Anda di halaman 1dari 79

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah. SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan perlindungandan
kesehatan sehingga penulis dapat menyusun makalah dengan judul ” Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Fraktur”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini


penulis banyak menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan referensi dan
keterbatasan penulis sendiri. Dengan adanya kendala dan keterbatasan yang
dimiliki penulis maka penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun
makalah dengan sebaik-baiknya.

Sebagai manusia penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih


jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari semua pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang
akan datang.

Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya, Amin.

Kuningan, 31 Oktober 2018

Penyusun

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 1


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan
1.5 Metode Penulisan ........................................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan .................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Teori Frakture ...................................................................... 4
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ......................................................... 12

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Skenario Kasus .......................................................................................... 20


3.2 Jawaban dari Pertanyaan Kasus ................................................................ 21
3.3 Pembahasan Kasus ....................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 2


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur atau sering disebut patah tulang adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan atau tulang rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan
penyakit pengeroposan tulang diantaranya penyakit yang sering disebut
osteoporosis, biasanya dialami pada usia dewasa dan dapat juga disebabkan
karena kecelakaan yang tidak terduga.
Di Indonesia angka kejadian patah tulang (fraktur) cukup tinggi,
berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI Tahun 2013 didapatkan
sekitar 8 juta orang dikabarkan mengalami fraktur dengan jenis fraktur yang
berbeda dan penyebab yang berbeda. Dari hasil survey tim Depkes RI
didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami cacat fisik, 15%
mengalami stress psikologis seperti cemas atau bahkan depresi dan 10%
mengalami kesembuhan dengan bak (Depkes RI, 2013). Sedangkan menurut
WHO tahun 2013 menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas mencapai
120.2226 kali atau 72 dalam setahun.
Menurut jenisnya fraktur dibagi menjadi dua yaitu fraktur tertutup dan
terbuka, fraktur tertutup adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya
kulit, integritas kulit masih utuh.sedangkan fraktur terbuka adalah fraktur
dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol
sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang
(Mansjoer, 2000).
Pada makalah ini, penulis akan memberikan informasi tentang konsep
dasar fraktur, konsep dasar asuhan keperawatan pada fraktur, dan asuhan
keperawatan pada klien dengan fraktur. Masalah yang terjadi pada klien
dibawah ini adalah fraktur komunitif femur sinistra.
Fraktur femur mempunyai insiden yang cukup tinggi diantara jenis-
jenis patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3
tengah. Fraktur femur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 3


dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga,
pekerjaan atau kecelakaan.
Penanganan fraktur yang pertama reduksi, yaitu: mengembalikan
fragmen tulang pada kesejajarannya dan posisi anatomis normal. Tujuannya
adalah untuk memperbaiki fragmen-fragmen fraktur pada posisi anatomis.
Yang kedua mobilisasi, setelah fraktur direduksi, fragmen tulang harus
diimobilisasi, atau dipertahankan dalam posisi yang benar sampai terjadi
penyembuhan. Rehabilitasi, meningkatkan kembali fungsi dan kekuatan
dan
normal pada bagian yang sakit. Untuk mempertahankan memperbaiki
fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi adalah untuk
mengurangi bengkak dan nyeri, meningkatkan aktifitas hidup sehari-hari, dan
melakukan aktifitas kembali secara bertahap (Mansjoer,2000).
Problematik fisioterapi pasca operasi fraktur femur dextra 1/3 distal
dengan plate and screws meliputi impairment, functional limitation dan
disability. Problematik yang termasuk impairment yaitu: adanya nyeri karena
luka incise, adanya keterbatasan luas gerak sendi lutut kanan ke arah fleksi,
adanya penurunan kekuatan otot quadriceps dan hamstring. Problematik yang
termasuk functional limitation adalah keterbatasan penderita untuk melakukan
aktifitas fungsional dengan tungkai, misalnya berjalan. Problematik yang
termasuk disability adalah penderita tidak dapat bersosialisasi dengan optimal
di lingkungan masyarakat seperti bekerja sebagai buruh.
Fisioterapi dalam mengatasi problematik di atas dapat menggunakan
salah satu modalitas fisioterapi yaitu terapi latihan. Terapi latihan yang
diberikan antara lain: static contraction yaitu untuk mengurangi nyeri. Passive
exercise untuk memelihara luas gerak sendi lutut ke arah fleksi, Active
exercise untuk memelihara luas gerak sendi lutut ke arah fleksi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka terdapat beberapa rumusan
masalah yang muncul, yaitu:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan fraktur ?

