Anda di halaman 1dari 48

GASTROESOPHAGEAL

REFLUX DISEASE
(GERD)
Disusun oleh :
Stevani (17-058)
Nathaniel Farrel Tan (17-100)
Marcelina L.S.M.Silitonga (17-136)

Dosen Pembimbing :

dr.Satria Nugraha W.,Sp.THT-KL


Kepaniteraan Klinik Ilmu THT RSUD Chasbullah Abdul Majid Kota Bekasi
Periode 9 Desember 2019 – 18 Januari 2020
Pendahuluan
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) kondisi patologis yang ditandai dengan
kerusakan mukosa yang ditandai dengan refluks dari asam lambung.

Prevalensi GERD Gejala yang terkait dengan GERD adalah rasa terbakar di midsternum
dan Regurgitasi. Gejala seperti disfagia dapat menjadi warning sign
adanya komplikasi.

Risk
Factor
Terapi GERD membutuhkan
pendekatan yang komprehensif,
Obesitas, diet termasuk perubahan gaya hidup
Negara Barat Asia tinggi dan terapi obat yang memadai.
lemak,alkohol,mer
okok
ANATOMI DAN
FISIOLOGI
FARING
Faring

Faring atau pharynx berasal dari


Bahasa Yunani yang berarti
tenggorok. Faring adalah sebuah
kantong fibromuskuler yang
bentuknya seperti corong, yang
besar di bagian atas dan sempit di
bagian bawah serta terletak pada Berdasarkan letaknya, faring terbagi menjadi nasofaring,

bagian anterior kolum vertebra. orofaring dan laringofaring.Unsur-unsur faring meliputi


mukosa, palut lendir (mukosa blanket) dan otot.
Batas nasofaring di bagian atas adalah dasar
tengkorak, di bagian bawah adalah palatum
mole, ke depan adalah rongga hidung
sedangkan ke belakang adalah vertebra
servikal.

Orofaring disebut juga mesofaring dengan batas


atasnya adalah palatum mole, batas bawah
adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah
rongga mulut, sedangkan ke belakang adalah
vertebra sevikal.

Batas laringofaring di sebelah superior


adalah tepi atas epiglotis, batas anterior
ialah laring, batas inferior ialah esofagus,
serta batas posterior ialah vertebra servikal
Batas nasofaring di bagian atas adalah
dasar tengkorak, di bagian bawah adalah
palatum mole, ke depan adalah rongga
hidung sedangkan ke belakang adalah
vertebra servikal.

Orofaring disebut juga mesofaring dengan batas


atasnya adalah palatum mole, batas bawah
adalah tepi atas epiglottis, ke depan adalah
rongga mulut, sedangkan ke belakang adalah
vertebra sevikal.

Batas laringofaring di sebelah superior


adalah tepi atas epiglotis, batas anterior
ialah laring, batas inferior ialah esofagus,
serta batas posterior ialah vertebra servikal
Fungsi Faring
• Fungsi faring yang utama adalah untuk respirasi, pada waktu menelan,
resonansi suara dan artikulasi.
• Terdapat tiga fase dalam menelan yaitu fase oral, fase faringeal, dan fase
esofageal.

Fase
Fase
Fase Oral Esofagea
Faringeal
l
Fase Oral
Terjadi secara sadar. Terbentuk bolus makanan,dan terjadi
penutupan nasofaring akibat kontraksi m.levator veli palatini.

Fase Faringeal
Fase ini terjadi secara refleks pada akhir fase oral, terjadi
penghentian udara ke laring sehingga bolus tidak masuk ke
sal.nafas melainkan masuk ke esofagus

Fase Esofageal
Saar ada rangsangan bolus pada akhir fase faringeal, introitus
esofagus terbuka dan makanan dapat masuk.
ESOFAGUS
Esofagus
• Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan dan
menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung.

