Disusun Oleh :
Kelompok 1
Azzani Fifi Lutfiawati (63010160362)
Kelas 7F
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam semoga
dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita
dari alam gelap ke alam yang terang benderang, dari alam jahiliyah ke alam yang penuh
berkah ini. Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Charolinna Wibowo, S.Pd., M.H.I
selaku dosen pengampu mata kuliah Pancasila yang sudah memberikan tugas ini. Dan saya
juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Saya menyusun makalah ini dengan sungguh-sungguh. Saya berharap dengan adanya
makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi siapa saja yang membacanya. Makalah ini
dibuat sebagai salah satu tugas mata kuliah Pancasila yang berjudul “Pancasila dalam
Kajian Sejarah Bangsa di Era Pra Kemerdekaan”. Dalam tiap subbab yang dibahas
merupakan informasi yang sesuai dengan materi.
Akhir kata, manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan, maupun kata-
kata yang kurang berkenan. Kritik dan saran sangat dinantikan untuk memperbaiki makalah
di masa yang akan datang.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Suatu negara yang hendak didirikan harus memiliki 3 unsur konstitutif /
pembentuk negara, yaitu : rakyat, wilayah, dan pemerintah yang berdaulat. Selain itu
juga diperlukan adanya unsur deklaratif yaitu unsur yang sifatnya menyatakan, seperti
adanya pengakuan dari negara lain. Hal ini sangat penting, karena tanpa adanya
pengakuan dari negara lain maka suatu negara belum bisa dinyatakan merdeka
sepenuhnya. Untuk bisa memperoleh pengakuan dari negara lain perlu adanya
susunan alat-alat kelengkapan negara yang meliputi tujuan negara, bentuk negara,
sistem pemerintahan negara, UUD negara, dan dasar negara.
Indonesia dengan latar belakang sebagai bekas jajahan yang terdiri dari
berbagai suku, agama, ras, bahasa, budaya, daerah yang memiliki persamaan nasib,
cita-cita, dan tujuan mendorong adanya semangat nasionalisme bangsa untuk bisa
bersatu menjadi negara yang merdeka. Oleh karena itu, hendaknya diperlukan sebuah
dasar negara yang dapat mengayomi bangsa tanpa memandang salah satu pihak dan
dapat menyatukan keberagaman tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana nilai-nilai Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa?
2. Bagaimana nilai-nilai Pancasila pada masa kejayaan nasional?
3. Bagaimana perjuangan bangsa Indonesia melawan sistem penjajahan?
4. Bagaimana Pancasila dalam era pra kemerdekaan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui nilai-nilai Pancasila dalam konteks sejarah perjuangan bangsa
2. Untuk mengetahui nilai-nilai Pancasila pada masa kejayaan nasional
3. Untuk mengetahui perjuangan bangsa Indonesia melawan sistem penjajahan
4. Untuk mengetahui Pancasila dalam era pra kemerdekaan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Nilai Ketuhanan
2. Nilai Kemanusiaan
3. Nilai Persatuan
4. Nilai Kerakyatan
5. Nilai Keadilan
Dalam kenyataannya secara objektif nilai-nilai Pancasila tesebut sudah ada pada
bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum negara Indonesia berdiri, yang
berupa nilai-nilai adat istiadat, kebudayaan, serta religius. Nilai-nilai tersebut sudah
melekat dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan hidup,
sehingga materi Pancasila yang berupa nilai-nilai tersebut tidak lain adalah dari
bangsa Indonesia sendiri.1
Selain itu, secara epistemologis nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dalam
konteks sejarah perjuangan bangsa dimaknai sebagai pandangan hidup bangsa, jiwa
dan kepribadian bangsa, serta sebagai perjanjian seluruh bangsa Indonesia pada waktu
mendirikan negara.
