Anda di halaman 1dari 20

LASERASI KANALIKULI KASUS OBSTRUKSI DUKTUS NASOLAKRIMAL

trauma --> luka terbuka pada kanalikuli karena tarikan lateral pada DEFINISI sumbatan duktus nasolakrimal yang menimbulkan infeksi
palpebra yg merobek tendon kanthus medial dan kanalikuli sekunder yaitu inflamasi sakus lakrimal (dakriosistitis)

ETIOLOGI - RF - Etiologi
EPIDEMIOLOGI odnl kongenital : stenosis pungtum / kanalilula, atresia pungtum /
kanalikula, malformasi nasal, abnormalitas kraniofasial,
abnormaltias embriologi (membran persisten menyelubungi/
gagak membuka katup hasner)

odnl acquired : primer (inflamasi, fibrosis idiopatik), sekunder


(inflam/ fibrosis akibat infeksi pendahulu, neoplasma, trauma,
faktor mekanik)

RF : dakriosistitis akut-kronis, konjungtivitis viral, terapi antivirus


topikal

Epidemiologi : 50-70 tahun plg banyak, 87% bayi mengalami odnl


kongenital -> membaik 1 bulan berikutnya
mekanisme luka : direct / luka tembus - indirect - diffuse PATOFISIOLOGI sistem drainase lakrimal -> kausa sumbatan -> sumbatan duktus ->
disregulasi drainase (acquired) -> air mata dari sakus terhalang ke
duktus

berkedip : palpebra menutup -> tekanan positif -> tertimbun air


mata di sakus

membuka : palpebra terangkat -> tekanan negatif -> air mata yg


tertimbun -> meleleh ke pipi (epifora)

+ stasis air mata di sakus -> dakriosistitis + mucocele (dilatasi)

Anamnesis : ANAMNESIS - PF Anamnesis :


riw. trauma, riw. op okular, riw. op nasolakrimal - PENUNJANG mata berair & epifora
kotoran mata (Sekret)
PF mata merah
- kondisi umum stabil bengkak sekitar sakus , nyeri
- pemeriksaan bowman lacrimal probe riw. glaukoma, riw. obst
- Phenylephrine topical ED --> vac.& jar. otot constrict
PF :
1) Jones Test 1 mata berair, injeksi konjungtiva,
identifikasi kelainan fugnsi drainase sistem lakrimal ke rongga massa lunak fluktuatif, fistula, kotoran mata purulen (akut),
hidung mukoid / mukopurulen (kronik), mukokel , nyeri palpasi
- pasien duduk bersaandar
- tetes fluorosein konjungtiva 1) Jones Test 1
- kapas aplikator yg ditetes pantokain ke dalam meatus inferior
hidung --> tunggu 2 -3 menit 2) Jones Test 2
- kapas beewarna hijau = tidak ada sumbatan (fluor tembus =
drainase nasolakrimal baik) 3) Fluorosein Dissapearance Test

2) Jones Test 2 4) Irigasi Lakrimal


identifikasi kelainan fungsi ekskresi sistem lakrimal (jika jones 1
negatif) P. Penunjang
- 2 ml spuit larutan garam fisiologis --> injeksi ke kanalikuli lakrimal slit lamp : jarak meniskus melebar >2mm pemeriksaan pungtum
- pasien merasa ada larutan garam sampai terasa di tenggorokan / dan kelopak
keluarnya cairan fluorosein = positif (+ = ekskresi baik)

3) Anel Test *DIAGNOSIS BANDING:


- pasien duduk / tidur, anestesi lokal dakriosistokel
- dilatator pungtum lakrimal --> masuk sampai sakus lakrimal (kompres air hangat dan salep antibiotik bisa menyembuhkan)
- garam fisiologis dimasukkan -> tanyakan ?
- reaksi menelan = fungsi ekskresi normal dakrioadenitis
(lokasi palpebra superotemporal)
4) Uji fluorosein
- tets fluorosein 1 mata kanalikulitis
- pasien kedip beberapa kali (eritema area sekitar pungtum)
- 5 menit -> bersin / meludah ke tissue
- zat warna menempel pada kertas tisu = sistem lakrimasi baik mukokel / mukopiokel
(proptosis, oftalmoplegia eksterna)
P. Penunjang u/ dx : CT-Scan
riw. trauma, riw. op okular, riw. op nasolakrimal DIAGNOSIS gejala khas dakriosistitis
jones test 1 (+), jones test 2 (+), anel test (+), fluorosein test (+) akut : epifora, pembengkakkan kanthus medial, nyeri tekan,
ct scan sekret purulen

kronik : epifora, pembengkakkan kanthus medial, tidak nyeri,


sekret mukoid / mukopurulen

Fluorosein dissapearance (+), jones 1 (-), jones 2 (-), irigasi lakrimal


(-)

