Anda di halaman 1dari 8

Panoftalmitis adalah peradangan supuratif intraokular yang melibatkan rongga mata hingga

lapisan luar bola mata, kapsul tenon dan jaringan bola mata. Panoftalmitis memerlukan
penanganan yang tepat dan cepat karena merupakan infeksi mata yang paling serius mengancam
penglihatan.
Pada kebanyakan kasus kedua mata terkena. Tidak ada perbedaan distribusi pada pria dan wanita.
Panoftalmitis terjadi dapat didahului dengan endoftalmitis disertai dengan proses peradangan yang
mengenai ketiga lapisan mata (retina, koroid, dan sclera) dan badan kaca. Disamping itu dapat pula
oleh karena suatu uveitis septik yang lebih hebat dan akibat tukak kornea perforasi. Karena ini
suatu keadaan septis maka ada gejala-gejala seperti: demam, menggigil, muntah-muntah, dan
sebagainya.

DEFINISI
Panoftalmitis merupakan peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul Tenon
sehingga bola mata merupakan rongga abses. Infeksi kedalam bola mata dapat melalui peredaran
darah (endogen) atau perforasi bola mata (eksogen), dan akibat tukak kornea perforasi.

ETIOLOGI
Panoftalmitis biasanya disebabkan oleh masuknya organisme piogenik kedalam mata
melalui luka pada kornea yang terjadi secara kebetulan atau akibat operasi atau mengikuti perforasi
suatu ulkus kornea. Sebagian kecil, kemungkinan akibat metastasis alamiah dan terjadi dalam
kondisi seperti pyaemia, meningitis atau septikaemia purpural.
Pneumococcus adalah organisme yang paling sering menyebabkan panoftalmitis,
disamping Streptococcus, Staphylococcus dan E.coli. Selain itu jamur (seperti Candida albicans,
Histoplasma, Cryptococcus, dll), parasit (seperti Toxoplasma, Toxocara, dll), serta virus (sepert
CMV, HIV, dll) juga dapat menyebabkan terjadinya panoftalmitis.

PATOGENESIS
Pada kasus endoftalmitis atau peradangan supuratif isi bola mata gejalanya ialah terdapat
nanah, palpebra bengkak, mata masih dapat digerakkan bila pus keluar karena perforasi, panas
turun, tidak gelisah lagi, tetapi tensi mata menurun, jaringan kisut/mengkerut, kemudian menjadi
ptisis bulbi. Terjadinya endoftalmitis biasanya karena infeksi eksogen, misalnya pascabedah
intraocular (terutama ekstraksi katarak), trauma tembus, atau tukak kornea yang mengalami
perforasi.
Trauma penetrasi, maka korpus vitreum merupakan bagian yang pertama kali terkena dan
kemudian bagian lain seperti uvea dan retina juga ikut terkena. Sedangkan bila pada kasus
metastasis peradangan dimulai dengan emboli septik pada arteri retina dan atau arteri choroid.
Keadaan ini biasanya mengenai kedua mata.
Bila pada kasus perforasi ulkus kornea atau mengikuti infeksi pasca bedah intra-ocular,
peradangan dimulai dengan iridocyclitis dan jika infeksi tidak terlalu virulent, dapat dikontrol
dengan pengobatan sedini mungkin. Tapi jika kuman terlalu virulent, peradangan purulen
berangsur-angsur menyebar ke bagian uvea posterior dan mengenai seluruh jaringan uvea dan
retina, akhirnya terjadi pembentukan pus atau nanah dalam bola mata meskipun diobati.
Infeksi endogen biasanya hematogen dan merupakan penyulit bakteremia atau septicemia.
Sangat jarang terjadi invasi infeksi orbita ke dalam bola mata yang bersifat langsung.

