Disusun Oleh :
Kelompok 5
Risnani Naovalia 180341663062
Choirus Zakinah 180341863014
Putri Fitria Sartika 180341863051
Ali Mustofa 180341863024
II. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menentukan ada atau tidak adanya kapsula bakteri
2. Mahasiswa mampu mengamati kapsula bakteri
Menyediakan kaca benda bersih, lalu lewatkan di atas nyala api lampu spiritus.
Menginokulasi bakteri yang akan diperiksa diatas tetesan aquades secara aseptik
Melakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan tersebut diatas nyala api
lampu spiritus dengan cepat
Meneteskan larutan kristal violet diatas sediaan dan menunggu selama 1 menit
Menjepit kaca benda sediaan dengan pinset (kedudukan tetap diatas mangkuk
pewarna)
Gambar: Kapsul A
Gambar: Kapsul B
VII. ANALISIS DATA
Pada praktikum ini kami menggunakan metode pewarnaan langsung atau
pewarnaan positif yang menggunakan reagen larutan kristal violet 0,5 % dan
larutan CuSO4,5H2O 0,20 %. Setelah melakukan peraktikum didapatkan data
yaitu pada koloni bakteri A dan B setelah dilakukan pengamatan ternyata
memiliki warna sel vegetatif ungu tua dan tidak ditemukan kapsula.
Hasil pewarnaan kapsula pada koloni bakteri pertama dan koloni bakteri
kedua tidak nampak warna kapsulnya dimungkinkan pada saat pewarnaan
pemberian reagen kristal ungu violet kurang meresap ke dalam sel bakteri
karena memang kapsula pada bakteri sulit diwarnai karena adaya afinitas ( daya
serap) terhadap cat atau reagen sangat kecil hal lain yang dapat juga menjadi
penyebabnya adalah pada saat membilas dengan larutan CuSO4,5H2O 0,20 %
kurang bersih atau bahan yang sudah terlalu lama. sehingga kurang optimal
dalam hasil peraktikum.
VIII. PEMBAHASAN
Kegiatan praktikum kali ini adalah mengamati kapsul bakteri menggunakan
pewarnaaan langsung atau pewarnaan positif menggunakan pewarna kristal violet
dan CuSO4.5H2O. Pewarnaan kapsul pada bakteri ada dua jenis, namun dalam
praktikum ini hanya dilakukan satu jenis pewarnaan yakni pewarnaan langsung atau
pewarnaan positif. Pada dasarnya, sel bakteri berwarna bening atau transparan
sehingga perlu adanya pewarnaan untuk dapat mengamati sel bakteri menggunakan
mikroskop. Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri
dengan mikroskop. Hal ini didukung oleh pendapat Hastuti (2002), menyatakan
bahwa tanpa adanya pewarnaan, kapsul bakteri sangat sukar diamati dengan
mikroskop cahaya biasa karena tidak berwarna.
Hastuti (2008) menambahkan ada 2 jenis pewarnaan bakteri yaitu : 1)
Pewarnaan langsung adalah pewarnaan yang dilakukan dengan memfiksasi bakteri
yang diamati. Pada pewarnaan ini ada dua zat warna yang digunakan yaitu kristal
violet yang berfungsi untuk mewarnai sel vegetatif bakteri dan CuSO4 5H2O
berfungsi untuk mendeteksi adanya kapsula. Apabila disekeliling sel bakteri
berwarna biru atau ungu terdapat bayangan biru muda berarti sel bakteri tersebut
mempunyai kapsula. 2) Pewarnaan tak langsung adalah pewarnaan yang dilakukan
dengan tidak memfiksasi terlebih dahulu terhadap koloni bakteri yang diamati. Pada
pewarnaan ini digunakan zat warna yaitu tinta cina. Apabila mikroorganisme
kelihatan transparan (tembus pandang) dan nampak jelas diantara medan yang
gelap berarti sel bakteri tersebut tidak mengandung kapsula.
Berdasarkan data pengamatan dan analisis data diketahui bahwa setelah
dilakukan pewarnaan secara langsung atau pewarnaan positif pada koloni bakteri A
menggunakan perbesaran 1000X terlihat adnya sel vegetatif bakteri berbentuk
kokus atau bulat berwarna ungu. Sedangkan pada koloni B menggunakan
perbesaran 1000X terlihat koloni berbentuk basil berwarna ungu. Warna ungu
berasal dari warna kristal violet yang digunakan sebagai pewarna sel bakteri pada
pewarnaan positif untuk dapat melihat sel vegetatif bakteri.