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 4


1.2.2 Apa saja klasifikasi pada fraktur?
1.2.3 Bagaimana anatomi fisiologi system muskuloskeletal?
1.2.4 Bagaimana etiologi pada fraktur?
1.2.5 Apa saja manifestasi klinis pada fraktur?
1.2.6 Bagaimana patofisiologi atau perjalanan penyakit pada fraktur?
1.2.7 Bagaimana proses penyembuhan pada pasien dengan fraktur?
1.2.8 Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan
fraktur?
1.2.9 Bagaimana penatalaksanaa medis pada fraktur?
1.2.10 Apa saja komplikasi yang ditimbulkan fraktur?
1.2.11 Apa saja prioritas diagnose pada kasus fraktur?
1.2.12 Apa saja implementasi berdasarkan diganosa NANDA, NIC dan NOC ?
1.2.13 Bagaimana legal etis dan nursing advokasi pada kasus fraktur?
1.2.14 Bagaimana pencegahan primer, sekunder dan tersier pada fraktur?
1.2.15 Bagaimana telaah jurnal mengenai fraktur?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami konsep dasar
fraktur, konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur, dan
penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Menjelaskan definisi fraktur
2) Mengetahui klasifikasi pada fraktur
3) Mengetahui anatomi fisiologi system muskuloskeletal
4) Menjelaskan etiologi dari fraktur
5) Menjelaskan manifestasi klinis fraktur
6) Mengetahui patofisiologi atau perjalanan penyakit pada fraktur
7) Mengetahui proses penyembuhan tulang pada pasien fraktur
8) Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien
dengan fraktur

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 5


9) Mengetahui penatalaksanaan medis pada fraktur
10) Mengetahui komplikasi yang ditimbulkan fraktur
11) Mampu menentukan prioritas diagnose pada kasus fraktur
12) Menjelaskan implementasi berdasarkan diganosa NANDA, NIC dan
NOC
13) Mampu menentukan legal etis dan nursing advokasi pada kasus
fraktur
14) Mengetahui pencegahan primer, sekunder dan tersier pada fraktur
15) Mampu mentelaah jurnal mengenai fraktur

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari penulisan iniadalah, diharapkan mahasiswa atau
pembaca dapat mengetahui dan memahami materi dan pembahasan kasus
yang ditulis dalam makalan ini serta mampu memahami setiap tujuan
yang tertulis didalam tujuan penulisan.

1.5 Metode Penulisan


1.5.1 Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka, baik berupa buku maupun jurnal –
jurnal yang berkaitan dengan fraktur.
1.5.2 Brainstorming
Yaitu metode dengan cara mengemukakan pendapat dari masing –
masing mahasiswa menurut pandangannya sendiri.

1.6 Sistematika Penulisan


- BAB I: Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah, maksud
dan tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
- BAB II: Tinjauan Teoritis

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 6


BAB ini berisi teori-teori pendukung penganalisaan dan pengembangan
dari materi fraktur, konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan
fraktur, mengatasi klien dengan kondisi fraktur.
- BAB III: Pembahasan Asuhan Keperawatan Fraktur
BAB ini menjelaskan secara analisis dari materi yang ada di tinjauan
teoritis termasuk pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan
- BAB IV: Penutup
BAB ini berisi tentang kesimpulan hasil analisa materi fraktur mengatasi
klien dengan kondisi khusus dalam rangka menjawab tujuan yang
diajukan, serta saran-saran yang penulis berikan.
- Daftar Pustaka: Daftar pustaka ini berisi tentang judul-judul buku, artikel-
artikel yang terkait dalam makalah ini.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 7


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Teori Fraktur


2.1.1 Definisi fraktur
Menurut Suddarth (2002:2353) Fraktur adalah diskontiunitas jaringan
tulang yang banyak disebabkan karena kekerasan yang mendadak atau tidak
atau kecelakaan.
Menurut Santoso Herman (2000:144) Fraktur adalah terputusnya
hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh
kekerasan.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Carpenito 2000:43)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur
merupakan patah tulang, yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik.
2.1.2 Klasifikasi Fraktur
Fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi
menjadi beberapa kelompok, yaitu:
1. Berdasarkan sifat fraktur
a) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih
(karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
b) Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan
antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena
adanya perlukaan kulit.
2. Berdasarkan komplit atau ketidakkomplitan fraktur
a) Fraktur komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang
tulang atau melalui kedua korteks tulang.
b) Fraktru inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh
penampang tulang seperti:

