Anda di halaman 1dari 19

PENGELOLAAN KAWASAN HUTAN DI BAGIAN HULU

DAS BRANTAS HULU : SEBAGAI PENGATUR TATA AIR

Oleh :
Fitri Nurfatriani

Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 241


Sebagai Pengatur Tata Air
I. Pendahuluan
Berbagai teori telah dikemukakan oleh para ahli yang
menyatakan berbagai fungsi hutan sebagai salah satu unsur dalam
system penyangga kehidupan. Hutan mempunyai fungsi menyerap air
melalui proses fotosintesa dan menyimpannya dalam perakaran
dalam tanah. Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan yang lurus dan nyata antara keberadaan hutan dengan
jumlah titik sumber mata air. Berkurangnya hutan diikuti dengan
berkurangnya jumlah titik mata air (Zaini, 2005). Menurut Asdak
(1995) vegetasi hutan sangat berperan dalam daur hidrologi sebagai
penahan air sebelum mencapai permukaan tanah untuk kemudian
diserap dalam proses infiltrasi. Dengan demikian keberadaan hutan
sangat krusial dalam satu siklus hidrologi yang tergambar dalam
kondisi tata air di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS).
Masalah banjir dan kekeringan diyakini sebagai dampak dari
system tata air di wilayah DAS yang buruk. Hal tersebut berkaitan
dengan kondisi hutan di bagian hulu DAS tersebut. Ekosistem DAS
hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi
perlindungan terhadap seluruh bagian DAS yaitu dari segi fungsi tata
air. Sehingga aktivitas perubahan tata guna lahan yang dilaksanakan
di daerah hulu DAS tidak hanya akan berpengaruh dimana kegiatan
tersebut berlangsung (hulu DAS) tetapi juga akan menimbulkan
dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan
transport sediment serta material terlarut dalam system aliran air
lainnya (Asdak, 1995). Untuk itu tulisan ini dibuat sebagai gambaran
mengenai kondisi hutan di bagian hulu DAS Brantas Hulu khususnya
dalam kaitannya sebagai daerah resapan air.

II. Gambaran Umum DAS Brantas Hulu


Wilayah DAS Brantas merupakan DAS strategis sebagai
penyedia air baku untuk berbagai kebutuhan seperti sumber tenaga
untuk pembangkit tenaga listrik, PDAM, irigasi, industri dan lain-lain.
DAS Brantas di Jawa Timur mempunyai panjang 320 km dan memiliki
DAS seluas 12.000 km2 yang mencakup kurang lebih 25 % luas
Propinsi Jawa Timur. DAS Brantas sendiri terdiri dari beberapa Sub
DAS seperti terlihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Wilayah DAS Brantas


DAS Sub DAS DAS Sub DAS
Brantas Brantas
Utara 1. Rejoso Ds Tengah 1. Lahar
2. Welang 2. Ngowo
Ngasinan
Selatan 3. Gedongan 3. Widas
Diodo
Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 242
Sebagai Pengatur Tata Air
DAS Sub DAS DAS Sub DAS
Brantas Brantas
4. Pasiraman Ds 4. Konto
5. Barek Glidik Hilir 5. Bluwek
Ds
Hulu 6. Ambang 6. Brangkal
7. Lesti 7. Maspo
8. Melamon

Yang termasuk dalam wilayah DAS Brantas Hulu adalah


DAS Ambang (Sungai Amprong dan Bango), DAS Melamon (Sungai
Metro, Lahor dan Lemon) dan DAS Lesti (Sungai Lesti). Untuk
selengkapnya gambaran mengenai kondisi masing-masing Sub DAS
dijelaskan berikut :

a. Sub DAS Ambang


Berdasarkan data BP DAS Brantas (2003) dapat diketahui
luas wilayah Sub DAS Ambang adalah 101.675 ha, yang terbagi
menjadi 3 Sub-sub DAS dengan rincian sebagai berikut :

a. Sub-sub DAS Sumber Brantas seluas : 43.529,23 ha


( 42,81 % )
b. Sub-sub DAS Bango seluas : 34.893,85 ha
( 34,32 % )
c. Sub-sub DAS Amprong seluas : 23.251,95 ha
( 22,87 % )

Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 243


Sebagai Pengatur Tata Air
Hutan
Lindung

Hutan
Lindung
Sub DAS
Ambang Hutan
Lindung

PETA
Sub DAS SUB DAS
Melamon BRANTAS
HULU
Sub DAS
Lesti

Gambar 1. Peta Sub DAS Brantas Hulu

Ketiga cabang sungai utama tersebut terbagi ke dalam anak


sungai kecil-kecil sebanyak 157 anak sungai. Bentuk percabangan
sungai dan drainage wilayah sangat rapat, terutama di daerah hulu
sungai Amprong dan sungai Sumber Brantas. Dari study screening
DAS Brantas menunjukkan Water Resources (sumber daya air) yang
berada di wilayah Sub DAS Ambang sebagai berikut (RTL Sub DAS
Ambang, 2003):

