Anda di halaman 1dari 16

BAB III

REAKSI-REAKSI KATION

Kelompok 1 Hal : 203 sampai 215

1. Rita Marlina Rematobi


2. Syaehul Islam
3. Yonathan Kawer
III.1. KLASIFIKASI KATION (ION LOGAM) KE DALAM GOLONGAN-
GOLONGAN ANALITIS. Untuk tujuan analisis kualitatif sistematik kation-kation
diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation itu terhadap beberapa
reagensia. Dengan memakai apa yang disebut reagensia golongan secara sistematik, dapat
kita tetapkan ada tidaknya golongan-golongan kation, dan dapat juga memisahkan
golongan-golongan ini untuk pemeriksaan lebih lanjut. Analisis kualitatif sistematik
dengan cara pemisahan akan dibahas dengan intensif dalam Bab V, tetapi reaksi-reaksi
kation akan dibahas disini, menurut urutan yang ditetapkan oleh sistem golongan ini.
Selain merupakan cara yang tradisional untuk menyajikan bahan, urut-urutan ini juga
memudahkan dalam mempelajari reaksi-reaksi, karena ion-ion dengan sifat-sifat yang
analog, dibahas bersama-sama dalam satu golongan.

Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum,
adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan ammonium karbonat.
Klasifikasi ini didasarkan atas apakah suatu kation bereaksi dengan reagensia-reagensia
ini ini dengan membentuk endapan atau tidak. Jadi boleh kita katakan, bahwa klasifikasi
kation yang paling umum, didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida,
dan karbonat dari kation tersebut.

Kelima golongan kation dari ciri-ciri khas golongan-golongan ini adalah sebagai
berikut:

Golongan 1 kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion-ion
golongan ini adalah timbel, merkurium (I) (raksa), dan perak.

Golongan II kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk
endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion-ion golongan ini
adalah merkurium (II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik (III), arsenic (V),
stibium (III), stibium (V), timah (II), dan timah (III) (IV). Keempat ion yang pertama
merupakan sub-golongan IIa dan keenam yang terakhir sub-golongan IIb. Sementara
sulfida dari kation dalam Golongan IIa tak dapat larut dalam ammonium polisulfida,
sulfida dari kation dalam Golongan IIb justru dapat larut.

Golongan III Kation golongan ini tak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun
dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Namun, kation ini
membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral atau amoniarkal.
Kation-kation golongan ini adalah kobalt (II), nikel (II), besi (II), kromium (III),
aluminium, zink, dan mangan (II).

Golongan IV Kation golongan ini tak bereaksi dengan reagensia Golongan I, II, dan III.
Kation-kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya
ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation-kation golongan ini
adalah : kalsium, stronsium, dan barium.

Beberapa sistem klasifikasi golongan meniadakan pemakaian amonium klorida


disamping amonium karbonat sebagai reagensia golongan; dalam hal ini, magnesium
harus juga dimasukkan ke dalam golongan ini. Tetapi, karena dalam pengerjaan analisis
yang sistematis, amonium klorida akan terdapat banyak sekali ketika kation-kation
golongan keempat hendak diendapkan, adalah lebih logis untuk tidak memasukkan
magnesium kedalam golongan IV.

Golongan V Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan reagensia-reagensia


golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir, yang meliputi ion-ion
magnesium, natrium, kalium, amonium, litium, dan hidrogen.

Sistem golongan kation ini dapat diperluas sehingga meliputi juga ion-ion yang
kurang begitu umum. Klasifikasi ion-ion ini, berikut reaksi-reaksinya, akan diberikan
dalam Bab VII.

III.2. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKA DALAM MEMPELAJARI


REAKSI-REAKSI ION. Ketika mempelajari reaksi-reaksi ion, pakailah teknik
eksperimen yang diuraikan dalam Bab II. Reaksi dapat dipelajari baik dalam skala makro
maupun semimikro, dan bagian terbesar dari reaksi-reaksi dapat pula dipakai sebgai uji
bercak. Petunjuk-petunjuk tentang cara membuat reagensia diberikan dalam lampiran dari
buku ini. Reagensia disusun disana dalam urutan menurut abjad, dengan catatan tentang
stabilitasnya. Kebanyakan reagensia sedikit banyak bersifat beracun, maka
menggunakannnya haruslah dengan hati-hati. Reagensia yang sangat beracun atau
berbahaya sekali, harus diberi label khusus dan harus dipakai dengan luar biasa hati-hati.
Dalam daftar reaksi, reagensia ini akan diberi tanda (RACUN) atau (BAHAYA). Kita tak
boleh memakai reagensia ini bila sedang bekerja sendirian dalam laboratorium; asisten
atau seorang rekan kerja harus selalu diberi tahu sebelum kita memakai zat-zat tersebut.