Pars Thorakalis (16 - 18 Pars Abdominalis (2 – 4


Pars Servikalis (5 - 6 cm)
cm) cm)
• Anterior melekat dg • Di mediastinum • Terdapat para
Trakea superior diaphragmatica 1-1,5
• Anterolateral tertutup • Disilang oleh arc aorta cm, setinggi T-10
kel tiroid setinggi V tho IV sampai L-3
• Sisi dex/sin dipersarafi • Arteri pulmo menyilang • Terdapat pars
n.rec.laryngeus di bawah bifurcatio abdominalis sepanjang
• Pos dg hipofaring trachealis 2 – 3 cm, bergabung
• Lat : carotid sheath • Distal : duncus dengan cardia gaster-
thoracicus, vena azygos >gastroesophageal
junction
GASTROESOPHAGEA
L REFLUX DISEASE
(GERD)
DEFINISI DAN
EPIDEMIOLOGI
Definisi

Gastroesophageal reflux disease (GERD) menurut Konsensus Manajemen GERD Asia-Pasifik


didefinisikan sebagai suatu kelainan, dimana isi lambung secara berulang-ulang mengalir
kembali ke kerongkongan yang menyebabkan gejala dan / atau komplikasi yang
mengganggu, karena mencirikan gangguan pada kualitas hidup dan sebagai ekstraksi
pendapat umum, yang mengatakan bahwa jika esophageal reflux harus dinyatakan sebagai
penyakit, itu harus mempengaruhi kualitas hidup pasien
Epidemiologi
Prevalensi dan komplikasi GERD di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, umumnya lebih
rendah daripada negara-negara barat; Namun, data terakhir menunjukkan bahwa prevalensi
meningkat. Hal ini disebabkan oleh perubahan gaya hidup yang dapat meningkatkan risiko
GERD, seperti merokok dan obesitas.

• Dari 127 subjek penelitian, 22,8% menderita esofagitis


Lelosutan
SAR et al

• Dari 1718 pasien yang menjadlani endoskopi bagian atas,


ada peningkatan prevalensi esofagitis dengan nilai rata-
Syam AF
et al rata 13,13% per tahun
ETIOLOGI
Multifaktorial

Gangguan Gangguan
fungsional struktural

Kerusakan
Disfungsi
mukosa
SEB
esofagus
Tonus SEB
Adanya hiatus hernia

Panjang SEB
• Semakin pendek semakin rendah tonusnya.

Obat-obatan seperti antikolinergik, beta adrenergik, theofilin, opiat


dan lain-lain.

Kehamilan
• Karena terjadi peningkatan progesteron yang dapat menurunkan tonus SEB

Makanan berlemak dan alkohol


Ketahanan Epitelial
Esofagus
• Membran sel.
• Intraseluler junction yang membatasi
Mekanisme difusi H+ ke jaringan esofagus.
ketahanan • Aliran darah esofagus
menyuplai nutrisi, oksigen dan
yang

epitelial bikarbonat, serta mengeluarkan ion


H+ dan CO2.
esofagus • Sel-sel esofagus mempunyai
terdiri dari : kemampuan untuk mentransport ion
H+ dan Cl- intrasel dengan Na+ dan
bikarbonat ekstrasel.
PATOFISIOLOGI
Refluks spontan pada saat relaksasi SEB
yang tidak adekuat.

GERD Aliran retrogard yang mendahului


kembalinya tonus SEB setelah menelan.

Meningkatnya tekanan intraabdomen.


2 Mekanisme Refluks
Ekstraesofagus
Kontak langsung refluksat (asam lambung
dan pepsin) ke esofagus proximal dan
Sfingter Atas Esofagus yang berlanjut dengan
kerusakan mukosa faring, laring dan paru.

Pajanan esofagus distal akan merangsang


vagal refleks yang menyebabkan spasme
bronkus, batuk, sering meludah dan
menyebabkan inflamasi pada faring dan
laring.
MANIFESTASI
KLINIS
GERD-Esofagus
Heartburn

Regurgitasi

Water brash

Odinofagia
GERD, Non-Esofagus
Gangguan pada Paru

Laringitis

Otitis media

Gigi (Enamel decay)

gejala atipikal
• seperti, suara serak pagi hari, mulut berbau, lendir kental,
mulut kering, sering meludah
DIAGNOSIS
TATALAKSANA
TATALAKSANA GERD

Modifikasi Gaya Terapi


Terapi Bedah
Hidup Medikamentosa

Fundoplikasi Terapi
Nissen Endoskopi
MODIFIKASI GAYA HIDUP
• Meninggikan posisi kepala pada saat tidur dan menghindari makan sebelum tidur,
dengan tujuan meningkatkan bersihan asam lambung selama tidur serta mencegah
refluks asam lambung ke esofagus.
• Berhenti merokok dan mengonsumsi alkohol karena berpengaruh pada tonus SEB.
• Mengurangi konsumsi lemak dan mengurangi jumlah makanan yang di makan
karena dapat menimbulkan distensi lambung.
MODIFIKASI GAYA HIDUP
• Menurunkan berat badan dan menghindari memakai pakaian ketat untuk
mengurangi tekanan intrabdomen.
• Menghindari makanan dan minuman seperti coklat, teh, kopi dan minuman soda
karena dapat merangsang asam lambung.
• Jika memugkinkan, hindari pemakaian obat yang dapat meningkatkan menurunkan
tonus SEB, antara lain antikolinergik, tefilin, diazepam, antagonis kalsium,
progesteron.
TERAPI MEDIKAMENTOSA
Antasida