Potensi Air Tanah


Sebagian besar wilayah Sub-sub DAS Sumber Brantas dan
Amprong ground water availability (air tanah yang dapat
digunakan) sebesar < 2,5 l/dtk.
Sebagian besar Sub-sub DAS Bango dan sebagian Sub
DAS Amprong serta Sumber Brantas sebesar 2,5 – 10 l/dtk.
Pada wilayah hilir ketiga Sub-Sub DAS yang ada ground
water availability sebesar 10 - > 40 l/dtk.
Terdapat 4 lokasi mata air untuk penyediaan air bersih.
Terdapat 1 lokasi mata air (sumber wendit) pada Sub-sub
DAS Amprong dengan debit 2.300 l/dtk.
Terdapat 2 lokasi mata air pada Sub-sub Sumber Brantas
dengan debit 100-500 l/dtk.

Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 244


Sebagai Pengatur Tata Air
Daerah Resiko Banjir
Pada Sub-sub DAS Amprong, daerah resiko banjir berada
pada sungai anak sungai dengan tebing sungai yang
mempunyai resiko erosi sangat tinggi sering terjadi banjir
bandang selama curah hujan mencapai puncaknya di
musim hujan. Dampak yang ditimbulkan adalah secara
umum daerah sekitarnya.

Penggunaan lahan pada Sub DAS Ambang terdiri dari


berbagai variasi jenis yang tersebar pada seluruh wilayah tersebut.
Berdasarkan data hasil interpretasi citra satelit dan digitasi yang telah
dilakukan BP DAS Brantas (2003) penggunaan lahan saat ini yang
paling besar hutan dan yang terkecil adalah dalam bentuk belukar.
Adapun luas masing-masing penggunaan lahan saat ini seperti pada
tabel 3 berikut.

Tabel 2. Penggunaan Lahan Sub DAS Ambang


No. Penggunaan Lahan Saat Ini Luas
Ha %
1 2 3 4

1 Sawah (Sw) 22.701,13 22,32


2 Tegal (Tg) 22.761,83 22,39
3 Pekarangan (Pk) 18.643,78 18,33
4 Kebun Campuran (Kc) 686,44 0,67
5 Tebu (Tb) 1.176,42 1,16
6 Sayur (Sa) 2.969,43 2,92
7 Kopi (Ko) 159,08 0,16
8 Apel (Ap) 2.109,20 2,07
9 Kelapa (Ke) 917,94 0,92
10 Semak (S) 2.436,56 2,39
11 Belukar (B) 59,37 0,06
12 Hutan (H) 27.053,82 26,61

Jumlah 101.675,00 100,00


Sumber data : Interpretasi Citra Satelit dan Checking Lapangan

Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 245


Sebagai Pengatur Tata Air
b. Sub DAS Melamon
Sedangkan untuk Sub DAS Melamon memiliki luas sebesar
78.089 ha, dan terbagi menjadi 3 (tiga) Sub-sub DAS dengan rincian
sebagai berikut :
a. Sub-sub DAS Metro : 36.006 ha ( 46,11 % )
b. Sub-sub DAS Lahor : 15.182 ha ( 19,44 % )
c. Sub-Sub DAS Lemon : 26.901 ha ( 34,45 % )
Pada Sub DAS Melamon data debit sungai yang termonitor
hanya pada salah satu sungai utamanya saja, yaitu pada sungai
Lahor. Sedangkan pada anak-anak sungainya belum termonitor. Data
debit sungai Lahor pada tahun 2002 debit maximalnya adalah 65,07
lt/dtk sedang debit minimumnya adalah 1,86 lt/dtk (RTL Sub DAS
Melamon, 2003). Kondisi tersebut hanya bisa diindikasikan dengan
keadaan dan formasi sumber air yang ada di wilayah Sub DAS
Melamon. Berdasarkan data dari Dinas PU Pengairan setempat
diketahui bahwa sumber air sebanyak 203 buah.
Berdasarkan jumlah prasarana pengairan yang dipergunakan
untuk kepentingan usaha tani lahan kering, sawah tadah hujan dan
sawah irigasi diwilayah Sub DAS Melamon masih sangat kurang
memadai sehingga berpengaruh terhadap usaha peningkatan
produksi. Kondisi demikian dituntut adanya usaha pemanfaatan air
secara efisien sehingga ketersediaannya dapat diatur sesuai dengan
kebutuhan. Untuk itu perlu adanya peningkatan prasarana pengairan
yang bersumber pada sungai - sungai utama, sumber air dan air
permukaan tanah dengan tetap memperhatikan konservasi dan
kelestarian lingkungan pada wilayah tersebut.
Penggunaan lahan pada Sub DAS Melamon saat ini terdiri
dari sawah, pekarangan, kebun campuran, hutan, pasir, genangan,
semak dan belukar. Luas masing-masing penggunaan lahan adalah
seperti tabel 5 berikut :