Konsentrasi reagensia kebanyakan dipilih sebagai molar, yang berarti bahwa kita
akan menghitung volume relatif dari pereaksi dan reagensia yang diperlukan untuk
menyelesaikan reaksi. Sebainya janganlah menambahkan jumlah reagensia sebanyak
yang dihitung sekaligus kepada larutan (lihat Bab II), tetapi jumlah akhirnya harus sama
atau lebih dari yang ekuivalen. Dalam beberapa hal, kita tak mungkin atau kurang praktis
untuk membuat reagensia1 M; maka kadang-kadang kita harus memakai reagensia 0,5 M
atau bahkan 0,1 M. Adalah mudah untuk memperkirakan volume suatu reagensia tertentu
yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu reaksi dari konsentrasinya. Asam dan basa
kebanyakan dipakai dengan konsentrasi 2 M, untuk mencegah pengenceran campuran
yang tak perlu.

Setiap mahasiswa mutlak perlu membuat catatan-catatan sewaktu mempelajari


reaksi-reaksi ini. Cara mencatat yang logis dan jelas sangat penting sekali. Meskipun
salah kalau kita salin begitu saja teks buku ini, tetapi penting untuk kita catat (a)
reagensia, dan setiap keadaan sekitar eksperimen yang khusus yang dipakai ketika
melakukan uji, (b) perubahan-perubahan yang diamati dan (c) persamaan reaksi atau
penjelasan lain tentang apa yang telah terjadi. Cara membuat catatan yang bermanfaat
adalah sebagai berikut. Halaman kiri catatan yang terbuka, dibagi menjadi dua dengan
sebagai garis vertical. Kolom kiri dapat diberi dengan judul ‘UJI’ dan harus memuat
uraian singkat dari uji itu sendiri, termasuk reagensia dan keadaan sekitar eksperimen.
Kolom kedua (masih pada halaman sebelah kiri itu), diberi judul ‘PENGAMATAN’ dan
harus memuat perubahan-perubahan yang nampak, yang timbul sewaktu melakukan uji
itu. Akhirnya seluruh halaman kanan harus disediakan untuk ‘PENJELASAN’ dimana
persamaan reaksi dapat dituliskan. Suatu halaman buku catatan yang khas, yang berisi
beberapa reaksi ion timbel (II), diperlihatkan dalam table III.I. juga sebaiknya reaksi-
reaksi dari satu golongan disusun dalam bentuk table, seperti terlihat dalam Tabel III.2.
untuk golongan kation pertama.

Kolom ‘UJI’ harus disiapkan sebelum melakukan eksperimen yang sesungguhnya.


Dengan menulis ini, mahasiswa menjadi mampu untuk merancang eksperimen-
eksperimennya, dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya waktu yang tersedia dalam
laboratorium. Kolom ‘PENGAMATAN’ harus diisi ketika benar-benar sedang membuat
eksperimen, sedangkan halaman ‘PENJELASAN’ baru disusun setelah meninggalkan
laboratorium. Akhirnya, table reaksi harus disusun bila reaksi-reaksi dari golongan
bersangkutan telah dipelajari dan diterangkan. Cara belajar yang sistematik ini,
memungkinkan mahasiswa untuk memanfaatkan waktu laboratorium yang berharga
semata-mata untuk eksperimen, dan dengan menangani satu reaksi tertentu empat kali
seharusnya, ia sungguh-sungguh terbantu untuk mempelajari subjek itu pula.

III.3. GOLONGAN KATION PERTAMA : TIMBEL (II), MERKURIUM (I), DAN


PERAK (I).

pereaksi golongan : asam klorida encer (2 M).

Reaksi golongan : endapan putih timbel klorida, PbCl2, merkurium (I) klorida Hg2Cl2,
dan perak klorida AgCl.

Kation golongan pertama, membentuk klorida-klorida yang tak larut. Namun,


timbel klorida sedikit larut dalam air, dan karena itu timbel tak pernah mengendap dengan
sempurna bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu cuplikan; ion timbel yang
tersisa itu, diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam
bersama-sama kation golongan kedua.

Nitrat dari kation-kation ini sangat mudah larut. Diantara sulfat-sulfat, timbel
sulfat praktis tidak larut, sedang perak sulfat larut tak jauh lebih banyak. Kelarutan
merkurium (I) sulfat terletak diantara zat kedua diatas. Bromida dan iodida juga tidak
larut, sedangkan pengendapan timbel halida tidak sempurna, dan endapan itu mudah
sekali melarut dalam air panas. Sulfida tidak larut. Asetat-asetat lebih mudah larut,
meskipun perak asetat bisa mengendap dari larutan yang agak pekat. Hidroksida dan
karbonat akan diendapkan dengan reagensia yang jumlahnya ekuivalen, tetapi kalau
reagensia berlebihan, ia dapat bertidak dengan bermacam-macam cara. Juga ada
perbedaan dalam sifat zat-zat ini terhadap amonia.