P. Penunjang : dakriosistografi kontras, nuclear lacrimal


scintigraphy, CT-Scan, MRI, endoskopi nasal internal
1. irigasi laserasi TATA LAKSANA konservatif : kompresi air hangat 3xsehari (drainase sekret),
2. profilaksis tetanus + rabies (gigitan hewan) antibiotik (Cefazolin, Cefuroxime) + analgetik
3. identifikasi laserasi *Amoxicillin + As. Klavulanat, Cephalexin, Eritomisin, Klindamisin
4. operatif : pemasangan stent (golden period : 24-72 jam) -
mono/bi kanalikular -> 5-7 hari tidak membaik -> selulitis / abses (+) -> insisi dan
5. post op pemasangan stent : antibiotik broad spectrum drainase + anestesia topikal (*risiko fistula)
(Cephalexin / As. Klavulanat / Amoxicillin)
operatif : dakriosistorinostomi (DCR)
pembedahan anastomosis sakus lakrimal dengan rongga hidung
melalui ostium
eksternal (ekstranasal) dengan bedah transkutan, internal (
endoskopik) dengan bedah endoskopi lewat hidung
+nasolacrimal probing, stent insertion, balloon cath. dilation

ODNL Kongenital : palpasi ibu jari 4xsehari , ab topikal (Polymixin,


Trimetroprim), ab sistemik, nasolacrimal probing (jika menetap >1
tahun atau dilakukan lebih awal jika infeksi persisten / rekuren),
balloon dacryoplasty (jika probing gagal > 2x)

- Nyeri , perdarahan, infeksi, epistraksis KOMPLIKASI ditangani dengan baik : sembuh, rekuren, tetap ada fistula
- penyembuhan buruk / perbaikan tidak memadai --> paparan tindakan op namun gagal : hemolakria, granuloma piogenik
kornea & palpebra thd infeksi tidak baik : formasi abses, selulitis preseptal, konjungtivitis
- drainase memburuk thd duktus nasolakrimal rekuren,
Karsinoma Sel Basal (KSB) Periokular KASUS Karsinoma Sel Skuamosa (KSS) Periokular
DEFINISI Tumor ganas pada sel epitel lapisan epidermis konjungtiva dan
kulit. KSS agresif dan metastasis ke kGB
Etiologi ETIOLOGI - RF - Etiologi :
UV A, UV B -> memicu kerusakan sel molekular EPIDEMIOLOGI
Imunosupresan RF:
Tipe kulit putih paparan uv, infeksi HIV, HPV, paparan arsenik, merokok, keadaan
Sindroma kongenital, PUVA, tanning beds, skar ulseratif, luka bakar imunosupresi

RF : Rokok, alkohol, edukasi tinggi, kopi, HPV Epidemiologi :


paling sering - paling jarang : palpebra inferior, kanthus medial,
Epidemiologi : palpebra superior, kanthus lateral
paling sering - paling jarang : palpebra inferior, kanthus medial,
palpebra superior, kanthus lateral
Stem cell pluripotent -> mutasi genetik -> disosiasi ikatan ligan PATOFISIOLOGI UV B -> mutasi P53 -> sel terus proliferasi -> neoplasma
dengan PTCH1 -> kompleks protein aktivasi GLI -> aktivitas gen ganas -> invasi > 5mm = ca invasive
target melepas Cyclin D1 dan GLI1 -> proliferasi sel basal terus
menerus -> pada nukleus keratinosit

Anamnesis + PF : ANAMNESIS - PF Anamnesis :


Pertumbuhan lesi lambat - PENUNJANG durasi, progresi cepat, riw. malignansi kulit / lainnya, riw. tx pada
batas tegas, tepi mengkilat alergi / alergi, riw. radiasi
warna merah muda, telangiektasia (+),
rodent's ulcer / perdarahan PF :
asosiasi dgn madarosis - lesi coklat, batas tegas (well diff.) keratin, pearl, massa besar,
ptosis (+) -> palpebra
P. Penunjang : - pink muda batas tegas -> scc konjungtiva (lesi tidak berbatas
biopsi dilakukan (kecuali lesi < 10mm, lesi diluar kanthus medial, tegas, bentuk nodul -> limfoma)
lesi tampak nodular) - lesi adisi pada kulit
CT-Scan , MRI - preaurikular palpasi pembesaran kgb (+)
- nodul submaksila dan servikal (metastasis +)
- invasi ca -> ektoprion
P. Penunjang :
HISTO PATOLOGI

berdasar anam-pf (x), berdasar biopsi + histoPA DIAGNOSIS berdasar HistoPA


nukleus prominen, sitoplasma eosinofilik -> sel epitel epidermis
Klasifikasi CLARK level dermis atipikal
level 1 epidermis "keratin pearls" dan intercellular bridges (desmosomes) pada
level 2 papillary dermis tumor well-diff.
level 3 papillary reticular dermal interface
level 4 reticular dermis ak : terdapat makul / papul merah muda
level 5 jar. subkutan (pembesaran atipikal keratinosit)

