masalah yang dibahas. Critical Reading berarti harus membaca secara analisis dan
dengan penilaian. Dalam Critical Reading pembaca harus terbuka terhadap gagasan
orang lain. Pembaca harus mengikuti pikiran penulis secara tepat, akurat, dan kritis.
Akurat artinya dalam hubungan relevansi, membedakan yang relevan dan yang tidak
relevan atau tidak benar. Kritis berarti menerima pikiran penulis dengan dasar yang baik,
logis, benar, atau menurut realitas, karena dalam Critical Reading membaca akan
menganalisis, membandingkan, dan menilai.

4.2 Sistem Critical Reading (Membaca Kritis)


1. Tentukan tujuan membaca dari materi yang dibutuhkan
2. Baca Introduction dan summary
3. Gunakan teknik Skimming dan Scanning
4. Baca/lihat sekilas tabel, grafik yang mendukung
5. Beri tanda pada bagian yang dianggap penting
6. Coba memvisualisasikan apa yang telah dibaca
7. Buat catatan terpisah/outline apa yang sudah dibaca
8. Gunakan teknik mapping untuk summarize
9. Kurangi reading fatigue dan tingkatkan konsentrasi
10. Intepretasi, analisa apa yang sudah dibaca
11. Gunakan hasil membaca dengan cara berlatih (practice)

4.3 Langkah – Langkah Critical Reading (Membaca kritis)


a. Sebelum membaca seluruhnya, baca, amati dan baca sekilas sebuah teks
b. Hubungan teks dengan konteks, misalnya konteks anatomi dan patologi
c. Buat pertanyaan tentang kandungan teks saat membaca
d. Refleksikan kandungan teks yang berhubungan dengan pendapat diri
e. Buat rangkaian kandungan teks dengan kata-kata sendiri

4.4 Teknik Critical Reading (Membaca kritis)


10
Menurut Sudarso (1988:72) ada 4 teknik yang dapat digunakan dalam Critical
Reading :
1. Mengerti Isi Bacaan
2. Menguji Sumber Penulis
3. Interaksi Antara Penulis dengan Pembaca
4. Terbuka Terhadap Gagasan Penulis

4.5 Kegiatan dalam Critical Reading (Membaca kritis)


Ada tiga kegiatan yang terdapat dalam membaca kritis :
1. Membaca dengan Berpikir
2. Membaca dengan Menganalisis
3. Membaca dengan Penilaian

5. Critical Thinking ( Berfikir kritis)


5.1 Pengertian Critical Thinking ( Berfikir kritis)
Berpikir kristis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan
pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berpikir kritis
menurut Schafersman, S.D. (1991) adalah berpikir yang benar dalam rangka mengetahui
secara relevan dan reliable tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir beralasan,
mencerminkan, bertanggung jawab, kemampuan berpikir, yang difokuskan pada
pengambilan keputusan terhadap apa yang diyakini atau yang harus dilakukan. Berpikir
kritis adalah berpikir mengajukan pertanyaan yang sesuai, mengumpulkan informasi yang
relevan, mengurutkan informasi secara efisien dan kreatif, menalar secara logis, hingga
sampai pada kesimpulan yang reliable dan terpercaya.

Critical Thinking ( Berfikir kritis) terdiri dari beberapa kemampuan :


1. Rationality
2. Self-awareness
3. Honesty
4. Discipline
5. Judgment
6. Open-mindedness

5.2 Ciri-ciri Critical Thinking ( Berfikir kritis)


1. Menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh
pertimbangan
2. Bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan
3. Dapat menelaah dan menganalisa sesuatu secara sistematis
4. Berani menyampaikan kebenaran meskipun berat dirasakan
5. Bersikap cermat, jujur dan ikhlas karena Allah, baik dalam mengerjakan pekerjaan
yang bertalian dengan agama Allah maupun dengan urusan duniawi
6. Kebencian terhadap suatu kaum, tidak mendorongnya untuk tidak berbuat jujur atau
tidak berlaku adil.
7. Adil dalam memberikan kesaksikan tanpa melihat siapa orangnya walaupun akan
merugikan diri sendiri, sahabat dan kerabat
11
8. Keadilan ditegakkan dalam segala hal karena keadilan menimbulkan ketentraman,
kemakmuran, dan kebahagiaan. Ketidakadilan hanya akan mengakibatkan hal yang
sebaliknya

5.3 Standar dalam Proses Critical Thinking ( Berfikir kritis)


Ennis (Arief Achmad, 2007) menyebutkan beberapa kriteria yang dapat dijadikan
standar dalam proses berpikir kritis, yaitu:
1. Clarity (Kejelasan)
2. Accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan).
3. Precision (ketepatan)
4. Relevance (relevansi, keterkaitan)
5. Depth (kedalaman)
6. Breadth (keluasaan)
7. Logic (logika)

5.4 Manfaat Critical Thinking (Berfikir kritis)


Dengan berpikir kritis maka seseorang:
1. Terhindar dari berbagai upaya penipuan, manipulasi, pembodohan, dan penyesatan.
2. Selalu fokus pada suatu hal yang sebenarnya.
3. Hidup dalam dunia nyata dari pada dunia fantasi.
4. Terhindar dari berbagai kesalahan, seperti membuang waktu, uang, dan melibatkan
emosi dalam kepercayaan atau ajaran atau dogma atau ideologi yang salah dan
menyesatkan.
5. Selalu terlibat dalam perziarahan kemanusiaan yang menarik dan menantang dalam
upaya memahami diri sendiri dan di dunia.
6. Selalu mampu memberikan sumbangsih kemanusiaan yang nyata dan bermanfaat
demi menemukan dan mengedepankan kebenaran yang didasarkan pada ilmu
pengetahuan dan akal sehat.
7. Mampu menyaring semua informasi yang diperoleh dari semua sumber.
8. Mampu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dalam hal menjelaskan dan
berargumentasi mengenai banyak topik/fenomena serta mampu meyakinkan orang
lain yang didasarkan pada akal sehat, kejujuran, dan kebijaksanaan.