Ukuran kapsula sangat dipengaruhi oleh medium tempat ditumbuhkannya
bakteri tersebut. Pada beberapa kejadian tebalnya kapsula hanya satu per sekian
diameter selnya, namun dalam kasus-kasus lainya ukuran kapsula jauh lebih besar
daripada diameter selnya. Lapisan kapsul cukup tebal sehingga sulit diwarnai, oleh
karena itu diperlukan suatu pewarnaan khusus. Salah satu cara pewarnaan kapsula
menurut Raebiger yaitu dengan menggunakan pewarna larutan formol-gentian
violet Raebiger atau kristal violet. Satu lagi cara untuk perwarnaan kapsula bakteri
adalah dengan pewarnaan negatif (pewarnaan tidak langsung ). Pada pewarnaan
negatif latarbelakangnya diwarnai zat warna negatif sedangkan bakterinya diwarnai
dengan zat warna basa. Kapsula tidak menyerap warna sehingga terlihat lapisan
terang yang tembus dengan latar belakang yang berwarna (Waluyo, Lud: 2007).
Menururt Djaenuri dan Iskandar (2006), Salah satu cara pewarnaan kapsula
menurut Raebiger yaitu dengan menggunakan pewarna larutan formol-gentian
violet Raebiger atau kristal violet. Satu lagi cara untuk perwarnaan kapsula bakteri
adalah dengan pewarnaan negatif (pewarnaan tidak langsung ). Pada pewarnaan
negatif latarbelakangnya diwarnai zat warna negatif sedangkan bakterinya diwarnai
dengan zat warna basa. Kapsula tidak menyerap warna sehingga terlihat lapisan
terang yang tembus dengan latar belakang yang berwarna.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen
selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen.
Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler
maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan
pewarna asam dan pewarna basa. Pewarnaan basa bisa terjadi bila senyawa pewarna
bersifat positif, sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri jadi
terwarna dan terlihat. Contoh dari pewarna basa misalnya metilin biru, kristal
violet, safranin dan lain-lain (Rizki, 2008).
Namun, pada kedua koloni tersebut tidak terlihat adanya kapsul.
Kebaradaan kapsul pada bakteri ditandai dengan adanya bayangan berwarna biru
muda yang tak lain bayangan berwarna biru muda tersebut merupakan kapsula. Hal
ini dapat dimungkinkan karena proses fiksasi yang kurang lama atau jenis bakteri
yang diamati bersifat non virulen yang ditandai dengan tidak ada kapsul pada
bakteri tersebut karena salah satu fungsi kapsula adalah sebagai antifagosit
sehingga kapsul memberikan sifat virulen. Menurut Volk dan Wheeler (1988),
kapsula melindungi bakteri dari fagosit oleh sel-sel yang berperan dalam imunitas
(seperti leukosit, limfosit dan sel mast). Apabila bakteri ini tidak bisa difagosit oleh
sel-sel tersebut, maka bakteri akan bersifat virulen dan mempunyai kemampuan
meyebabkan penyakit.
Fiksasi juga memainkan peran penting dalam proses pewarnaan seperti
pendapat Lay (1994) menyatakan bahwa fiksasi ini dilakukan sebelum pewarnaan
yang bertujuan untuk Merekatkan sel mikroba pada gelas objek, membunuh
mikroorganisme secara cepat dengan tidak menyebabkan perbahan-perubahan
bentuk dan strukturnya, mengubah afinitas (daya ikat) zat warna,membuat sel-sel
mikroba lebih kuat (keras), melepaskan granuler (butiran) protein menjadi gugu
reaktif NH3+ yang akan bereaksi dengan gugus –OH dari zat warna, mencegah
otolisis sel, yaitu pecahnya sel yang disebabkan olehenzim-enzim yang
dikandungnya sendiri, dan mempertinggi sifat reaktif gugus-gugus tertentu
(karboksil amino primer dan sulfhidril).