Klasifikasi histopatologis kutaneous scc : scaly papul / nodul merah -> perdarahan spontan
superfisial, nodular, infiltratif /morphoeik, mikronodular (pembesaran atipkal keratinosit invasi dermis),

ddx : KSS periokular (permukaan kasar, warna abu-abu, amorfous, scc metastasis : nodul multipel lesi di kulit / organ lain
peningkatan lesi epitel), Kaposi sarkoma periokular (tidak ada aliran (keratinosit membesar atipikal pada limfonodul dermis dan organ
perdarahan), limfoma (warna salmon merah muda, di konjungtiva) internal)

diagnosis banding
kss sebelum invasif dapat mirip dengan ksb,
kss lebih sering invasif ke orbita

ak, seb. k, kalazion, kista, squamous papilloma


eksisi sulit karena KSB biasanya menyebar menginvasi jaringan TATA LAKSANA 1. Eksisi bedah MMS
seperti tentakel MMS (Moh's Microscopic Surgery)
mendeteksi lesi invasi tak tampak makroskopis
1. eksisi bedah pengedcekan histologis
- 2-4 mm , reserve struktus sprti pungtum , rekonstruksi rekurensi rendah
diperlambat batas bebas tumor 4-6 mm
2. MMS (Mohs' Micorscopic Surgery)
- yg risiko rekurensi tinggi, fungsi kosmetika baik 2. Krioterapi
- ksb kecil / primer / tidak agresif tidak perlu
3. Radioterapi
- Terapi primer / ajuvan Terapi nitrogen cair suhu rendah -> menghancurkan struktur
- menyebabkan keratinisasi konjungtiva jaringan KSS (u/ ca in situ, ak, tumor kecil, superficial, batas tegas,
4. Krioterapi risiko rendah)TIDAK bisa u/ kanker invasif
- efek samping : depigmentasi kulit, malposisi kelopak mata
(sikatriks), lid notching, skar hipertrofik 3. Radioterapi
5. Fotodinamik menekan rekurensi , dapat rekurensi tetap pada stadium lanjut,
- dgn 5-asam aminolaevulinik / methylaminolaevulinik -> eksposur tidak disertai pemeriksaan histoPA, komplikasi : nekrosis kelopak
thd cahaya dg panjang gelombang spesifik mata, keratopati, stenosis pungtum, dry eyes, katarak, retinopati,
6. Lokal Kemoterapi (imiquimod / 5-FU, terbatas pada lesi tidak neuropati optik
kena batas kelopak)
7. Inhibitor jalur hedgehog (vismodegib /sonidegib) 4. Kemoterapi
8. Manajemen tumor rekuren (eksisi pembedahan kompit, kontrol (5-fluorouracil, cisplatin, doxorubicin, blepmycin, peplomycin,
radioterapi) methrotrexate)
9. Manajemen tumor invasif, metastasis & locally advanced
invasi bulbar/ orbital -> eksenterasi *followup hingga 5-6 tahun post op, kontrol rutin, Imaging setelah
invasi orbita dini -> globe-sparing excision, radioterapi op, protektif thd paparan cahaya matahari
invasi sinus -> eksenterasi + bedah kraniofasial
locally adv. -> kemo (cisplatin , doxorubicin, bleomycin, 5fu/ mtx)
metastasis : kulit, kepala leher, KGB, paru, tulang KOMPLIKASI invasi orbital, invasi perineural
invasi lokal : massa fiksasi ke tulang, limitasi gerak bola mata, limfonoduli, kgb enlargement,
terdorongnya bola mata, kelopak terfiksasi, epifora, ptosis submaksilla, servikal

Retinitis Pigmentosa KASUS Katarak Traumatika


kelompok kompleks distrofi ditandai degenerasi lambat progresif -> DEFINISI Katarak = kekeruhan lensa yg mengakibatkan kurang cahaya yg
disfungsi retina. diterima retina -> g. penglihatan krn terganggunya fototransduksi-
disfungsi dominan fotoreseptor batang lalu disfungsi fotoreseptor > penglihatan buram
kerucut dan RPE
katarak traumatika = katarak yg disebabkan trauma tajam /
tumpul . trauma kimia, trauma radiasi

etiologi : sporadis, autosomal dominan (turunan), autosomal ETIOLOGI - RF - etiologi : trauma tajam/tumpul/kimia, radiasi, arus listrik
resesif, genetik X EPIDEMIOLOGI
rf : anak2, bermain
epidemiologi : 1:4000, 30-50 tahun, laki-laki > perempuan epidemiologi : penyebab kebutaan utama di dunia, di indo, lebih
sering pria <15 tahun
etiologi -> atrofi sel batang -> diikuti sel kerucut dan RPE -> PATOFISIOLOGI trauma tumpul :
- trauma coup : trauma langsung ke kapsul dan epitel lensa ->
abrasi -> katarak progresif