Akibat Bakteri
Bila panoftalmitis akibat bakteri maka perjalanan penyakit cepat dan berat.
Pseudomonas
Bakteri batang gram negatif, bergerak, aerob; beberapa diantaranya menghasilkan pigmen yang
larut dalam air. Tipe ganas, merupakan patogen utama bagi manusia. Bisa menghancurkan semua
bagian termasuk kornea; sekret purulen, berupa nanah biru kehijauan; mempunyai zat proteolitik
yang dapat menghancurkan fibrin; banyak sel-sel yang mati, terutama leukosit, dan jaringan
nekrosis.
Staphylococcus
Adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam rangkaian tak beraturan
separti anggur. Mampu menghasilkan substansi (eksotoksin, leukosidin, koagulase, dan
enterotoksin), substansi ini meningkatkan kemampuannya untuk berlipat ganda dan menyebar
secara luas ke dalam jaringan. Sekret mucopurulen (kental berwarna kuning, elastis). Permukaan
Stafilokok ditutupi dengan substansi yang dinamakan protein A, yang menghambat fagositosis.
Bakteri stafilokok yang telah difagostosis masih mampu bertahan dalam jangka waktu lama.
Streptococcus
Adalah bakteri gram positif berbentuk bulat yang secara khas membentuk pasangan atau rantai
selama masa pertumbuhan. Sekret pseudo-membranacea, seolah-olah melekat pada konjungtiva
tetapi mudah diambil dan tidak mengakibatkan pedarahan; terbentuk sekret, sel-sel lepas dan
jaringan nekrotik, terjadi defect pada konjungtiva.

Akibat Jamur
Bila panoftalmitis akibat jamur perjalanan penyakit perlahan-lahan dan malahan gejala terlihat
beberapa minggu setelah infeksi. Candida albicans adalah salah satu jamur oportunis yang
terpenting. Lesi candida awal berwujud retinitis granulomatosa nekrotikans fokal dengan atau
tanpa koroiditis, yang ditandai lesi eksudatif putih berjonjot yang berhubungan dengan sel-sel
dalam badan kaca yang menutupi lesi tersebut. Lesi ini bisa menyebar dan mengenai saraf optik
dan struktur mata lainnya. Juga bisa terjadi endoftalmitis, panoftalmitis, bercak Roth, papilitis, dan
ablasi retina. Penyebaran ke badan kaca dapat mengakibatkan terjadinya abses badan kaca. Bisa
terjadi uveitis anerior dengan sel-sel dan flare di dalam bilik mata depan, serta hipopion.

Akibat Parasit
Toxoplasma gondii
Lesi okuler mungkin didapat inutero atau muncul sesudah serangan infeksi sistemik akut.
Toksoplasmosis adalah penyebab retinokoroiditis paling umum pada manusia.
Kucing peliharaan dan spesies kucing lain berfungsi sebagai hospes definitif bagi parasit ini.
Wanita peka yang terkena penyakit ini selama kehamilan dapat menularkan penyakit ini ke janin.
Sumber infeksi pada manusia adalah ookista di tanah atau lewat udara ikut debu, daging kurang
matang yang mengandung bradizoit (parasit bentuk kista), dan takizoit (bentuk proliferatif), yang
diteruskan melalui plasenta.
Tanda dan gejala melihat benda mengambang, penglihatan kabur, atau fotofobia. Lesi okuler
berupa daerah-daerah retinokoroiditis fokal nekrotik keputih-putihan, kecil atau besar, satu-satu
atau mulipel. Lesi yang aktif dapat bersebelahan dengan parut retina yang telah sembuh dan
dikelilingi edem retina. Dapat terjadi vaskulitis retina, yang menimbulkan perdarahan retina.
Peradangan berakibat terlihatnya sel-sel didalam vitreus dan eksudasi. Mungkin timbul edem
macula kistoid. Iridosklitis sering dijumpai pada pasien retinokoroiditis toksoplasmik

Toxocara cati dan Toxocara canis


Toksokariasis okuler dapat terjadi tanpa manifestasi sistemik. Anak-anak terkena penyakit ini
karena berhubungan erat dengan binatang peliharaan dan karena memakan kotoran yang
terkontaminasi ovum Toxocara. Telur yang termakan membentuk larva yang menembus mukosa
usus dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik, dan akhirnya sampai di mata.
Tanda dan gejala larva Toxocara diam di retina dan mati, menimbulkan reaksi radang hebat dan
pembentukan antibodi Toxocara setempat. Keluhan berupa penglihatan kabur, atau pupil
keputihan.
Terdapat tiga presentasi klinik, yaitu endoftalmitis, granuloma posterior lokal, dan granuloma
posterior perifer dengan uveitis intermediate.

Akibat Virus
Manifestasi okuler pada infeksi HIV adalah bintik ”cotton wool”, peradarahan retina, sarcoma
Kaposi pada permukaan mata dan adneksa, dan kelainan neurooftalmologik pada penyakit
intrakranial. Selain itu sering terkena infeksi oportunistik. Retinopati sitomegalovirus adalah
penyakit yang membutakan dan merupakan infeksi okuler paling umum.
DIAGNOSIS
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Pada umumnya pasien datang dengan keluhan demam, sakit kepala dan kadang –kadang muntah,
rasa nyeri , mata merah, kelopak mata bengkak atau edem, serta terdapat penurunan tajam
penglihatan.

