Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA

DI ERA PRA KEMERDEKAAN

Disusum Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila


Dosen Pengampu : Charolinna Wibowo, S.Pd., M.H.I

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Azzani Fifi Lutfiawati (63010160362)

Kelas 7F

PROGRAM STUDI SARJANA PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari alam gelap ke alam yang terang benderang, dari alam jahiliyah ke alam yang penuh
berkah ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Charolinna Wibowo, S.Pd., M.H.I
selaku dosen pengampu mata kuliah Pancasila yang sudah memberikan tugas ini. Dan saya
juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Saya menyusun makalah ini dengan sungguh-sungguh. Saya berharap dengan adanya
makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya. Makalah ini
dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Pancasila yang berjudul “Pancasila dalam
Kajian Sejarah Bangsa di Era Pra Kemerdekaan”. Dalam tiap subbab yang dibahas
merupakan informasi yang sesuai dengan materi.

Akhir kata, manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan, maupun kata-
kata yang kurang berkenan. Kritik dan saran sangat dinantikan untuk memperbaiki makalah
di masa yang akan datang.

Salatiga, 29 Agustus 2018

Azzani Fifi Lutfiawati

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 5
C. TUJUAN ..................................................................................................................................... 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
A. Nilai- nilai Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa ............................................. 6
B. Nilai- nilai Pancasila Pada Masa Kejayaan Nasional ................................................................. 6
1. Masa Kerajaan Kutai............................................................................................................... 7
2. Masa Kerajaan Sriwijaya ........................................................................................................ 7
3. Masa Kerajaan Majapahit ....................................................................................................... 9
C. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan ..................................................... 10
1. Perjuangan Sebelum Abad Ke-XX ....................................................................................... 10
2. Kebangkitan Nasional 1908 .................................................................................................. 11
3. Sumpah Pemuda 1928........................................................................................................... 12
4. Perjuangan Bangsa Indonesia pada Masa Penjajahan Jepang ............................................... 12
D. Pancasila dalam Era Pra Kemerdekaan ..................................................................................... 13
BAB III ................................................................................................................................................. 16
PENUTUP ............................................................................................................................................ 16
A. KESIMPULAN ......................................................................................................................... 16
B. KRITIK DAN SARAN ............................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 17
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Suatu negara yang hendak didirikan harus memiliki 3 unsur konstitutif /
pembentuk negara, yaitu : rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat. Selain itu
juga diperlukan adanya unsur deklaratif yaitu unsur yang sifatnya menyatakan, seperti
adanya pengakuan dari negara lain. Hal ini sangat penting, karena tanpa adanya
pengakuan dari negara lain maka suatu negara belum bisa dinyatakan merdeka
sepenuhnya. Untuk bisa memperoleh pengakuan dari negara lain perlu adanya
susunan alat-alat kelengkapan negara yang meliputi tujuan negara, bentuk negara,
sistem pemerintahan negara, UUD negara, dan dasar negara.

Setiap negara yang merdeka dan berdaulat pasti memiliki alat-alat


kelengkapan negara yang berbeda sehingga dasar negara antara negara satu dengan
yang lainya juga berbeda. Perbedaan dasar negara tersebut sangat dipengaruhi oleh
nilai-nilai sosial, budaya, patriotisme, nasionalisme dari suatu bangsa khususnya
perjuangan dalam rangka mewujudkan cita-cita dan tujuan dari suatu negara yang
hendak dicapai.

Indonesia dengan latar belakang sebagai bekas jajahan yang terdiri dari
berbagai suku, agama, ras, bahasa, budaya, daerah yang memiliki persamaan nasib,
cita-cita, dan tujuan mendorong adanya semangat nasionalisme bangsa untuk bisa
bersatu menjadi negara yang merdeka. Oleh karena itu, hendaknya diperlukan sebuah
dasar negara yang dapat mengayomi bangsa tanpa memandang salah satu pihak dan
dapat menyatukan keberagaman tersebut.

Dasar negara Indonesia adalah Pancasila. Pancasila sangat cocok dijadikan


sebagai dasar negara Indonesia karena Pancasila diambil dari nilai-nilai yang hidup
dan berkembang dari bangsa Indonesia sendiri sehingga Pancasila ini sesuai dengan
kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia yang majemuk. Oleh karena itu Pancasila
juga berperan sebagai alat pemersatu bangsa, sebab dengan adanya Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia itu juga menjadi dasar untuk mengatur tata kehiduan bangsa
dan negara sehingga secara otomatis kehidupan bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari
nilai-nilai Pancasila.