- trauma countercoup : shockwave trauma tumpul di tempat lain -


> menjalar seluruh mata -> kapsul lensa -> kontusio -> formasi
katarak

- truama ekspansi ekuator -> globe


distorsi bola mata ant/post -> garis meridian memendek , garis
ekuator meregang,kapsul lensa regang . zonula fiber -> ruptur
kapsul -> keruh

trauma tajam :
ruptur lensa -> inflamasi anterior chamber + jar. ikat -> skar
perforasi korteks lensa -> kekeruhan progresif

anamnesis : ANAMNESIS - PF anamnesis : penglihatan kabur/ buram / berbayang/ tertutup


niktalopia, kehilangan lapang pandang perifer, penurunan visus - PENUNJANG kabut, riw. trauma mata

pf : pf : slit lamp refleks merah pada mata (-)


def. lap pandang (tes konfrontasi),
tajam penglihatan (tes visus) krn g. refraksi
sensitifitas kontras meningkat
penglihatan warna menurun
funduskopi khas :
- RP : kumpulan pigmen pada retina perifer
- ekstensif RP : atenuasi pembuluh darah (funduskopi)
- end stage Rp : waxy pale dari optik disc

P. Penunjang :
full field electroretinography (ERG)
dark adaptopmetry
perimetry goldman
optic coherence test
genetic analysis

berdasar anam pf p. penunjang DIAGNOSIS diagnosis : anam pf p. penunjang


def lap. pandang perifer + niktalopia
funduskopi (pucat lilin dari saraf optik, atenuasi arteri, perubahan diagnosis banding : hifema, laserasi korneasklera (full thickness,
pigmen pada retina perifer) uveal prolapse, disertai katarak), katarak degeneratif (insipien,
p. penunjang : ERG & perimetri imatur, matur, hipermatur)

atipikal dan tipikal RP


rp atipikal : bardet bedl syndrome, nephropthotiasis nphp, usher
syndrome

ddx : retinopati traumatik , retinopati inflamasi, retinopati akibat


neoplasma, retinopati toksisitas obat (phenotiazine, chloroquin),
congenital stationary macular

low aid vision (kaca mata, kaca pembesar) TATA LAKSANA


suplementasi & vitamin (vit A dosis tinggi palmitate 15,000 IU/hari, ICCE, ECCE, ecce dengan phacoemulsification + IOL
omega 3 fatty acid) penanganan makin cepat meminimalisir ambliopia terjadi,
eksperimental (tx. genetik, pretesa retina, transplatasi retina)
implantasi iol bergantung lokasi trauma
tidak menyembuhkan, hanya bisa menangani symptoms pemilihan icce ecce bergantung trauma invasi kena bagian mana
prognosis ad malam karena permanen degeneratif fungsi saja

KOMPLIKASI infeksi sekunder , retina trauma

PTERYGIUM KASUS DAKRIOADENITIS


Pertumbuhan jaringan fibrovaskular , bersifat degeneratif, invasif DEFINISI Peradangan pars sekretorik kel. lakrimal , unilateral , bilateral,
pda subkonjungtiva , infiltrasi permukaan kornea akut, kronis
Etiologi : ETIOLOGI - RF - etiolofi : infeksi
iritasi debu EPIDEMIOLOGI viral : mumps, ebv, herpes zoster
paparan sinar matahari (UV B ) bacterial : staphylococcus aureus, strepto, n. GO, treponema
udara panas pallidum, chlamydia tracom, myobac,dll
--> radang , degenerasi, neoplasma fungal : histoplasmosis, blastomycosis,
idiopatik
RF : sistemik : sarkoidosis, graves, sjogren, orbital inflam syndrome,
usia, pekerjaan, tempat tinggal, herediter, infeksi, debu, riw. benign lymphoepithelial
paparan uv b tinggi, debu, dll
epidemiologi : 1:10.000
UV B -> mutasi gen supressor tumor p53 -> sel-sel benih embrional PATOFISIOLOGI
basal limbus kornea
Anamnesis : mata merah, gatal, berair, g. penglihatan ANAMNESIS - PF anamnesis :
riw. mata merah berulang, riw. paparan sinar matahari - PENUNJANG - akut : nyeri hebat daerah kelopak atas, gerak bola mata sakit,
belekan, bengkak
pf : - kronik : bengkak tanpa nyeri kelopak mata atas
inspeksi : jar. fibrovaskular segitida dgn basis pada kanthus medial /
lateralbag konjungtiva bulbi, apex di kornea. PF :
nasal, temporal, penurunan visus - akut : eversi -> bengkak merah di bawah kelopak atas bag
temporal
p. penunjang : topografi kornea, biopsi histoPA - kronik : eversi -> sama dg akut tanpa nyeri, bengkak cukup besar
hingga bola mata terdorong ke inferonasal , jarang proptosis

