Anda di halaman 1dari 17

RENCANA AKSI PERUBAHAN

1. IDENTIFIKASI PROYEK
a. Judul
PENINGKATAN KINERJA PEMERINTAH DAEARAH DALAM MENYUSUN
PERENCANAAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN YANG TERINTEGRASI
DAN TERPADU ANTAR SEKTOR, PUSAT DAN DAERAH DI KAWASAN
PERDESAAN BERBASIS E-PERENCANAAN

b. Deskripsi
Pembangunan infrastruktur permukiman di Kawasan perdesaan sejatinya
merupakan bagian dari upaya peningkatan fungsi kawasan (agropolitan, mina
politan dan pariwisata). Tujuan akhir dari peningkatan fungsi kawasan tersebut
adalah peningkatan produktivitas masyarakat di kawasan perdesaan dan
meningkatkan keterhubungan antara kawasan perdesaan dan kawasan
perkotaan (urban-rural linkages).

Dalam rangka peningkatan fungsi kawasan tersebut dibutuhkan dokumen


perencanaan infrastruktur permukiman di kawasan perdesaan yang didalamnya
selain perencanaan infrastruktur juga terdapat identikasi fungsi kawasan,
identifikasi kolaborasi dan sinergi antar stakeholder.

Saat ini belum semua Pemerintah Kabupaten menyiapkan dokumen tersebut,


karena panduan dalam pelaksanaannya belum tersusun. Disisi lain kapasitas
SDM Pemerintah Pusat sebagai Pembina juga terbatas, baik waktu, tenaga dan
anggarannya.

Guna mempercepat penyusunan yang ada, maka dibutuhkan panduan yang


didalamnya berisi pentahapan, format identifikasi fungsi kawasan,penentuan
infrastruktur dan kolaborasi yang mudah didapat melalui sistem informasi.
Dengan pertimbangan tersebut maka dilakukan upaya untuk menyiapkan
panduan perencanaan infrastruktur yang dapat diunduh dari website Ditjen Cipta
Karya.

c. Sponsor/Mentor Ir. Rina Farida, MT.


d. Project Leader Soelistianing Kusumawati
e. Sumber Daya Legitimasi Tim : Deskripsi :
Tim 1. Project Leader Project Leader bertanggung
2. Tim Penyiapan
jawab terhadap keseluruhan
Modul
proyek perubahan, mulai dari
3. Tim Informasi
konsultasi, melakukan
Teknologi
4. Tim Penyiapan Pilot koordinasi, sosialisasi baik
Project dengan tim efektif maupun
5. Sponsor Proyek
dengan stakeholder eksternal;
Tim Penyiapan modul,
merupakan bagian dari tim efektif
yang membantu Project Leader
untuk mengumpulkan data,
menganalisa dan menyusun draft
modul perencanaan. Selain itu
tim ini juga membantu dalam
penyelenggaraan FGD maupun
pertemuan dengan stakeholder;
Tim Informasi Teknologi,
merupakan bagian dari tim efektif
yang membantu Project Leader
dalam menyiapkan desain e-
perencanaan;
Tim Penyiapan Pilot Project,
merupakan bagian dari tim efektif
yang membantu Project Leader
untuk menentukan lokasi yang
akan dipilih sebagai pilot project
dalam penyusunan dokumen
perencanaan infrastruktur
berbasis e-perencanaan;
Sponsor Proyek, merupakan
atasan langsung dari Project
Leader yang memberikan
persetujuan terhadap
pelaksanaan proyek perubahan

2. LATAR BELAKANG (PLATFORM)


Konteks Penyelenggaraan Kawasan Permukiman
Arah kebijakan pembangunan perdesaan adalah pengembangan permukiman di
kawasan perdesaan adalah membangun Indonesia dari pinggiran, dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa, dalam kerangka negara kesatuan. Arah
kebijakan pembangunan perdesaan tersebut dituangkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 salah
satunya mentargetkan untuk mengurangi jumlah desa tertinggal sampai dengan
5.000 desa, meningkatkan jumlah desa mandiri sedikitnya 2.000 desa, dan
meningkatkan kualitas permukiman perdesaan seluas 78.384 Ha. Dalam upaya
meningkatkan kualitas permukiman perdesaan Pemerintah telah menerbitkan
antara lain: Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman yang telah ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 14 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perumahan dan
Kawasan Permukiman yang mengarahkan bahwa pengembangan kawasan
permukiman perdesaan ke dalam 2 (dua) lokus pengembangan, yaitu:
pengembangan untuk hunian tempat tinggal dan pengembangan tempat
berkegiatan atau beraktivitas.