Tabel III. 1 satu halaman dari buku catatan laboratorium

Uji Gol. 1 Pb 2+ Pengamatan Penyelesaian


1. HCl Endapan putih Pb2+ + 2Cl‒ → PbCl2 ↓
+ NH3 Tak ada, perubahan Tak ada kompleks amina (tetapi Pb(OH)2 ↓)
+ air panas Larut 33,4 g PbCl2 larut per liter pada 1000C

2. H2S(+ HCl) Endapanhitam 3Pb2+ + H2S → PbS ↓ + 2H+


+ HNO3 pekat endapan putih 3PbS ↓ + 8HNO3 → 3Pb2+ + 2NO ↑ + 4H2O + 3S ↓
+ didihkan endapan putih S ↓ + 2HNO3 → SO42‒ + 2H+ + 2NO ↑
(berbeda) Pb2+ + SO42‒ → PbSO4 ↓
3. NH3 Endapan putih Pb2+ + 2NH3 + 2H2O → Pb(OH)2 ↓ + NH4+
+ Berlebihan Larut Pb2+ tak membentuk kompleks amina

4. NaOH Endapan putih Pb2+ + 2OH‒ → Pb(OH)2 ↓


+ berlebihan Larut Pb(OH)2 + 2OH ⇌ [Pb(OH)4]2‒
Pb(OH)2 : amfoter

5. KI Endapan kuning Pb2+ + 2I‒ → PbI2 ↓


+ berlebihan Tak ada perubahan Tak ada kompleks iod.

Tabel III. 2 tabulasi reaksi-reaksi kation golongan 1

Pb2+ Hg22+ Ag+


HCl Putih, PbCl2 ↓ Putih Hg2Cl2 ↓ Putih AgCl ↓
+ NH3 Tak ada perubahan Hitam, Hg ↓ + HgNH2Cl↓ Larut, [Ag(NH3)2]2+
+ air panas Larut Tak ada perubahan. Tak ada perubahan

H2S (+ HCl) Hitam, PbS ↓ Hitam, Hg ↓ + HgS ↓ Hitam Hg2S ↓


+ cc.HNO3+ didihkan Putih, PbSO4 Putih, Hg2(NO3)2S ↓ Larut, Ag

NH3, sedikit Putih, Pb(OH)2 ↓ Hitam, Hg + HgO, HgNH2NO3 ↓ Coklat, Ag2O ↓


+ berlebihan Tak ada perubahan Tak ada perubahan Larut, [Ag(NH3)2]+

NaOH Pb(OH)2 ↓ Hitam, Hg2O ↓ Coklat, Ag2O ↓


+ sedikit berlebihan Larut, [Pb(OH)4]2‒ Tak ada perubahan Tak ada perubahan

KI, Kuning, PbI2 ↓ Hijau, Hg2I2 ↓ Kuning, AgI ↓


+ sedikit berlebihan Tak ada perubahan Abu-abu, Hg ↓ + [HgI4]2‒ Tak ada perubahan

K2CrO4 Kuning, PbCrO4 ↓ Merah, Hg2CrO4 ↓ Merah, Ag2CrO4 ↓


+ NH3 Tak ada perubahan Hitam, Hg ↓ + HgNH2NO3 ↓ Larut, [Ag(NH3)2]+

KCN, sedikit Putih, Pb(CN)2 ↓ Hitam, Hg ↓ + Hg(CN)2 Putih, AgCN ↓


+ berlebihan Tak ada perubahan Tak ada perubahan. Larut [Ag(CN)]‒

Na2CO3 Putih, PbO.PbCO3 ↓ Putih kekuningan Hg2CO3 ↓ Putih kekuningan Hg2CO3


+ mendidih Tak ada perubahan Hitam, Hg ↓ + HgO ↓ Coklat, Ag2O ↓

Na2HPO4 Putih, Pb3(PO)4+2 ↓ Putih, Hg2HPO4 ↓ Kuning, Ag3PO4 ↓


reaksi spesifik Benzidina (+Br2) Difenil karbazida warna ungu p-dimetil amino
warna biru benzilidena
rodanina (+ HNO3) warna
lembayung.

III.4. TIMBEL, Pb (Ar : 207.19) Timbel adalah logam yang berwarna abu-abu kebiruan,
dengan rapatan yang tinggi (11,48 g ml−1 pada suhu kamar). Ia mudah melarut dalam
asam nitrat yang sedang pekatnya (8 M), dan terbentuk juga nitrogen oksida:
3Pb + 8HN03 → 3Pb2+ + 6NO3− + 2NO ↑ + 4H2O
Gas nitrogen (II) oksida yang tak berwarna itu, bila tercampur dengan udara, akan
teroksidasi menjadi nitrogen dioksida yang merah :
2NO ↑ (tak berwarna) + O2 ↑ → 2NO2 ↑ (merah)
Dengan asam nitrat pekat, terbentuk lapisan pelindung berupa timbel nitrat pada
permukaan logam, yang mencegah pelarutan lebih lanjut. Asam klorida encer atau asam
sulfat encer mempunyai pengaruh yang hanya sedikit, karena terbentuknya timbel klorida
atau timbel sulfat yang tak larut pada permukaan logam itu.