1
Hamid Darmadi, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, (Bandung : Alfabeta,
2014), Hlm.188
2
Ibid., Hlm.189
Timbulnya kerajaan itu menjadi tonggak sejarah bangsa karena bangsa Indonesia
telah memenuhi syarat-syarat sebagai suatu bangsa yang mempunyai negara. Hal ini
disebabkan karena pada masa kerajaan tersebut sudah merupakan negara yang
berdaulat, bersatu, serta mempunyai wilayah (meliputi seluruh nusantara), serta
masyarakatnya telah mengalami kehidupan yang sejahtera.3
3
Syahrial Syarbaini, Pendidikan Pancasila (Implementasi Nilai-nilai Karakter) di Perguruan Tinggi, (Bogor :
Ghalia Indonesia, 2012), Hlm.68
4
Op.Cit., Hamid Darmadi, Hlm.190
5
https://.id.m.wikipedia.org diakses pada 29 Agustus 2018 pukul 19.15
6
Op.Cit., Hamid Darmadi. Hlm.189
Kerajaan ini dikenal sebagai kerajaan maritim yang mengandalkan jalur
perhubungan laut. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberhasilan Sriwijaya
menguasai Selat Sunda (686) dan Selat Malaka (775).7
1. Nilai Sila pertama, terwujud dengan adanya umat agama Budha dan Hindu
hidup berdampingan secara damai. Pada kerajaan Sriwijaya terdapat pusat
kegiatan pembinaan dan pengembangan agama Budha.
2. Nilai Sila Kedua, terjalinnya hubungan antara Sriwijaya dengan India (Dinasti
Harsha). Hal ini dibuktikan dengan adanya pengiriman para pemuda untuk
belajar di India. Dan telah tumbuh nilai-nilai politik luar negeri yang bebas
dan aktif.
7
http://lib.ui.ac.id diakses pada 29 Agustus 2018 pukul 19.25
8
Op.Cit., Hamid Darmadi, Hlm.190
9
Op.Cit., Syahrial Syarbaini, Hlm.69
3. Nilai Sila Ketiga, sebagai negara maritim, Sriwijaya telah menerapkan konsep
negara kepulauan sesuai dengan konsepsi Wawasan Nusantara.
4. Nilai Sila Keempat, Sriwijaya telah memiliki kedaulatan yang sangat luas,
meliputi (Indonesia sekarang) Siam, semenanjung Melayu.
5. Nilai Sila Kelima, Sriwijaya menjadi pusat pelayanan dan perdagangan,
sehingga kehidupan rakyatnya sangat makmur.10
1. Pengamalan sila pertama (ketuhanan yang Maha Esa) telah terbukti pada
waktu agama Hindu dan Budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu
kerajaan. Empu Prapanca menulis Negara Kertagama (1365) yang didalamnya
sudah terdapat istilah Pancasila. Empu Tantular mengarang buku Sutasoma
dimana dalam buku tersebut terdapat seloka persatuan nasional yang berbunyi
“Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrua”, yang artinya walaupun
berbeda-beda, namun satu jua dan tidak ada agama yang memiliki tujun yang
berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa adanya realitas kehidupan beragama
pada saat itu, yaitu agama Hindu dan Budha. Bahkan seloka tersebut juga
diterima oleh kerajaan Pasai (memeluk agama Islam) yang menjadi bagian dari
kerajaan Majapajit. Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa pada masa itu
sangat menjunjung toleransi antar umat beragama.
2. Pengamalan sila kedua, yang berkaitan dengan kemanusian telah dilaksanakan.
Hal ini dibuktikan dengan adanya hubungan yang baik antara Raja Hayam
Wuruk dengan kerajaan Tiongkok, Ayoda, Champa dan Kamboja serta adanya
pengadaan persahabatan antara kerajaan Majapahit dengan negara-negara
tetangga.