Selain itu, Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007


tentang Penataan Ruang yang mengamatkan bahwa pengembangan infrastruktur
kawasan permukiman perdesaan harus berdasarkan rencana tata ruang. Upaya
peningkatan kualitas kawasan permukiman perdesaan sejatinya perlu dilakukan
secara terpadu dan terintegrasi antar sektor, dan berbasis pada rencana tata
ruang dan mengakomodasi prinsip pembangunan berkelanjutan baik secara
lingkungan, sosial dan ekonomi. Dokumen perencanaan infrastruktur yang telah
disusun saat ini hanya mencapai 180 kabupaten dari 415 kabupaten yang ada di
seluruh Indonesia.
Saat ini pembangunan lebih diarahkan ke kawasan perkotaan sehingg timbul
kesenjangan antara kawasan perdesaan dengan kawasan perkotaan. hal ini
diperparah dengan belum dikelolanya potensi di kawasan perdesaan secara
optimal sehingga belum dapat mengembangkan kegiatan ekonomi yang bertujuan
meningkatkan produktivitas, daya saing dan kesejahteraan masyarakat.

Pengembangan permukiman di kawasan perdesaan sejatinya perlu


diimplementasikan dengan penguatan potensi lokal melalui intervensi infrastruktur
kawasan permukiman perdesaan dan dilakukan dengan pengembangan fungsi
kawasan permukiman perdesaan sebagai tempat beraktivitas dan tempat hunian.
Pengembangan ini perlu mempertimbangkan rantai nilai melalui pendekatan
agropolitan, minapolitan dan pariwisata. Rantai nilai merupakan suatu jalur yang
dapat menghubungkan interaksi antara sistem produksi dan distribusi dari
komoditas unggulan di suatu kawasan permukiman perdesaan. Konsep rantai
nilai ini menjelaskan mulai dari jenis bahan baku dari hasil produksi atau disebut
dengan supply, menuju proses pengumpulan, pengolahan, pengemasan, dan
pemasaran atau disebut juga dengan (proses), hingga pengidentifikasian lokasi
pasar baik lokal maupun regional atau di sebut juga dengan demand
(Raras,2009).

Pengembangan permukiman di kawasan perdesaan lebih efektif jika dilakukan


melalui pembangunan infrastruktur. Tetapi dalam pelaksanaannya pembangunan
infrastruktur tersebut belum memberikan kontribusi terhadap pengembangan
kawasan perdesaan. Pengembangan kawasan permukiman perdesaan
memerlukan kolaborasi, dukungan, komitmen, dan keterlibatan aktif dari para
pemangku kepentingan sesuai perannya masing-masing, antara lain: pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat. Menurut Crosby (1992), Pemangku
kepentingan adalah perorangan dan kelompok yang secara aktif terlibat dalam
kegiatan, atau yang terkena dampak, baik positif maupun negatif, dari hasil
pelaksanaan kegiatan. Pemerintah dan pemerintah daerah berperan sebagai
regulator dalam penyiapan kebijakan dan program untuk mewujudkan kawasan
permukiman perdesaan yang berkelanjutan baik secara lingkungan, sosial
budaya, dan ekonomi.
Diharapkan dengan dilakukannya proyek perubahan ini akan tersusun dokumen
perencanaan infrastruktur permukiman di kawasan perdesaan yang sudah
bersinergi dan pelaksanaannya melibatkan stakeholder terkait sebanyak 290
kabupaten.
Gambar Ruang Lingkup Proyek Perubahan

Konteks Institusi
Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman merupakan salah satu unit
kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Cipta Karya. Berdasarkan Permen PUPR
No. 15 Tahun 2015, Direktorat Pengembangan Kawasan Pemukiman mempunyai
tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknis,
pengawasan teknis, pengendalian dan pengaturan teknis pembangunan dan
pengembangan kawasan permukiman perkotaan, kawasan permukiman
perdesaan, serta kawasan permukiman khusus.

