Anda di halaman 1dari 27

STATUS NEUROLOGIS

I. Rangsang Meningeal
1. Kaku Kuduk
 Pemeriksa memfleksikan kepala pasien sampai dagu menyentuh dari dada
(sternum)
 Respon abnormal : pemeriksa merasakan adanya resistensi dari gerakan
kepala dan pasien menunjukkan ekspresi kesakitan.
2. Brudzinki Sign
Ada 3 tipe brudzinki, respon abnormal yang muncul berupa fleksi kaki pada
sendi lutut.
i. Brudzinki I
Pemeriksa memfleksikan kepala pasien dan akan muncul respon
berupa fleksi dari kaki
ii. Brudzinki II
Pemeriksa Mengelevasikan salah satu kaki keatas (sebaiknya dalam
posisi fleksi pada sendi lutut) dan akan muncul respon fleksi dari kaki
lainnya.
iii. Brudzinki III
Pemeriksa menekan bagian bawah dari abdomen(suprapubis) dan akan
muncul rspon fleksi kaki.
3. Lasique Sign
 Pemeriksa mengelevasikan kaki pasien (posisi ekstensi)
 Respon abnormal : pasien merasakan nyeri saat sudut kaki dengan meja
pemeriksaan 70 derajat
4. Kernig Sign
 Pemeriksa mengelevasikan kaki pasien keatas dengan fleksi pada sendi
paha lalu untuk sendi lutut ekstensi.
 Respon abnormal : apabila pasien merasakan nyeri saat sudut yang
terbentuk antara kaki dengan meja pemeriksaan kurang dari 130 derajat.

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


1
II. Nervus Kranialis
1. N.I. (OLFACTORY NERVE) = untuk fungsi penciuman
- Sediakan substansi untuk mengetest test ini. Syaratnya tidak iritasi. Ex : kopi,
tembakau, sabun
- Minta pasien untuk menutup kedua mata nya
- Minta pasien untuk menutup salah satu lubang hidungnya
- Ambil salah satu substansi, kemudian mintalah pasien untuk
menghirup/mengidentifikasi substansi apakah yang sedang pasien hirup (hirupkan
ketiga substansi nya jika ada 3 substansi).
- Pemeriksa menilai apakah inhalasi pasien adekuat dan apakah pasien mampu
mengidentifikasi/menyebutkan nama dari substansi tersebut dengan benar tidak ?
- Lakukan pada lubang hidung sebelahnya
- Normalnya : pasien mampu mengidentifikasi substansi tersebut dengan benar.

2. N.V 2 OPTIKUS
a. Pemeriksaan pupil (tes reflex cahaya) (Pemeriksaan N.V 3 sebagai
motoric dan N.V 2 Sebagai sensorik)
1. Pemeriksaan dilakukan di ruangan yang sedikit redup cahayanya,minta
pasien untuk memandangi objek yang jauh seperti huruf besar pada snellen
chart.
2. Sorotkan cahaya secara langsung ke arah mata kanan dari arah
samping.Jangan berdiri di depan pasien atau membiarkan pasien melihat
secara langsung kearah cahaya dimana dapat memunculkan reflex dini pupil
dan mempengaruhi keakuratan tes.
3. Catat respon pupil terhadap cahaya di mata yang disinari cahaya.
4. Ulangi langkah 1-3 untuk mata kiri

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


2
5. Ulangi langkah 1-2 pada mata kanan,amatai reflex tidak langsung dengan
melihat pupil mata yang tidak secara langsung terkena cahaya (mata
sebelahnya).Kecepatan respond an perubahan dalam ukuran pupil normalnya
sama dengan pupil pada mata yang tercahayai.
6. Ulangi langkah 1,2,dan 5 pada mata kiri.
Distance Visual Acuity Testing
1. Tempatkan pasien pada jarak 20 kaki ( 6 meter ) dari well-iluminated Snellen
Chart. Apabila dalam jarak sekian dan menggunakan kacamata pasien dapat
melihat dengan jelas berarti memang pasien harus menggunakan kacamata
itu.
2. Tes dilakukan pada mata kanan terlebih dahulu. Dimana pasien diminta
untuk menggunakan tangannya untuk menutup mata kirinya, dimana tangan
yg digunakan membentuk cembung. Alternative lain pasien menggunakan
penutup mata khusus.
3. Minta pasien untuk membaca baris terkecil yang mana dia dapat
membedakan lebih dari setengah huruf yang ada dalam satu baris di snellen
chart. ( apabila menggunakan E chart makan minta pasien untuk membaca
dari huruf E teratas )
4. Tulis hasil pemeriksaan ( contoh : 20/20 ) jika pasien dapat membaca lebih
dari ½ huruf pada baris tersebut maka hasil pada baris tersebut – huruf yang
tidak terbaca. Apabila pasien dapat membaca kurang dari ½ huruf pada baris
tersebut maka hasil pada baris di atasnya + huruf pada baris tersebut.
5. Ulangi pemeriksaan pada mata kiri dengan prosedur yang sama.
6. Apabila hasil visual acuity didapatkan < 20/40 maka kita menggunakan
pinhole test.
Pinhole Visual Acuity Testing
1. Dimulai dengan menguji mata kanan, mata kiri ditutup dengan cara yang
sama pada test sebelumnya.
2. Letakan pinhole depan mata pasien yang akan di tes.
3. Minta pasien untuk menggukan pinhole tersebbut untuk melihat chart.
4. Minta pasien untuk memulai membaca pada huruf yang tidak terbaca pada
saat test yang tidak menggunakan pinhole
5. Tulis hasil pemeriksaan dengan menggunakan tanda “PH” dibelakang hasil
pengukuran ( contoh : 20/20 PH )