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 8


- Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
- Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu
korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya.
- Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan
angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang.
3. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubbungannya dengan
mekanisme trauma.
a) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang
dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk
sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma
angulasijuga.
c) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral
yang disebabkan trauma rotasi.
d) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial
fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
e) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan
atau traksi otot pada insersinya pada tulang.
4. Berdasarkan jumlah garis patah
a) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan
saling berhubungan.
b) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak berhubungan.
c) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi
tidak pada tulang yang sama.
5. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang
a) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi
kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum nasih utuh.
b) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang
yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 9


- Dislokasi ad longitudinam cum contractionum
(pergeseran searah sumbu dan overlapping).
- Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut).
- Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen
saling menjauh).
- Fraktur kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-
ulang.
- Fraktur patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses
patologis tulang. (Suddarth, 2002:2354-2356)

2.1.3 Etiologi
Fraktur disebabkan oleh trauma di mana terdapat tekanan yang
berlebihan pada tulang yang biasanya di akibatkan secara langsung dan tidak
langsung dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang
di sebabkan oleh kendaraan bermotor.
Penyebab patah tulang paling sering di sebabkan oleh trauma terutama
pada anak-anak, apabila tulang melemah atau tekanan ringan. (Doenges,
2000:627)
Menurut Carpenito (2000:47) adapun penyebab fraktur antara lain:
1. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan. Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka
dengan garis patah melintang atau miring.
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah
bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
3. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat
berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 10


Menurut (Doenges, 2000:627) adapun penyebab fraktur antara lain:
1. Trauma Langsung
Yaitu fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda
paksa misalnya benturan atau pukulan pada anterbrachi yang
mengakibatkan fraktur
2. Trauma Tak Langsung
Yaitu suatu trauma yang menyebabkan patah tulang ditempat yang
jauh dari tempat kejadian kekerasan.
3. Fraktur Patologik
Stuktur yang terjadi pada tulang yang abnormal (kongenital,
peradangan, neuplastik dan metabolik).

2.1.3 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinik dari faktur ,menurut Brunner and


Suddarth,(2002:2358)
1. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk
bidai almiah yang di rancang utuk meminimalkan gerakan antar
fregmen tulang.
2. Setelah terjadi faraktur, bagian-bagian tidak dapat di gunakan dan
cenderung bergerak secara alamiah (gerak luar biasa) bukanya tetap
rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen tulang pada fraktur
lengan dan tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun
teraba) ekstermitas yang bisa diketahui membandingkan ekstermitas
yang normal dengan ekstermitas yang tidak dapat berfungsi dengan
baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang
tempat melekatnya otot.
3. Pada fraktur panjang terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 11


fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu samalain sampai 2,5-
5 cm (1-2 inchi).
4. Saat ekstermitas diperiksa dengan tangan teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu
dengan lainnya (uji krepitus dapat mengaibatkan kerusakan jaringan
lunak yang lebih berat).
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal terjadi sebagai akibat
trauma dari pendarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru bisa
terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera.

2.1.4 Patofisiologi
Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah
dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga
biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat
setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan
peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-
sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan
berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast
terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan
fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati Carpenito (2000:50).
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang
yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah
terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks,
marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan
terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga
medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon
inflamasi yang ditandai denagn vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit,

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 12


dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari
proses penyembuhan tulang nantinya (Doenges, 2000:629).