Terdapat 5 (lima) Subdit pada DIrektorat PKP, yang salah satunya adalah Subdit
Kawasan Permukiman Perdesaan, yang memiliki tugas melaksanakan
penyiapan bahan rumusan kebijakan, penyiapan pelaksanaan kebijakan dan
pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan kawasan
permukiman perdesaan, fasilitasi penyediaan tanah dan pengembangan jejaring
kemitraan.
Gambar
Struktur Organisasi Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman

DIREKTORAT PENGEMBANGAN
KAWASAN PERMUKIMAN
SUB BAGIAN TATA
USAHA

SUBDIT SUBDIT KP SUBDIT KP SUBDIT KP


PERENCANAAN PERKOTAAN PERDESAAN KHUSUS SUBDIT STANBAG
TEKNIK

SEKSI SEKSI KP SEKSI KP SEKSI KP SEKSI


PENYUSUNAN PERKOTAAN I
Dalam melaksanakan tugas pokok PERDESAAN
dan fungsi I SubditKHUSUS
Kawasan
I Permukiman
STANDARDISASI
RENCANA
Perdesaan mengemban amanat untuk menyelenggarakan kawasan permukiman
SEKSI ANALISA SEKSI KP SEKSI KP SEKSI KP SEKSI
perdesaan
TEKNIK yang berkesinambungan
PERKOTAAN II antaraII kawasan
PERDESAAN perdesaan
KHUSUS II dengan
KELEMBAGAAN

kawasan perkotaan (urban-rural linkage) dan meningkatkan produktivitas


masyarakat di kawasan perdesaan melalui penyediaan
KELOMPOK JAFUNG infrastruktur
permukiman di kawasan perdesaan.
Dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala antara lain :
1. Dokumen perencanaan infrastruktur permukiman di kawasan perdesaan yang
telah disusun masih belum bersinergi dan belum melibatkan stakehoder
terkait;
2. Potensi sumber daya permukiman di kawasan perdesaan belum optimal
sesuai dengan fungsi kawasan (agropolitan, minapolitan dan pariwisata);
3. Infrastruktur permukiman di kawasan perdesaan yang telah dibangun belum
didukung oleh sektor lain sehingga konsep rantai nilai tidak terwujud.

3. TUJUAN
Tujuan Jangka Pendek
Pelaksanaan proyek perubahan dalam jangka pendek ditujukan untuk menyusun
panduan rencana pelaksanaan infrastruktur permukiman di kawasan perdesaan
dan penyiapan desain e-perencanaan. Selain itu dalam tahap ini akan
dilaksanakan ujicoba e-perencanaan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
dalam menunjang pelaksanaan proyek perubahan ini adalah :
1. Pembentukan Tim Efektif
2. Penyiapan metoda pelaksanaan
3. Pembahasan dan konsolidasi dengan Tim Efektif dan Stakeholder
4. Penyusunan materi panduan perencanaan
5. Penyusunan modul template dan penyiapan e perencanaan
6. Penyusunan draft SE Dirjen CK
7. Penyiapan integrasi panduan dan modul perencanaan ke Website Ditjen
CK
8. Upload panduan dan modul ke Website
9. Ujicoba e-perencanaan

Tujuan Jangka Menengah


Dalam jangka menengah yang akan dilaksanakan dalam waktu 6 (enam) bulan,
pelaksanaan proyek perubahan ditujukan untuk menerapkan e-perencanaan
melalui sosialisasi kepada stakeholder. Dalam pelaksanaannya perlu
memastikan bahwa tidak terjadi kendala dalam pemanfaatan e-perencanaan oleh
stakeholder. Guna mencapai tujuan tersebut, dalam periode ini akan dilakukan
kegiatan sebagai berikut:
1. Penyempurnaan aplikasi e-perencanaan;
2. Sosialisasi kepada Pemkab dalam menyusun dokumen perencanaan;
3. Penerapan e-perencanaan
4. Monitoring dan evaluasi
5. Penetapan SE Dirjen CK

Tujuan Jangka Panjang


Dalam jangka panjang, pelaksanaan proyek perubahan ditujuan untuk penerapan
e-perencanaan kepada seluruh stakeholder, utamanya Pemerintah Kabupaten,
dalam rangka kemudahan menyusun dokumen perencanaan infrastruktur di
permukiman di kawasan perdesaan. Tahap jangka panjang merupakan tahap
post production yang difokuskan pada proses operasional e-perencanaan,
monitoring dan evaluasi dalam rangka menjaga agar e-perencanaan
dipergunakan secara menyeluruh.