Apakah saya berfikir kritis


1. Apakah saya menguatkan pendapat saya dengan bukti?
2. Apakah saya berusaha memahami?
3. Apakah saya mendengar dengan pikiran terbuka?
4. Apakah saya berani berbicara?
5. Apakah saya bersikap sopan santun?
6. Apakah saya minta klarifikasi dan elaborasi?
7. Apakah saya menerima informasi secara membabi buta?
8. Apakah saya terikat pada satu pendapat?
9. Apakah saya mengembangkan informasi yang diberikan / disampaikan?

6. S cientific W riting (Tulisan Ilmiah)


12
Critical aspect of the scientific process is the reporting a new result (articles) in
scientific journals in order to disseminate that information to the larger community of
scientist.
Salah satu tugas dan kewajiban ilmuwan (scientist) yang melakukan penelitian ialah
melaporkan hasil kegiatannya kepada masyarakat lingkungan yang mendukungnya.
Laporan itu harus ditulis selengkapnya secara jelas, tetapi singkat dan lugas untuk kemudian
diterbitkan (Rivai, 1995).

Ilmuwan Sejati Mengumumkan Hasil Penelitiannya


Secara Universal diakui bahwa setelah selesai melakukan penelitian yang berhasil,
seorang ilmuwan sejati secara tak tertahankan terdorong keinginan untuk mengumumkan
hasilnya. Demi keperluan kemajuan ilmu dan perekaman sejarah, tradisi selama ini
mengharuskan pengumuman tadi dilakukan melalui penerbitan ilmiah yang mapan
(Rivai,1995).

 DISSEMINATE
Communication of your result contributes to the pool of knowledge within your
discipline (and others) and very often provide information that helps others interpret their
own experimental result.
Indonesian Scientific Writing Type :
1. Skripsi, Tesis, Disertasi, Laporan Kerja Ilmiah (Telaah Pustaka, Praktek Kerja
Lapangan)
2. Artikel Ilmiah untuk diterbitkan dalam Jurnal Ilmiah

 ISI ARTIKEL / MAKALAH


Telaah Pustaka Berbasis Masalah / Kasus
– Judul
– Abstrak & Kata Kunci
– Bab I : Pendahuluan : permasalahan, tujuan
– Bab II : Tinjauan Pustaka
– Bab III : Kerangka teori konsep (conceptual mapping) dari hipotesis
13
– Bab IV : Diskusi/pembahasan
– Bab V : Simpulan dan saran

 COVER
Telaah Pustaka Berbasis Masalah/Kasus
Judul
Lambang Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Nama fakultas
Tahun pembuatan
Identitas Kelompok
Nama mahasiswa yang tergabung dalam satu kelompok
PRAKATA : Menyebutkan peran dari setiap mahasiswa
ABSTRAK : Merupakan ringkasan yang sangat efektif dan efisien, karena itu tidak boleh
melebihi 250 kata, dibuat dalam 1 (satu) alinea dan berisi Latar belakang (masalah),
Tujuan, Metode kajian masalah, Hasil Kajian Masalah dan Kesimpulan. Abstrak harus
dilengkapi dengan Kata Kunci (3-4 kata) sebagai pengarah untuk penelusuran sumber
belajar.
RESUME : Merupakan merupakan ringkasan yang lebih panjang dari ABSTRAK, terdiri
dari 2-3 halaman yang pada intinya memuat bagian yang sama dengan ABSTRAK.
Dalam Resume WAJIB dilengkapi dengan Kerangka Konsep (Conceptual Mapping).

Title should be equivalent with Hypothesis or Conclusion


“Three dimensional changes in maxillary complete dentures immersed in water for seven
days after polymerization”
Hypothesis:“Water molecules disrupt monomer and polymer linkage”
Conclusion:“Water molecules as a catalyst in polymerization” or“Water molecules disrupt
polymerization process in seven days”
For an article about a Rhamphorynchus specimen from Solnhofen, Germany.
“Flying reptile of the Jurassic”
What is the key words?
“Rhamphorhynchus” and ‘Solnhofen.”
What the title should be…..
14
“New Rhamphorhynchus DNA structures from Solnhofen, Germany”
Try to also make your title interesting
Contrast these two titles: “A plesiosaur skull” vs. “Complete plesiosaur skull from the
Niobrara Formation of Kansas.”
Which article would you most likely look at?
“Butterfly Fossils from Colorado” vs “Butterfly Fossil Showing Color Patterns.”
The more specific the information you give in the title, the more likely someone will read your
article.
Avoid long titles that are too ponderous to read: “A new ammonite specimen showing
iridescent color from the Trail City Member of the Fox Hills Formation, Corson County,
northern South Dakota, USA.”
Why not: “Iridescent Ammonite Shell from the Fox Hills of South Dakota”?