3. Pengamalan sila ketiga, nilai-nilai persatuan Indonesia telah diwujudkan
dengan tercapainya keutuhan kerajaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya
10
Ibid., Hlm.69
11
http://etd.repository.ugm.ac.id diakses pada 29 Agustus 2018 pukul 19.55
Sumpah Palapa yang diucapkan oleh Patih Gajah Mada pada sidang ratu dan
menteri-menteri di Paseban Keprabuan Majapahit (1331) yang berisi cita-cita
mempersatukan seluruh nusantara raya yang berbunyi “Saya baru akan
berhenti berpuasa makan palapa, jikalau seluruh nusantara bertakhluk di
bawah kekuasaan negara, jikalau Gurun, Seram, Tanjung, Haru, Pahang,
Dempo, Bali, Sunda, Palembang, dan Tumasik telah dikalahkan”.
(Muh.Yamin, 1960 : 60)
4. Pengamalan sila keempat, nilai-nilai musyawarah dan mufakat juga sudah
dilaksanakan dalam sistem pemerintahan. Hal ini dibuktikan dalam prasasti
Brumbung (1329) yang menyatakan bahwa dalam tata pemerintahan kerajaan
Majapahit terdapat semacam penasihat kerajaan, seperti Rakryan I Hino, I
Sirikan, dan I Halu yang berarti memberikan nasihat kepada raja. Kerukunan
dan gotong royong dalam kehidupan masyarakat telah menumbuhkan adat
bermusyawarah untuk mufakat dalam memutuskan masalah bersama.
5. Pengamalan sila kelima, nilai-nilai keadilan sosial diwujudkan dengan
berdirinya kerajaan selama beberapa abad yang ditopang dengan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyatnya.12
Pada abad ke-XVII dan XVIII perlawanan terhadap penjajah digerakkan oleh :
Sultan Agung (Mataram), Sultan Ageng Tirtayasa dan Ki Tapa (Banten),
Hassanudin (Makasar), Iskandar Muda (Aceh),Untung Suropati dan Trunojoyo
(Jawa Timur), Ibnu Iskandar (Minangkabau).
Pada awal abad ke- XIX perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajah dipimpin
oleh : Patimura (1817), Imam Bonjol (Minangkabau, 1822-1837), Diponegoro
(Mataram, 1825-1830), Badaruddin (Palembang, 1817), Pangeran Antasari
(Kalimantan, 1860), Jelantik (Bali, 1850), Anang Agung Made (Lombok, 1895),
12
Op.Cit., Syahrial Syarbaini, Hlm.70
Teuku Umar, Teuku Cik Di Tiro, dan Cut Nyak Din (Aceh, 1873-1904), serta Si
Singamangraja (Batak, 1900)
a. Budi Utomo (sebagai pelopor, berdiri pada 20 Mei 1908 dengan dr. Wahidin
Sudiro Husodo sebagai tokohnya). Organisasi ini merupakan awal gerakan
nasional untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan
kemerdekaan dan kekuatannya sendiri.
b. Sarikat Dagang Islam (1909) yang kemudian berganti nama Sarikat Islam
(1911, yang dipimpin oleh H.O.S. Tjokroaminoto).
c. Indische Parti (1913, dipimpin oleh Douwes Dekker, Ciptomangunkusumo,
Ki Hajar Dewantara). Organisasi ini terlalu radikal, akibatnya pemimpinnya
dibuang ke luar negeri.
