Makalah Fraktur
Makalah Fraktur
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya, Amin.
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORITIS
2.1.3 Etiologi
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak
langsung dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang
di sebabkan oleh kendaraan bermotor.
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama
pada anak-anak, apabila tulang melemah atau tekanan ringan. (Doenges,
2000:627)
Menurut Carpenito (2000:47) adapun penyebab fraktur antara lain:
1. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
2.1.4 Patofisiologi
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah
dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga
biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat
setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan
peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-
sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan
berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast
terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan
fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati Carpenito (2000:50).
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah
terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan
terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga
medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,
Phatway
(terdapat pada bahasan selanjutnya)
2.1.8 Komplikasi
1. Syok
Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel
ke jaringan yang rusak sehingga terjadi kehilangan darah dalam
jumlah besar akibat trauma.
2. Mal union
2.2.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
Pengumpulan Data
a. Anamnesa
1) Identitas Klien
2) Keluhan Utama
6) Riwayat Psikososial
- Pola Nutrisi
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi
- Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada
pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji
frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola
eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri
dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan
jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan
atau tidak.
- Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka
semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan
kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain.
- Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka
semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan
kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain.
Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas
klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa
bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur
dibanding pekerjaan yang lain
(j) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status
generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum dan
pemeriksaan setempat (lokalis).
- Pemeriksaan head-to-toe:
BAB III
ANALISIS KASUS
1. Pada kasus diatas sytem organ yang terganggunya yaitu system
musculoskeletal
a. Tulang
1) Bagian-bagian utama tulang rangka
Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang
adalah jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang
banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-
garam kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi
sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang
membuatnya kuat dan elastis.
Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua
kelompok yaitu axial skeleton dan appendicular skeleton.
Occipital 1
Temporal 2
Sphenoid 1
Ethmoid 1
Tulang fasial Maksila 2
(13 tulang)
Palatine 2
Zygomatic 2
Lacrimal 2
Nasal 2
Vomer 1
Stapes 2
Tulang hyoid 1 tulang
Columna Cervical 7 26
vertebrae tulang
Lumbal 5
Clavicula 2
Ekstremitas Humerus 2 60 tulang
atas
Radius 2
Ulna 2
Carpal 16
Metacarpal 10
Phalanx 28
Pelvic girdle Os coxa 2 (setiap os coxa 2 tulang
terdiri dari penggabungan 3
tulang)
Ekstremitas Femur 2 60 tulang
bawah
Fibula 2
Patella 2
Tarsal 14
Metatarsal 10
Phalanx 28
Total 206
tulang
2) Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :
(a) Tulang panjang ditemukan di ekstremitas
(b) Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan
(c) Tulang pipih pada tengkorak dan iga
(d) Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra,
tulang-tulang wajah, dan rahang.
c. Otot Rangka
1) Pengertian otot ( musculus)
Otot (musculus) merupakan suatu organ atau alat yang
memungkinkan tubuh dapat bergerak.Ini adalah suatu sifat penting
bagi organisme.Gerak sel terjadi karena sitoplasma mengubah
bentuk.Pada sel – sel, sitoplasma ini merupakan benang – benang
halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat
rangsangan maka miofibril akan memendek. Dengan kata lain sel
otot akan memendekkan dirinya kearah tertentu (berkontraksi).
2) Ciri-ciri Otot
(a) Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau
mungkin juga tidak melibatkan pemendekan otot. Serabut
akan terolongasi karena kontraksi pada setiap diameter sel
Histology Otot
Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar
strukturnya dan ciri fiologis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot
jantung.
1) Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle)
Otot polos mengandung sel berbentuk spindle dengan
panjang 40-200 µm dengan inti terletak di tengah. Myofibril ini
sukar diperlihatkan dan tidak mempunyai corak
melintang.Serabut reticular transversa menghubungkan sel-sel
otot yang berdekatan dan membentuk suatu ikatan sehingga
membentuk unik fungsional.Otot polos tidak dibawah pengaruh
kehendak.
2) Otot lurik (skeleton muscle/voluntary muscle)
Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut otot) dengan
ukuran tebal 10-100 µm dan panjang 15 cm. Serabut otot lurik
berasal dari myotom, inti terletak dipinggir, dibawah
sarcolema.memanjang sesuai sumbu panjang serabut otot.