P. Penunjang :
- biopsi kel. lakrimal
- ct scan orbita dgn kontras
- sediaan apusan darah tepi
- kultur
klasifikasi pterygium DIAGNOSIS klasifikasi
berdasar jumlah: akut :
simpleks = 1 segitiga - pembesaran kel. lakrimal palpebra superior
dupleks = 2 segitiga temporal nasal - nyeri
berdasar perjalanan penyakit : - kemosis (konjungtiva bengkak)
progresif = tebal, vaskularisasi banyak, infiltrat depan kepala, CAP - injeksi konjungtiva
pterygium - sekret mukopurulen
regresif = tipis, atrofi, vaskularisasi minimal - eritema palpebra
- lymphadenopati submandibular
berdasar grade - 1/3 laeral atas palpebra mata bengkak s-shape
1 : kurang dari 1,5 mm, 1B blm masuk iris - proptosis
2 : kurang dari 1/2 radius, 2B menembus iris, blm smpai pupil - terbatas gerakan bola mata
3 : lebih dari 1/2 radius, 3B menembus iris, mengenai tepi pupil
4 : hampir ke pusat kornea, 4B menembus pupil kronis :
- g. klinis kronik lebih baik dari akut
dx berdasar anam - pf - tidak nyeri
- pembesaran kelenjar mobile
ddx : - tanda minimal okular
- pseudopterygium : - ptosis (+) atau (-)
terjadi proses pemnyembuhan ulkus kornea -> konjungtiva - dry eyes
menutupi kornea
jika diselipkan sonde di bawahnya (tes sondase = positif) ddx : dakriosisttiis, hordeolum, abses kelopak mata, selulitis
pseudopterygium : riw. kelainan kornea sblmnya orbita, lipodermoid, periostitis

- pinguecula :
benjolan pada konjungtiva bulbi pada org tua, dgn rangsang sinar
matahari debu angin panas
bercak celah kelopak mata bag. nasal
degenerasi hialin jar. submukosa konjungtiva nodul kuning

konservatif : TATA LAKSANA virus :


- medikamentosa : kortikosteroid, artificial tears, topical lubricating self limit, suportif, kompres air hangat, NSAID oral
drops
- sitostatiska : mitomycin c (MMC) bakteri :
cephalosporin gen 1 : cephalexin 500 mg PO setiap 6 jam
operatif :
indikasi jamur :
- menjalar ke kornea > 3mm dari limbus, jarak lebih dari 1/2 limbus antiamoebic / antifungal
dan tepi pupil (gr 2)
- mengganggu gerak bola mata, penurunan visus inflammatory :
- progresif, indikasi kosmetik etiologi sistemik -> terapi berdasar kausa

Jenis operasi kronik :


1. bare sclera : eksisi pretrygium, sklera dibiarkan reepitelisasi) -> treat penyebab utama, dlm 2 minggu bengkak tdk hilang -> biopsy
rekurensi tinggi glandula lakrimal

2. simple course : eksisi pterydium, jahit tepi konjungtiva bebas. jarang drainsse / bedah , bila abses -> insisi
(hanya efektif u/ pterygium yang kecil)

3. sliding flaps : insisi bentuk L sekitar luka -> geser lipatan


konjungtiva menutupi defek.

4. rotational flaps : insisi bentuk U sekitar luka -> lidah konjungtiva


rotasi pada tempatnya -> geser lipatan untuk menutupi defek

5. conjunctival autograft : free graft diambil autograft dari


konjungtiva bulbi superotemporal(yg jarang terpapar sinar UV) ->
dieksisi sesuai ukuran luka -> pindahkan pada defek post eksisi ->
jahit / fiksasi dgn bahan perekat (glue fibrin) kekambuhan rendah.

6. cangkok membran amnion


- cegah kekahmbuhan
- menghambat peradangan dan fibrosis
- reepitelisasi
- menembatpakn membran amnion di atas sklera dgn membran
basal hadap atas, strome hadap bawah. dgn lem fibrin.

komplikasi non operatif : KOMPLIKASI


astigmat, mekanisme penarikan -> kelengkungan kornea fistula kel. lakrimal
mata merah, iritasi
g. pergerakan bola mata

komplikasi operatif :
perforasi korneosklera,
risiko graft : edema, hemoragi, retraks
granuloma kinjungtiva
epithelial inclusion cysts
skar konjungtiva

cegah rekurensi dgn graft konjungitva dan cangkok membran


amnion, rawan rekurensi

Konjungtivitis Virus KASUS Glaukoma Pigmenter


inflamasi konjungtiva, tidak spesifik, DEFINISI glaukoma sudut terbuka sekunder ditandai deposisi pigmen pada
disebabkan virus trabecular meshwork, kelainan transiluminasi iris, dan pigmen
kornea (krukenberg spindle)

sindrom pigment dispersion (SPD)


etiologi : ETIOLOGI - RF - etiologi :
adenovirus (plg sering : faringokonjungtivitis, keratokonjungtivitis EPIDEMIOLOGI idiopatik
epidemik, konj. folikular non-spesifik) peningkatan kontak fisik permukaan iris posterior dgn zonula
HSV 1&@, Pikornavirus (Enterovirus 70 & coxsackie A24), poxvirus anterior lensa