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


3
6. Ulangi teknik pemeriksaan pada mata sebelah kiri.
Apabila pasien tidak dapat melihat huruf terbesar pada snellen chart,maka
lakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1. Apabila pasien tidak dapat melihat huruf terbesar pada chart maka kita
melakukan test counting finger . Dimana kita berdiri sekitar 1 meter di
depan pasien dengan meminta pasien menghitung berapa jumlah jari yang
kita tunjukan. Ulangi prosedur pemeriksaan dengan mundur setiap 1 meter
hingga pasien tidak dapat melihat jari kita lagi. Pastikan pemeriksa
menggunakan baju polos. Lakukan teknik pemeriksaan pada mata sebelah
kiri. Lalu tulis hasil pemeriksaan dengan menggunakan symbol “CF” di
depan hasil pengukuran ( contoh : CF 2/60 ) dimana contoh diatas
menjelaskan hasil pengukuran counting finger pada pasien adalah 2 meter
pasien dapat melihat jari pemeriksaan, dimana pasien normal seharusnya
bisa melihat pada jarak 60 meter. Lakukan pemeriksaan satu persatu mata
kanan dan kiri.
2. Apabila pasien tidak dapat melakukan “count finger” kita sebagai pemeriksa
melakukan hand movement testing. Dimana kita berdiri 1 meter didepan
pasien dengan menggerakan tangan kita. Diharapkan pasien dapat
mengetahui pergerakan yang diperagakan pemeriksaan. Test dilakukan
sampai pasien tidak dapat melihat pergerakan tangan pemeriksa dengan
mundur setiap 1 meter. Tulis hasil pemeriksaan dengan menggunakan
symbol “HM” pada hasil pengukuran ( contoh : HM 2/300 ) dimana contoh
diatas menjelaskan hasil pengukuran hand movement pada pasien adalah 2
meter pasien dapat melihat tangan pemeriksaan, dimana pasien normal
seharusnya bisa melihat pada jarak 300 meter. Lakukan pemeriksaan satu
persatu mata kanan dan kiri.
3. Apabila pasien tidak dapat melihat hand movement kita menggunakan
pemeriksaan “light perception”. Dimana kita berdiri 30 cm didepan pasien.
Test ini kita menggunakan pen light. Dimana pasien diminta untuk melihat
cahaya yang dipancarkan dari pen light dan pasien diminta untuk
menunjukan dari mana arah cahaya datang. Lalu tulis hasil pemeriksaan
dengan memberikan symbol “LP” di depan hasil pemeriksaan ( contoh : LP
with direction ) dimana hasil diatas menjelaskan bahwa pasien bisa melihat
cahaya yang datang dan dapat menunjukan arah cahaya datang.

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


4
b. Pemeriksaan lapang pandang
1. Bayangkan lapang pandang pasien diproyeksikan sebagai sebuah mangkuk
yang melingkupi bagian depan kepala.
2. Minta pasien melihat mata pemeriksa
3. Tempatkan kedua tangan pemeriksa secara terpisah dengan jarak 0,6 meter di
sebelah lateral telinga pasien.
4. Minta pasien untuk menunjuk jari pemeriksa
5. Kemudian gerakkan (bisa keatas-kebawah) kedua tangan di sepanjang
mangkuk imajiner dan kearah garis pandangan sampai pasien melihatnya.
(normalnya pasien dan pemeriksa akan melihat jari-jari tangan dari kedua
tangan pemeriksa di saat bersamaan)
6. Jika ada defek, coba tentukan batas-batasnya dengan menutup salah satu
mata yang tidak mengalami defek. Minta pasien menatap mata pemeriksa,
pemeriksa menempatkan jari tangan di daerah defek yang kemudian
digerakkan kearah daerah yang masih baik penglihatannya.
7. Tentukan defek : hemianopsia homonim, hemianopsia bitemporal, atau defek
kuadran.
c. Pe me ri k saan Den gan O f tal mosk op
i. Menggunakan oftalmoskop
1. Gelapkan ruangan. Nyalakan lampu oftalmoskop dan putar pringan lensanya
sampai anda melihat pancaran cahaya putih dan lebar
2. Putarlah piringan lensa hingga dioptri 0 (satuan untuk mengukur kekuatan
lensa dalam mengkonvergensikan cahaya). Pada dioptri tersebut lensa tidak
mengkonvergensikan cahaya. Letakkan jari telunjuk pada pinggiran lensa
agar mudah memutar piringan tersebut untuk memfokuskan lensa ketika
memeriksa fundus okuli. (Pemeriksa yang miopia harus memulai dengan
lensa "minus", yang ditunjukkan oleh angka-angka berwarna merah;
pemeriksa yang hiperopia akan memerlukan lensa "plus", yang ditunjukkan
oleh angka-angka berwarna hitam.)
3. Oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan di de pa n mata kanan
pemeriksa untuk memeriksa mata kanan pasien (tangan kiri untuk
memeriksa mata kiri)
4. Pasien diminta untuk melihat lurus ke depan dan mata terfiksasi pada sasaran
yang jauh..

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


5
5. Oftalmoskop diletakkan berlawanan dengan dahi pemeriksa, sedangkan ibu
jari kiri pemeriksa mengangkat kelopak mata atas pasien.
6. Pegang oftalmoskop kuat-kuat hingga menempel ke permukaan medial
orbita. Bagian tangkainya sedikit dimiringkan ke lateral dengan sudut 20
derajat dari bidang vertical. Pastikan pemeriksa dapat melihat dengan jelas
lewat aperture.
7. Pemeriksa berada 38 cm dari pasien dengan sudut 15 derajat di sebelah
lateral dari garis pandangan pasien. Arahkan oftalmoskop pada pupil pasien
dan cari kilauan cahaya oranye pada pupil tersebut. Perhatikan setiap
kekeruhan yang mengganggu pantulan cahaya tersebut.