4. MANFAAT
Terhadap Individu
1. Memperluas jejaring dengan stakeholder baik di tingkat pusat maupun
dengan pemerintah daerah;
2. Memberikan kemudahan dalam melaksanakan tugas dan fungsi.
Terhadap Organisasi
1. Kinerja Direktorat PKP untuk Kawasan Perdesaan yang lebih terukur,
efektif dan efisien;
2. Diperoleh data kebutuhan infrastruktur permukiman di Kawasan perdesaan
sebagai masukan dalam pengusulan program;
3. Mewujudkan keterpaduan dalam perencanaan kawasan perdesaan;
4. Memberikan kemudahan dalam melakukan koordinasi dengan
stakeholder;
5. Penyusunan perencanaan lebih cepat, dan diperoleh kejelasan delineasi
Kawasan, penetapan anggaran dan pengukuran waktu untuk kawasan yang
bersangkutan.
Terhadap Stakeholder
1. Kemudahan dalam penyusunan perencanaan permukiman di Kawasan
perdesaan
2. Pengelolaan potensi sumber daya kawasan permukiman perdesaan
optimal;
3. Pelaksanaan infrastruktur permukiman di kawasan perdesaan yang
terintegrasi dan terpadu antar sektor.

5. RUANG LINGKUP
a. Lingkup Waktu
Time frame pelaksanaan proyek perubahan dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan
pelaksanaan, yaitu :
 Tahap Jangka Pendek (Maret s/d Mei 2018)
 Tahap Jangka Menengah (Juni s/d November 2018)
 Tahap Jangka Panjang (Desember 2018 s/d Desember 2019)
b. Lingkup materi
 Dokumen perencanaan yang dimaksud dalam proyek perubahan ini
merupakan dokumen perencanaan infrastruktur Cipta Karya untuk
permukiman di kawasan perdesaan yang di dalamnya juga telah termuat
matriks program, penentuan fungsi kawasan dan matriks kolaborasi.
 E-perencanaan merupakan bagian dari percepatan proses penyusunan
dokumen dimana diharapkan Pemda dapat mengunduh contoh format-format
penyusunan dan melakukan diskusi.

5. OUTPUT KUNCI (KEY PROJECT DELIVERABLES)


Nama Deskripsi
Output Jangka Pendek Diharapkan dalam tahap ini modul
 Modul perencanaan dan aplikasi perencanaan telah tersusun berserta
e-perencanaan; format template dan dapat diunggah ke
 Terlaksananya ujicoba e- dalam website Ditjen Cipta Karya sehingga
perencanan. e-perencanaan mulai dapat diujicobakan.
Output Jangka Menengah Tahap jangka menengah akan
 Launching e-perencanaan dilaksanakan dalam kurun waktu 6 (enam)
melalui sosialisasi; bulan. Dalam tahapan ini akan dilakukan
 Monitoring dan evaluasi. sosialisasi dalam rangka penerapan e-
perencanaan kepada Pemda. Dalam
prosesnya dibutuhkan pengawasan
sehingga pemanfaatan e-perencanaan
tidak mengalami kendala.
Output Jangka Panjang Dalam tahap ini Subdit KP Perdesaan
Pengoperasian secara menyeluruh perlu memastikan bahwa e-perencanaan
dan pelaksanaan monitoring dan telah digunakan sebagai aplikasi dalam
evaluasi menyusun dokumen perencanaan yang
lebih sederhana dan cepat.