GOOD TITLE
1. Simple and concise, removing all unnecessary word (<12 words)
2. Avoid Abbreviations
3. Use slightly different phrasing/term as the abstract
4. Emphasis what’s new and important
5. Contains key words
6. Describes the content of the paper accurately
7. Usually omit the verb

Omit the following word(s)


1. Observation on …
2. Study on …
3. Investigation of …
4. An opening ‘A’, ‘An’, ‘The’

Contoh Judul Dalam Nature.Com


 Ethics, professionalism and fitness to practise: three concepts, not one.
British Dental Journal 207, 59 - 62 (2009) Published online: 25 July 2009 | doi:10.1038 /
sj.bdj.2009.606
 Saliva may be able to indicate obesity
British Dental Journal 207, 55 (2009) Published online: 25 July 2009 | doi:10.1038 /
sj.bdj.2009.617
 Tumor-infiltrating lymphocytes in colorectal cancers with microsatellite instability are
correlated with the number and spectrum of frameshift mutations
Modern Pathology advance online publication 5 June 2009; doi: 10.1038 / modpathol.
2009.80
 A small post-operative rise in serum creatinine predicts acute kidney injury in children
undergoing cardiac surgery
Kidney International advance online publication 29 July 2009; doi: 10.1038 / ki.2009.270
15
 Mitochondrial phylogeography of the European ground squirrel, Spermophilus citellus,
yields evidence on refugia for steppic taxa in the southern Balkans
Heredity (2009) 103, 129–135; doi:10.1038 / hdy.2009.41; published online 22 April 2009
 The chromosomal polymorphism of Drosophila subobscura: a microevolutionary weapon
to monitor global change
Heredity advance online publication 29 July 2009; doi: 10.1038 / hdy.2009.86
 CD4 downregulation by memory CD4+ T cells in vivo renders African green monkeys
resistant to progressive SIVagm infection
Nature Medicine 15, 879 - 885 (2009) Published online: 14 June 2009 | doi:10.1038 /
nm.1970
 T-cell clones persisting in the circulation after autologous hematopoietic SCT are
undetectable in the peripheral CD34+ selected graft
Bone Marrow Transplantation advance online publication 22 June 2009; doi: 10.1038 /
bmt.2009.139

In case we caught by the title, we need a resume of the paper


Abstract
1. Also called “summaries”
2. Most journals limit abstract to 200 words
3. Written in normal languages
4. Contain all the key words
5. Abstract will stand alone, so must be complete in itself.

The Abstract SHOULD NOT contain:


1. Lengthy background information,
2. References to other literature,
3. Abbreviations or terms that may be confusing to readers,
4. Any sort of illustration, figure, or table, or references to them.

ONE PARAGRAPH ABSTRACT


ABSTRACT
Diabetes mellitus is a metabolic disease caused by the lack of insulin in the human body.
This disease caused many various kind of complication, including in the oral cavity known as
toothache like pulpits. This study aimed to know the influence of blood glucose level toward
diabetes mellitus’s dental pulp nerve sensitivity. In this study was used the electric pulp tester
(EPT) equipment to measure the dental pulp nerve sensitivity on both groups of sample. The
statitical analysis shows that blood glucose level is effecting the diabetes mellitus’s dental pulp
nerve sensitivity (R2 = 0.327). The result of the study shows increasing of the dental pulp nerve
sensitivity on Blood Glucose Level 2 hour PP (2hPP) 150 mg/dl and reaches the peak level on
BGL 2hPP between 250 – 300 mg/dl, but on BGL 2hPP 350 mg/dl decreasing of dental pulp
16
nerve sensitivity is happened. From this study can be concluded that diabetes mellitus’s dental
pulp nerve sensitivity can be influence by the level of blood glucose in diabetes mellitus patient.
Key words : Blood glucose level, dental pulp nerve sensitivity

STRUCTURED ABSTRACT
1. ABSTRACT
BACKGROUND : Extrapulmonary Tuberculosis prevalence in New York City is still high in the
last decade (45-60%).
OBJECTIVE : To analyze the factors associated with survival in patients with pulmonary
and extrapulmonary tuberculosis in New York City
DESIGN : Observational study of a citywide cohort of tuberculosis cases. Setting- New
York City, April 1991, before the strengthening of its control program.
SUBJECTS : All 229 newly diagnosed cases of tuberculosis documented by culture in
April 1991. Most patients (74%) were male, and the median age was 37
years (range, 1-89 years). In all, 89% belonged to minority groups. Human
immunodeficiency virus (HIV) infection was present in 50% and multidrug
resistance in 7% of the cases. Twenty-one patients (9%) were not treated.
MAIN OUTCOME MEASURE : Follow up Information was collected through the city tuberculosis
registry; death from any cause was verified through the National Death
Index.
CONCLUSION : HIV and Poverty are the main cause of Extrapulmonary Tuberculosis in New
York.
Key words : Extrapulmonary Tuberculosis, survival, HIV

2. Key words
1. Vocabulary for cataloguing/indexing
2. Normally 3-6 items
3. Consider keywords contained in the title
4. Helps potential readers “find” your article in databases, i.e. different terminology for the
same concepts
5. Try to use NLM’s MeSH Terms
Medical Subject Heading
http:/www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=mesh

17
3. Bab I
Pendahuluan, rumusan masalah, tujuan
1. Background: Mengapa tulisan ini harus dibuat (scientifically)?
 Banyak informasi yang sudah tidak up to date
 Banyak Sumber Informasi yang tidak kompeten
 Mekanisme X belum dapat dijelaskan… dll
2. Rumusan Masalah: Learning issue yang harus dijawab
3. Tujuan : Menggambarkan, membuktikan, menjelaskan

4. Bab II
Tinjauan Pustaka
Tinjauan teoritis tentang kasus atau masalah yang sedang diteliti atau sedang dijelaskan,
selalu menjelaskan hubungan antar variabel yang bertujuan membuktikan sebab akibat suatu
peristiwa atau kasus (Mechanism of action).