8. Inspeksi Diskus optikus dan retina


o Tentukan lokasi optic disc. Cari struktur berwarna kuning-oranye. JIka
tidak ikuti perjalanan pembuluh darah ke bagian tengah samapi
menemukan diskus optikus. (ukuran pembuluh darah makin lebar seiring
mendekati diskus optikus.
o Buat terfokus pada diskus optikus (atur lensa oftalmoskop). Jika pasien
dan pemeriksa tidak memiliki gangguan refraksi, retina harus berada
dalam focus 0 dioptri. Apabila pasien miop (rabun jauh), putar piringan
lensa berlawanan jarum jam hingga diptri minus; pada hipermetropi
(rabun dekat), gerakkan piringan lensa searah jarum jam hingga dioptri
plus.
o Lakukan inspeksi diskus optikus, perhatikan ciri-ciri berikut

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


6
- Ketajaman atau kejelasan garis bentuk diskus optikus. Bagian nasal tepi diskus
ini dapat terlihat sedikit kabur dan merupakan keadaan yang normal.
- Diskus optikus normal berwarna oranye kekuningan hingga merah muda.
Bentuk bulan sabit yang berwarna putih atau berpigmen dapat melingkari
diskus optikus dan gambaran ini merupakan keadaan yang normal.
- Ukuran eskavasio sentral. Jika terlihat. Biasanya bagian ini berwarna putih
kekuningan. Biasanya diameter horizontalnya kurang dari separuh diameter
horizontal diskus optikus. (eskavasio yang melebar menunjukkan glaucoma
sudut terbuka atau kronis)
- Keberadaan pulsasi vena. Pada orang yang normal, pulsasi vena retina muncul
dari bagian sentral diskus optikus bisa terlihat atau bisa pula tidak terlihat.
(Hilangnya pulsasi vena pada keadaan patologis seperti trauma kepala,
meningitis, atau massa tumor mungkin merupakan tanda dini kenaikan
tekanan intracranial)
- Kesimetrisan komparatif mata dan hasil pemeriksaan fundus okuli.
o Lakukan inspeksi retina, yang meliputi pembuluh arteri dan vena ketika
berjalan ke bagian perifer, persilangan arteriovenosa, fovea, dan macula.
Bedakan pembuluh arteri dengan vena berdasarkan ciri-ciri yang tercantum
di bawah ini :

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


7
Arteri Vena
Warna Merah cerah Merah Gelap
Ukuran Lebih Kecil (2/3- Lebih besar
4/5 diameter
vena)
Refleksi Terang Tidak jelas atau
tidak ada
o Ikuti perjalanan pembuluh darah ke bagian perifer pada masing-masing dari
keempat penjuru, dengan memperhatikan ukuran relatifnya dan karakter
persilangan arteriovenosa. Kenali setiap lesi pada daerah sekitar retina dan
perhatikan ukuran, bentuk, warna, serta distribusinya. Ketika anda menelusuri
retina, gerakkan kepala anda dan alat oftalmoskop sebagai satu kesatuan
dengan menggunakan pupil pasien sebagai sumbu putar imajiner. Pada
awalnya, mungkin pandangan anda pada retina berkali-kali terlepas karena
pancaran cahaya oftalmoskop jatuh diluar pupil.

o Terakhir, dengan mengarahkan cahaya senter ke lateral atau dengan meminta


pasien untuk melihat langsung pada cahaya, lakukan inspeksi fovea dan
macula yang ada di sekitarnya.
o Lesi pada retina dapat diukur dalam “diameter diskus” dari diskus optikus.
Sebagai contoh , diantara gambaran cotton wool patches yang terlihat pada
gambar di bawah ini, perhatikan bercak ireguler yang terdapat diantara pukul
11 dan 12, yang jaraknya 1-2 diameter diskus dari diskus optikus. Bercak ini
berukuran sekitar 1/2x1/2 diameter diskus.

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


8
o Menentukan papil edema (belum dirangkum)
o Lakukan inspeksi struktur anterior. Cari kekeruhan korpus vitreous atau lensa
okuli dengan memutar piringan lensa oftalmoskop secara progresif hingga
dioptri sekitar 10+ atau 12+. (teknik memfokuskan pada struktur mata
anterior)

3. N.V 3 OKULOMOTOR DAN N.V 4 TROCHLEAR


a. Pemeriksaan pergerakan otot okuler (duction)
1. Pemeriksa duduk di depan pasien.Minta pasien menutup salah satu matanya
(posisi tangan cekung tidak menekan).Posisikan jari / objek di 25-30 cm di
depan mata pasien dengan posisi pandangan pasien pada primary position (lurus
kedepan)
2. Minta pasien menggerakkan bola mata mengikuti target/jari yang pemeriksa
gerakkan ke 6 arah cardinal. (arah lateral N.V 4 dan Arah bawah N.V 6, sisanya
N.V 3) Ulangi langkah yang sama pada mata yang sebelahnya.

b. Pemeriksaan pergerakan otot okuler (version)


1. Pemeriksa duduk di depan pasien.Posisikan jari / objek di 25-30 cm di depan
mata pasien dengan posisi pandangan pasien pada primary position (lurus
kedepan)
2. Minta pasien menggerakkan bola mata mengikuti target/jari yang pemeriksa
gerakkan ke 9 arah cardinal.Khusus ketika menggerakkan kearah bawah
elevasikan kelopak mata pasien untuk melihat gerakkan bola mata ke bawah.