6. PENTAHAPAN (MILESTONE)
a. Jangka Pendek
N Target/ Tahapan Utama Waktu Output
o
1. Pembentukan tim efektif Minggu III-IV SK Tim Efekif
Pelaksana : Mentor, Project Maret 2018
Leader
2. Penyiapan metode Minggu IV Maret- Jadwal pelaksanaan
pelaksanaan Minggu II April 2018 Kegiatan
Pelaksana : Mentor, Project
Leader, Tim Efektif (Tim
penyiapan modul)
3. Pembahasan dan konsolidasi Minggu IV Maret, Notulensi hasil rapat
dengan tim efektif dan Minggu III April dan
stakeholder Minggu II Mei 2018
Pelaksana : Mentor, Project
Leader, Tim Efektif
4. Penyusunan materi panduan Minggu II April s/d Dokumen
perencanaan Minggu I Mei 2018 perencanaan
Pelaksana : Mentor, Project
Leader, Tim Efektif (Tim
penyiapan modul)
5. Penyusunan desain template Minggu II April s/d Dokumen e-
dan e-perencanaan Minggu I Mei 2018 perencanaan
Pelaksana : Mentor, Project
Leader, Tim Efektif (Tim IT)
6. Penyusunan draft SE Dirjen Minggu I-IV April Draft SE Dirjen Cipta
Cipta Karya 2018 Karya
Pelaksana : Mentor, Project
Leader, Tim Efektif (Tim
penyiapan modul)
7. Penyiapan integrase panduan Minggu III April s/d Dokumen integrasi
dan desain template e- Minggu II Mei 2018
perencanaan ke website Ditjen
Cipta Karya
Pelaksana : Mentor, Project
Leader, Tim Efektif (Tim IT dan
Tim penyiapan modul)
8. Upload panduan dan modul ke Minggu I Mei 2018 Panduan dan modul
website terupload
Pelaksana : Mentor, Project
Leader, Tim Efektif (Tim IT)
9. Ujicoba e-perencanaan Minggu I s/d IV Mei Dokumen
Pelaksana : Mentor, Project 2018 perencanaan
Leader, Tim Efektif (Tim pilot
project)

b. Jangka Menengah
1. Penyempurnaan aplikasi e- Juni 2018 Aplikasi e-
perencanaan perencanaan
2. Sosialisasi kepada Pemkab Pertengah Juni s/d Laporan hasil
dalam menyusun dokumen Minggu III JUli 2018 sosialisasi
perencanaan berbasis e-
perencanaan
3. Penerapan e-perencanaan Akhir Juli 2018 s/d Dokumen
Awal Agustus 2018 perencanaan
4. Monitoring dan evaluasi Minggu II Dokumen monitoring
September s/d dan evaluasi
Minggu IV Oktober
2018
5. Penetapan SE Dirjen Cipta November 2018 SE Dirjen Cipta
Karya Karya

c. Jangka Panjang
1. Implementasi e-perencanaan Desember 2018 s/d Dokumen
Desember 2019 perencanaan
2. Monitoring dan evaluasi Januari s/d Dokumen monitoring
Desember 2019 dan evaluasi

Gambar Milestone Proyek Perubahan

7. TATA KELOLA PROYEK


Pelaksanaan proyek perubahan tidak akan berjalan tanpa adanya pembentukan
Tim Efektif yang mendukung proses pelaksanaan proyek perubahan. Tim Efektif
terdiri dari mentor, coach, project leader, tim penyiapan modul, tim informasi
teknologi dan tim penyiapan pilot project. Adapun struktur organisasi tim efektif
adalah sebagai berikut :
a. Struktur Organisasi Tim Efektif
Direktur PKP
Mentor

Kasubdit KP Perdesaan
Coach Stakeholder
Project Leader

TIM PENYIAPAN MODUL TIM IT TIM PENYIAPAN PILOT


Kasi KP Perdesaan 2 Konsultan IT PROJECT
Kasi Penyusunan Staf Subdit KP Perdesaan Kasi KP Perdesaan1
Perencanaan Kasi Kelembagaan
Kasi Standarisasi PPK Pisew
PPK Pisew Staf PPK Pisew
Staf PPK Pisew Satker PKP
Tim Advisory PPK PKP
Staf Subdit KP Perdesaan Staf Subdit KP Perdesaan

b. Penjelasan
Coach dan stakeholder merupakan bagian dari tim efektif. Peran Coach
adalah memberikan bimbingan dalam pelaksanaan proyek perubahan
terutama pada tahap pelaksanaan jangka pendek, memberikan motivasi
kepada project leader, serta memberikan konsultasi dalam rangka
mendukung kelancaran pelaksanaan proyek perubahan.