Berdasarkan kenyataan tersebut untuk memahami Pancasila secara lebih detail


dalam kaitannya dengan jati diri bangsa Indonesia, maka diperlukan pemahaman
mengenai sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana nilai-nilai Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa?
2. Bagaimana nilai-nilai Pancasila pada masa kejayaan nasional?
3. Bagaimana perjuangan bangsa Indonesia melawan sistem penjajahan?
4. Bagaimana Pancasila dalam era pra kemerdekaan?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui nilai-nilai Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa
2. Untuk mengetahui nilai-nilai Pancasila pada masa kejayaan nasional
3. Untuk mengetahui perjuangan bangsa Indonesia melawan sistem penjajahan
4. Untuk mengetahui Pancasila dalam era pra kemerdekaan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Nilai- nilai Pancasila dalam Konteks Sejarah Perjuangan Bangsa


Nilai- nilai esensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu :

1. Nilai Ketuhanan
2. Nilai Kemanusiaan
3. Nilai Persatuan
4. Nilai Kerakyatan
5. Nilai Keadilan

Dalam kenyataannya secara objektif nilai-nilai Pancasila tesebut sudah ada pada
bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum negara Indonesia berdiri, yang
berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan, serta religius. Nilai-nilai tersebut sudah
melekat dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup,
sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari
bangsa Indonesia sendiri.1

Selain itu, secara epistemologis nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dalam
konteks sejarah perjuangan bangsa dimaknai sebagai pandangan hidup bangsa, jiwa
dan kepribadian bangsa, serta sebagai perjanjian seluruh bangsa Indonesia pada waktu
mendirikan negara.

B. Nilai- nilai Pancasila Pada Masa Kejayaan Nasional


Menurut sejarah proses pembentukan negara dan bangsa Indonesia melalui berbagai
tahapan yang cukup panjang yaitu : mulai timbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke
IV (berdirinya kerajaan Kutai) sampai mulai nampaknya dasar-dasar kebangsaan pada
abad ke VII (berdirinya kerajaan Sriwijaya) dan abad ke VIII (berdirinya kerajaan
Majapahit).2

1
Hamid Darmadi, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, (Bandung : Alfabeta,
2014), Hlm.188
2
Ibid., Hlm.189
Timbulnya kerajaan itu menjadi tonggak sejarah bangsa karena bangsa Indonesia
telah memenuhi syarat-syarat sebagai suatu bangsa yang mempunyai negara. Hal ini
disebabkan karena pada masa kerajaan tersebut sudah merupakan negara yang
berdaulat, bersatu, serta mempunyai wilayah (meliputi seluruh nusantara), serta
masyarakatnya telah mengalami kehidupan yang sejahtera.3

Sedangkan menurut Mr. Muhammad Yamin, berdirinya negara kebangsaan Indonesia


tidak dapat dipisahkan dengan kerjaan-kerajaan lama yang merupakan warisan nenek
moyang bangsa Indonesia. Negara Indonesia terbentuk melalui 3 tahap, yaitu :
pertama, zaman Sriwijaya di bawah wangsa Syailendra (600-1400) yang bercirikan
kesatuan; kedua, negara kebangsaan zaman Majapahit (1293-1525) yang bercirikan
keprabuan, kedua tahapan tersebut merupakan negara kebangsaan Indonesia lama;
ketiga, negara kebangsaan modern yaitu negara Indonesia merdeka 17 Agustus 1945.
(Sekretariat Negara RI. 1995:11)4

1. Masa Kerajaan Kutai


Kerajaan Kutai adalah kerajaan tertua di Indonesia yang terletak di hulu sungai
Mahakam, Kalimantan Timur.5 Pada tahun 400 M, masyarakat Kutai membuka
zaman sejarah Indonesia untuk pertama kalinya dengan menampilkan nilai-nilai
sosial, politik, dan ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah
kepada para Brahmana. Hal tersebut terbukti dengan ditemukannya prasasti 7
yupa (tiang batu) yang berisi penjelasan bahwa saat itu, Raja Mulawarman
mengadakan kenduri dan memberi sedekah kepada para Brahmana dan para
Brahmana membangun yupa tersebut sebagai tanda terima kasih (Bambang
Sumadio,dkk.;1977:33-32).6

2. Masa Kerajaan Sriwijaya


Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke VII di bawah kekuasaan wangsa
Syailendra. Kerajaan ini terletak di Sumatera. Bahasa yang digunakan adalah
bahasa Melayu Kuno dan menggunakan huruf Pallawa.