4. N.V. (TRIGEMINAL NERVE) = untuk fungsi sensoris dan motoris


Terdiri dari:

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


9
4.1 Evaluasi reflex kornea
- Sediakan kapas yang sudah digulung hingga runcing dan sehalus mungkin
- Minta pasian melihat ke suatu sisi yang berlawanan dengan arah kapas yang akan
disimpan dan melihat agak ke atas
- Sentuhkan kapas pada kornea pasien dari sisi lateral pasien yang berlawanan dengan
sisi pasien melihat (yaitu dibagian limbusnya)
- Normalnya ; mata pasien keduanya akan menutup ketika diberikan reflex ini
- Bandingkan pada kedua sisi

4.2 Sensasi wajah dan scalp


- Siapkan 2 aplicator /benda, yaitu kapas dan tusuk kapas
- Minta pasien untuk menutup mata nya
- Instruksikan kepada pasien untuk merespon jika merasakan sentuhan
- Goreskan kapas pada bagian kanan dan kiri dahi pasien secara bergantian. Kemudian
masing-masing tanyakan respon kepada pasien , “Terasa tidak Pak?”.
- Goreskan kembali kapas pada kedua bagian (kanan dan kiri) dahi pasien secara
bersamaan. Kemudian tanyakan respon pasien, “Terasa tidak , Pak? Sama atau tidak?”.
Jika jawabannya tidak, tanyakan kembali, “bagian mana yang lebih terasa, kanan atau
kiri?”
- Lakukan hal yang sama pada bagian pipi dan rahang (mandibula) pasien.
- Setelah selesai dengan menggunakan kapas, ulangi kembali prosedur di atas dengan
menggunakan tusuk gigi.

4.3 Fungsi Motoris


- Posisi pemeriksa berada di belakang pasien
- Tempatkan jari pemeriksa pada otot temporalis pasien

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


10
- Minta pasien untuk menggigit/mengunyah
- Rasakan kontraksi pada otot temporalis nya oleh jari pemeriksa pada kedua sisi
- Normalnya : Pemeriksa akan merasakan kontraksi otot temporalis di kedua sisi
- Lakukan test yang sama pada otot masseter

(Temporalis Muscle) (Masseter Muscle)

4.4 Jaw Jerk Reflex


- Minta pasien nya untuk sedikit membuka mulutnya
- Pemeriksa mengetuk bagian anterior superior dagu bawah dengan menggunakan palu
reflex
- Normalnya : Mandibula akan sedikit bergerak ke atas
- Jika abnormal : Adanya gerakan mandibula yang berlebihan

5. N. VII (FACIAL NERVE) = untuk fungsi sensoris dan motoris


5.1 Fungsi motoris otot wajah
 Lower facial muscles test

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


11
- Minta pasien untuk grimace (seperti menyeringai)/tersenyum dengan
memperlihatkan gigi-giginya
- Perhatikan sudut bibir dan garis senyum (plica nasolabialis)
- Normalnya : sudut bibir akan simetris, dan garis senyum terlihat
- Abnormal : sudut bibir yang mengalami lumpuh akan berdeviasi ke arah yang
normal.

 Upper fascial muscle test

a. Pemeriksaan no 1
- Minta pasien untuk menutup mata nya dengan kuat
- Pemeriksa berusaha untuk membuka kelopak mata nya dengan sekuat mungkin
- Normalnya, dengan kuat mata pasien tidak akan terbuka dan mempertahankan
kekuatan untuk memejamkan mata
- Jika abnormal (terjadi paralisis) ; mata pasien tidak dapat menutup secara kuat

b. Pemeriksaan no 2
- minta pasien untuk mengangkat kedua alis mata nya
- Perhatikan kerutan pada dahi pasien
- Normalnya, kerutan dahi nya akan simetris pada kedua sisi
- Jika abnormal, tida ada kerutan pada dahi pasien pada sisi yang abnormal

5.2 Sensasi rasa pada 2/3 anterior lidah


- Sediakan 4 macam rasa untuk test sensasi ; manis, asam, pahit dan asin. Semua
sensasi tersebut disiapkan dalam bentuk cair.
- Siapkan 1 kertas dimana pada kertas tersebut terdapat 4 area rasa, dan masing-
masing area ditulis namanya

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


12
MANIS ASAM

PAHIT ASIN

- Beritahukan kepada pasien sebelum pemeriksaan dimulai, bahwa pemeriksa akan


mengoleskan beberapa substansi pada lidahnya, dan minta pasien nya tersebut untuk
menunjuk kertas sensasi tadi, sensasi rasa apa yang pemeriksa oleskan dan minta
kepada pasiennya saat pemeriksaan tidak memasukkan lidahnya ke dalam
mulut/berbicara
- Sebelumnya, Tanya pasien apakah pasien tersebut dapat membaca tulisan di kertas
sensasi tadi atau tidak
- Minta pasien untuk menjulurkan lidah nya dan menahan nya dalam posisi tersebut
selama pemeriksaan.
- Teteskan satu macam substansi pada 2/3 anterior lidah pasien dengan
menggunakkan cotton aplicator
- Minta pasien menunjuk kertas sensasi
- Ketika akan berganti substansi yang akan diteteskan, maka minta pasien nya untuk
berkumur-kumur terlebih dahulu
- Ulangi test tersebut dengn beberapa substansi yang ada
- Normalnya : pasien dapat mengidentifikasi apakah sensasi rasa yang benar

6. N.V VIII VESTIBULOCOCHLEAR


1. Rinne test :
 Pegang garpu tala dengan menggunakkan 1 tangan
 Getarkan garpu tala dan simpan di tulang mastoid (sambil tanyakan pada
pasien terasa atau tidak) selama 2-3 detik
 kemudian pindahkan ke external ear ( diamkan2-3 detik)