Reaksi-reaksi dari ion timbel (II) Larutan timbel nitrat (0,25 M) atau timbel asetat (0,25
M) dapat dipakai untuk mempelajari reaksi-reaksi ini.

1. Asam klorida encer (atau klorida yang larut) : endapan putih dalam larutan yang
dingin dan tak terlalu encer :

Pb2+ + 2Cl− ⇌ PbCl2 ↓

Endapan larut dalam air panas (33,4 g l−1 pada 1000 C, sedang hanya 9,9 g l−1
pada 200 C), tetapi memisah lagi sebagai kristal-kristal yang panjang seperti jarum
setengah dingin. Ia juga larut dalam asam klorida pekat atau kalium klorida pekat,
pada mana terbentuk ion tetrakloroplumbat (II) :

PbCl2 ↓ + 2NH3 + 2H2O → Pb(OH)2 ↓ + 2NH4+ + 2Cl−

2. Hidrogen sulfida dalam suasan netral atau asam encer : endapan hitam timbel
sulfida:
Pb2+ + H2S → PbS ↓ + 2H+
Pengendapan tidak sempurna, jika ada asam mineral kuat dengan konsentrasi
lebih dari 2 M. Karena terbentuk ion hidrogen dalam reaksi di atas, campuran
sebaiknya dibufferkan dengan natrium asetat.
Dengan mengalirkan gas hidrogen sulfida kedalam campuran yang
mengandung endapan timbel klorida putih, yang terakhir ini akan diubah menjadi
timbel sulfide (hitam) dengan reaksi pertukaran endapan :
PbCl2 ↓ + H2S → PbS ↓ + 2H+ + Cl−
Jika uji ini dilakukan dengan adanya klorida [kalium klorida (jenuh)] dalam
jumlah yang banyak, mula-mula terbentuk endapan merah timbel sulfoklorida, bila
gas hidrogen sulfida dialirkan kedalam larutan :
2Pb2+ + H2S +2Cl− → Pb2SCl2 ↓ + 2H+
Tetapi ini terurai setelah diencerkan (a), atau setelah ditambahkan hidrogen sulfida
lebih lanjut (b), dan terbentuk endapan timbel sulfida hitam :
Pb2SCl2 ↓ → PbS ↓ + PbCl2 (a)
Pb2SCl2 ↓ + H2S → 2PbS ↓ + 2Cl− + 2H+ (b)
Endapan timbel sulfida terurai bila ditambahkan asam nitrat pekat, dan unsur
belerang yang berbutir halus dan berwarna putih akan mengendap :
3PbS ↓ + 8HNO3 → 3Pb2+ + 6NO3− + 3S ↓ + 2NO ↑ + 4H2O
Jika campuran didihkan, belerang dioksidasikan oleh asam nitrat menjadi
sulfat (a), yang langsung membentuk endapan timbel sulfat putih (b) dengan ion
timbel yang ada di dalam larutan :
S ↓ + 2HNO3 → SO4− + 2H+ + 2NO ↑ (a)
Pb2+ + SO42− → PbSO4 ↓ (b)
Dengan mendidihkan timbel sulfida dengan hidrogen peroksida (3 %),
endapan hitam ini berubah menjadi putih, karena timbel sulfat :
PbS ↓ + 4H2O2 → PbSO4 ↓ + 4H2O
Kelarutan yang sangat kecil dari timbel sulfida dalam air (4,9 x 10−11 g l−1),
menjelaskan mengapa hidrogen sulfida merupakan reagensia yang begitu peka untuk
mendeteksi timbel, dan mengapa timbel dapat dideteksi dalam fitrat yang berasal dari
pemisahan timbel klorida yang hanya sedikit sekali larut dalam asam klorida encer
itu.
Perhatikan : Hidrogen sulfida adalah gasa yang sangat beracun, dan semua
pengerjaan dengan gas ini harus dilakukan dalam kamar asam. Semua tindakan
pengamanan harus diambil untuk menjaga agar hidrogen sulfida tidak lolos masuk ke
udara laboratorium.
3. Larutan ammonia : endapan putih timbel hidroksida :
Pb2+ + 2NH3 + 2H2O → Pb(OH)2 ↓ + 2NH4+
Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan.
4. Natirum hidroksida : endapan putih timbel hidroksida :
Pb2+ + 2OH− → Pb(OH)2 ↓
Endapan larut dalam reagensia berlebihan, pada mana terbentuk ion
tetrahidroksoplumbat (II) :
Pb(OH)2 ↓ + 2OH− → [Pb(OH)4]2−
Jadi, hodrogen sulfida mempunyai sifat amfoter.
Hidrogen peroksida (a) atau amonium peroksodisulfat (b), bila ditambahkan
pada larutan tetrahidroksoplumbat (II), membentuk endapan hitam timbel dioksida
dengan mengoksidasikan timbel bivalen menjadi bervalensi empat :