RF :
kontak langsung / tdk langsung dgn penderita epidemiologi :
kolam renang umum pria > wanita
handuk dipakai bersama 25-40 thn
kosmetik bersama jarang deteksi, sebagian besar kulit putih
higenitas kurang 15 % SPD ---> GP (10 tahun)

epidemiologi :
1 jt/ tahun
PATOFISIOLOGI mekanisme pelepasan pigmen :
- cekungan iris -> gerak fisik iris -> gesekan iridozonular -> pigmen
iris posterioe lepas

mekanisme peningkatan tekanan


- pigmen terbawa ke trabecular meshwork (aliran aq. humor) ->
benign (SPD) -> menyumbat -> glaukoma pigmenter
anamnesis : ANAMNESIS - PF anamnesis :
keluhan, riw. terdahulu, keadaan eksposure lingkungan - PENUNJANG riw mata merah
keluhan : mata merah sakit gatal kabur pandangan kotoran mati nyeri mata
nyeri kepala
pf : melihat pelangi / halo
- mata merah (hiperemia) - injeksi konj (+) penglihatan buram
- berair : eksudat serosa dan air mata tunnel vision
(mukoid -> dry eyes dan alergi, mukopurulen -> klamidia dan bakt. riw. keluarga GP
akut, severe purulent -> gonorea)
- kemosis (edema konjungtiva, merupakan respon hipersensitif pf :
parah) mata merah
- pseudoptosis (kelopak mata seperti akan menutup karena fix mid-dilated pupil
infiltrasi sel radang pada palpebra superior / edema) mata keras pada palpasi
- hipertrofi folikel (mulitipel, diskrit, elevasi, beras menonjol fornix, tes konfrontasi defek lap . pandang,
pembuluh darah sekitarnya / menyebrangi lesi) visus menurun,
- pseudomembran (koagulasi eksudat menempel) injeksi konjg.
- skar edema kornea
- pembesaran kel.g.b preaurikular
- keratitis (bisa menyertai) funduskopi : c/d ratio >0,3
tonometri : peningkatan TIO
P. Penunjang : trias GP
kultur virus
pewarnaan giemsa
PCR, serology p. penunjang :
gonioskopi : hiperpigmentasi trabecular meshwork, krukenberg
spindle pada kornea , transiluminasi iris
konj. akut <4 minggu nyeri, fotofobia, kabur pandangan, kotoran DIAGNOSIS GP : 3 trias klasik (+), TIO meningkat (+), neuropati s. optik (+)
mata (serosa), gatal, ditemukan folikel, KGB membesar SPD : 3 trias klasik (+) dan TIO meningkat (+)

ddx :k. bakteri, alergi, keratitis, uveitis trias ditemukan dari gonioskopi
- pharyngoconjunctival fever
(adenoviral 3,4,7 ) demam , nyeri tenggorokan, konjungtivitis ddx : pigment dispersion syndrome, glaukoma eksfoliatif
bilateral / unilateral, folikel,keratitis ringan, 3 minggu sembuh, glaukoma pseudoeksfoliatif (deposit material pada kapsul lensa,
keratitis bbrp bln hiperpigmen trabecular), scheie line (deposisi pigmen pada insersi
sonula di lensa)
- keratokonjungtivitis epidemika
adenovirus D tipe 18,19,37
unilateral, gejala klinis berat, keratitis ep. pungtata, resolusi 3-4 mg
keratitis bbrp thn

- folikel non spesifik conjc.


umum, ringan, self. limit, tdk perlu rerapi, kontralateral
terpengaeuh oleh mata 1 nya 1-2 hari setelah kena, flu ringan,
nyeri tenggorok

- acute hemorrhagic viral conj


enterovirus (picorna virus da coxsackie a 24
onset cepat, resolusi 1-2 mg, nyeri, perdarahan subkonjungtiva
bermakna

- konjg, herpes simples


HSV 1-umum, HSV-2 infant
folikular, vesikel herpes di palpebra, edema palpebra, nyeri tekan
KGB preaurikula

- molluscum contagiosium
poxvirus -> infeksi kelopak mata -> iritasi kronik okular unilateral,
sekret mukoid ringan, nodul umbilicated, kubah, multipel, lunak,
kilap, margin kelopak

- blefarokonjungtivitis varicella zoster


>50 thn, konj. inftiltratif, erupsi vesikuler dermatom n.I
lesi palpebra varicella, infiltrasi kornea

sesuai etiologi TATA LAKSANA pengobatan sama dg pengobatan glaukoma sudut terbuka
4-7 hari memburuk setelah onset
2-3 minggu tanpa terapi sembuh target TIO diturunkan 25-30% awal
follow up 2x dlm 1 tahun atau setiap 3 bulan jika progresif
suportfi : kompres dingin / hangat, jaga kontak, stop soflense, air
mata buatan medikamentosa :
menurunkan produksi aq. humor
medikamentosa : - beta adrenergik blocker (betaxolol 0,5%, timolol 0,5%)
antibiotik tetes mata -> cegah infeksi sekudner - penghambat anhidrase karbonat (brinzolamid / oral
vasokonstriktor dan antihistamin (diberikan jika gatal) asetazolamid)
steroid (true membran & pseudomembran) - agonis adrenergik alfa (apraclonidine , brimonidine)

molluskum kontagiosum : removal meningkatkan aliran keluar humor akuos :


