Anda di halaman 1dari 2

RELA BAGI SESAMA

Filipi 2:1-11

Ada seorang pria, sebut saja alex, bekerja pada perusahaan besar berskala internasional, ia sangat bangga dengan
pencapaiannya, bahkan sangat senang menceritakannya kepada orang lain. Suatu hari ada seorang pria yng menghampiri
meja kerjanya dan memulai percakapan dengan alex, pria itu bertanya seputar pekerjaan ales, dan dengan bangga alex
menceritakan apa yang ia kerjakan dan kesuksesannya dalam pekerjaan yang ia lakukan, serta berapa beruntungnya
perusahaan itu dengan kehadiran alex. Setelah berceritaa panjang lebar, alex bertanya tentang identitas pria yang diajak
bicarnya, lalu pria itu berkata… nama saya roger, Alex pun melanjutkan pertanyaannya, dan apa yang kamu kerjakan
disini? Oh saya pemiliki perusahaan ini, lalu alex pun menyadari bahwa ia sedang berbicara dengan salah satu orang
terkaya di dunia.

Di masa sekarang ketika orang-orang cenderung menyanjung dan memuji “diri sendiri”, kisah sederhana itu dapat menjadi
pengingat terhadap perkataan Paulus yang penting di kitab Filipi: “Hendaklah kamu . . . tidak mencari kepentingan sendiri
atau puji-pujian yang sia-sia” (2:2-3). Manusia yang memberikan perhatian kepada orang lain, dan bukan kepada dirinya
sendiri, memiliki sifat-sifat yang dikatakan Paulus.

Ketika “dengan rendah hati [kita] menganggap yang lain lebih utama dari pada diri [kita] sendiri,” kita menunjukkan sifat
Kristus yang rendah hati (ay.3). Kita mencerminkan Kristus yang datang “bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani”
(Mrk. 10:45). Ketika kita “mengambil rupa seorang hamba” (Flp. 2:7), kita memiliki pikiran Kristus Yesus (ay.5).
Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, janganlah kita hanya melihat kepentingan diri sendiri tetapi “kepentingan orang
lain juga” (ay.4).

Filipi adalah kota pertama di bagian Makedonia, suatu kota perantauan orang Roma (Kis. 16:12). Jemaat di Filipi adalah
yang pertama di Eropa dan didirikan oleh Paulus, Silas, Timotius dan Lukas dalam perjalanan penginjilan Paulus yang kedua
pada tahun. Surat Filipi ditulis kepada jemaat di Filipi kira-kira tahun 60-62M, sewaktu Paulus dipenjara di Roma. Filipi
merupakan salah satu surat yang disebut sebagai “surat penjara”, karena ditulis oleh Paulus dari penjara di Roma. ”Surat-
surat penjara” lainnya adalah surat Efesus, Kolose dan Filemon (Kis. 28:16, 30-31). Surat Filipi adalah surat yang ditulis
oleh Paulus dengan tema “sukacita dalam hal hidup bagi Kristus.”[1] Tujuan Paulus menulis surat Filipi di antaranya
adalah:
1. Rasa terima kasih kepada jemaat di filipi atas pemberian yang mereka kirim kepadanya
2. kabar kepada jemaat di Filipi tentang keberadaan paulus sekarang (dalam penjara),
3. maju dan mengenal Tuhan dalam persatuan, kerendahan hati, persekutuan dan damai sejahtera.

Melihat ini sepertinya persekutuan jemaat di Filipi baik-baik saja, kenyataaannya….ada indikasi di jemaat ini muncul
perpecahan.

Jika memperhatikan tulisan Paulus ini dalam pasal 2 dan pasal 4 maka nampaknya bahwa ada permusuhan atau benih
perpecahan dalam jemaat tersebut. Pasal 2:2-4 mengatakan, “karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini:
hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau
puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari
pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan
orang lain juga. Selanjutnya bahwa bukti yang paling kuat bahwa dalam jemaat tersebut terjadi pertentangan antara
anggota jemaat adalah pada pasal 4:2 yang mengatakan, “Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir
dalam Tuhan.” Paulus menekankan supaya jangan terjadi pertentangan di antara Jemaat. Paulus juga memberikan
pengajaran agar melihat kepada Yesus Kristus yang penuh dengan kerendahan hati supaya tidak terjadi pertentangan itu.