[Pb(OH)4]2− + H2O2 → PbO2 ↓ + 2H2O + 2OH− (a)
[Pb(OH)4]2− + S2O82− → PbO2 ↓ +2H2O + 2SO42− (b)
5. Asam sulfat encer (atau sulfat-sulfat yang larut) : endapan putih, timbel sulfat :
Pb2+ + SO42− → PbSO4 ↓
Endapan ini tak larut dalam reagensia yang berlebihan. Asam sulfat yang panas,
pekat, melarutkan endapan karena terbentuk timbel hidrogen sulfat :
PbSO4 ↓ + H2SO4 → Pb2+ + 2HSO4−
Kelarutan menjadi jauh lebih rendah dengan adanya etanol. Endapan timbel
sulfat larut dalam larutan amonium asetat yang agak pekar (10 M) (a) atau amonium
tartrat yang agak pekat (6 M) (b) dengan adanya ammonia, pada mana akan terbentuk
ion-ion tetraasetatoplumbat (II) dan ditartratoplumbat (II) :
PbSO4 ↓ + 4HC3COO− → [Pb(CH3COO)4]2− + SO42− (a)
PbSO4 ↓ + 2C4H4O62− → [Pb(C4H4O6)2]2− + SO42− (b)
Kestabilan kompleks-kompleks ini tak terlalu besar; ion kromat, misalnya,
dapat mengendapkan timbel kromat dari larutan kompleks-kompleks tersebut.
Bila didihkan dengan natrium karbonat, timbel sulfat diubah menjadi timbel
karbonat dalam suatu reaksi pertukaran endapan :
PbSO4 ↓ + CO32− → PbCO3 ↓ + SO42−
Dengan mencuci endapan secara dekantasi dengan air panas, ion-ion sulfat dapat
dihilangkan, dan endapan akan larut dalam asam nitrat encer.
PbCO3 ↓ + 2H+ → Pb2+ + H2O + CO2↑
6. Kalium karbonat dalam larutan netral, asam asetat atau ammonia : endapan kuning,
timbel kromat
Pb2+ + CrO42− → PbCrO4 ↓
Asam nitrat (a) atau natrium hidroksida (b) melarutkan endapan :
2PbCrO4 ↓ +2H+ ⇌ 2Pb2+ + Cr2O72− + 2H2O (a)
PbCrO4 ↓ + 4OH− ⇌ [Pb(OH)4]2− + CrO42− (b)
Kedua reaksi revesibel; dengan membufferkan larutan, masing-masing dengan
ammonia dan asam asetat, timbel kromat mengendap lagi.
7. Kalium iodida : endapan kuning, timbel iodide
Pb2+ + 2I− → PbI2 ↓
Endapan larut sedang-sedang saja dalam air mendidih, menghasilkan larutan
yang tak berwarna, dari mana endapan memisah lagi sebagai keping-keping berwarna
kuning keemasan setelah mendidih.
Larutan reagensia yang agak pekat (6 M) dalam jumlah yang berlebihan,
melarutkan endapan, dan terbentuk ion tetraiodoplumbat (II) :
PbI2↓ + 2I− ⇌ [PbI4]2−
Reaksi ini dapat balik; ketika diencerkan dengan air, endapan akan
muncul lagi.
8. Natrium sulfit dalam larutan netral : endapan putih timbel sulfit
Pb2+ + SO32+ ↓ PbSO3 ↓
Endapan kuning kurang larut dibandingkan timbel sulfat, meskipun dapat
dilarutkan baik oleh asam nitrat encer (a), maupun oleh natrium hidroksida (b) :
PbSO3 ↓ + 2H+ → Pb2+ + H2O + SO2 ↑ (a)
PbSO3 ↓ + 4OH− → [Pb(OH)4]2− (b)
9. Natrium karbonat : endapan putih campuran timbel karbonat dan timbel hidroksida
2Pb2+ + 2CO32− + H2O → Pb(OH)2 ↓ + PbCO3 ↓ + CO2 ↑
Pada pendidihan, tak nampak perubahan [perbedaan ion-ion merkurium (I) dan perak
(I)]. Endapan larut dalam asam nitrat encer, bahkan dalam asam asetat, dan gas CO2
di bebaskan :
Pb(OH)2 ↓ + PbCO3 ↓ + 4H+ → 2Pb2+ + 3H2O + CO2 ↑
10. Dinatrium hidrogen fosfat : endapan putih timbel fosfat
3Pb2+ + 2HPO42− ⇌ Pb3(PO4)2 ↓ + 2H+
Reaksi ini dapat balik; asam-asam kuat (asam nitrat) melarutkan endapan.
Endapan juga larut dalam natrium hidroksida.
11. Kalium sianida (RACUN) : endapan putih timbel sianida
Pb2+ + 2CN− → Pb(CN)2 ↓
Yang tak larut dalam reagensia berlebihan. Reaksi ini dapat dipakai untuk
membedakan ion timbel (II) dan merkurium (I) dan perak (I), yang bereaksi
secara berlainan.
12. Tetrametildiamino-difenilmetana (atau ‘tetrabasa’) (0,5%)

(CH3)2N CH2 N(CH3)2


Terbentuk hasil oksidasi berwarna biru {hidrol : ─CH2 → CH(OH)} pada kondisi-
kondisi yang disebut dibawah.