Tabel 3. Penggunaan Lahan pada Sub DAS Melamon


No. Penggunaan Lahan Luas
Ha %
1 2 3 4

1 Sawah (Sw) 11.790,82 15,10


2 Tegal (Tg) 12.545,44 16,06
3 Pekarangan (Pk) 12.671,30 16,23
4 Kebun Campuran (Kc) 18.912,89 24,22
5 Kebun Kopi 2.161,61 2,77
6 Kebun Tebu 6.086,53 7,79
7 Kebun Cengkeh 50,07 0,06
Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 246
Sebagai Pengatur Tata Air
No. Penggunaan Lahan Luas
Ha %
8 Hutan Jati 4.592,90 5,88
9 Hutan Campuran 344,22 0,44
10 Hutan Lebat 6.918,76 8,86
11 Semak 384,85 0,49
12 Genangan 1.629,61 2,10

Jumlah 78.089 100,00

Sumber data : Hasil Analisa BP DAS Brantas

c. Sub DAS Lesti


Terakhir, untuk Sub DAS Lesti adalah seluas 58.384 ha,
terbagi menjadi 3 (tiga) Sub-sub DAS dengan luas masing-masing
Sub-sub DAS sebagai berikut :
a. Sub-sub DAS Lesti Hulu seluas : 28.790 ha ( 49,31 % )
b. Sub-sub DAS Genteng seluas : 11.551 ha ( 19,78 %)
c. Sub-sub DAS Lesti Hilir seluas : 18.043 ha ( 30,90 % )
Berdasarkan data dari Dinas Pengairan setempat diketahui
bahwa sumber air terbanyak pada Sub-sub DAS Lesti hilir yaitu 45
sumber air dan pada Sub-sub DAS Lesti Hulu dan Sub-sub DAS
Genteng masing-masing 16 sumber air sedangkan sumber air
terbesar adalah pada sumber air Ubalan di Sub-sub DAS Genteng
dengan debit maksimun sebesar 450 lt/dt (RTL Sub DAS Lesti, 2003).
Berdasarkan jumlah prasarana pengairan yang dipergunakan untuk
kepentingan usaha tani lahan kering, sawah tadah hujan dan sawah
irigasi diwilayah Sub DAS Lesti masih sangat kurang memadai
sehingga berpengaruh terhadap usaha peningkatan produksi. Kondisi
demikian dituntut adanya usaha pemanfaatan air secara efisien
sehingga ketersediaannya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
Untuk itu perlu adanya peningkatan prasarana pengairan yang
bersumber pada sungai - sungai utama, sumber air dan air
permukaan tanah dengan tetap memperhatikan konservasi dan
kelestarian lingkungan pada wilayah tersebut.
Penggunaan lahan pada Sub DAS Lesti berdasarkan hasil
interpretasi citra satelit dan pengamatan di lapangan oleh BP DAS
Brantas saat ini terdiri dari sawah, tegal, pekarangan, kebun
campuran, perkebunan, hutan, semak dan belukar, terdiri dari diluar
kawasan hutan 47.046 ha (80,56 %) dan didalam kawasan hutan
11.348 ha (19, 44 %). Luas masing-masing penggunaan lahan
adalah seperti tabel 5 berikut :

Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 247


Sebagai Pengatur Tata Air
Tabel 4. Penggunaan lahan pada sub DAS Lesti
No Jenis Luas Keterangan
Penggunaan lahan Ha %
1 2 3 4

1 Sawah (Sw) 8.755 15,00


2 Tegal (Tg) 18.931 32,42
3 Pekarangan (Pk) 11.717 20,07
4 Kebun Campuran (Kc) 4.537 7,77
5 Kebun kopi (Kp) 953 1,63
6 Tebu (Tb) 2.143 3,67
7 Hutan (Hl) 4.655 7,97
8 Hutan mahoni (Hm) 966 1,65
9 Hutan jati (Hj) 606 1,04
10 Padang rumput (Pr) 48 0,08
11 Semak (S) 827 1,42
12 Belukar (B) 4.246 7,27

Jumlah 58.384 100,00


Sumber data : Interpretasi citra setelit dan cheking lapngan

III. Kawasan Hutan di Hulu Sub DAS Brantas Hulu


Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bagian hulu dari
Sub DAS Brantas Hulu terdiri atas hutan lindung di bawah
pengelolaan Perhutani KPH Malang, dan hutan konservasi di bawah
pengelolaan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur (Balai Tahura
Suryo) dan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS).
Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kawasan hutan di hulu Sub DAS Ambang, Lesti dan