Antagonis Reseptor H2

Obat Prokinetik

Sukralfat

Proton Pump Inhibitor


Algoritma Tatalaksana GERD pada Pelayanan
Kesehatan Lini Pertama

Gejala khas GERD


Umur <40 tahun
Umur >40 tahun
PPI tes/ terapi empiris

Gejala menetap/berulang Respon baik

Endoskopi Terapi minimal 4minggu

kekambuhan Terapi on demand


TERAPI BEDAH
• Beberapa keadaan dapat menyebabkan terjadinya kegagalan
terapi medikamentosa pada pasien GERD, antara lain :
• Diagnosa yang tidak benar
• Pasien GERD sering disertai gejala lain seperti rasa kembung,
cepat kenyang dan mual-mual yang lebih lama menyembuhkan
esofagitisnya.
• Pada kasus Barrett’s esofagus kadang tidak memberikan
respon terhadap terapi PPI, begitu pula dengan
adenokarsinoma dan bila terjadi striktura. Pada disfungsi SEB
juga memiliki hasil yang tidak memuaskan dengan PPI.
FUNDOPLIKASI NISSEN
INDIKASI FUNDOPLIKASI :

• Kasus resisten dan kasus refluks esofagitis dengan komplikasi


yang tidak sepenuhnya responsif terhadap terapi medis atau
pada pasien dengan terapi medis jangka panjang yang tidak
menguntungkan.
• Pasien dengan gejala yang tidak sepenuhnya tekontrol oleh
terapi PPI,
• Terjadinya esofagus barrret adalah indikasi untuk
pembedahan.
TERAPI ENDOSKOPI
• Penggunaan energi radiofrekuensi,

• Plikasi gastrik endoluminal,

• Implantasi endoskopik dengan menyuntikan zat


implan di bawah mukosa esofagus bagian distal
sehingga lumennya menjadi lebih kecil
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI GERD
• ESOFAGITIS (terdapat pada lebih dari 50% pasien GERD)
• STRIKTUR ESOFAGUS
• BARRETT’S ESOPHAGUS
• Asma gaster,
• Laringitis posterior, globus faringeus, stenosis laring
atau trakea, spasme laring dan nyeri tenggorok.
• Supraesofagus : sinusitis, otalgia dan erosi dental.
DIAGNOSIS
BANDING
DIAGNOSIS BANDING GERD
• NERD (Non Esophageal Refluks Disease) merupakan gejala GERD tanpa
adanya cedera mukosa esofagus selama endoskopi saluran cerna atas/
tidak ditemukannya kelainan.