Taruh 1 ml larutan uji dalam tabung pemusing 5 ml, tambahkan 1 ml kalium


hidroksida 2 M dan 0,5 ─ 1 ml larutan hidrogen peroksida 3 persen. Diamkan selama
5 menit. Pisahkan endapan dalam pemusingan, dan cuci satu kali dengan air dingin.
Tambahkan 2 ml reagensia, kocok dan pusingkan. Cairan supernatan akan berwarna
biru.

Ion-ion bismuth, serium, mangan, talium, kobalt, dan nikel, memberi reaksi
yang serupa : tembaga yang berjumlah besar, dan besi, mengganggu.

Batas konsentrasi : 1 dalam 10.000.

13. Benzidina (0,05 %) (BAHAYA : REAGENSIA INI KARSINOGENIK (DAPAT


MENIMBULKAN KANKER))

H2N NH2

Warna yang biasa disebut ‘biru benzidina’ dihasilkan pada oksidasi dengan timbel
dioksida. Ion bismuth, serium, mangan, kobalt, nikel, perak, dan talium, memberi
reaksi yang serupa, tetapi dengan melakukan uji dalam suatu ekstrak basa, (misalnya
dengan larutan tetrahidroksoplumbat (II), hanya talium yang menggangu. Oksidasi
mudah dilakukan dengan natrium hipobromit; kelebihan natrium hipobromit ini dapat
diuraikan dengan ammonia [2NH3 + 3OBr− → N2 ↑ + 3Br− + 3H2O].
Taruh setetes larutan uji diatas kertas reaksi tetes, dan tambahkan barturut-
turut 2 tetes natrium hidroksida 3 M dan 1 tetes air brom jenuh. Tambahkan 2 tetes
larutan ammonia 1 : 1; hilangkan ammonia yang berlebihan dengan mengibas-
ngibaskan kertas diatas nyala api kecil. Tambahkan 2 tetes reagensia : terjadi warna
biru.
Kepekatan : 1μ Pb. Batas konsentrasi : 1 dalam 50.000.

14. Galosianina (1 %)
COOH
N

O O N(CH3)3.HCl

OH
Terjadi endapan lembayung-tua yang komposisinya tak diketahui. Uji dapat dipakai
untuk timbel sulfat yang berbutir halus, yang diendapkan diatas kertas saring.
Taruh setetes larutan uji diatas kertas reaksi tetes, diikuti oleh setetes larutan
air piridina 1 persen, dan setetes reagensia galosianina (biru). Hilangkan kelebihan
reagensia dengan menaruh beberapa lembar kertas saring dibawah kertas reaksi tetes
dan menambahkan tetesan-tetesan larutan piridina pada bercak itu sampai cairan
pencuci yang menembus keluar menjadi tak berwarna; geser kertas-kertas saring itu
ke posisi yang baru sehabis setiap penambahan piridina. Terjadi bercak ungu tua.
Kepekatan : 1−6 μg Pb. Batas konsentrasi : 1 dalam 50.000.
Jika ada perak, bismut, kadmium, atau tembaga, kerjakan sebagai berikut.
Bubuhkan setetes larutan uji diatas kertas reaksi tetes, dan tambahkan asam sulfat M,
untuk mengendapkan timbel sebagai timbel sulfat. Hilangkan sulfat-sulfat logam-
logam lain, dengan mencuci dengan 3 tetes asam sulfat M, diikuti dengan sedikit
etanol 96 persen. Keringkan kertas diatas penangas air, lalu lakukan uji seperti
dilakukan diatas.
15. Difeniltiokarbazon (atau Ditizon) (0,005 %)

NH.NHC6H5
SC
N = NC6H5

Garam kompleks berwarna merah bata, dalam larutan netral, amoniakal, basa, atau
alkalisianida.

Taruh 1 ml larutan yang netral atau sedikit basa itu dalam tabung uji mikto,
masukkan beberapa Kristal kecil kalium sianida, lalu 2 tetes reagensia. Kocok selama
30 detik. Warna hijau dari reagensia berubah menjadi merah.

Kepekatan : 0,1 μ Pb (dalam larutan netral). Batas konsentrasi : 1 dalam 1.250.000.


Logam-logam berat (perak, merkurium, tembaga, kadmium, stibium, nikel,
dan zink, dan sebagainya) mengganggu, tetapi efek ini dapat ditiadakan dengan
melakukan reaksi dengan alkai sianida yang banyak; untuk zink, diperlukan pula
alkali hidroksida berlebihan. Reaksi ini sangat peka, tetapi tak begitu selektif.

Reagensia dibuat dengan melarutkan 2−5 mg ditizon dalam 100 ml karbon


tetraklorida atau klorofrom. Ini tak dapat tahan lama dengan baik.