Melamon
No Sub DAS Fungsi Hutan Instansi Pengelola
1 Ambang Konservasi : Balai Tahura Suryo di
Tahura Suryo bawah Dinas Kehutanan
Prov. Jawa Timur
Lindung Perum Perhutani KPH
Malang
2 Lesti Konservasi : Balai Taman Nasional
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru
Bromo Tengger
Semeru
Lindung Perum Perhutani KPH
Malang
3 Melamon Lindung Perum Perhutani KPH
Malang
Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 248
Sebagai Pengatur Tata Air
Kawasan hutan di bagian hulu DAS Brantas Hulu ini
memiliki peran yang cukup penting dalam menyangga sistem
kehidupan di DAS Brantas. Salah satu perannya adalah sebagai
daerah sumber resapan air yang banyak dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar. Gambaran umum mengenai kawasan hutan di
hulu DAS Brantas Hulu ini dijelaskan pada bagian berikut.

a. Taman Hutan Raya R. Soerjo


Taman Hutan Raya R. Soerjo adalah kelompok hutan
Arjuno Lalijiwo seluas 27.868,30 ha ( Kepmenhut No. 80/Kpts-II/2001
tgl 15 Maret 2001,dan No.1190/Kpts-II/2002 tgl 2 April 2002) yang
secara administratif terletak di Kabupaten Jombang, Mojokerto,
Pasuruan, Malang dan Kota Batu Prov. Jawa Timur. Kawasan hutan
ini merupakan penggabungan kawasan hutan lindung seluas
22.908,3 ha dan cagar alam Arjuno Lalijiwo seluas 4.960 ha.
Berdasarkan wilayah administrasi kawasan tahura terbagi dalam 5
(lima) Kabupaten / Kota yaitu : Kabupaten Malang : 3.585,60 Ha,
Kabupaten Pasuruan : 4.607,30 Ha, Kabupaten Mojokerto :
11.468,10 Ha, Kabupaten Jombang : 2.864,70 Ha dan Kota Batu :
5.342,50 Ha. Tahura R. Soerjo dibatasi di sebelah Barat oleh
Kabupaten Jombang, sebelah Utara oleh Kabupaten Mojokerto,
sebelah Timur oleh Kabupaten Pasuruan, dan sebelah Selatan
oleh Kabupaten Malang dan Kota Batu (Balai Tahura Suryo, 2005).

Kawasan Tahura Suryo merupakan dataran tinggi


bergunung yang membentang dari Utara – Selatan dengan ketinggian
: 1.000 s/d 3.000 m dpl. Sebagaimana derah pegunungan maka
kawasan tahura R. Soerjo banyak memiliki mata air. Beberapa
sumber / mata air yang terdapat di kawasan tahura :
Sumber / mata air sungai Brantas yang terletak di Gunung
Anjosmoro di desa Sumber Brantas yang termasuk wilayah DAS
Brantas. Sumber Brantas membentang di Provinsi Jawa Timur
yang melewati tujuh Kabupaten/Kota dan merupakan pemasok air
terbesar bagi kehidupan ± 19.998.690 jiwa (56 % dari penduduk
Jawa Timur)
Sumber / mata air yang terdapat di komplek gunung Arjuno yaitu
sumber mata air di Pondok Wlirang dan sumber mata air di
pondok Lalijiwo.
Sumber mata air panas Cangar (Gunung Arjuno bagian Barat).
Terdapat lima sumber mata air panas, dua diantaranya sudah
dimanfaatkan menjadi tempat pemandian atau tempat rekreasi.

Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 249


Sebagai Pengatur Tata Air
Luasnya kawasan dan lebatnya vegetasi hutan di tahura
merupakan faktor potensial dalam mempertahankan tata air sebagai
penyangga kehidupan manusia. Berdasarkan peta lokasi mata air
Provinsi Jawa Timur yang dikeluarkan oleh Balai Pemantapan
Kawasan Hutan Wilayah Jawa dan Bali, terdapat 14 buah mata air di
wilayah tahura yang dimanfaatkan masyarakat umum dengan debit
lebih dari 5 liter/detik. Sumber / mata air ini dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk kepentingan pertanian, rumah tangga, dan industri.
Terdapat tiga perusahaan yang memanfaatkan air dari mata air
tahura yaitu PT. Karya Kompos Bagas untuk proses penyiraman
budidaya jamur, PT. Inggu Laut untuk proses penyiraman budidaya
bunga potong, dan PT Wonokoso untuk peternakan ayam.