Dalam Dwidjoseputro (1978) dijelakan bahwa kapsula merupakan lapiasan
lendir yang cukup tebal yang menyelubungi dinding sel seluruhnya. Lendir ini tidak
mudah menghisap zat warna. Hanya dengan pewarnaan yang khusus, lapisan lendir
itu dapat diperlihatkan. Kapsula lendir ini tidak berwarna, sehingga perlu dilakukan
pewarnaan khusus agar dapat diamati di bawah mikroskop (Hastuti. 2012).
Lapisan lendir (kapsula) tersebut terdiri atas karbohidrat. Pada beberapa
spesies tertentu, lendir itu juga mengandung unsur N atau P. Lendir ini bukan
merupakan bagian yang integral dari sel melainkan hasil dari pertukaran zat. Lendir
memberikan perlindungan terhadap kekeringan, seakan- akan merupakan suatu
‘benteng’ untuk bertahan.bolehlah dipastikan bahwa kebanyakan bakteri memiliki
kapsula ini termasuk golongan bakteri yang ganas (virulent) (Dwidjoseputro, 1978).
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat dikatakan bahwa koloni bakteri A
dan B tidak berkapsul. Hal ini ditandai dengan tidak adanya warna biru muda yang
menyelubungi sel bakteri yang berwarna ungu. Tidak terbentuknya warna biru
muda disekeliling sel bakteri dapat diketahui bahwa tidak ada yang menyerap
CuSO4.5H2O, seperti yang kita ketahui yang dapat menyerap CuSO4.5H2O adalah
kapsul. Menurut Tarigan (1988), fungsi kapsul adalah melindungi tubuh dari
kekeringan sementara dengan mengikat molekul-molekul air, dapat memblok
perlekatan bakteriofag, serta sebagai anti fagositosik. Selanjutnya Hastuti (2002)
menjelaskan bahwa pada beberapa jenis bakteri, adanya kapsula ini menunjukkan
sifat virulen.
IX. KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu:
1. Pada praktikum pengamatan kapsul bakteri ini hanya ditemukan sel vegetatif
bakterinya saja tanpa adanya kapsul. Hal ini dapat mengindikasikan bahwa
bakteri yang diamati bersifat non virulen.
2. Pengamatan kapsul bakteri pada praktikum ini menggunakan pewarnaan
langsung atau positif. Jenis pewarna yang digunakan ialah larutan kristal violet
dan CuSO4.5H2O.
X. DISKUSI
1. Apakah fungsi kapsula bagi bakteri?
Jawaban:
a. Melindungi bakteri dari kekeringan
b. Sebagai antifagosit sehingga kapsul memberikan sifat virulen
c. Sebagai cadangan makanan bagi bakteri
d. Melindungi sel bakteri dari lingkungan yang kurang menguntungkan.
e. Melindungi sel bakteri agar dari penelanan oleh sel fagosit inang
2. Bagaimanakah perbedaan reaksi sel bakteri antara pewarnaan positif dan
negatif pada pewarnaan kapsula? Jelaskan berdasarkan afinitas sel bakteri
terhadap zat warna yang diberikan.
Jawaban:
Perbedaannya yaitu adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri
dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan
ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada
pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna
asam dan pewarna basa. Pewarna asam dapat tejadi karena bila senyawa
pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral dinding sel
bakteri cenderung bermuatan negatif, sehinggampewarna asam yang
bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna.
Pewarna asam ini disebut pewarna negatif. Contoh pewarna asam misalnya
: tinta cina. Pewarnaan basa bisa terjadi bila senyawa pewarna bersifat
positif, sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri jadi
terwarna dan terlihat. Contoh dari pewarna basa misalnya kristal violet.
DAFTAR PUSTAKA
Darkuni, Noviar. 2001. Mikrobiologi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Dwijoseputro, D. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: PT. Djambatan.
Hadioetomo, Ratna Siri. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalan Praktek . Jakarta:
PT.Gramedia
Hastuti, Sri Utami. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang : UM
Hastuti, Sri Utami. 2012. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM Press
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo
Persada.
Rizki. 2008. Pewarnaan. http://materikuliahpewarnaan.html. Diakses tanggal 20
September 2018.
Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: DIRJEN DIKTI Proyek
Pengembangan LPTK
Volk & Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga
Waluyo, lud. 2004. Mikrobiologi Umum.Malang : UMM Press