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


13
 Tanyakan pada pasien di bagian manakah suara yang lebih terdengar?
(Normal : AC = 2 BC  di external ear lebih jelas terdengar)
 Lakukan pada telinga sebelahnya
 Pada gangguan konduktif, bunyi yang terdengar lewat tulang sama atau
lebih lama daripada yang terdengar lewat udara (BC=AC atau BC> AC)
 Pada gangguan sensorineural, bunyi lewat udara akan terdengar lebih
lama (AC>BC)
2. Weber test
 Pegang garpu tala dengan menggunakkan 1 tangan
 Getarkan garpu tala dan tempatkan di center forehead (ex : dahi)
 Tanyakan pada pasien apakah terdengar suara hanya di satu telinga dan
terdengar lebih keras hanya di satu telinga atau terdengar di kedua dua
telinga nya.
 Pada gangguan konduktif unilateral, bunyi akan terdengar pada telinga
yang terganggu. Pada gangguan sensorineural, bunyi akan terdengar pada
telinga yang baik
Uji kemampuan kepekaan telinga
a. dengan bisikan pada jarak 4,5 – 6 M untuk menguji kemampuan pendengaran
telinga kiri dan kanan
b. dengan arloji dengan jarak 30 Cm, bandingkan kemapuan mendengar telinga
kanan dan kiri
c. dengan garpu tala lakukan uji weber: mengetahui keseimbangan konduksi
suara yang didengar klien, normalnya klien mendengar seimbang antara kanan
dan kiri
d. dengan garpu tala lakukan uji rinne: untuk membandingkan kemampuan
pendengaran antara konduksi tulang dan konduksi udara, normalnya klien
mampu mendengarkan suara garpu tala dari kondusi udara setelah suara dari
kondusi tulang
e. dengan garpu tala lakukan uji swabach: untuk membandingkan kemampuan
hantaran konduksi udara antara pemeriksa dank lien, dengan syarat
pendengaran pemeriksa normal.

7. N. IX (GLOSSOPHARYNGEAL NERVE) = untuk fungsi menelan


Sensasi pada 1/3 posterior lidah

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


14
Lakukan pemeriksaan yang sama seperti pada sensasi rasa 2/3 anterior lidah di atas,
hanya perbedaan nya teteskan substansi nya pada 1/3 posterior lidah
Gag Reflex
- Minta pasien untuk membuka mulutnya dengan lebar
- Pemeriksa menstimulasi dinding pharynx nya dengan menggunakkan spaltel pada
setiap sisi dinding pharynx nya (sisi kanan dan sisi kiri, sisi atas dan sisi bawah)
- Pemeriksa mengidentifikasi apakah terjadi reflex muntah atau tidak
- Normal nya : reflex muntah terjadi

8. N. X (VAGUS NERVE) = untuk fungsi menelan


Perubahan cara bicara
- Minta pasien untuk mengucapkan beberapa kata atau kalimat
Kata yang memiliki unsure huruf “ng atau r atau huruf vokal” ex. Lapangan, tendang,
lapar
- Pemeriksa mengidentifikasi apakah kalimat/kata yang pasien ucapkan terjadi :
a. Dysphonia ; kesulitan mengeluarkan bunyi dikarenakan paralysis vocal cord.
Suara yang dikeluarkan parau dan volumenya berkurang
b. Dysarthtria ; kesulitan dalam artikulasi dikarenakan paralysis vagal yang
menyebabkan kelemahan soft palate
Kontraksi Soft Palate
- Minta pasien untuk membuka mulutnya dan ucapkan “Ah”
- Pemeriksa mengidentifikasi kontraksi pada kedua sisi palate nya dan liha posisi
ovula nya
- Normalnya, adanya respon soft palate pada kedua sisi soft palate yang simetris dan
posisi ovula berada di midline
- Pada respon yang abnormal (paralysis), dinding palatum nya akan miring
(asimetris), uvula akan tertarik ke daerah yang normal.

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


15
Dysphagia
- Minta pasien untuk menelan beberapa makanan kecil/ringan
- Pemeriksa mengidentifikasi apakah pasien mengalami kesulitan menelan dengan
menimbulkan reaksi seperti batuk atau tersedak

9. XI. (ACCESSORY NERVE) = untuk fungsi motorik


Pemeriksaan otot Sternocleidomastoid
- Posisi pemeriksa berada di belakang pasien
- Minta pasien untuk menengokkan kepala nya ke satu sisi
- Tahan dengan kuat kepala pasien dengan menggunakkan tangan pemeriksa ke arah
yang berlawanan
- Minta psien untuk melawan tahanan tersebut.
- Pemeriksa rasakan kontraksi otot sternocleidomastoid.
- Ulangi pemeriksaaan tersebut pada sisi sebelahnya, dan Bandingkan kontraksinya

Pemeriksaan otot Trapezius


- Posisi pemeriksa berada di belakang pasien
- Letakan kedua tangan pemeriksa pada bahu pasien dan palpasi otot Trapezius pada
setiap sisi.
- Pemeriksa memberikan tekanan pada bahu.
- Minta pasien untuk mengangkat bahu, melawan tahanan yang diberikan oleh
pemeriksa
- Pemeriksa menilai keseimbangan kontraksi kedua otot trapezius.