2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan, ditemukan congesti conjungtiva dengan injeksi ciliar hebat. Chemosis
conjungtiva selalu ada dan kornea tampak keruh. Kamera oculi anterior sering menunjungkan
pembentukan hypopion. Pupil mengecil dan menetap. Sebuah reflek berwarna kuning terlihat pada
pupil dengan illuminasi oblique. Hal ini juga dapat terlihat pada eksudasi purulen dalam vitreus
humor. Terjadi peningkatan intra okuler. Proptosis derajat sedang serta gerakan bola mata terbatas
disebabkan peradangan pada kapsul Tenon’s (Tenonitis).

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan klinis yang baik dibantu slit lamp, sedangkan kausanya atau penyebabnya ditegakkan
berdasarkan pemeriksaan mikroskpik dan kultur.
Diagnosis laboratorium panoftalmitis secara integral berkaitan dengan terapinya. Biasanya cairan
badan kaca (corpus vitreum) diambil untuk contoh pada waktu dikerjakan debridemen rongga
badan kaca (vitrekomi).
Jika gejala radang sangat berat dan eviserasi tidak segera dilakukan, maka pus atau nanah akan
keluar melewati bagian anterior sklera setelah rasa nyeri dan gejala yang lainnya berkurang.
Setelah beberapa minggu peradangan berlangsung dapat berakhir dengan terbentuknya fibrosis
yang akan mengakibatkan ptisis bulbi.

PENATALAKSANAAN
Pada tahap awal, tepi luka, baik itu luka karena operasi atau kecelakaan, harus di cauterisasi
dengan asam carbolic murni. Pengobatan dengan antibiotik dosis tinggi lokal dan sistemik harus
segera dimulai, seperti Vancomycin dan obat-obat sulfa, misalnya Trimethoprim-
sulfamethoxazole. Deksametason Na fosfat 1 mg, neomisina 3,5 mg, polimiksina B sulfat 6000 UI
(kandungan tiap ml tetes mata atau g salep mata).
Jika peradangan terjadi pada segmen anterior bola mata, pengobatan yang intensif dengan
kompres hangat, atropin lokal dan sulfonamide sistemik serta antibiotik sebaiknya diperiksa
kemajuannya.
Jika penyebabnya jamur diberikan amfotererisin B150 mikrogram sub konjungtiva,
flusitosin, ketokonazol secara sistemik, dan vitrektomi.
Penyebab parasit (toxoplasma) diberikan pyrimetamine, 25 mg peroral per hari,
sulfadiazine, 0,5 g per oral empat kali sehari selama 4 minggu. Selain itu mg kalsium leukovorin
per oral dua kali seminggu, dan urin harus tetap dijaga agar tetap alkalis dengan minum satu sendok
teh natrium bikarbonat setiap hari. Alternatif lain clindamicyn, 300 mg per oral empat kali sehari,
dengan trisulfapyrimidine, 0,5-1 g peroral empat kali sehari. Antibiotik lain spiramycin dan
minocycline. Toksokakariasis okuler pengobatan dengan kortikosteroid secara sistemik atau
periokuler bila ada tanda reaksi radang intra okuler, dipertimbangkan vitrektomi pada pasien
dengan fibrosis vitreus nyata.
Sedangkan bila penyebabnya virus dapat diberikan sulfasetamid dan antivirus (IDU).
Apabila mata sudah tidak dapat diselamatkan lagi harus segera dilakukan eviserasi.