Mengapa? Kalau kita melihat, jemaat ini trmsk jemaat yg kuat, tapi disitulah benih2 perpecahan bs timbul,
Kok bisa? Saat didalam persekutuan semua ingin menunjukkan sosoknya, seolah-olah paling tahu, paling hebat, dll
Hal ini bisa menimbulkan perpecahan, karena sifat iri hati, kesombongan (tinggi hati) dll
Persekutuan bukan tempat untuk mencari kepentingan sendiri (berdasarkan kesombongan, sifat menyayangi diri sendiri,
dan suka meninggikan diri sendiri) atau memperoleh pujian

(Paulus) jika sesorang menginginkan sukacita yang sempurna, maka ia harus mampu melakukan atau menerapkan
beberapa hal yaitu: sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau
puji-pujian yang sia-sia.
Paulus memberikan nasihat kepada jemaat yang ada di Filipi supaya mereka meneladani Kristus. Jemaat harus menaruh
pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus

Teori Kenosis: SALAH, mengapa? Karena Kristus tidak bisa melepaskan dirinya sendiri dari keilahianNya; tetapi
menyembunyikannya untuk sementara waktu, supaya tidak kelihatan, di bawah kelemahan daging. Jadi, Ia
mengesampingkan kemuliaanNya dalam pandangan manusia, bukan dengan menguranginya, tetapi dengan
menyembunyikannya).
Kenosis Kristus adalah dengan "mengambil rupa seorang hamba" dan "menjadi sama dengan manusia. Paulus tidak
menyebutkan bahwa Kristus meninggalkan atribut ilahiNya atau hakekat keallahanNya. Yang dikemukakan Paulus dalam
ayat ini adalah suatu paradoks ilahi, Kristus yang adalah Allah rela untuk menjadi manusia dan mengambil rupa seorang
hamba.211 Mengatakan bahwa menurut ayat ini Yesus meninggalkan atribut ilahiNya, seperti yang dikatakan oleh para
penganut teori Kenosis, mungkin terlalu memaksakan arti yang Paulus sendiri tidak maksudkan
1. Pertama, Paulus memberikan beberapa petunjuk tentang bagaimana cara mendapatkan sukacita yang sempurna
itu adalah dengan cara sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan
sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.
2. Kedua, hal yang perlu diteladani dari Kristus Yesus dalam hal kerendahan hati-Nya yaitu: tidak mempertahankan
kesetaraannya dengan Allah dan juga ia rela menjadi hamba yang setia dan taat kepada rencana Allah dan bahkan
sampai mati di atas kayu salib.
3. Ketiga, alasan mengapa sehingga Allah sangat meninggikan Yesus dan mengaruniakan nama di atas segala nama.
Alasannya adalah karena kerendahan hati-Nya yang dinyatakan melalui kemauan-Nya menjadi hamba dan
ketaatan-Nya sampai mati di atas kayu salib.
Teladan Yesus adalah:
· rendah hati.
· tidak egois.
· rela berkorban demi orang lain.
Kalau kita mau menuruti teladan ini, maka:
a) Gereja akan bisa bersatu.
b) Sama seperti Yesus, kitapun akan ditinggikan oleh Allah (bdk. 1Pet 5:6).
Maukah saudara menuruti teladan Yesus? Rela berkeorban dan melayani sesame? Apa perlu menunggu kita kaya, sebab
Menjadi kaya bukan berarti seberapa banyak yang kita miliki atau punyai, melainkan seberapa banyak yang dapat kita
berikan untuk orang lain. Hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada
dirinya sendiri. —Filipi 2:3

Anda mungkin juga menyukai