3
Syahrial Syarbaini, Pendidikan Pancasila (Implementasi Nilai-nilai Karakter) di Perguruan Tinggi, (Bogor :
Ghalia Indonesia, 2012), Hlm.68
4
Op.Cit., Hamid Darmadi, Hlm.190
5
https://.id.m.wikipedia.org diakses pada 29 Agustus 2018 pukul 19.15
6
Op.Cit., Hamid Darmadi. Hlm.189
Kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan maritim yang mengandalkan jalur
perhubungan laut. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberhasilan Sriwijaya
menguasai Selat Sunda (686) dan Selat Malaka (775).7

Kerajaan sriwijaya dapat menjalankan sistem negaranya dengan nilai-nilai


ketuhanan. Hal ini tercermin dalam sistem pemerintahannya dimana rohaniawan
yang menjadi pengawas teknis pembangunan gedung-gedung dan patung-patung
suci (Kaelan, 1999:27)

Agama dan kebudayaan telah dikembangkan hal ini dibuktikan dengan


didirikannya Universitas Agama Budha yang sudah dikenal di Asia. Selain itu,
Cita-cita kesejahteraan bersama dalam suatu negara juga telah tercermin pada
masa itu, yang tersebut dalam perkataan “marvuat vannua Criwijaya Siddhayatra
Subhiksa” (suatu cita-cita negara yang adil dan makmur). (Kaelan, 1999:27).8

Unsur-unsur yang terdapat di dalam Pancasila yaitu: ketuhanan, kemanusiaan,


persatuan, tata pemerintahan atas dasar musyawarah dan keadilan sosial telah
terdapat sebagai asas-asas yang menjiwai bangsa Indonesia, yang dihayati serta
dilaksanakan pada waktu itu, hanya saja belum dirumuskan secara kongkret.
Dokumen tertulis yang membuktikan terdapatnya unsur-unsur tersebut ialah
Prasasti-prasasti di Talaga Batu, Kedukan Bukit, Karang Brahi, Talang Tuo dan
Kota Kapur. (Dardji Darmodihardjo, 1974:22-23).9

Pada hakekatnya nilai-nilai budaya bangsa semasa kejayaan Sriwijaya telah


menunjukkan nilai-nilai Pancasila, yaitu:

1. Nilai Sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu
hidup berdampingan secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat
kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha.
2. Nilai Sila Kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti
Harsha). Hal ini dibuktikan dengan adanya pengiriman para pemuda untuk
belajar di India. Dan telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas
dan aktif.

7
http://lib.ui.ac.id diakses pada 29 Agustus 2018 pukul 19.25
8
Op.Cit., Hamid Darmadi, Hlm.190
9
Op.Cit., Syahrial Syarbaini, Hlm.69
3. Nilai Sila Ketiga, sebagai negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan konsep
negara kepulauan sesuai dengan konsepsi Wawasan Nusantara.
4. Nilai Sila Keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas,
meliputi (Indonesia sekarang) Siam, semenanjung Melayu.
5. Nilai Sila Kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan,
sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.10

3. Masa Kerajaan Majapahit


Kerajaan Majapahit berdiri pada tahun 1293 dan mencapai masa kejayaan pada
masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk dengan Mahapatih Gajah Mada dimana
wilayah kekuasannya membentang dari Semenanjung Melayu sampai Irian Jaya.11

Nilai-nilai Pancasila yang sudah dilaksanakan pada masa kerajaan Majapahit :

1. Pengamalan sila pertama (ketuhanan yang Maha Esa) telah terbukti pada
waktu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu
kerajaan. Empu Prapanca menulis Negara Kertagama (1365) yang didalamnya
sudah terdapat istilah Pancasila. Empu Tantular mengarang buku Sutasoma
dimana dalam buku tersebut terdapat seloka persatuan nasional yang berbunyi
“Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”, yang artinya walaupun
berbeda-beda, namun satu jua dan tidak ada agama yang memiliki tujun yang
berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa adanya realitas kehidupan beragama
pada saat itu, yaitu agama Hindu dan Budha. Bahkan seloka tersebut juga
diterima oleh kerajaan Pasai (memeluk agama Islam) yang menjadi bagian dari
kerajaan Majapajit. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa pada masa itu
sangat menjunjung toleransi antar umat beragama.
2. Pengamalan sila kedua, yang berkaitan dengan kemanusian telah dilaksanakan.
Hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan yang baik antara Raja Hayam
Wuruk dengan kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa dan Kamboja serta adanya
pengadaan persahabatan antara kerajaan Majapahit dengan negara-negara
tetangga.
3. Pengamalan sila ketiga, nilai-nilai persatuan Indonesia telah diwujudkan
dengan tercapainya keutuhan kerajaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya

10
Ibid., Hlm.69
11
http://etd.repository.ugm.ac.id diakses pada 29 Agustus 2018 pukul 19.55
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Patih Gajah Mada pada sidang ratu dan
menteri-menteri di Paseban Keprabuan Majapahit (1331) yang berisi cita-cita
mempersatukan seluruh nusantara raya yang berbunyi “Saya baru akan
berhenti berpuasa makan palapa, jikalau seluruh nusantara bertakhluk di
bawah kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang,
Dempo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan”.
(Muh.Yamin, 1960 : 60)
4. Pengamalan sila keempat, nilai-nilai musyawarah dan mufakat juga sudah
dilaksanakan dalam sistem pemerintahan. Hal ini dibuktikan dalam prasasti
Brumbung (1329) yang menyatakan bahwa dalam tata pemerintahan kerajaan
Majapahit terdapat semacam penasihat kerajaan, seperti Rakryan I Hino, I
Sirikan, dan I Halu yang berarti memberikan nasihat kepada raja. Kerukunan
dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan adat
bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan masalah bersama.
5. Pengamalan sila kelima, nilai-nilai keadilan sosial diwujudkan dengan
berdirinya kerajaan selama beberapa abad yang ditopang dengan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyatnya.12

C. Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan

1. Perjuangan Sebelum Abad Ke-XX


Penjajahan Eropa yang memusnahkan kemakmuran bangsa Indonesia tidak
dibiarkan begitu saja oleh segenap bangsa Indonesia akan tetapi dilawan dengan
semangat patriotik melalui perlawanan secara fisik.

Pada abad ke-XVII dan XVIII perlawanan terhadap penjajah digerakkan oleh :
Sultan Agung (Mataram), Sultan Ageng Tirtayasa dan Ki Tapa (Banten),
Hassanudin (Makasar), Iskandar Muda (Aceh),Untung Suropati dan Trunojoyo
(Jawa Timur), Ibnu Iskandar (Minangkabau).

Pada awal abad ke- XIX perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah dipimpin
oleh : Patimura (1817), Imam Bonjol (Minangkabau, 1822-1837), Diponegoro
(Mataram, 1825-1830), Badaruddin (Palembang, 1817), Pangeran Antasari
(Kalimantan, 1860), Jelantik (Bali, 1850), Anang Agung Made (Lombok, 1895),

12
Op.Cit., Syahrial Syarbaini, Hlm.70
Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro, dan Cut Nyak Din (Aceh, 1873-1904), serta Si
Singamangraja (Batak, 1900)

Karena perlawanan yang dilakukan terjadi secara sendiri-sendiri di setiap daerah


maka tidak ada persatuan dan koordinasi dalam melakukan perlawanan sehingga
bangsa Indonesia belum berhasil mengusir penjajah. Hal ini membuktikan bahwa
pentingnya rasa persatuan (nasionalisme) dalam menghadapi penjajah.13

2. Kebangkitan Nasional 1908


Adanya kegagalan perlawanan secara fisik pada masa sebelumnya karena tidak
adanya koordinasi maka pada abad ke-XX mendorong para pemimpin untuk
mengubah cara perlawanan dengan membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia
akan pentingnya bernegara melalui pendirian berbagai macam organisasi politik
di samping organisasi pendidikan dan sosial. Melalui organisasi tersebut

Organisasi tersebut antara lain :

a. Budi Utomo (sebagai pelopor, berdiri pada 20 Mei 1908 dengan dr. Wahidin
Sudiro Husodo sebagai tokohnya). Organisasi ini merupakan awal gerakan
nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan
kemerdekaan dan kekuatannya sendiri.
b. Sarikat Dagang Islam (1909) yang kemudian berganti nama Sarikat Islam
(1911, yang dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto).
c. Indische Parti (1913, dipimpin oleh Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo,
Ki Hajar Dewantara). Organisasi ini terlalu radikal, akibatnya pemimpinnya
dibuang ke luar negeri.
d. Partai Nasional Indonesia (1927, yang dipelopori oleh Soekarno,
Ciptomangunkusumo, Sartono, dll.). Melalui organisasi ini perjuangan
nasional Indonesia dititikberatkan pada kesatuan nasional degan tujuan yang
jelas yaitu Indonesia merdeka.14