EVISERASI
Adalah suatu tindakan operasi dimana isi bola mata dikeluarkan dan scleral cup
disingkirkan. Hal ini biasanya dilakukan pada kasus supurati intra-ocular (panoftalmitis),
perdarahan anterior staphyloma dan trauma penetrans pada bola mata dengan keluarnya isi bola
mata.
Anastesi umum dianjurkan pada anak-anak. Sedangkan pada orang dewasa operasi dapat
dilakukan dengan anastesi lokal dengan transquilizer sistemik. Infiltrasi 4 ml, 2 % larutan
lignocaine hydrochlor ke dalam jaringan retrobulber akan mengurangi atau menghilangkan rasa
nyeri pada saat operasi. Infiltrasi subkonjungtiva pada anastesi disekeliling kornea membantu
memisahkan conjungtiva dari bola mata dengan mudah.
Tindakan Operasi
Kulit kelopak mata disterilkan dengan larutan savlon dan conjungtiva diirigasi dengan
larutan garam fisiologis. Dan pada umumnya eye spekulum disisipkan untuk membuka kelopak
mata. Kemudian dilakukan irisan circum-corneal pada conjungtiva bulbi yang mengelilingi
limbus. Conjungtiva bulbi dengan kapsul Tenon’s dipisahkan dari bola mata ke fornik. Lalu dibuat
irisan sirkuler pada sclero-cornea dan kornea terpisah. Pada bagian tepi scleral cup kemudian di
geser dengan forsep arteri dan isi bola mata dikeluarkan dengan scoop.
Hati-hati pada saat proses mengeluarkan semua jaringan uvea dari dalam permukaan
scleral cup, karena bagian portio pada sclera mungkin saja terkena.
Untuk memastikan agar tekanan tetap seimbang maka kelopak mata ditutup dengan
memasangan perban.
Setelah Operasi
Pemakaian pertama kali sebaiknya setelah 48 jam dan , setiap 24 jam selama 7 hari. Pasien
sebaiknya meninggalkan rumah sakit pada hari ke-7. Mata buatan mungkin akan menyesuaikan
setelah 3-4 minggu.

PROGNOSIS
Prognosis untuk mata yang terinfeksi oleh staphylococcus epidermidis keadaannya lebih
baik, tetapi jika infeksinya karena Pseudomonas atau spesies gram negatif lainnya prognosisnya
tetap suram. Prognosis panoftalmitis sangat buruk terutama bila disebabkan jamur atau parasit.

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan :


1. Panoftalmitis merupakan peradangan seluruh bola mata
termasuk sklera dan kapsul Tenon sehingga bola mata
merupakan rongga abses.
2. Disebabkan terutama oleh golongan bakteri dan diikuti jamur,
parasit, dan virus.
3. Panoftalmitis terjadi dapat didahului dengan endoftalmitis
disertai dengan proses peradangan yang mengenai ketiga
lapisan mata (retina, koroid, dan sclera) dan badan kaca.
Disamping itu dapat pula oleh karena suatu uveitis septik
yang lebih hebat dan akibat tukak kornea perforasi.
4. Diagnosis panoftalmitis ditegakkan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang diperoleh:

Anamnesis:
a. demam
b. sakit kepala
c. muntah
d. nyeri
e. mata merah
f. kelopak mata bengkak atau edema
g. penurunan tajam penglihatan

Pemeriksaan fisik:
a. congesti conjungtiva
b. injeksi cilier berat
c. chemosis conjungtiva
d. kornea keruh
e. hipopion
f. pupil mengecil
g. gerak bola mata terbatas

5. Pengobatan panoftalmitis ialah dengan antibiotik dosis tinggi


dan bila gejala radang sangat berat dilakukan eviserasi isi
bola mata.
6. Prognosis sangat buruk terutama bila disebabkan jamur dan
parasit.

REFERENSI

1.Ilyas, S., Ilmu Penyakit Mata, Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2006 : 177-178.

2.James, Bruce, dkk, Lecture Notes Oftalmologi, Edisi 9, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2006.

3.Ilyas, S., Atlas Ilmu Penyakit Mata, Sagung Seto, Jakarta, 2001: 53.
4.Vaugh, Daniel G., Oftalmologi Umum, Edisi 14, Widya Medika, Jakarta, 2000: 155-165.

5.Radjamin, Tamin, R.K., dkk, Ilmu Penyakit Mata, Airlangga University Press, Surabaya, 1998:
85-92.

6.Vaugh, Daniel G., Oftalmologi Umum, Jilid I, Edisi 11, Widya Medika, Jakarta. 1995:155.

7.Vaugh Daniel G., 1995, Oftalmologi Umum, Jilid II, Edisi 11, Widya Medika, Jakarta: 63.

8.Andrew, P., dkk, Diagram Dagnostik Oftalmologi, EGC, Jakarta, 1995: 16.

9.Jawetz, Melnick, Aselberg, Mikrobologi Kedokteran, Edisi 20, EGC, Jakarta, 1996 : 211-234.

10. http://www.kimiafarmaapotek.com

11. http://www.kalbe.co.id

12. http://www.pppl.depkes.go.id

Anda mungkin juga menyukai