Beberapa serabut otot bergabung membentuk berkas otot yang
dibungkus jaringan ikat yang disebut endomycium.Bebefrapa
endomycium disatukan jaringan ikat disebut
perimycium.Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan
ikat yang disebut epimycium (fascia).Otot lurik dipersyafi oleh
Trauma langsung
↓
Tekanan eksternal ≥ yang dapat ditahan tulang
↓
Fraktur terbuka pada femur sinistra
↓
Diskontinuitas tulang
↓
Cedera jaringan sekitar
↓
Kerusakan jaringan syaraf
↓
Reseftor nyeri terangsang
↓
Nyeri akut
8. Kode Etik
Pada kasus tersebut seharusnya perawat menerapkan prinsip etik non
malificience (tidak dapat merugikan pada pasien), perawat harus lebih
hati-hati dalam melakukan tindakan kepada pasien terutama pada masalah
pemberian antibiotik yang akan menyebabkan reaksi hipersensitivitas
(syok).
9. Nursing advokasi
Bagaimana pun juga pasien mempunyai hak sepenuhnya terhadap
pelayanan yang diberikan oleh perawat. Perawat harus lebih
memperhatikan SOP dalam melakukan pemberian antibiotic yang mana
dalam kasus ini perawat tidak melakukan tindakan skin test terlebih dahulu
terhadap antibiotic yang diberikan pada pasien.
I P A P
Kepala TAD TAD TAD TAD
b. Radiologi
Rontgen dengan hasil sinistra fraktur kongitif
c. Pemeriksaan penunjang lain
Tidak ada data
d. Terapi obat-obatan
Data
Data Objektif
Subjektif
Klien Klien tampak lemah
terjatuh ke Terlihat pendarahan
jurang pada Kesadaran : compos mentis
I:
- Melakukan pengkajian
nyeri secara kompherensif
termasuk lokasi
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan
faktor presipitasi.
- Menggunakanteknikkomuni
kasiterapetikuntukmengetah
uipengalamannyeri.
- Memilihdanlakukanpenang
anannyeri(farmakologidan
non
farmakologidanintrapersona
l)
- Meningkatkanistirahat
- Mengevaluasikeefektifanko
ntrolnyeri
- Berkolaborasikandengando
kterjikaadakeluhandantinda
E:
- Masalah keperawatan nyeri
akut teratasi sebagian
R:
- Tujuan tercapai sebagian,
Intervensi di lanjutkan
S:
- Klien mengatakan nyeri
berkurang
O:
- Pada saat di palpasi daerah
fraktur tidak terdapat bagian
tulang yang menonjol.
- Tulangtidakkeluardariperm
ukaankulit.
- Hasil TTV :
TD : 120/80 mmHg.
HR : 90x/menit.
Suhu : 36,5˚c.
RR : 20x/menit
A:
- Masalah keperawatan nyeri
akut sudah teratasi
P:
- Intervensi di hentikan
S:
Tidak ada data
3 Dx - 3 - Mengkajikemampu S :
- Klien mengeluh kesulitan
anpasiendalammon
menggerakan kaki
ilisasi
O:
- Melatihpasiendala
- Klien tampak lemah
mpemenuhankebut
- Klien kesulitan membolak-
uhan ADLs
balikan posisi
secaramandirisesua
- Klien terbatas dalam
ikemampuan
melakukan keterampilan
- Mendampingidan
motorik kasar
bantu
A:
S:
- Klien mengatakan sudah
mulai bisa menggerakan
kaki nya
O:
- Klien tampak melakukan
mobilisasi secara mandiri
- Klien tampak melakukan
aktivitas fisik
A:
- Masalah keperawatan
gangguan mobilisasi fisik
teratasi
P:
- Intervensi dihentikan
4 Resiko - Menginstruksikanp S:
Tidak ada data
Infeksi adapengunjungunt
O:
berhubun ukmencucitangans Tidak ada data
A:
gan aatberkunjungdans
- Masalah keperawatan
dengan etelahberkunjungm
resiko infeksi teratasi
eninggalkanpasien
P:
- Menggunakansabu - Intervensi dihentikan
nantimikrobiauntu
kcucitangan
- Mencucitanganseti
apsebelumdansesu
dahtindakankepera
4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur atau sering disebut
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang
diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada
usia dewasa dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga.
Fraktur femur mempunyai insiden yang cukup tinggi diantara jenis-jenis
patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah.
Fraktur femur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan
umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan
atau kecelakaan.
Fraktur dapat menyebabkan beberapa masalah keperawatan, yaitu: nyeri
akut, kerusakan integritas jaringan kulit, hambatan mobilitas fisik, risiko
infeksi bahkan syok hipovolemik.
4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini penulis menyarankan agar pembaca dapat
memahami tentang gejala, penyebab fraktur sehingga dapat membuat kita
lebih hati-hati dalam bekerja ataupun melakukan aktifitas sehari-hari serta
dapat membantu pasien fraktur .
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC
Herman Santoso, dr., SpBO. 2000. Diagnosis dan Terapi Kelainan Sistem
Muskuloskeletal. Diktat Kuliah PSIK. tidak dipublikasikan