13
Ibid., Hlm.71
14
Op.Cit., Hamid Darmadi, Hlm.194
3. Sumpah Pemuda 1928
Pada tanggal 28 Oktober 1928 terjadi peristiwa sejarah perjuangan bangsa
Indonesia dalam mencapai cita-citanya, dimana terdapat kesatuan nasional para
pemuda yang dipelopori oleh : Muh.Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro
Purbopranata, dll yang mengumandangkan sumpah pemuda yang berisi
pengakuan adanya satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Selain itu, pada
saat tersebut lagu Indonesia raya pertama kali dikumandangkan dan sekaligus
sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa.15

Pada tahun 1931 sebagai realisasi perjuangan bangsa didirikan Partai Indonesia,
dan pada tahun 1933 golongan Demokrat seperti Moh.Hatta dan Sutan Syahrir
mendirikan PNI (Pendidikan Nasional Indonesia) dengan semboyan kemerdekaan
Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.16

4. Perjuangan Bangsa Indonesia pada Masa Penjajahan Jepang


Perjuangan bangsa Indonesia dalam menghadapi Jepang yang melakukan
penindasan serta melakukan tipu muslihat terhadap propaganda kemerdekaan
yang dijanjikan kepada bangsa Indonesia sebelumnya, memicu adanaya
perlawanan-perlawanan terhadap Jepang baik secara illegal maupun secara legal,
seperti adanya pemberontakan PETA di Blitar.17
Menyikapi hal tersebut Jepang berusaha membujuk hati bangsa Indonesia lagi
untuk mendapatkan dukungan dengan mengumumkan janji kemerdekaan kelak di
kemudian hari apabila perang telah selesai. Janji tersebut diumumkan oleh Jepang
pada 29 April 1945 berupa “Kemerdekaan tanpa syarat” yang disampaikan
seminggu sebelum Jepang menyerah. Dimana bangsa Indonesia diperkenankan
memperjuangkan kemerdekaannya, bahkan menganjurkan agar berani mendirikan
negara Indonesia merdeka dihadapan musuh Jepang.18
Dan sebagai realisasi janji tersebut maka pada tanggal 1 Maret 1945 dibentuklah
suatu badan yang bertugas untuk menyelidiki usaha-usaha persiapan kemerdekaan
Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia

15
Ibid., Hlm.194
16
Op.Cit., Syahrial Syarbaini, Hlm.72
17
Ibid., Hlm.73
18
Ibid., Hlm.73
(BPUPKI) dengan Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat sebagai ketuanya dan
beranggotakan 60 orang.19

D. Pancasila dalam Era Pra Kemerdekaan


Setelah dibentuk, BPUPKI mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945,
dalam sidang tersebut Dr. Radjiman Wedyodiningrat, selaku ketua meminta kepada
sidang untuk mengemukakan dasar (negara) Indonesia merdeka, permintaan itu
menimbulkan rangsangan yang memutar kembali ingatan para pendiri bangsa ke
belakang, hal ini mendorong mereka untuk menggali kekayaan kerohanian,
kepribadian dan wawasan kebangsaan yang terpendam lumpur sejarah.20

Dalam upaya merumuskan dasar negara terdapat beberapa usulan yang dikemukakan
dalam sidang, antara lain :

1. Pada tanggal 29 Mei 1945 Mr. Muhammad Yamin memberikan pandangannya


mengenai dasar negara yang terdiri atas 5 asas, yaitu:
a. Peri kebangsaan
b. Peri kemanusiaan
c. Peri ketuhanan
d. Peri kerakyatan
e. Kesejahteraan rakyat.21
Selain usulan tersebut pada akhir pidatonya, Muh Yamin menyerahkan naskah
sebagai lampiran yaitu suatu rancangan usulan sementara berisi rumusan Undang
Undang Dasar RI.
a. Ketuhan yang Maha Esa
b. Kebangsaan persatuan Indonesia
c. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia22