5. Bab III
Kerangka teori / konsep (conceptual mapping) dari hipotesis. Penjelasan dari hipotesis
(pernyataan yang masih harus dibuktikan melalui penelitian)
Contoh Hipotesis: Flavonoid meningkatkan hormon insulin

6. Bab IV
Diskusi/pembahasan
Mendiskusikan tentang mechanism of action secara teoritis, kesamaan dengan penelitian
terdahulu atau pertentangan hasil penelitian. Menuju pada suatu kesimpulan ilmiah, yang dapat

18
berupa temuan baru, menyanggah temuan lama atau mengembangkan teori yang sudah ada.
Menempatkan posisi penelitian di antara penelitian lain di dunia

7. Bab V
Simpulan dan saran
Kalimat yang menyatakan hasil olah pikir: menganalisis hasil penelitian dan mensintesis
diskusi atau pembahasan

 DAFTAR SUMBER BELAJAR


Minimal 50 referensi (90% diambil dari internet, situs koran tidak diperkenankan sebagai
referensi ilmiah)

 Daftar jurnal ilmiah yang di Indonesia sebagian atau semua dapat diakses
secara gratis:
1. Annual Reviews Collection at NCBI BookShelf
2. ASM Journal
3. BioMed Central
4. Directory of Open Access Journals (DOAJ)
5. FindArticles.com
6. Frontiers in Bioscience (FBS)
7. Journal of Medical Internet Research (JMIR)
8. Journal of Experimental Medicine
9. Molecular Biology Today
10. Public Library of Science (PLoS)
11. PubMed Central (PMC)
12. OAIster
13. The Scientist
14. BioTechniques

 Daftar jurnal ilmiah yang di Indonesia biasanya diakses melalui pembayaran :


1. Annual Reviews of Genetics
2. Biochemical Journal
3. Biochemistry, molecular and cellular biology journals online
4. Blood
5. Cell
6. Current Biology
7. Development Cell
8. Expert Reviews in Mollecular Medicine
9. Functional & Integrative Genomics
10. Genomics Bibliography
11. Genome Research
12. Glycobiology
13. International Archives of Bioscience
14. Journal of Biological Chemistry
15. Journal of Cell Biology
16. Microbiology and Molecular Biology Reviews
17. Molecular and Cellular Biology
18. Molecular Cell
19. Nature Publishing Group Reference
19
20. New England Journal of Medicine
21. New Scientist
22. Nucleic Acid Research
23. Postgraduate Medicine
24. Protein Engineering
25. Science Magazine
26. Scientific American Magazine
27. Structure
28. The EMBO Journal
29. The Lancet
30. Trends & Current Opinion at BioMedNet
31. Wiley Interscience

 Evaluasi dokumen pada web:


1. AUTHORITY
Siapa ? Apa latar belakangnya?
Setiap orang dapat menulis dan mempublikasikan di web
2. CURRENCY
Perhatikan tanggal kapan terakhir diupdate
3. VALIDITY
Bacalah opini penulis apakah informasi sudah sesuai dengan judul dan tujuan. Jika
tujuannya adalah komersial, cari jurnal originalnya.
4. COMPREHENSIVENESS
Kadang-kadang dokumen yang ditampilkan sangat singkat, oleh karena itu bandingkan
dengan dokumen originalnya.
5. TARGET Audience
Bacalah secara seksama dokumen tersebut diarahkan pada pembaca professional,
sarjana, pelajar, anak-anak.
6. REFERENCES
Digunakan untuk backup dokumen, serta acuan lebih lanjut.

3.7 Concept Mapping / Konseptual Mapping


1. Concept Mapping / Konseptual Mapping / Kerangka Konsep
- Kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati
- Tidak dapat langsung diamati/diukur
- Hanya dapat diamati/diukur dengan variabel
- Variabel adalah simbol/lambang yang menunjukkan nilai konsep (bervariasi)
- Penjelasan sementara gejala yg menjadi obyek
- Berdasarkan teori-teori ilmiah
- Sintesa variabel dari teori yg ada yg telah didiskripsikan  dianalisis secara kritis dan
sistematis
- Peta pemikiran
- Diagram untuk mewakili kata, ide, tugas yg terhubung KE dan diatur di sekitar kata
kunci sentral

2. Fungsi Concept Mapping / Konseptual Mapping / Kerangka Konsep


1. Menghasilkan, memvisualisasikan, dan membantu penelitian, pengorganisasian,
pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan menulis

20
2. Membantu mengingat kenangan yang ada
3. Menyajikan gagasan lebih dalam
4. Mendorong pendekatan BRAIN STORMING untuk perencanaan dan
pengorganisasian
5. Membantu perumusan hipotesis melalui pengumpulan data
6. Memperjelas dan mempertajam ruang lingkup
7. Membantu membahas masalah