Phatway
(terdapat pada bahasan selanjutnya)

2.1.5 Proses Penyembuhan Tulang


Proses penyembuhan tulang diantaranya:
1. Tahap Hematoma
Pada tahap terjadi fraktur, terjadi kerusakan pada kanalis Havers
sehingga masuk ke area fraktur setelah 24 jam terbenutk bekuan
darah dan fibrin yang masuk ke area fraktur, terbenuklah hematoma
kemudian berkembang menjadi jaringan granulasi.
2. Tahap Poliferasi
Pada aerea fraktur periosteum, endosteum dan sumsum mensuplai sel
yang berubah menjadi fibrin kartilago, kartilago hialin dan jaringan
panjang.
3. Tahap Formiasi Kalus atau Prakalus.
Jaringan granulasi berubah menjadi prakalus. Prakalus mencapai
ukuran maksimal pada 14 sampai 21 hari setelah injuri.
4. Tahap Osifikasi kalus
Pemberian osifikasi kalus eksternal (antara periosteum dan korteks),
kalus internal (medulla) dan kalus intermediet pada minggu ke-3
sampai dengan minggu ke-10 kalus menutupi lubang.
5. Tahap consolidasi
Dengan aktivitas osteoblasi dan osteoklas, kalus mengalami proses
tulang sesuai dengan hasilnya.
Faktor – faktor yang mempengaruhi proses pemulihan menurut Doenges,
2000:632-633 :
1. Usia klien
2. Immobilisasi

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 13


3. Tipe fraktur dan area fraktur
4. Tipe tulang yang fraktur, tulang spongiosa lebih cepat sembuh
dibandingkan dengan tulang kompak.
5. Keadaan gizi klien.
6. Asupan darah dan hormon – hormon pertumbuhan yang memadai.
7. Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang.
8. Komplikasi atau tidak misalnya infeksi biasa menyebabkan
penyembuhan lebih lama.
9. Keganasan lokal, penyakit tulang metabolik dan kortikosteroid.

2.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Permenkes RI (2014), pemeriksaan diagnosik meliputi:
1. Foto polos
Umumnya dilakukan pemeriksaan dalam proyeksi AP dan lateral,
untuk menentukan lokasi, luas dan jenis fraktur.
2. Pemeriksaan radiologi lainnya
Sesuai indikasi dapat dilakukan pemeriksaan berikut, antara
lain: radioisotope scanning tulang, tomografi, artrografi, CT-scan,
dan MRI, untuk memperlihatkan fraktur dan mengidentifikasi
kerusakan jaringan lunak.
3. Pemeriksaan darah rutin dan golongan darah.
Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
trauma multiple). Peningkatan sel darah putih adalah respon stress
normal setelah trauma.
4. Kreatinin: Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens
ginjal.
5. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 14


2.1.7 Penatalaksanaan Medis
Prinsip penanganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi, dan
pengembalian fungsi dan kekuatan. Menurut Mansjoer (2000) dan
Muttaqin (2008) konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu
menangani fraktur yaitu : rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi.
1. Rekognisi (Pengenalan)
Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus jelas untuk
menentukan diagnosa dan tindakan selanjutnya. Contoh, pada
tempat fraktur tungkai akan terasa nyeri sekali dan bengkak.
Kelainan bentuk yang nyata dapat menentukan diskontinuitas
integritas rangka.
2. Reduksi (manipulasi atau reposisi)
Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk memanipulasi
fragmen fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali
lagi seperti letak asalnya. Upaya untuk memanipulasi fragmen
tulang sehingga kembali seperti semula secara optimal.
Reduksi fraktur dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi,
atau reduksi terbuka. Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin
untuk mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya akibat
infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada kebanyakan kasus,
reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai
mengalami penyembuhan (Mansjoer, 2002).
3. Retensi (Immobilisasi)
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga
kembali seperti semula secara optimal. Setelah fraktur direduksi,
fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan dalam
posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi
dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode
fiksasi eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu,
pin dan teknik gips atau fiksator eksterna. Implan logam dapat di
gunakan untuk fiksasi intrerna yang berperan sebagai bidai interna