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


16
10. XII. (HYPOGLOSSAL NERVE) = untuk fungsi motoric
- minta pasien untuk membuka mulut nya (dengan lidah berada di dalam mulut)
- Dengan menggunakkan pen light,pemeriksa mengidentifikasi apakah terdapat
fasciculation (kontraksi kecil setempat dari otot involunter yang tampak pada
permukaan lidah) dan atrophy pada otot lidah nya atau tidak .
(Fasciculation)
- minta pasien untuk membuka mulut nya (dengan lidah menjulur)
- Pemeriksa mengidentifikasi apakah lidah nya terjadi berdeviasi (bengkok) ke satu
sisi
- Lidah yang paralisis akan berdeviasi ke arah sisi lesi motor neuron (sisi yang
paralisis)

III. Motorik
1. Lakukan inspeksi , apakah ada atrofi di otot pasien baik di kiri maupun kanan .
Bandingkan ukurannya sama atau tidak
2. Lakukan palpasi :
- Sama tidak kontur dan ukuran ototnya kiri dan kanan
3. Muscle strength
- Pasien diminta untuk mengangkat tangan lalu kita berikan tahanan pada
tangannya
- Lakukan pada tangan kiri , kanan , lalu kedua tangan
- Nilai dengan grading :
 Grade 5 : pasien bisa mengangkat tangan dan menahan tekanan berat kita
 Grade 4 : pasien bisa mengangkat tangan dan menahan tekanan ringan kita
 Grade 3 : Pasien hanya bisa melawan tekanan gravitasi(mengangkat tangan
saja)
 Grade 2 : pasien hanya bisa menggerakkan tangan ke kiri atau kanan
 Grade 1 : pasien hanya bisa menggerakkan jari-jari tangan

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


17
 Grade 0 : pasien tidak bisa menggerakkan apapun (paralysyis)

- Apabila pasien sangat lemah, minta pasien mengangkat kedua tangannya


sejajajar di depan dada. Lihat lengan sebelah mana yang tidak bisa
mempertahankan posisinya

4. Muscle Tone
- Pasien diminta untuk rileks
- Lakukan flexi dan extensi pasif pada sendi siku dan rasakan resistensi otot nya
- Interpretasi hasil : abnormal jika tonus otot naik atau turun
 Pada stroke : seperti pisau lipat , saat diekstensikan pertamanya susah ,
lalu selanjutnya mudah
 Pad aparkinson : seperti ada gradasi saat diekstensikan
- Lakukan pada tangan dan kaki pada bagian kiri dan kanan
5. Atrofi
- Ukur bally muscle dengan menggunakan pita ukur
- Menggunakan pita ukur, tarik sekitar 7/8 cm dari fossa cubity ke bawah . lalu
lingkarkan dan ukur .
- Lakukan pada bagian kiri dan kanan
- Normalnya : perbedaan pada bagian kiri dan kanan tidak lebihatau sama
dengan 2 cm

6. Fasciculation : pergerakan sekelompok otot)


- Lakukan pada otot yang mengalami atrofi
- Ketuk bally muscle yang atrofi menggunakan hammer
- Lihat apakah ada pergerakan spontan atau tidak

7. Clonus
- Minta pasien untuk rileks
- Tahan sendi lutut dalam posisi setengah fleksi
- Secara cepat dorsofleksikan sendi kaki dan lihat apakah terdapat clonus yang
muncul.

IV. Sensorik
Exteroception Sensory Exam
1. Light Touch
- Pasien duduk atau terlentang dengan posisi tangan supinasi dan menutup
mata , diinstruksikan untuk menjawab ya ketika stimulus terasa dan tidak
jika stimulus tidak terasa
- Ambil kapas yang telah dipilin dan goreskan ke kulit pasien .
- Mulai dari kulit di leher yaitu C3 dermatome , dan turun turun ke bahu ,
lalu aspek lateral arm dan forearm , lalu ke tangan . Lalu jari-jari .
- Stimulus dilanjutkan ke aspek medial forearm dan upper limb menuju ke
chest .
- Sensasi di lower limb diperiksa dengan gerakan/arah circular .

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


18
- Tiap stimulus diberikan pada bagian/sisi yang normal terlebih dahulu .
Dilanjutkan dengan sisi yang berlawanan , lalu stimulus dilakukan secara
bersamaan di kedua sisi untuk membandingkan .
2. Pain
- Pemeriksaan pain sensation menggunakan tusuk gigi atau jarum
- Pasien diinstruksikan untuk menutup mata dan menjawab sensasi yang
diberikan tajam atau tumpul
- Stimulus diberikan pada seluruh dermatome dengan cara uang sama
seperti pemeriksaan light touch , tetapi bukan digores panjang , melainkan
ditusuk .
- Pemeriksaan dilakukan pada sisi yang normal dahulu , lalu sisi
berlawanan , dan dilakukan secara bersamaan
3. Temperature
- Menggunakan 2 buah tabung yang berisi air, yaitu air hangat dan air biasa
atau dingin
- Pasien diinstruksikan untuk menutup mata dan menjawab sensai yang diberikan
panas atau dingin .
- Lakukan pemeriksaan dengan cara yang sama dengan pain pada seluruh
dermatome
- Pemeriksaan dilakukan pada sisi yang normal dahulu , lalu sisi berlawanan , dan
dilakukan secara bersamaan .

Proprioception Sensory Exam

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


19
1. Position & Direction Sense
- Pasien diminta untuk menutup mata
- Sebelum menutup mata beri konsesus pada pasien untuk penomoran pada jari
pasien dari satu hingga 5 , lalu instruksikan untuk menjawab dengan nomor dan
geraknya keatas atau kebawah

- Pegang jari pasien di bagian lateral , lalu kita gerakkan ke atas atau kebawah dan
minta pasien untuk menjawab
- Lakukan pada jari-jari tangan kiri dan kanan , serta jari-jari kaki kiri dan kanan
- Pada tiap tangan atau kaki minimal lakukan 3 kali pemeriksaan
- Jika pasien salah hanya 1 atau 2 kali dan banyak benarnya, maka dianggap benar

2. Vibration Sense
- Pasien diminta untuk menutup mata
- Kita getarkan garpu tala, lalu bagian base dari garpu tala ditempelkan ke bony
prominent pada pasien
- Instruksikan pasien untuk menjawab apakah getarannya terasa atau tidak
- Lakukan pada bony prominent pasien : scias , manubrium sterni , processus
ulnaris, olecranon , femur atas , wajah (maxilla , zygomatic , frontal lobe) dan
patella