3. Teori Concept Mapping / Konseptual Mapping / Kerangka Konsep


1. Teori Deduktif
2. Teori Induktif
3. Teori Fungsional

4. Langkah-Langkah Menyusun Concept Mapping / Kerangka Konsep


1. Menetapkan variabel
2. Mencari sumber bacaan yg relevan
3. Memilih topik yg relevan
4. Mencari definisi variabel dan dibandingkan antar sumber, dipilih yg sesuai, dianalisa,
dan dirumuskan
5. Mulai ditengah, dengan gambar atau topik
6. Gunakan gambar, simbol, atau kode
7. Memilih kata kunci
8. Setiap gambar atau kata yang penting diberi tanda
9. Buat garis penghubung

 Hipotesis
- Jawaban sementara atas pertanyaan yg telah dirumuskan di pendahuluan
- Ditarik dari serangkaian fakta yg muncul sehubungan dengan hal yg telah dirumuskan
- Membimbing / mengarahkan dalam pengumpulan fakta

 Peran Hipotesis
1. Memberikan batasan / memperkecil jangkauan
2. Memfokuskan perhatian dalam rangka pengumpulan data
3. Panduan pengujian dan penyesuaian data – fakta
4. Membantu mengarahkan identifikasi masalah

 Ciri Hipotesis
1. Hanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan
2. Tumbuh dari ilmu pengetahuan yang ingin dibahas
3. Harus dapat diuji
4. Harus sederhana dan terbatas
Aku hidup karena berfikir
kualitas hidup ditentukan dari cara berfikir
Pemikiran kritis adalah pemikiran yg berdasarkan pada hal ilmiah bukan sekedar pemikiran
yg muncul dari emosional atau asumsi dan justifikasi jangan terjebak pada arus provokasi
yang memaksa untuk berfikir kritis.
Mahasiswa bukan pemuda tanpa visi, tanpa arah namun pemuda yg dibangun secara
intelektual.
21
 Penulisan Referensi/Pustaka
Pada penulisan ilmiah, diperlukan suatu literature darimana sumber informasi diperoleh.
Dengan mencantumkan literature maka penulis tersebut terbebas dari sebutan sebagai penjiplak
hasil karya orang lain atau mencegah adanya pengulangan penulisan dengan topik yang sama.
Ada dua metode penulisan literature, yaitu Harvard dan Vancouver. Penggunaan salah
satu metode penulisan harus diikuti sesuai dengan aturan penulisan ilmiah dimana naskah ilmiah
akan dipublikasikan.
Secara umum ada perbedaan cara penulisan literature sesuai dengan jenis literature yang
digunakan:
1. Jurnal institusi
Nama penulis, tahun publikasi, judul, nama jurnal, volume, nomor, halaman.
2. Buku
Nama penulis, tahun publikasi, judul buku, penerbit (nama dan lokasi geografis).
3. Bab pada buku
Nama penulis, tahun publikasi, judul bab, in: nama editor, judul buku, penerbit (nama dan
lokasi geografis).
4. Media
Nama penulis, judul, detail (tanggal dan nama media).
5. Akses internet
Nama penulis, judul, tanggal publikasi jika ada, alamat url dan kapan file terakhir diakses.

3.8 R eferrencing / L iterature


Optimalisasi Internet melalui Social Media Network dan Search Engine dalam
Mendukung Proses Pembelajaran
1. Internet
Perkembangan internet  Internet sebagai bentuk “Dunia” yang baru, tidak terikat
waktu, batas negara, aturan, dan jarak  Mengalami perkembangan yang sangat pesat
 Perkembangan di dunia bisnis, industri, pendidikan dan pergaulan sosial  Facebook
kini telah memiliki sekitar 200 juta pengguna dengan sekitar 2 juta penggunanya ada di
Indonesia.

 E-Learning
– Suatu jenis proses belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke
mahasiswa dengan menggunakan media Internet, Intranet atau media jaringan komputer
lain (Hartley, 2001).
– Proses pembelajaran menggunakan berbagai fasilitas yang terdapat dalam media
internet.
– Mempengaruhi berbagai faktor, yaitu :
a. Waktu
b. Jarak
c. Proses Komunikasi
d. Informasi

 Internet dalam pembelajaran


22
Kebebasan dalam “Dunia” baru Internet mempunyai dua sisi yang sangat tipis
perbedaannya  Media Internet sebagai pendukung untuk meningkatkan efektifitas dan
efisiensi proses pembelajaran atau malah menjadi penghancur nilai pembelajaran itu sendiri
(meningkatnya tingkat plagiator dan pembajakan)  Metode pembelajaran Konvensional
tatap muka masih sangat diperlukan, salah satunya terkait dengan soft skill.
Social media network (Media jejaring sosial)
1. Facebook (www.facebook.com)
2. Twitter (www.twitter.com)
3. Plurk (www.plurk.com)
4. Dan masih banyak lainnya
Search Engine (Mesin pencari)
1. Google, Yahoo, Altavista, dan sejenisnya (situs pencari)
2. Wikipedia, dan sejenisnya (ensiklopedia online)
3. 4shared, rapidshared, dan sejenisnya (“gudang” data online)
4. Youtube dan sejenisnya (aplikasi penyimpanan video online)