19
Op.Cit., Hamid Darmadi, Hlm.195
20
Yudi Latif, Negara Paripurna : Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila, (Jakarta : Gramedia,
2011), Hlm.4
21
Sutoyo, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011), Hlm.17
22
Op.Cit., Syahrial Syarbaini, Hlm.76
2. Pada tanggal 30 Mei 1945 Prof. Dr. Soepomo mengemukakan lima asas dasar
ngara yaitu :
a. Persatuan
b. Kekeluargaan
c. Mufakat dan demokrasi
d. Musyawarah
e. Keadilan sosial.23
Selain itu Prof. Dr. Soepomo juga mengemukakan teori-teori negara sebagai
berikut :
a. Teori negara perseorangan (individualis) => negara adalah masyarakat hukum
(legal society) yang disusun atas kontrak antara seluruh individu (contract
social)
b. Paham negara kelas (class theory) => negara adalah alat dari suatu golongan
(suatu klasse) untuk menindas golongan lain.
c. Piagam negara integralistik => negara bukan untuk menjamin perseorangan
atau golongan akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya
sebagai suatu persatuan.24
3. Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir.Soekarno mengusulkan lima dasar negara yang terdiri
dari:
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme atau perikemanusiaan
c. Mufakat atau demokrasi
d. Kesejahteraan sosial
e. Ketuhanan yang Maha Esa.25

Untuk lima dasar negara itu, beliau mengusulkan pula agar diberi nama
Pancasila. Akan tetapi, beliau juga menawarkan kemungkinan lain jika sekiranya
ada yang tidak menyukai bilangan lima maka ada alternatifnya yaitu lima prinsip
sebagai dasar negara itu selanjutnya dapat diperas menjadi Tri Sila.

23
Op.Cit., Sutoyo, Hlm.17
24
Op.Cit., Hamid Darmadi, Hlm.197
25
Op.Cit., Sutoyo, Hlm.18
Tri Sila terdiri atas :

a. Sosio nasionalisme (kebangsaan)


b. Sosio demokrasi (mufakat)
c. Ketuhanan

Dan Tri sila tersebut dapat diperas lagi menjadi Eka sila yang berinti gotong-
royong.26

Pada tanggal 1 Juni 1945 itu disepakati nama “istilah Pancasila” sebagai dasar
negara.27 Akan tetapi untuk isi yang ada pada dasar negara belum disepakati dalam
sidang BPUPKI sehingga dibuatlah panitia khusus yang diberi nama Panitia Sembilan
dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.

Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan mengadakan pertemuan dan


menghasilkan suatu piagam yang dikenal dengan nama “ Piagam Jakarta” atau Jakarta
Charter yang di dalamnya terdapat rumusan dasar negara Indonesia merdeka, yaitu:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-


pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.28

Setelah sidang, terjadi perdebatan yang disebabkan perbedaan pendapat. Namun


dengan kesadaran yang dalam akhirnya disepakati bahwa Piagam Jakarta yang berisi
“tujuh kata “ yaitu “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.29

Inilah perjalanan The Founding Fathers yang begitu teliti mempertimbangkan


berbagai kemungkinan dan keadaan agar dapat melahirkan dasar negara yang dapat
diterima semua lapisan masyarakat Indonesia.

26
Op.Cit., Yudi Latif, Hlm. 18-19
27
Op.Cit., Sutoyo, Hlm.18
28
Op.Cit., Syahrial Syarbaini, Hlm.76
29
Op.Cit., Sutoyo, Hlm.19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dalam konteks sejarah perjuangan
bangsa dimaknai sebagai pandangan hidup bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa, serta
sebagai perjanjian seluruh bangsa Indonesia.

Nilai-nilai Pancasila tesebut sudah ada sejak zaman dahulu kala sebelum negara
Indonesia berdiri, dan bahkan nilai-nilai tersebut sudah melekat dan dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari oleh bangsa Indonesia meskipun istilah penamaan
Pancasila sebagai dasar negara baru lahir pada tanggal 1 Juni 1945.

B. KRITIK DAN SARAN


Mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Oleh
karena itu, saya sangat berharap adanya kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi, Hamid. 2014. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan


Tinggi. Bandung : Alfabeta
Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna : Historitas, Rasionalitas dan Aktualitas pancasila.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
Sutoyo. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Syarbaini, Syahrial. 2012. Pendidikan Pancasila (Implementasi Nilai-nilai Karakter
Bangsa) Di Perguruan Tinggi. Bogor : Ghalia Indonesia.
https://.id.m.wikipedia.org diakses pada 29 Agustus 2018 pukul 19.15
http://lib.ui.ac.id diakses pada 29 Agustus 2018 pukul 19.25
http://etd.repository.ugm.ac.id diakses pada 29 Agustus 2018 pukul 19.55

Anda mungkin juga menyukai