V. Refleks
A. FISIOLOGICAL REFLEX
1. Biceps Reflex
 Pasien berbaring dan diinstruksikan untuk relax
 Kemudian kita pegang lengan pasien dan lengan
pasien sedikit difleksikan pada elbow
joint,kemudian tempatkan diarea abdomen
 Kita tempatkan jari telunjuk pada biceps tendon
pasien,kemudian kita pukul jari telunjuk kita
secara gentle dengan menggunakan reflex
hammer
 Respons pada kedua sisi tangan kita
bandingkan,hasilnya positif jika ada kontraksi
pada otot biceps dan flexi pada siku

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


20
2. Triceps Reflex

 Setelah mempersiapkan pasien sama seperti pada pemeriksaan biceps reflex,kita


fleksikan lengan pasien pada sikut sampai 90 derajat,dan kita angkat sedikit lengan
pasien (seperti gambar diatas) kemduian kita pukul ticeps tendon dengan reflex
hammer
 Hasilnya positif jika ada kontraksi dari otot tricep dan ekstensi pada sikut
 Bandingkan hasilnya pada kedua tangan

3. Brachioradialis Reflex
 Pasien dalam keadaan berbaring dan lengan pasien ada
disamping tubuh
 Kemudian,kita pegang lengan bawah pasien dan pukul
brachioradialis tendon dengan reflex hammer
 Hasilnya aka nada kontraksi brachioradialis dengan gerakan
reflkex pada sikut
 Bandingkan hasilnya pada kedua tangan

4. Knee Jerk Reflex/Patellar Reflex

 Kita fleksikan leg pasien pada knee joint dan tempatkan


tangan kita dibawah lutut pasien (seperti di gambar yah)
 Kemudian kita pukul patellar tendon pada knee joint
 Hasilnya akan ada kontraksi pada otot quadriceps femoris
dan ekstensi lower legs
 Hasil pada kedua kaki kita bandingkan

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


21
5. Achilles Tendon Reflex/Ankle Tendon Reflex
 Kita letakan leg pasien diatas kaki yang satunya
dan kita bengkokan bagian kaki (foot) pasien pada
ankle joint,dalam keadaan dorso flexi (seperti di
gambar yah)
 Kemudian,kita pukul bagian Achilles tendon
dengan reflex hammer
 Hasilnya aka nada kontraksi pada otot
gastrocnemius dan plantar flexi pada kaki
 Bandingkan hasilnya pada kedua kaki
6. Superficial Reflex (Abdominal reflex)
 Kita minta pasien untuk membuka bajunya,sampai area
abdomennya bisa kita lihat
 Kemudian kita goreskan kulit pada abdomen dengan base dari
reflex hammer secara gentle.Kita goreskan dengan gerakan
dari bawah lateral ke midline (umbilicus)
 Tempat stimulasinya di atas umbilicus,sejajar umbilicus,dan
dibawah umilicus

B. PATHOLOGICAL REFLEX
Semua reflex pathologis pada ekstremitas
bawah,menghasilkan extensor plantar respons,yang
merupakan dual respons tdd ekstensi pada hallux (jari
pertama) dan ektensi jari lain yang terpisah sehingga seperti
kipas angin.kecuali rossolimu dan mendel bechtrew
reflex,hasilnya akan nada kontraksi dari jari kaki.respons
pada kedua sisi dibandingkan

1. Babinski Reflex
 kita pegang kaki pasien pada ankle joint kemudian kita stimulus
dengan menggoreskan blunt object (bisa menggunakan base dari
reflex hammer) ke bagian lateral dari telapak kaki
 Goresan dilakukan disepanjang bagian lateral dari telapak kaki
dan melalui head of metatarsal bone
 Cek pada kaki yang satu lagi

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


22
2. Chaddock Reflex
 Kita goreskan bagian lateral dari punggung kaki dari posterior ke anterior melewati
head of metatarsal bone dengan menggunakan blunt object
 Lihat respons nya dan cek kaki yang satunya lagi
3. Oppenheim Reflex
 Kita letakkan jari telunjuk dan jari tengah kita yang sudah difleksikan di bagian
proximal dari tulang tibial,kemudian gerakan ke bawah sambil diberikan tekanan
sampai mencapai bagian distal dari tulang tibia
 Lihat respons nya dan cek kaki yang satunya lagi
4. Gordon Reflex
 Kita press (kaya nyubit) otot gastrocnemius (liat gambar ototnya diatas ada)
 Lihat respons nya dan cek kaki yang satunya lagi
5. Scheiffer Reflex
 Kita press (kaya nyubit) achiles tendon secara gentle (liat gambar ototnya diatas
ada)
 Lihat respons nya dan cek kaki yang satunya lagi
6. Rosolimo Reflex
 Kita perkusi tulang metatarsal pada plantar pedis dengan menggunakan reflex
hammer
 Respons patologis : adanya kontraksi dari jari-jari kaki
 Lihat respons nya dan cek kaki yang satunya lagi
7. Mendel Bechtrew Reflex
 Kita perkusi bagian anterior dorsal pedis (biasanya dilakukan dibawah head of
metatarsal bone antara jari ke-2 dan jari ke-3) dengan reflex hammer
 Respons patologis : adanya kontraksi dari jari-jari kaki
 Lihat respons nya dan cek kaki yang satunya lagi
8. Hoffman Tromner Reflex
 Kita pegang telunjuk dan jari tengah pasien dan tempatkan di jari yang sama pada
tangan kita
 Kemudian kita jentikkan dan kita tekan bagian terminal phalanx dari jari pasien
dengan jari kita
 Respons patologis : adanya kontraksi dari jari tangan
 Lihat respons nya dan cek tangan yang satunya lagi