• DYSPEPSIA FUNGSIONAL merupakan


• Gejala menetap selama 3 bulan dalam 1 tahun terakhir.
• Nyeri epigastrium yang menetap atau sering kambuh (recurrent).
• Tidak ada kelainan organik yang jelas (termasuk endoskopi)
• Tidak ada tanda-tanda IBS (Irritable Bowel Syndrome) – symptom tidak hilang
dengan defekasi – tidak ada perubahan frekuensi dan konsistensi tinja.
PROGNOSIS
PROGNOSIS GERD
• Pada umumnya studi pengobatan memperlihatkan hasil tingkat kesembuhan diatas
80% dalam waktu 6-8 minggu.
• Untuk selanjutnya dapat diteruskan dengan terapi pemeliharaan (maintenance
therapy) atau bahkan terapi “bila perlu” (on-demand therapy) yaitu pemberian
obat-obatan selama beberapa hari sampai dua minggu jika ada kekambuhan
sampai gejala hilang.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
• Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) atau yang dikenal dengan Penyakit
Refluks Gastroesofageal (PRGE) merupakan suatu keadaan dimana terjadi gerakan
retrogard atau naiknya isi lambung sampai pada esofagus secara patologis
• Manifestasi klinis dari PRGE adalah rasa nyeri dada retrosternal atau rasa panas
(heartburn) di dada, regurgutasi, disfagia, mual bahkan sampai suara serak karena
mengiritasi laring, menyebabkan laringitis
• Penatalaksanaan pada kasus PRGE ini terdapat beberapa jenis yang dilakukan
bertahap yaitu modifikasi gaya hidup, medikamentosa dan terapi bedah. Pada
sebagian besar kasus PRGE pasien sembuh dengan terapi medikamentosa.
Daftar Pustaka
• Dent J, El-Serag H, Wallandler M. Epidemiology of Gastroesophageal Reflux Disease : A systematic Review. Gut 2005;54:710-7.
• El-Serag H.Time Trends of Gastroesophageal Reflux Disease : A systematic review. Clin Gastroenterol Hepatol 2007;5:17-26.
• Wong B, Kinoshita Y. Systematic review on epidemiology of gastroesophageal reflux disease in Asia. Clin Gastroenterol Hepatol
2006;4:398-401.
• Xia HH, Lai. KC, Lam SK. Symptomatic response to lansoprazole predicts abnormal acid reflux in endoscopy negative patients
with non-cardiac chest pain. Aliment Pharmacol Ther 2003;17:369-77.
• Hampel H, Abraham NS, El-Serag H. Meta-analysis: Obesity and the risk for gastroesophageal reflux disease and its
complications. Ann Intern Med 2005;143:199-211.
• Arjun S Joshi, 2011. Pharynx Anatomy. Available From: http://emedicine.medscape.com/article/1949347-overview#showall
[Accessed: 26 Dec 2019]
• Rusmarjono dan Bambang Hermani, 2007. Bab IX Nyeri Tenggorok. Dalam: Efiaty A.S., Nurbaiti I., Jenny B. dan Ratna D.R.. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta, 2007. Edisi ke-6: 212- 215; 217-218.
• Rospa H. dan Sri Mulyani, 2011. Tenggorokan Atas (Faring dan Tonsil). Dalam: Asuhan Keperawatan Gangguan THT. Jakarta: TIM,
2011. Edisi Pertama: 99- 100, 154-156.
• Chandramata, 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 361.
• Soepardi, E.A., 2007. Kesulitan Menelan. Dalam: Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti, R.D. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 276-280.
• Sherwood, L. 2009. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 652-654.
• Fock KM, Talley NJ, Fass R, et al. Asia-Pacific consensus on the management of gastroesophageal reflux disease: update. J Gastroenterol
Hepatol 2008;23:8-22.
• Martinez-Serna T, Tercero F, Jr., Filipi CJ, et al. Symptom priority ranking in the care of gastroesophageal reflux: a review of 1,850 cases.
Dig Dis. 1999;17:219-24.
• Sontag SJ. The medical management of reflux esophagitis. Role of antacids and acid inhibition. Gastroenterol Clin North Am.
1990;19:683-712.
• Fock KM, Talley N, Hunt R, et al. Report of the Asia-Pacific consensus on the management of gastroesophageal reflux disease. J
Gastroenterol Hepatol. 2004;19:357-67.
• Syam AF, Abdullah M, Rani AA. Prevalence of reflux esophagitis, Barret’s esophagus and esophageal cancer in Indonesian people
evaluation by endoscopy. Canc Res Treat. 2003;5:83.
• Susanto A, Sawitri N, Wiyono W, Yunus F, Prasetyo S. Gambaran klinis dan endoskopi penyakit refluks gastroesofagus (PRGE) pada
pasien asma persisten sedang di RS Persahabatan, Jakarta. Jurnal Respirologi. 2005
• Asroel H. Penyakit Refluks Gastroesofagus. Cited December 23 2019. Available : http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-hary.pdf
• Makmun D. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Dalam : Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid 1, Edisi keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.
• Gastroesophageal Reflux Disease. July 15 2011 [cited December 24 2019]. Available :
http://en.wikipedia.org/wiki/Gastroesophageal_reflux_disease
• Patti M, Kantz J,editor. Gastroesophageal Reflux Disease Treatment & Management. June 8 2011 [cited December 23 2019]. Available:
http://emedicine.medscape.com/article/176595-treatment#aw2aab6b6b4aa
• Gastroesophageal reflux disease : Savary – Miller classification. Cited December 23 2019. Available :
http://www.gastrolab.net/pa-113.htm
• Iskandar N, Soepadrdi E, Bashiruddin J, Restuti R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. Edisi keenam.
Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2007.

Anda mungkin juga menyukai