(pembersihan untuk cegah konj. sekunder dan alasan kosmetik, - prostalglandin analog (latanaprost, travapost)
pembersihan -> torehan pada tepi lesi ujung jarum - obat parasimpatomimetik / miometikum (pilokarpin)
hsv konjungtivitis : antiviral
- acyclovir 3% 5x1 10 hari (mata) , acyclovir 7% 6x1 7 hari (kulit) laser trabeculoplasti : mengurangi TIO efektif karna memperlancar
- kontraindikasi steroid aliran humor akuos

varicella zoster konjungtivitis : acyclovir high dose 800 mh 5x1 10 trabeculectomy : tx. pembedahan
hari - lubang kecil pd sklera -> saluran alternatif -> jal. keluar humor
akuos
*pencegahan : cuci tanganinfeksi, tdk sentuh mata infeksi, tidak - cairan masuk dlm penyimpanan (bentuk : bleb) ditutup kelopak
berbagi handuk / kosmetik, saat mata merah tidak masuk kerja / mata
sekolah
laser peripheral iridotomy (LPI)
- mengurangi bowing posterior iris -> kontak langsung iris zonul
lensa
- blm ada bukti cegah peningkatan TIO jangka panjang
komplikasi jika tidak ditangani dengan baik infeksi sekunder, KOMPLIKASI kebutaan (jarang terjadi) , perburukan penglihatan, perbaikan
keratitis seiring bertambah usia

Hypertensive Retinopathy KASUS Shield Ulcer (Keratokonjungtiva)


perubahan vaskular retina akibat hipertensi sistemik DEFINISI komplikasi / tahap akhir dari keratokonjungtivitis vernal:
- defek epitel
- kerusakan membran bowman (deposisi mukus & kalsium fosfat)

(keratokonjungtivitis vernal = alergi pada konjgungtiva dan


kornea, karakteristik : gatal, peka berlebih thd cahaya, sekret ropy
/ berminyak)
*/penyakit alergi pada konjuntiva : seasonal, vernal, atopik, giant
papil

- seasonal (hay fever, pollen, musim, debu, serangga, fungal)


- vernal (bilateral, sgt gatal, cobble stones, trantas dots)
- atopik (riw. atopi, kemosis, bilateral, hiperemis)
- riw lensa kontak/ obat mata -> hiperemis sedang, kemosis
sedang (alergi simple)
*giant papil termasuk konjungtivitis vernal yg dimana papil pada
superior palpebra berukuran >1mm

*trantas dots = konsentrat eosinofil, patopneumonik pada


kongjungtivitis vernal limbal

ETIOLOGI - RF - etiologi :
epidemiologi : EPIDEMIOLOGI ulserasi kornea / ulkus (akibat infeksi)
>40 thn, riw. HT, kulit hitam bakteri, fungal, viral

ulkus steril
- keratokonjungtivitis alergi
- ulkus mooren
- keratokonjungtivitis fliktenular
- keratitis marginal ec autoimun
- def. vit A keratomalacia

RF :
- musim semi -> serbuk sari / pollen

epidemiologi : paling banyak ditemui ke-10 di poli mata


pria : wanita = 3 :1
iklim subtropi

1. vasokonstriksi (spasme arterior , kerusakan endotel) PATOFISIOLOGI hipersensitivitas tipe 1 (alergi) -> mediasi IgE -> aktivasi Th2 ->
aktivasi fibroblas + produksi kolagen tipe I dan III -> giant papilla
2. arteriosklerosis (fase sklerotik)
- refleks arteriol : nicking & nipping ('arteri menekan vena) penumpukan eosinofil -> defek epitel limbus -> trantas dots
- peningkatan ref cahaya (copper sign)
keratinisasi epitel dari papil -> luka kornea -> lesi invasif -> ulkus
3. peningkatan permeabilitas kapiler (fase eksudatif)
- hipoksia -> hemoragik + edema retina fokal

Anamnesis : ANAMNESIS - PF
riw. ht - PENUNJANG Anamnesis :
asimptomatik - mata gatal perih -> fotobfobia (+)
sakit kepala dan nyeri mata - mata berair, sekret mukoid
penurunan penglihatan (kabur) mulai Stadium 3-4 - kedip sering krn sensasi benda asing / rasa mengganjal
- riw. atopi
PF :
tes visus (penurunan)
funduskopi : PF :
- CWS (cotton wool spot krn infark nerve fiber) - tampak PLAQUE shield ulcer : putih abu2, atas axis visual
- av nicking (arteri menindih vena) - jar. parut bentuk cicin
- eksudat (leakage vaskular krn hipoksia -> increase permeability) - cobblestone
- macular star (Eksudasi retina) - hiperemis kongjungtiva
- edema optik disc - sekresi mukus berlebih
- copper sign(peningkatan ref. cahaya pada arteriol) - horner trantas dots
- blot shaped (perdarahan) - ptosis & blepharospasm
- maxwell lyons sign (fibrinous pseudomembran)
- tensi (tinggi)
- pem. kardiovaskular : gallop / murmur, bruit karotid/renal, denyut khas vkc -> palpebral, limbal, kombinasi
perifer palpebral : tarsus membesar >1 mm, cobblestone polygonal,
- pf neuro, pf paru permukaan rata, berkas kapiler
fibrosis subepitel (hipertrofi papil)-> peningkatan ketebalan
P. Penunjang : kelopak mata + ptosis
- fluorescein angiography (FA) sekresi mukus , predominan eosinofil
- USG mata
limbal : trantas dots kumpulan sel epitel eosinofil + klasifikasi
kornea
neovaskularisasi perifer, jar. parut epitel, tanda inflmasi
P. Penunjang :
- corneal /conjunctival scrap -> dominan eosinpfil
- histologi -> proses proliferatif epitel, infiltrasi stroma, hiperplasia
jar ikat
- slit lamp -> kongesti konjungtiva, bentuk papil, defek epitel,
pewarnaan -> lihat ulkus (sodium fluoroscein, rose bengal,
lissamine green)
--> fluoroscein dye test
abrasi / ulkus
abrasi transparan, ulkus opaq
abrasi tidak merubah kontur kornea, epitel saja
ulkus melibatkan stroma
- keratoskopi
melihat bag anterior kornea -> cek distrofi kornea (Astigmat,
ulserasi), keratometer + dokumentasi melihat circular / normal
atau distorted / wavy