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


23
C. Primitive Reflex
1. Glabellar Reflex
 Kita ketuk kening pasien secara gentle di midline (tepatnya diatas bridge of the
nose)
 Stimulis harus diberikan di luar lapang pandang pasien (untuk mencegah adanya
threatening response)
 Respons normal : kontraksi ritmik dari kelopak mata akan hilang dalam beberapa
detik.biasanya tidak lebih dari 8 kontraksi
2. Palmo-mental Reflex
 Kita goreskan telapak tangan pasien di bagian lateral metacarpal area pada jari
pertama turun dari proksimal ke distal (pada otot thenar)
 Respons abnormal : kontraksi otot mental pada ipsilateral chin
3. Snout Reflex
 Kita ketuk wajah pasien diantara bibir atas dan hidung secara gentle dengan jari kita
 Abnormal respons : pursing of the lips to each stimulus
4. Grasp Relex
 Kita genggam tangan pasien seperti akan bersalaman and then strikes telapak tangan
pasien secara gentle dengan jarinya
 Abnormal respons : jari pasien akan flexi dan menggenggam jari pemeriksa

VI. Koordinasi
Keadaan disfungsi cerebellum seringkali menjadi sumber gangguan koordinasi,
akan tetapi factor lain dapat mempengaruhi koordinasi seperti kelemahan otot,
buruknya fungsi propioresepsi, dan dyspraxia.
Rebound Phenomenon Examination
 Pasien duduk di depan pemeriksa
 Pasien diminta untuk mengangkat tangan dan fleksi pada sendi siku lalu
mengepalkan jari tangan.
 Pemeriksa menarik lengan pasien kearah bawah lalu melepaskannya
dengan cepat.
 Respon normal : tangan pasien akan bergerak ke posisi semula
 Respon abnormal : Tangan pasien akan bergerak tidak teratur sebelum
kembali ke posisi semula.
Dysdiadochokonesia
 Pasien diminta untuk mem-pronasi dan supinasikan tangan diatas paha.

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


24
 Normal : pergerakan tangan kiri-kanan sama (baik kecepatan dan
amplitude)
 Abnormal : adanya perbedaan gerak

Finger to nose test

 Pemeriksa memposisikan salah satu telunjuknyadi hadapan pasien (di


hadapan wajah)
 Pasien diminta untuk menyentuh jari pemeriksa lalu menyentuh
hidungnya.
 Ubah posisi telunjuk dan kecepatan
 Normal : pasien dapat melakukan gerakan secara cepat dan lancer

The Heel to shin test

 Pasien diminta untuk menggerakkan salah satu tumit kakinya di aspek


anterior dari tibia.
 Normalnya pasien dapat melakukannya secara lancer dimana tumit akan
tetap berada pada tibial crest.

Tandem Gait Test

 Pasien diminta untuk berjalan kearah pemeriksa dengan cara berjalan


dalam satu garis (melangkahkan kaki tepat di depan kaki lainnya dimana
bagian tumit dan ujung jari kaki yang berlainan menempel)
 Normal : Pasien dapat berjalan dengan baik tanpa kehilangan
keseimbangan atau kesulitan menempatkan kaki.

Romberg Test

 Pasien diminta untuk berdiri dengan kedua kaki menempel.


 Pemeriksa berdiri di samping pasien untuk menjaga apabila pasien jatuh
 Pasien diminta untuk menutup mata dan pemeriksa menentukan arah
jatuhnya pasien.
 Normal : Pasien mampu mempertahankan posisinya tanpa adanya gerakan
dari kaki.

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


25
VII. Pemeriksaan Fungsi Luhur
MMSE : Mini Mental State Examination
 Orientation
- Waktu : tahun, Bulan, Hari, Tanggal, jam (1 point untuk setiap jawaban yang
benar = total 5)
- Tempat : Negara, kota, jalan apa, rumah sakit apa, gedung apa (1 point untuk
setiap jawaban yang benar = total 5)
 Registration
- Pemeriksa menyebutkan nama object (contoh : baso, baju, buku)
- Minta pasien untuk mengulangi ke 3 object tersebut (1 point untuk setiap
jawaban yang benar = total 3)
 Attention and Calculation
- Minta pasien untuk mengurangi angka dengan selisih 7 dari mulai angka 100
- Lakukan sebanyak 5 kali pengurangan ( 100, 93, 86, 79, 65)
- (1 point untuk setiap jawaban yang benar = total 5)
 Recall
- Minta pasien untuk mengulangi ketiga object tadi yang sudah pernah pasien
sebutkan
- (1 point untuk setiap jawaban yang benar = total 3)
 Languange
- Tunjuk kedua benda dan minta pasien menyebutkan nama benda tersebut ,
misalnya pemeriksa menunjuk pulpen dan kerudung (1 point untuk setiap
jawaban yang benar = total 2)
- Minta pasien mengulangi kata-kata berikut : jika tidak, dan, atau tetapi (1 point
jawaban yang benar = total 1)
- Berikan 3 perintah kepada pasien,misalnya :
Pak, tolong letakkan tangan kanan bapak di pipi kiri bapak lalu kemudian cubit
pipi bapak, (1 point untuk setiap jawaban yang benar = total 3)
- Minta pasien untuk melakukan perintah di tulisan di dalam kertas yang pemeriksa
tulis, misalnya : TUTUP MATA BAPAK (1 point jawaban yang benar = total 1)
- Minta pasien untuk menuliskan kalimat dengan kalimat lengkap, yang terdiri dari :
Subject, Predikat, Object (1 point jawaban yang benar = total 1)
- Copying
Minta pasien untuk mengcopy pentagon berikut ini : (1 point jawaban yang benar = total
1)

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


26
Total : 5+5+3+5+3+2+1+3+1+1+1=30

STATUS NEUROLOGIS – LUCKY ANANTO WIBOWO – FK Unisba 2010


27

Anda mungkin juga menyukai