 Facebook
1. Situs jejaring sosial pertemanan yang bersifat terbuka dan terbatas.
2. Berperan sebagai “rumah” virtual dalam “komplek” virtual
3. Mempunyai berbagai aplikasi web yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
keperluan, diantaranya :
a. Events
b. Groups
c. Profile
d. Pages
e. Wall
4. Peran aplikasi, diantaranya sebagai berikut :
a. Melakukan seleksi teman atau grup
b. Aktifitas surat elektronik
c. Diskusi atau komunikasi perorangan atau kelompok
d. Undangan event
e. Upload link dan foto
f. Memberi kabar status aktifitas
5. Untuk proses pembelajaran, dapat dalam 2 bentuk :
a. Personal
b. Groups

23
c. Search Engine (google.com)

 Google.com
1. Situs pencari terpopuler saat ini dengan jangkauan pencarian yang paling luas
2. Kendala
a. Banyak pengguna mesin pencari yang kecewa terhadap hasil yang
didapatkan, tidak sesuai dengan yang diinginkan
b. Penggunaan yang kurang optimal

 Optimalisasi google.com
1. Pengolahan dan penggunaan keyword secara ulet dan tepat
24
a. Lebih spesifik akan lebih baik
b. Pemilihan dan penulisan kata atau kalimat yang tepat
2. Penggunaan dan perpaduan kode atau syntax secara tepat

 Basic Search
1. OR: Informasi mengandung salah satu dari kedua kata. [OR bukan or]. Dapat
menggunakan simbol (|). Contoh : sakit OR nyeri, sakit | nyeri
2. AND: Informasi mengandung kedua kata yang dicari. Dapat menggunakan salah satu
dari tiga alternatif berikut: gingival inflammation, gingival AND inflammation,
gingival+inflammation
3. NOT: Hasil pencarian mengandung kata yang di depan, tapi tidak yang dibelakang minus
(‐). Contoh : periodontal–gingiva
4. FRASA: Informasi mengandung frase yang dicari dengan menggunakan tanda (“…”).
Contoh: “dental management”
5. SINONIM (~): Kata beserta sinonimnya. Contoh : ~ treatment, akan menghasilkan:
treatment dan sinonimnya
6. ASTERIK (*): Karakter pengganti kata. Contoh : dental * treatment, hasil dapat berupa :
dental clinic management, dental treatment management, dan sejenisnya.
7. CASE INSENSITIVE: Tidak mempermasalahkan pemakaian jenis huruf . TOOTHACHE
atau toothache akan didapatkan hasil yang sama.
8. PENGABAIAN KATA: Google mengabaikan keyword berupa karakter dan kata tunggal
berikut: a, about, an, and, are, as, at, b, by, from, how, i , in, is, it, of, on, or, that, the,this,
to, we, what, when, where, which, with. Bila menghendaki pencarian kata tersebut, dapat
menggunakan karakter (+). Contoh : MKG edisi +1 (dianggap sebagai MKG edisi 1).

 Advanced Search
1. DEFINE: Mencari definisi. Contoh : define:pulp canal
2. LINK: Menampilkan daftar link yang mengarah ke sebuah situs.
Contoh : link:gigisehat.com, akan didapatkan daftar link yang mengarah ke situs
gigisehat.com.
3. RELATED: Menampilkan daftar situs yang mirip atau memiliki hubungan dengan suatu
situs.
Contoh : related: gigisehat.com
4. INFO: Menampilkan informasi tentang sebuah situs.
Contoh: info:gigisehat.com
5. SITE: Menampilkan pencarian khusus di suatu situs yang ditunjuk.
Contoh : site:gigisehat.com
6. ALLINURL: Menampilkan seluruh kata yang dicari di dalam URL.
Contoh : allinurl:sikat gigi, akan didapatkan daftar URL yang mengandung kata sikat dan
gigi. Allinurl ini tidak dapat digabungkan dengan operator (sintaks) lain.
7. INURL: Menampilkan satu kata yang dicari di dalam URL.

25
Contoh : inurl:ebook dental, akan didapatkan daftar URL yang mengandung kata ebook
dan isi halaman mengandung kata dental.
8. ALLINTITLE: Menampilkan seluruh kata yang dicari dalam TITLE halaman.
Contoh : allintitle:sikat gigi, akan didapatkan halaman yang memiliki title sakit gigi.
allintitle ini tidak dapat digabungkan dengan operator (sintaks) lain.
9. INTITLE: Menampilkan satu kata yang dicari dalam TITLE halaman.
Contoh : intitle:ebook dental, akan didapatkan halaman yang memiliki title ebook dan isi
halaman yang mengandung kata dental.
10. FILETYPE: Menampilkan suatu jenis (ekstensi) file tertentu. Jenis file yang bisa dicari
adalah: doc, rar, zip, xls, rtf, swf, ps, lwp, flv, ppt, pdf, mdb, txt, dsb.
Contoh : filetype:ppt akan didapatkan hasil pencarian berupa file .ppt yang mengandung
keyword root canal treatment

 Pencarian yang optimal


 Pencarian optimal dengan menggabungkan beberapa operator tingkat dasar dan
lanjut (Basic dan advanced search).
– intitle:caries filetype:pdf