Potensi fauna yang terdapat di tahura Suryo terdiri atas hutan


alam cemara (casuarina junghuhniana), padang rumput dan daerah
hutan hujan tengah merupakan hutan campuran tiga tingkatan
vegetasi yaitu pohon, semak, dan tumbuhan bawah. Didominasi oleh
Pasang (Cuercus Sp.), pohon Nyampuh, Sumbung dan Gempur
Gunung. Pada ketinggian 2.650 m dpl terdapat tegakan homogen :
tumbuhan manis rejo, Vegetasi tumbuhan bawah : umumnya jenis
padi-padian (Sorgum nitidum). Sedangkan potensi fauna yang
terdapat di sana adalah jenis-jenis satwa (mamalia) yaitu Rusa
(Cervus timorensis), Kijang (Muntiacus muncak) dan Babi hutan
(Susscrofa), pada hutan campuran terdapat Kera Abu-abu (Macaca
fascicularis) dan Lutung (Presbytis cristata), serta Macan tutul
(Panthera pardus).

Pembangunan dan pengelolaan hutan kawasan Tahura R.


Soerjo harus mencakup 3 (tiga) aspek yaitu : 1). aspek
pemberdayaan masyarakat, 2). aspek keberlanjutan fungsi dan
manfaat sumber daya hutan 3). aspek profesionalitas pengelolaan.
Kegiatan pengelolaan yang telah dilaksanakan adalah : 1)
Penyusunan master plan Taman Hutan Raya S. Soerjo, 2)
Penyusunan Rencana Pengembangan Wisata, 3) Pengamanan
kawasan dengan menjalin kemitraan bersama masyarakat melalui
pelibatan masyarakat sebagai jagawana dan tenaga tanam dalam
kegiatan reboisasi, pembentukan kelompok tani dan koperasi.

b. Hutan Konservasi di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru


Wilayah Malang
Wilayah TNBTS meliputi empat kabupaten yaitu Kabupaten
Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Malang dengan luas wilayah
50.276,20 ha. Kawasan TNBTS wilayah Kabupaten Malang sendiri
memiliki luas : 18.692,96 Ha yang terdiri dari : Zona Inti (10.599,26
ha), Zona Rimba (6.193,05 ha), Zona Pemanfaatan Intensif (25 ha)
Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 250
Sebagai Pengatur Tata Air
dan Zona Pemanfaatan Tradisional (1.875,65 ha). Potensi flora di
TNBTS terdiri atas tumbuhan type Hutan hujan tropis (cemara
gunung, bendo, nangka ,akasia, kayu po’o dan danglo, dan tumbuhan
obat). Sedangkan potensi fauna terdiri atas Macan Tutul, Kijang,
Kancil, Babi Hutan, Landak, Teledu, Elang Hitam, Elang Jawa, Ayam
Hutan, Raja Udang, Rangkok, Jalak, Cocak Hijau, Gagak, Trocokan,
Derkuku, Kutilang, Jalak, Kera Abu-abu, Kera Hitam, Jenis-jenis
Reptil.

Kegiatan pengelolaan TNBTS meliputi lima program kerja


yaitu : Perlindungan dan Pengamanan Kawasan, Pengendalian
Kebakaran, Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan
Ekosistemnya, Pengembangan Wisata Alam dan Pemanfaatan Jasa
Lingkungan serta Kerjasama dan Kemitraan Konservasi. Program
kerja tersebut disusun untuk mendukung Tugas, Pokok dan Fungsi
YNBTS yaitu sebagai kawasan perlindungan system penyangga
kehidupan, kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan
dan satwa, kawasan pemanfaatan secara lestari potensi SDA hayati
dan ekosistemnya.

Hutan konservasi di wilayah TNBTS ini juga memiliki


beberapa sumber air diantaranya adalah Sungai Glidik, S. Manjing,
S.Widodaren, S. Grangsil, S.Bambang, S. Aran-Aran, S.Lesti, S.
Amprong, S. Lajing, S.Tanting, S. Cokro, S. Jahe, S. Barong, S.
Kalimati, dan Sumber Kedung Kenceng, dll. Terdapat pula obyek
wisata air terjun Coban Trisula dan Air Terjun Tirtowening. Berbagai
sumber air ini juga dimanfaatkan oleh masyarakat diantaranya adalah
untuk kebutuhan rumah tangga dan pertanian. Untuk selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pemanfaatan jasa lingkungan TNBTS Kabupaten Malang


Lokasi /
Luas
No. Pengelola/Pelaksana Jenis Usaha (m2) Keterangan
1 2 3 4 5

Umbutlegi Taji Pemanf.