16. Uji kering


a. Uji pipa tiup. Bila suatu garam timbel dipanaskan dengan karbonat alkali diatas
arang, diperoleh manik timbel yang dapat ditempa (yang lembut dan akan
menodai kertas) dikelilingi oleh kerak kuning timbel monoksida.
b. Uji nyala. Biru muda (tak memastikan).

III.5. MERKURIUM ATAU RAKSA, Hg (Ar : 200,59) – MERKURIUM (I).


Merkurium adalah logam cair yang putih keperakan pada suhu biasa, dan mempunyai
rapatan 13,534 g ml−1 pada 250 C. Ia tak dipengaruhi asam klorida atau asam sulfat encer
(2 M), tetapi mudah bereaksi dengan asam nitrat. Asam nitrat yang dingin dan sedang
pekatnya (8 M), dengan merkurium yang berlebihan menghasilkan ion merkurium (I) :
6Hg + 8HNO3 → 3Hg22+ + 2NO ↑ + 6NO3− + 4H2O
Dengan asam nitrat pekat panas yang berlebihan, terbentuk ion merkurium (II) :
3Hg + 8HNO3 → 3Hg2+ + 2NO ↑ + 6NO3− + 4H2O
Asam sulfat pekat, panas, juga melarutkan merkurium. Hasilnya adalah ion
merkurium (I), jika merkurium terdapat berlebihan
2Hg + 2H2SO4 → Hg2+ + SO42− + SO2 ↑ + 2H2O

Sedang bila asam yang berlebihan, ion merkurium (II) yang akan terbentuk :

Hg + 2H2SO4 → Hg2+ + SO42− + SO2 ↑ +2H2O

Kedua ion, merkurium (I) dan merkurium (II), bersifat sangat berbeda terhadap
reagensia-reagensia yang dipakai dalam analisis kualitatif, dan karenanya masuk dalam
dua golongan anaitik yang berlainan. Ion merkurium (I) masuk dalam golongan kation
pertama, maka reaksi-reaksinyaakan dibahas disini. Di lain pihak, ion-iom merkurium (II)
berada dalam golongan kation ke dua; maka reaksi-reaksinya akan dibahas kelak,
bersama-sama dengan anggota-anggota lain dari golongan itu.
Reaksi ion merkurium (I) larutan merkurium (I) nitrat (0,05 M) dapat dipakai untuk
mempelajari reaksi-reaksi ini.

1. Asam klorida encer atau klorida-klorida yang larut : endapan putih merkurium (I)
klorida (kalomel)
Hg22+ + 2Cl− → Hg2Cl2 ↓
Endapan tak larut dalam asam encer.
Larutan ammonia mengubah endapan menjadi campuran merkurium (II).
Amidoklorida dan logam merkurium yang kedua-duannya merupakan endapan yang
tak larut :
Hg2Cl2 + 2NH3 → Hg ↓ + Hg(NH2)Cl ↓ + NH4+ + Cl−
Reaksi ini meliputi disproporsionasi (hilangnya perbandingan susunan) yaitu :
merkurium (I) diubah sebagian menjadi merkurium (II) dan sebagian menjadi logam
merkurium. Reaksi ini bisa dipakai untuk membedakan ion merkurium (I) dari timbel
(II) dan perak (I).
Merkurium (II) amidoklorida merupakan endapan putih tetapi merkurium yang
berbutir-butir halus itu membuat nampak hitam mengkilap. Nama kolomel, yang
berasal dari Bahasa yunani Kαov μɛασ = hitam manis menunjukkan ciri khas dari
endapan merkurium klorida, yang aslinya adalah putih.
Merkurium (I) klorida larut dalam air raja (aqua regia), membentuk merkurium (II)
klorida yang tak berdisosiasi tetapi larut :
3Hg2Cl2 ↓ +2HNO3 + 6HCl → 3HgCl2 + 2NO ↑ +4H2O
2. Hidrogen sulfida dalam suasana netral atau asam encer : endapan hitam, yang
merupakan campuran dari merkurium (II) klorida yang tak berdisosiasi tetapi larut :
Hg22+ + H2S → Hg ↓ + HgS ↓ + 2H+
Berhubung hasilkali kelarutan merkurium (II) sulfida luar biasa kecilnya, reaksi ini
sangat peka.
Natrium sulfida (tak berwarna), melarutkan merkurium (II) sulfida (tetapi tak
mempengaruhi logam merkurium), dan suatu kompleks disulfomerkurat (II)
terbentuk:
HgS + S2− → [HgS2]2−
Setelah mengeluarkan logam merkurium dengan menyaring, merkurium (II)
sulfida hitam dapat diendapkan lagi dengan mengasamkan dengan asam mineral
encer:
[HgS2]2− + 2H+ → HgS ↓ + H2S ↑

Natrium disulfida (kuning) melarutkan baik merkurium maupun merkurium


(II) sulfida :

HgS ↓ +Hg ↓ + 3S22− → 2[HgS2]2− + S32−

Reaksi yang agak rumit ini dapat lebih mudah dimengerti dengan memecah-
mecahnya menjadi beberapa tahap sebagai berikut :

Mula-mula merkurium dioksidasikan oleh disulfida, menghasilkan merkurium


(II) sulfida dan ion (mono) sulfida :

Hg ↓ + S22− → HgS ↓ + S2− (a)

Merkurium (II) sulfida lalu melarut dalam (mono) sulfida yang terbentuk dalam reaksi
sebelumnya.