d. Partai Nasional Indonesia (1927, yang dipelopori oleh Soekarno,
Ciptomangunkusumo, Sartono, dll.). Melalui organisasi ini perjuangan
nasional Indonesia dititikberatkan pada kesatuan nasional degan tujuan yang
jelas yaitu Indonesia merdeka.14
13
Ibid., Hlm.71
14
Op.Cit., Hamid Darmadi, Hlm.194
3. Sumpah Pemuda 1928
Pada tanggal 28 Oktober 1928 terjadi peristiwa sejarah perjuangan bangsa
Indonesia dalam mencapai cita-citanya, dimana terdapat kesatuan nasional para
pemuda yang dipelopori oleh : Muh.Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro
Purbopranata, dll yang mengumandangkan sumpah pemuda yang berisi
pengakuan adanya satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Selain itu, pada
saat tersebut lagu Indonesia raya pertama kali dikumandangkan dan sekaligus
sebagai penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa.15
Pada tahun 1931 sebagai realisasi perjuangan bangsa didirikan Partai Indonesia,
dan pada tahun 1933 golongan Demokrat seperti Moh.Hatta dan Sutan Syahrir
mendirikan PNI (Pendidikan Nasional Indonesia) dengan semboyan kemerdekaan
Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.16
15
Ibid., Hlm.194
16
Op.Cit., Syahrial Syarbaini, Hlm.72
17
Ibid., Hlm.73
18
Ibid., Hlm.73
(BPUPKI) dengan Dr. K.R.T. Radjiman Wediodiningrat sebagai ketuanya dan
beranggotakan 60 orang.19
Dalam upaya merumuskan dasar negara terdapat beberapa usulan yang dikemukakan
dalam sidang, antara lain :
19
Op.Cit., Hamid Darmadi, Hlm.195
20
Yudi Latif, Negara Paripurna : Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila, (Jakarta : Gramedia,
2011), Hlm.4
21
Sutoyo, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011), Hlm.17
22
Op.Cit., Syahrial Syarbaini, Hlm.76
2. Pada tanggal 30 Mei 1945 Prof. Dr. Soepomo mengemukakan lima asas dasar
ngara yaitu :
a. Persatuan
b. Kekeluargaan
c. Mufakat dan demokrasi
d. Musyawarah
e. Keadilan sosial.23
Selain itu Prof. Dr. Soepomo juga mengemukakan teori-teori negara sebagai
berikut :
a. Teori negara perseorangan (individualis) => negara adalah masyarakat hukum
(legal society) yang disusun atas kontrak antara seluruh individu (contract
social)
b. Paham negara kelas (class theory) => negara adalah alat dari suatu golongan
(suatu klasse) untuk menindas golongan lain.
c. Piagam negara integralistik => negara bukan untuk menjamin perseorangan
atau golongan akan tetapi menjamin kepentingan masyarakat seluruhnya
sebagai suatu persatuan.24
3. Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir.Soekarno mengusulkan lima dasar negara yang terdiri
dari:
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme atau perikemanusiaan
c. Mufakat atau demokrasi
d. Kesejahteraan sosial
e. Ketuhanan yang Maha Esa.25
Untuk lima dasar negara itu, beliau mengusulkan pula agar diberi nama
Pancasila. Akan tetapi, beliau juga menawarkan kemungkinan lain jika sekiranya
ada yang tidak menyukai bilangan lima maka ada alternatifnya yaitu lima prinsip
sebagai dasar negara itu selanjutnya dapat diperas menjadi Tri Sila.
23
Op.Cit., Sutoyo, Hlm.17
24
Op.Cit., Hamid Darmadi, Hlm.197
25
Op.Cit., Sutoyo, Hlm.18
Tri Sila terdiri atas :
Dan Tri sila tersebut dapat diperas lagi menjadi Eka sila yang berinti gotong-
royong.26
Pada tanggal 1 Juni 1945 itu disepakati nama “istilah Pancasila” sebagai dasar
negara.27 Akan tetapi untuk isi yang ada pada dasar negara belum disepakati dalam
sidang BPUPKI sehingga dibuatlah panitia khusus yang diberi nama Panitia Sembilan
dengan Ir. Soekarno sebagai ketuanya.
26
Op.Cit., Yudi Latif, Hlm. 18-19
27
Op.Cit., Sutoyo, Hlm.18
28
Op.Cit., Syahrial Syarbaini, Hlm.76
29
Op.Cit., Sutoyo, Hlm.19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dalam konteks sejarah perjuangan
bangsa dimaknai sebagai pandangan hidup bangsa, jiwa dan kepribadian bangsa, serta
sebagai perjanjian seluruh bangsa Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila tesebut sudah ada sejak zaman dahulu kala sebelum negara
Indonesia berdiri, dan bahkan nilai-nilai tersebut sudah melekat dan dilaksanakan
dalam kehidupan sehari-hari oleh bangsa Indonesia meskipun istilah penamaan
Pancasila sebagai dasar negara baru lahir pada tanggal 1 Juni 1945.