1 Kec.Jabung sumber air pm. Air minum

2 Taji Kec.Jabung sda. pm. Air minum


Sbr.
Pusung
3 Ngadirejo Kec. Jabung sda. Wongso Air minum
Desa Ngadas Kec. Sbr. Ayek-
4 Poncokusumo sda. ayek Air minum

Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 251


Sebagai Pengatur Tata Air
Lokasi /
Luas
No. Pengelola/Pelaksana Jenis Usaha (m2) Keterangan
Jarak Ijo Ngadas Kec.
5 Poncokusumo sda. Sbr. Lajing Air minum
Perum Perhutani KPH Air Coban
6 Malang terjun/Rekreasi Pelangi
Jajang Sumberejo Kec.
7 Poncokusumo sda. Aran-aran Air minum
Sbr.
Pandanrejo Bambang Kedung
8 Kec. Wajak sda. Kenceng Air minum
Sbr.
9 Bambang Kec. Wajak sda. Curahwedi Air minum
Sumberpiji, Sumber Sbr.
10 Putih Kec. Wajak sda. Sumberpiji Air minum
Tamansatriyan Kec Kali
11 Tirtoyudo sda. Manjing Air minum

700000 705000 710000 715000 720000 725000 730000 735000

9130000
9130000

PETA
Kab. PASURUAN

9125000
9125000

Kab. PROBOLINGGO

9120000
9120000

NGADAS

9115000
9115000

RANU PANI

Kab. MALANG
9110000
9110000

Kab. LUMAJANG
9105000
9105000

K ETER AN G AN :

Bat a s K ab u p a te n
9100000
9100000

KET ERANG AN B:a t a s R e s o r t


Batas Kabupaten
Zo n a s i
Batas Resort

Int i
Zo na si
Inti P e m a n f a a t a n I n t e ns f
Pemanfaatan Intensif
P e m a n f a a t a n T ra d i s o
Pemanfaatan Tradisio

Rehabilitasi R e ha b i l it a s
Rimba
R im b a
9095000
9095000

700000 705000 710000 715000 720000 725000 730000 735000

Gambar 1. Peta kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru


Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 252
Sebagai Pengatur Tata Air
c. Kawasan Hutan Lindung Perum Perhutani KPH Malang
Kawasan Hutan Lindung ( KHL) yang dikelola oleh Perum
Perhutan Unit II Jawa Timur meliputi 11 ( sebelas KPH ). Luas
Kawasan HL di wilayah KPH Malang adalah 69.372 ha atau sebesar
59 % dari luas total kawasan hutan di KPH Malang. Secara
administratif luas kawasan hutan lindung di Kabupaten Malang
sebesar 61.343,90 ha dan 8.028,1 ha di Kota Batu. Pemanfaatan
hutan lindung selain sebagai kawasan perlindungan juga sebagai
sumber air dan sumber mata pencaharian masyarakat sekitar. Hutan
lindung di wilayah KPH Malang yang merupakan hulu DAS Brantas
dan sebagai sumber air perlu dijaga kelestariannya agar tidak
mencemari permukaan air Kali Brantas yang merupakan sumber air
baku baik bagi masyarakat maupun industri dan pembangkit tenaga
listrik.. Hulu kali Brantas berada di wilayah Kabupaten Batu dan
melintasi beberapa kabupaten hingga bermuara di Ibukota Surabaya.
Terdapat beberapa sumber air yang dimanfaatkan oleh masyarakat
sekitar di wilayah DAS Brantas, diantaranya adalah Kali T. Sari, Kali
Blandangan, Kali Jeruk, Kali Sumber Sari, Kali Manggis, Kali Paras,
Kali Watu, Kali Gajah, Kali Jilu, Kali Cokro, Kali Konting, Kali Lanjar
dan Kali Slompring.

Kegiatan pemeliharaan di hutan lindung dalam wilayah KPH


Malang ini hanya berupa kegiatan pemeliharaan saja. Pada tahun
2007, seluruh kawasan hutan di wilayah Perhutani akan dilakukan re-
scoring Hutan Lindung dimana dilakukan inventarisasi terhadap hutan
produksi yang memiliki kondisi sebagai berikut : kelerengan > 45°,
daerah sempadan sungai, kawasan perlindungan setempat, mata air
dan telaga harus dijadikan hutan lindung sehingga tidak boleh lagi
ada kegiatan eksploitasi.