HgS ↓ + S2− → [HgS2]2− (b)

Merkurium (II) sulfida, yang dari semula ada dalam endapan, bereaksi dengan ion
disulfida, menghasilkan ion-ion disulfomerkurat (II) dan trisulfida :

HgS + 2S22− → HgS22− + S32− (c)

Menggabungkan reaksi-reaksi (a), (b), dan (c) bersama-sama, kita peroleh


reaksi yang diuraikan diatas.

Air raja melarutkan endapan, dengan menghasilkan merkurium (II) klorida


yang tak berdisosiasi dan belerang :

12HCl + 4HNO3 + 3Hg ↓ + 3HgS ↓ = 6HgCl2 +3S ↓ +4NO ↑ +8H2O

Reaksi ini dapat dimengerti sebagai penjumlahan dari tahap-tahap berikut : ketika
membuat air raja terbentuk atom-atom klor :

3HCl + HNO3 → 3Cl + NO ↑ + 2H2O (a)

Ini bereaksi sebagian dengan merkurium, membentuk merkurium (II) klorida :

Hg ↓ + 2Cl → HgCl2 +S ↓ (b)

Sebagian klor yang lain bereaksi dengan merkurium (II) sulfida

HgS ↓ +2Cl → HgCl2 + S ↓ (c)

Gabungan dari 4 (a) + 3 (b) + 3 (c) menghasilkan persamaan


12HCl + 4HNO3 + 3Hg ↓ + 3HgS ↓ = 6HgCl2 + 3S ↓ + 4NO ↑ + 8H2O

Bila dipanaskan dengan air raja, belerang dioksidasikan menjadi asam sulfat, dan
larutan menjadi jernih :

S ↓ + 6HCl + 2HNO3 → S42− + 6Cl− + 8H+ + 2NO ↑

3. Larutan ammonia : endapan hitan yang merupakan campuran logam merkurium dan
merkurium (II) amidonitrat basa, (yang sendirinya merupakan endapan putih).

NH3
2Hg22+ + NO3− + 4NH3 + H2O → HgO.Hg ↓ + 2Hg ↓ +3NH4+
NO3

Reaksi ini dapat dipakai untuk membedakan antara ion merkurium (I) dan ion
merkurium (II).

4. Natrium hidroksida : endapan hitam merkurium (I) oksida


Hg22+ + 2OH− → Hg2O ↓ + H2O
Endapan tak larut dalam reagensia berlebihan, tetapi mudah larut dalam asam
nitrat encer.
Ketika didihkan, warna endapan berubah menjadi abu-abu, karena
disproporsionasi, pada mana merkurium (II) oksida dan logam merkurium terbentuk :
Hg2O ↓ → HgO ↓ + Hg ↓
5. Kalium kromat dalam larutan panas : endapan kristalin merah merkurium (I) kromat
Hg22+ + CrO42− → Hg2CrO4 ↓

Jika uji dilakukan dalam keadaan dingin, terbentuk endapan amorf coklat
dengan komposisi yang tak tertentu. Ketika dipanaskan, endapan menjadi Kristal
merkurium (I) kromat yang merah.

Natrium hidroksida mengubah endapan menjadi merkurium (I) oksida yang


hitam :

HgCrO4 ↓ + 2OH− → Hg2O ↓ + CrO42− + H2O

6. Kalium iodida, ditambahkan perlahan-lahan dalam larutan dingin : endapan hijau


merkurium (I) iodide
Hg22+ + 2I− → Hg2I2 ↓
Jika ditambahkan reagensia berlebihan, terjadi reaksi disproporsionasi, dan
terbentuk ion tetraiodomerkurat (II) yang larut dan merkurium hitam yang berbutir
halus :

Hg2I2 ↓ + 2I− → [HgI4]2− + Hg ↓

Ketika mendidihkan endapan merkurium (I) iodide dengan air, terjadi pula
disproporsionasi, dan terbentuk campuran endapan merkurium (II) iodida merah dan
merkurium hitam yang berbutir halus :

Hg2I2 ↓ → HgI2 ↓ + Hg ↓

7. Natrium karbonat dalam larutan dingin : endapan kuning merkurium (I) karbonat :

Hg22+ + CO32− → Hg2CO3 ↓

Endapan berubah menjadi abu-abu kehitaman ketika mana merkurium (II)


oksida dan merkurium terbentuk :

Hg2CO3 ↓ → HgO ↓ + Hg ↓ + CO2 ↑

Penguraian dapat dipercepat dengan memanaskan campuran itu.

Anda mungkin juga menyukai