stadium : DIAGNOSIS grading VKC


0 tdk ada perubahan 0 : papil ringan sedang
1 penyempitan arteriolar hampir tdk terdeteksi 1 : gejala ringan, papil
2 penyempitan jelas dgn kelainan fokal (ref cahaya berlebih, 2 : intermiten gejala, papil
asimptomatik) 3 : gejala sedang persisten, hiperemia konjungtiva(+), sekret (+),
3 stad 2 + perderahan / eksudat CWS (mulai simptomatik) keratitis pungtata superfisial (+)
4 stad 3 + papiledema 4 : trantas dots (+) +erosi kornea - ulkus + kriteria grade 3
5 : resolusi, ulkus kornea tdk ada lagi, papil menjadi fibrosis (jar.
penegakkan dx dari funduskopi usg mata, tapi dpt diketahui dri parut), gejala hilang / ringan
anam pf (funduskopi) melihat ciri ciri :
grading diagnostic PF
1 : pelebaran ringan dari ref. cahaya arteriol tampak erosi kornea (gesekan papil )
2: peningkatan ref cahaya arteriol, defleksi vena tempat pertemuan reepitelisasi terhambat (karna deposisi mukus dan kalsium)
dg arteri letak khas mulai limbus (defek stem cell)
3: copper wiring
4: silver wiring inspeksi slit lamp tampak -> grading cameron :
grade 1 :
ddx : - makroerosi basis transparant
1. central retina vein occlusion (crvo) - onset tiba2, splinter - tidak tampak inflamasi
hemorrhage, tdk ada hard exudate - respon thd terapi, re-epitelisasi sempurna
2. branch retinal vein occlusion (brvo) - perdarahan tdk melewati
midline grade 2 :
3. sindroma iskemia okular (kehilangan penglihatan monokular - basis translusen dgn / tanpa deposit opasitas putih / kuning
transien) - tanda inflamasi
4. retinopati sickle cell disease (neovaskularisasi retina perifer) - erosi epitel & margin opaq > basis
5. sarkoidosis (eksudat sekitar vena = candle wax dripping) - tambahan debridemen + AMT

grade 3 :
- elevasi plask (deposisi protein pada sekresi air mata membran
bowman)
- refrakter pada tx. butuh debridemen (keratektomi) amt u/
reepitelisasi
- basis plak opaq

dx berdasar anam + pf + penunjang


u. grading

ddx :
infeksi : bakteri, viral, fungal
steril: mooren ulcer, keratokonjungtivitis alergi,
keratokonjungtivitis flikten, keratitis marginal ec autoimun, def
vitamin a keratomalacia

penurunan tekanan darah < 140/90 TATA LAKSANA nonfarmako : self limit VKC tahap awal, konservatif dgn
menghindari eksposur alergen
ACEI -> mengurangi kekeurhan dinding arteri retina
perubaha pola hidup farmakologis
jaga BB ideal - mast cell stabi lizers & antihistamin -> mikropapil & tanpa
kurangi intake lemak, kontrol asupan garam perubahan kornea
- topical corticosteroid -> makropapil, akumulasi mukus,
vaskularisasi kornea

- immunomodulating agents -> makropapil, makroerosi, shield


ulcer, persistent severe inflam

TX
- debridemen ulkus & keratektomi superfisial
- reseksi kornea dgn excimer laser phototherapeutic (LASEK)
- amniotik membrane transplant

INDIKASI : ulserasi epitel, sindroma rekuren erosi kornea,


keratopathi, leukoma (skar superfisial)

penyempitan arteri & perubahan av ratio KOMPLIKASI - neovaskularisasi kornea


- hipertensi maligna - korneal scarring
- papillaedema / perubahan pigmen retina karena eksudat -> atrofi - keratokonus & pseudogerontoxon
n. optik sekunder -> kebutaan - katarak & glaukoma (akibat steroid)
rekurensi
infeksi
reaktivasi herpes virus
epitel healing terhambat
rejeksi graft

Anda mungkin juga menyukai