3. Gangguan Terhadap Kawasan Hutan


Dalam operasional pengelolaan di lapangan, banyak ditemui
gangguan terhadap kawasan hutan. Tentu saja berbagai gangguan
tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi kawasan hutan sebagai
pengatur tata air. Secara umum bentuk-bentuk gangguan terhadap
kawasan hutan dapat dikelompokkan menjadi perambahan kawasan
hutan untuk menjadi lahan garapan, pengambilan hasil hutan secara
illegal baik kayu maupun non kayu, penggembalaan liar dan
kebakaran hutan. Tahura R. Soerjo yang berbatasan dengan
kawasan hutan lindung milik Perhutani mengalami ancaman dari
okupasi lahan hutan lindung dan atau hutan produksi milik perhutani
menjadi lahan pertanian. Padahal wilayah hutan Perhutani tersebut
merupakan daerah penyangga yang merupakan faktor penentu
dalam mencapai keberhasilan pembangunan dan pengelolaan hutan.
Apabila masyarakat berinteraksi dengan hutan dan hasil hutan baik
Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 253
Sebagai Pengatur Tata Air
langsung maupun tidak langsung dan hubungan tersebut saling
menguntungkan maka sangat menunjang keberhasilan, namun
apabila hubungan tersebut terjadi sebaliknya maka akan menjadi
ancaman bagi kelestarian hutan. Bentuk pencurian hasil hutan di
tahura diantaranya adalah pencurian burung/satwa yang dilindungi,
pencurian rebung, rotan, bambu, kayu bakar dan pencurian kayu
rimba. Pada tahun 2005 telah terjadi perambahan hutan seluas 14 ha
yaitu 5 ha di Desa Jombol, Kec. Ngantang dan 9 ha di Desa Wiyurejo
Kecamatan Pujon. Di samping itu juga terjadi penggembalaan liar di
kawasan tahura.
TNBTS Kabupaten Malang menghadapi berbagai gangguan
kemanan hutan, diantaranya adalah dalam bentuk perambahan hutan
di daerah Tamansari, Taman Satriyan, Mergotawang, pengambilan
hasil hutan tanpa ijin (kayu bakar, tumbuhan obat, kayu perkakas dll),
perburuan satwa secara liar, pengambilan pasir di daerah Kali
Manjing-Taman Satriyan, dan kebakaran hutan di Ngadas. Untuk
selengkapnya data gangguan keamanan hutan di TNBTS Kabupaten
Malang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas perambahan kawasan hutan di TNBTS Kabupaten


Malang
No Tahun Jumlah Lokasi Luas (Ha)
1 2000 5 32
2 2001 3 71
3 2002 6 13.25
4 2003 2 100,25
5 2004 7 28,5
6 2005 3 16

Sedangkan gangguan kebakaran hutan terluas terjadi pada


tahun 2002 dan 2004 yaitu sebanyak 19 dan 17 kali dengan luasan
areal terbakar mencapai 175,4 ha dan 183,1 ha. Selengkapnya dapat
dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas dan frekuensi kebakaran hutan di TNBTS Kabupaten


Malang
No Tahun Frekuensi (kali) Luas (Ha)
1 2001 6 60
2 2002 19 175,4
3 2003 1 5
4 2004 17 183,1
5 2005 4 65,52

Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 254


Sebagai Pengatur Tata Air
Pihak pengelola TNBTS mengalami kendala dalam intensitas
pengelolaannya diantaranya terbatasnya sarana dan prasarana
pengelolaan serta kualitas dan kuantitas SDM, sarana prasarana
wisata alam kurang memadai (fasilitas wisata alam dan interpretasi),
rendahnya dukungan Pemda dalam pengembangan dan promosi
wisata alam, dan promosi dan pengembangan wisata belum intensif.

Untuk kawasan hutan dalam wilayah Perhutani sendiri


mengalami berbagai tekanan terhadap kawasan hutannya. Pada
tahun 2001 pencurian pohon illegal mencapai jumlah tertinggi yaitu
41.944 batang. Selengkapnya dapat terlihat pada

Tabel 5. Gangguan kemanan hutan di wilayah KPH Malang


No Uraian Tahun
2001 2002 2003 2004 2005 s/d Mei
2006
1 Pencurian 41.944 24.589 6.380 2.121 1.315 403
pohon
(batang)
Nilai (X Rp 18.310.779 9.286.825 1.842.246 581.155 359.712 142.631
1.000)
2 Bibrikan
Luas (Ha) 1.280,24 267,05 192 21,5 4,2 -
Nilai (X Rp 532.339 225.675 116.475 8.600 1.530 -
1.000)
3 Pengrusakan
hutan
Luas (Ha) 170,3 186,8 145,33 182,7 8,80 1,5
Nilai (X Rp 205.079 57.680 56.764 76.391 8.033 7.835
1.000)
Jumlah 1.108 693,3 518 4.044
pohon
(batang)
Nilai (X Rp 205.079 57.680 20.370 -
1.000)
4 Kebakaran
hutan
Luas (Ha) 10 1.578,2 100 204,5 15 -
Nilai (X Rp 2.500 275.492 22.200 49.200 3.750 -
1.000)
5 Bencana
alam
Jumlah 22.742 387 51.482 2.321 17.072 730
pohon
(batang)
Nilai (X Rp 2.831.545 331.625 89.077 183.457 98.063 82.461
1.000)

Berbagai program yang telah diluncurkan Perhutani


diantaranya Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) masih
belum teruji untuk dapat mengatasi berbagai gangguan terhadap
kawasan hutan tersebut. Terlebih kawasan hutan Perhutani menjadi
kawasan penyangga bagi kawasan konservasi baik itu Tahura R.
Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 255
Sebagai Pengatur Tata Air
Soerjo maupun TNBTS. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar
hutan menjadi faktor penentu pemeliharaan kelestarian hutan oleh
masyarakat. Berbagai program pemerintah yang ada perlu lebih
meng-explore kebutuhan dan keinginan masyarakat dan bersifat
edukatif.

Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 256


Sebagai Pengatur Tata Air
3. Penutup
Berbagai kendala di lapangan yang dihadapi pengelola
kawasan lindung di Sub DAS Brantas Hulu ini masih berkutat pada
masalah kemanan hutan seperti penebangan liar, perambahan
kawasan hutan oleh masyarakat menjadi lahan garapan,
pengambilan hasil hutan non kayu secara illegal, perburuan satwa
dan kebakaran hutan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kondisi
ekosistem di daerah hulu sangat rentan terhadap berbagai gangguan
yang menyebabkan kerusakan pada vegetasi hutan. Kondisi ini akan
berdampak pada daerah hilir berupa bahaya banjir dan kekeringan di
musim kemarau akibat rendahnya kontinyuitas ketersediaan air.
Luasnya lahan kritis di kawasan hulu Sub DAS Brantas Hulu dapat
dijadikan indikator terganggunya fungsi hutan dan lahan baik sebagai
fungsi produksi, ekologi dan sosial. Di kawasan Tahura R. Soerjo di
wilayah Sub DAS Brantas Hulu seluas 8.197,51 ha areal menjadi
prioritas lokasi RHL. Sedangkan pada kawasan hutan di TNBTS
wilayah Kabupaten Malang terdapat areal seluas 1.037 ha kawasan
hutan kritis serta 15 ha lahan kritis yang perlu direhabilitasi. Hal
tersebut menunjukkan indikasi terjadi gangguan serius terhadap
kawasan lindung. Demikian pula gangguan terhadap kawasan hutan
Perhutani di KPH Malang, sampai dengan tahun 2006 telah terdapat
areal seluas 6.150,32 ha yang diokupasi oleh masyarakat. Berbagai
bentuk tekanan terhadap kawasan hutan di hulu Sub DAS Brantas
Hulu ini harus menjadi fokus seluruh pihak untuk merehabilitasi
kembali secara integratif. Tidak hanya berupa proyek RHL secara
teknis saja, tetapi juga meliputi solusi atas akar permasalahan yang
terjadi di lapangan.

Dengan semakin tingginya pemahaman akan fungsi hutan


sebagai daerah resapan air hendaknya perhatian lebih difokuskan
pada tata guna lahan di wilayah hulu. Gangguan kemanan hutan
yang secara langsung maupun tidak langsung melibatkan masyarakat
perlu diubah menjadi pola kemitraan bersama masyarakat
diantaranya dalam bentuk pelibatan masyarakat dalam pengamanan
kawasan sebagai jagawana, peningkatan partisipasi masyarakat
sebagai tenaga tanam dalam kegiatan reboisasi, peningkatan
kelembagaan masyarakat dengan pembentukan kelompok tani dan
koperasi, merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pengelola
Tahura R. Soerjo untuk meminimalkan gangguan kemanan hutan.
Penyusunan sistem insentif untuk masyarakat yang berperan dalam
menjaga kelestarian dan kemanan kawasan hutan di daerah hulu
juga perlu diupayakan, sebagai motivator bagi masyarakat untuk
terus berpartisipasi dalam menjaga kemanan hutan. Sistem insentif
yang ditawarkan dapat berupa insentif financial, mata pencaharian,
pasar, hak kepemilikan dan fiscal sesuai dengan kebutuhan
masyarakat setempat. Penerapan mekanisme kompensasi jasa
Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 257
Sebagai Pengatur Tata Air
lingkungan juga patut menjadi bahan pertimbangan untuk
meningkatkan nilai sumber daya hutan dalam sistem perekonomian.

Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 258


Sebagai Pengatur Tata Air
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2006. Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger


Semeru Wilayah Kabupaten Malang. Balai Taman Nasional
Bromo Tengger Semeru. Tidak Diterbitkan.
Anonim. 2006. Pembangunan dan Pengelolaan Kawasan Taman
Hutan Raya R. Soerjo. Balai Taman Hutan Raya R. Soerjo.
Tidak Diterbitkan.
Anonim. 2004. Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah Sub DAS Ambang, Lesti dan Melamon.
Tidak Diterbitkan.
Anonim. 2006. Selayang Pandang KPH Malang. Perum PErhutani
KPH Malang. Tidak Diterbitkan.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Zaini, L. A. 2005. Program Pengelolaan Perlindungan Sumber Air
Baku PDAM Menang Mataram Propinsi Nusa Tenggara
Barat. A paper presented at National workshop on
“Payments and Rewards of Environmental Services”,
Jakarta, 14 – 15 February 2005.

Pengelolaan Kawasan Hutan Di Bagian Hulu Das Brantas Hulu : 259


Sebagai Pengatur Tata Air

Anda mungkin juga menyukai