2. LITERATUR

26
Menurut ALA Glosary of Library and Information Science (1983), Literatur adalah
bahan bacaan yang digunakan dalam berbagai aktivitas baik secara intelektual maupun
rekreasi.
Literatur dapat dikelompokkan menurut beberapa kategori, diantaranya :
a. Jenis literatur menurut lokasi penempatan koleksi dapat dibedakan menjadi
2, yaitu
1) Koleksi Umum
Koleksi umum terdiri atas buku untuk tingkat pembaca dewasa yang telah diolah
dan ditempatkan di rak terbuka. Sebagian besar koleksi umum merupakan
monograf dan judul dalam seri. Terbitan berseri yang bukan majalah dapat
dimasukkan di sini menjadi koleksi yang dapat dipinjam.
2) Koleksi referensi
Koleksi referensi atau koleksi rujukan, menghimpun informasi yang secara
langsung dapat menjawab pertanyaan. Misalnya, kamus, direktori, ensiklopedi,
buku pedoman, buku pegangan, dll. Selain itu koleksi referensi juga menghimpun
informasi yang merujuk kepada sumber informasi lain atau hanya menunjukkan
lokasi di mana informasi yang dicari dapat ditemukan. Misalnya, katalog,
bibliografi, dan lain - lain.

b. Jenis literatur menurut tingkat ketajaman analisisnya dapat dibagi 3


golongan, yaitu
1) Literatur primer
Literatur primer adalah karya tulisan asli yang memuat kajian mengenai sebuat
teori baru, atau penjelasan suatu gagasan dalam berbagai bidang.
2) Literatur sekunder
Literatur sekunder merupakan literatur yang berisi informasi mengenai literatur
primer.
3) Literatur tersier
Literatur tersier adalah literatur yang memuat informasi yang merupakan petunjuk
untuk memperoleh literatur sekunder.

c. Literatur menurut bentuknya dibagi 2, yaitu


1. Literatur berbentuk buku
2. Literatur berbentuk non buku
Literatur berformat non buku adalah sebagai berikut:
a). Piringan hitam
Piringan hitam biasanya pada umumnya memuat rekaman music, akan tetapi
piringan hitam dapat pula memuat hal-hal seperti pelajaran, cerita, dan
sebagainya. Piringan hitam banyak digunakan sebagai bahan perpustakaan
bagi tuna netra.
b) Pita rekaman
27
Pita rekaman dapat digunakan untuk merekam. Pita rekaman sudah jarang
digunakan sejak pita kaset yang lebih praktis umum digunakan orang.
c) Kaset
Kaset adalah bentuk pita rekaman yang praktis, bentuknya kecil sehingga
mudah dibawa. Kaset dapat digunakan untuk merekam musik, pelajaran,
cerita dan lain - lain.
d). Laser Disk
Laser disk digunakan untuk merekam suara maupun gambar.
e). Film
Film termasuk bahan perpustakaan yang mahal, baik harga maupun biaya
pemeliharaannya.
f). Filmstrip
g). Slide
h). Mikrofilm
Mikrofilm dapat merekam sampai sebesar 1 halaman surat kabar. Setiap rol
panjangnya 100 kaki dapat memuat 600 frame. Biasanya digunakan untuk
merekam surat kabar, buku ataupun naskah kuno.
i). Mikrofish
Mikrofis sistemnya sama dengan mikrofilm, akan tetapi bahan mikrofis
berupa lembaran sebesar kartu pos. Digunakan untuk merekam buku
maupun dokumen. Setiap lembar mikrofis dapat memuat 60 – 300 halaman.
j). Video
Video banyak digunakan karena sifatnya sama dengan film, akan tetapi
harganya jauh lebih murah.
k). Lukisan
Lukisan dapat pula dijadikan sebagai bahan perpustakaan.
l). CD (Compact Disk)
o CD
o VCD
o DVD
o CD-ROM
m). Internet dan lain – lain

3.9 Evidence Based Dentistry


1. Pengertian Evidence Based Dentistry
Evidence Based Dentistry adalah pendekatan dalam praktek klinik dokter gigi untuk
kepentingan dan kekuatan suatu bukti, serta pemanfaatan bukti mutakhir penelitian yang
sahih dalam pengobatan pasien (menurut Supriatno, drg,M. Kes.,ph,D).

2. Tujuan Evidence Based Dentistry


1. Mensintesis bukti terbaik dan memberikan dasar untuk pedoman praktek klinis

28
2. Membantu proses pengambilan keputusan klinik untuk kepentingan pencegahan
diagnosis terapeutik maupun rehabilitasi yang didasarkan pada bukti ilmiah terkini
yang terpercaya dan dapat dipertanggung jawabkan.
3. Untuk menemukan diagnosis pasti
4. Untuk menemukan apa terapi terbaru
5. Untuk mensurvey suatu cakupan yang luas tentang jurnal medis yang menerapkan
ukuran2 tegas untuk mutu dan kebenaran riset dalam mengembangkan kemampuan
berfikir kritis.
6. Untuk merencanakan pemeriksakan
7. Memungkinkan adanya penelitian yang berkualitas tinggi, lebih relevan dan
berorientasi ke klinis yang akan meningkatkan kualitas perawatan pada pasien dan
sebagai hasilnya diperoleh peningkatan reputasi profesi.
8. Untuk menentukan apakah suatu pengobatan sudah benar sesuai dengan hukum
9. Diharapkan akan didapatkan hasil yang optimal dlm pengobatan, kualitas dari
kehidupan serta perubahan dari kebiasaan dokter.