8. ANGGARAN
Dalam pelaksanaan proyek perubahan ini membutuhkan dana kurang lebih Rp.
30.000.000,00, yang pembebanannya pada anggaran Subdit KP Perdesaan
melalui Dipa Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman TA. 2018.
Dana tersebut akan digunakan untuk pembelian ATK dan penggandaan materi,
pelaksanaan rapat Tim Efektif/FGD/Sosialisasi, honor/ jasa profesi, pembelian
aplikasi pendukung dan pelaporan

9. IDENTIFIKASI STAKEHOLDER
Stakeholder Internal
1. Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman
2. Kasubdit Standardisasi dan Kelembagaan
3. Para Kepala Seksi Subdit KP Perdesaan
4. Satker dan PPK Pengembangan Kawasan Permukiman
5. Para Staf Subdit KP Perdesaan
6. Tim Advisory Direktorat PKP
Stakeholder Eksternal
1. Dirjen Cipta Karya
2. Sekretaris Ditjen Cipta Karya
3. Kasubdit Pengelolaan Data dan Informasi, Direktorat KIP
4. Kasubdit Wilayah, Direktorat Perencanaan Pembangunan Kawasan
Perdesaan, Kementerian Desa dan PDT
5. Kasubdit Penataan Kawasan Perdesaan, Direktorat Penataan Kawasan,
Kementerian ATR/BPN
6. Kepala Bidang Pengembangan Kawasan Infratsruktur Kota Kecil dan
Perdesaan, BPIW
7. Kasubdit Pengembangan Kemitraan, Asdep Pemberdayaan Kawasan
Perdesaan, Kemenko PMK
8. Kepala Bappeda Provinsi
9. Kepala Bappeda Kabupaten
10. Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman
11. Masyarakat di kawasan permukiman perdesaan
Analisis Stakeholder
Net Mapping

Identifikasi Stakeholder
Strategi Komunikasi
10. RESIKO YANG HARUS DIANTISIPASI
1. Kesibukan Pokja PKP sebagai mitra dalam penyusunan dokumen
perencanaan infrastruktur permukiman di kawasan perdesaan, sehingga
penyusunan dokumen kurang maksimal;
2. Keterbatasan anggaran dalam penyusunan dokumen perencanaan
maupun untuk pembangunan infrastruktur;
3. Pergantian pejabat daerah sehingga membutuhkan waktu untuk
memberikan pehaman kembali.

11. KRITERIA KEBERHASILAN


1. Scale up (penerapan) penyusunan perencanaan infrastruktur permukiman
di Kawasan perdesaan sebanyak 290 kabupaten;
2. SE Ditjen Cipta Karya terbit;

3. E-perencanaan dapat diakses dan digunakan oleh stakeholder.


12. FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN
1. Dukungan penuh dari Pimpinan Unit Eselon I di lingkungan DItjen Cipta
Karya dan project sponsor;
2. Terbangunnya sinergi dan pemahaman yang sama dalam Tim Efektif, baik
Mentor, Coach, Project Leader, Stakeholder, Tim Penyiapan Modul, Tim
Informasi Teknologi dan Tim Penyiapan Pilot Project;
3. Komitmen tim dalam melaksanakan proyek perubahan dengan penuh rasa
tanggung jawab dan dengan tujuan pelayanan kepada masyarakat;
4. Kualitas Tenaga Ahli Individual dalam penyusunan aplikasi.

13. DISETUJUI
Demikian proposal Proyek Perubahan ini saya susun dengan benar sebagai
pedoman pelaksanaan proyk perubahan Diklatpim Tingkat III Angkatan I Tahun
2018.

Project Sponsor/ Mentor,

Ir. RINA FARIDA, MT.


NIP. 195804051989032001

Anda mungkin juga menyukai