3. Manfaat Evidence Based Dentistry


1. Memperoleh studi penelitian kritis
2. Memperbaiki derajat kesehatan dan perawatan
3. Untuk memperoleh informasi yang sahih dan mutahir dalam mengobati pasien
4. Membantu dalam memilih artikel yang relefan yang mana artikel tersebut dipakai
sebagai pedoman pemutusan diagnosa bagi pasien
5. Terhindar dari kesalahan presepsi dalam berbagai aspek seperti diagnosis, terapi
atau prognosis.
6. Meningkatkan kualitas pelayanan dan out come klinis
7. Dapat mengintegrasikan kemampuan klinisnya dengan kemampuan pelacakan ,
bukti eksternal yang terbaik dan tersedia dari riset yang sistematis

4. Langkah-langkah Evidence Based Dentistry


1. Identifikasi dan formulasi masalah
1. Focus question : pertanyaan terarah
2. Relevance question : pertanyaan sesuai dengan masalah pasien seperti aspek
etiologi, diagnosis, terapi dan prognosis
3. Searchable question : pertanyaan yg dapat ditelusuri

2. Mencari atau menelusuri bukti :


1. Bibliografi data base / website bidang kesehatan : MEDLINE, Pubmed dan
EMBASE
2. EMBASE mencakup literatur bidang kedokteran dari 110 negara
3. MEDLINE mencakup lebih dari 3.900 jurnal kedokteran yg terbit di USA dan 70
negara
4. Pubmed : salah satu website bid. Kesehatan yg sebagian besar artikelnya dapat
diakses gratis

29
3. Kajian kritis terhadap bukti :
1. Desain metodologi : cara melakukan randomisasi untuk menentukan tingkat
validitas artikel
2. Menentukan besar sampel
3. Menilai hasil untuk menentukan artikel ini penting atau tidak
4. Menerapkan hasil kajian kritis kepada pasien dan evaluasi
1. Membandingkan secara komprehensif keadaan pasien dalam makalah dengan
pasien kita
2. Evaluasi, apakah artikel tersebut dapat diterapkan pada pasien kita (menurut
Supriatno, drg, M. Kes., Ph,D)

5. Integrasi sistematis penilaian klinis terhadap Evidence Based Dentistry


Tiga elemen integrasi
1. Research evidence : penelitian klinis yg mempunyai validitas tinggi, akurat, persisi

sempit (tak punya bias yang besar/standar deviasi), aman, baik aspek diagnostik,
terapi dan prognosis
2. Clinical expertise : kemampuan menggunakan ketrampilan dan pengalaman secara
cepat dan tepat u/ mengidentifikasi, mendiagnosis keadaan dan resiko pasien serta
harapan pasien
3. Patient values : kesatuan dari kecenderungan, perhatian dan pengharapan setiap
pasien pada suatu keadaan klinis tertentu

3.10 Evidence-Based Medicine In Dentistry


1. Mengapa muncul Evidence-Based Medicine
1. Hak Pasien: menerima informasi yang akurat (diagnosa, terapi dan prognosa) dan
mendapatkan terapi yang telah terbukti efektif.
2. Evidence-Based Medicine merupakan (Professional Knowledge Base).
3. Kebutuhan harian kita akan informasi yang valid tentang diagnosis, prognosis, terapi
dan pencegahan.
4. Ketidak cukupan sumber tradisional untuk informasi ini ( out of date, wrong expert,
ineffective)
5. Kesenjangan antara kemampuan diagnostik dan clinical judgement.

2. Kebutuhan Customers tentang Informasi Kesehatan / Kedokteran


Pasien : > 5 pertanyaan/pasien rawat inap, 2 dari 3 pasien rawat jalan bertanya
Mahasiswa: ???????????  Pertanyaan Background: (kajian epidemiologi)
1) Pertanyaan dasar (who, what, when, where, how, why)
2) Kelainan atau Beberapa aspek kelainan
- Pertanyaan Foreground: (kajian epidemiologi klinik)
- Pertanyaan spesifik tentang penanganan pasien dengan kelainan
(Pasien atau kasus, Intervensi, Perbandingan Intervensi, Hasil Perawatan Klinis)
30
- Tepatkah jawaban Dokter Gigi (klinikus) atau Dosen Kedokteran Gigi?
- Tepatkah tindakan medis Dokter gigi (klinikus)?

3. Sejarah Evidence-Based Medicine


Clinical Epidemiology  Reader’s guide to medical literatur  1980 : User’s
guide to medical literatur  1990 : Evidende-based clinical specialities  Evidende-
based clinical specialities  Evidence based medicine/Evidence-based Health
Care/Evidence-based Dental practice.
Dewasa ini di Indonesia :

Sumber acuan Dokter/dokter gigi: seminar, textbook, pendapat ahli, bahkan seringkali
hanya mengandalkan detailment dari pabrik obat.

4. Evidence-Based Medicine (EBM)


Adalah gabungan dari bukti penelitian terbaik (best research evidence), keahlian
klinis (clinical expertise) dan nilai-nilai pasien (patient values).
a. Best research evidence
b. Clinical expertise
c. Patient values
5. Syarat Evidence-Based Medicine
1. Valid (Rancangan Penelitian)
2. Penting/Relevan
Sesuai dan dapat diterapkan pada pasien.

BLOK 1
BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN BELAJAR
SEPANJANG HAYAT

31
Tim Tutor :
1. Sri Basuki Kusumaningsih, drg. MKes
2. Dr. Filia Dana Tyasingsih, drg. MKes
3. Richa Rochmani, drg. MM
4. Annisa Ramadhani, drg. MMRS
5. Yanuar Kristanto, drg. MImun
6. Yolanda Kartika, drg
7. Yeni Puspitasari, drg

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BAKTI WIYATA
KEDIRI
2018

32

Anda mungkin juga menyukai