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 15


untuk mengimobilisasi fraktur. Fiksasi eksterna adalah alat
yang diletakkan diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen
tulang dengan memasukkan dua atau tiga pin metal
perkutaneus menembus tulang pada bagian proksimal dan distal
dari tempat fraktur dan pin tersebut dihubungkan satu sama lain
dengan menggunakan eksternal bars. Teknik ini terutama atau
kebanyakan digunakan untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi
juga dapat dilakukan pada tulang femur, humerus dan pelvis
(Mansjoer, 2000).
Prinsip dasar dari teknik ini adalah dengan menggunakan pin yang
diletakkan pada bagian proksimal dan distal terhadap daerah
atau zona trauma, kemudian pin-pin tersebut dihubungkan satu
sama lain dengan rangka luar atau eksternal frame atau rigid bars
yang berfungsi untuk menstabilisasikan fraktur. Alat ini dapat
digunakan sebagai temporary treatment untuk trauma
muskuloskeletal atau sebagai definitive treatment berdasarkan
lokasi dan tipe trauma yang terjadi pada tulang dan jaringan lunak
(Muttaqin, 2008).
4. Rehabilitasi
Mengembalikan aktivitas fungsional semaksimal mungkin
untuk menghindari atrofi atau kontraktur. Bila keadaan
memungkinkan, harus segera dimulai melakukan latihan
latihan untuk mempertahankan kekuatan anggota tubuh dan
mobilisasi (Mansjoer, 2000).

2.1.8 Komplikasi
1. Syok
Syok hipovolemik akibat perdarahan dan kehilangan cairan ekstrasel
ke jaringan yang rusak sehingga terjadi kehilangan darah dalam
jumlah besar akibat trauma.
2. Mal union

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 16


Gerakan ujung patahan akibat imobilisasi yang jelek menyebabkan
mal union, sebab-sebab lainnya adalah infeksi dari jaringan lunak
yang terjepit diantara fragmen tulang, akhirnya ujung patahan dapat
saling beradaptasi dan membentuk sendi palsu dengan sedikit
gerakan (non union).
3. Non union
Non union adalah jika tulang tidak menyambung dalam waktu 20
minggu. Hal ini diakibatkan oleh reduksi yang kurang memadai.
4. Delayed union
Delayed union adalah penyembuhan fraktur yang terus berlangsung
dalam waktu lama dari proses penyembuhan fraktur.
5. Tromboemboli, infeksi, kaogulopati intravaskuler diseminata (KID).
Infeksi terjadi karena adanya kontaminasi kuman pada fraktur
terbuka atau pada saat pembedahan dan mungkin pula disebabkan
oleh pemasangan alat seperti plate, paku pada fraktur.
6. Emboli lemak
Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena tekanan
sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler. Globula lemak akan
bergabung dengan trombosit dan membentuk emboli yang kemudian
menyumbat pembuluh darah kecil, yang memsaok ke otak, paru,
ginjal, dan organ lain.
7. Sindrom Kompartemen
Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari
yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Berakibat kehilangan
fungsi ekstermitas permanen jika tidak ditangani segera.
8. Cedera vascular dan kerusakan syaraf
Dapat menimbulkan iskemia, dan gangguan syaraf. Keadaan ini
diakibatkan oleh adanya injuri atau keadaan penekanan syaraf karena
pemasangan gips, balutan atau pemasangan traksi. (Brunner &
suddarth, 2002: 2390).

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 17


2.1 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian

1. Data Subjektif

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses


keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian
tentang masalah-masalah klien sehingga dapat memberikan arah
terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses keperawatan
sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:

Pengumpulan Data

a. Anamnesa

1) Identitas Klien

2) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah


rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung
dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan:

- Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi


yang menjadi faktor presipitasi nyeri.

- Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan


atau digambarkan klien. Apakah seperti terbakar,
berdenyut, atau menusuk.

- Region, radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda,


apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana
rasa sakit terjadi.

- Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang


dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien
menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi
kemampuan fungsinya.

- Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 18


bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Adalah riwayat kesehatan klien saat pertama kali dilakukan


pengkajian. Gunakan metode PQRST dalam melakukan
pengkajian. Pada kasus fraktur pasien berada dalam kondisi
luka pada bagian daerah ekstremitas, fraktur yang terjadai
dapat fraktur terbuka/ tertutup, dan lain sebagainya.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Fraktur terjadi karena trauma yang bersifat langsung atau


tidak langsung, sehingga jarang ditemukan adanya penyakit
dahulu yang berhubungan dengan fraktur.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Fraktur bukan termasuk kedalam penyakit keturunan.

6) Riwayat Psikososial

Apakah klien merasa cemas, malu atau bahkan depresi


akibat fraktur yang dialaminya?

7) Pola-Pola Fungsi Kesehatan

- Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Pada kasus fraktur akan timbul ketakutan akan terjadinya


kecacatan pada dirinya dan harus menjalani
penatalaksanaan kesehatan untuk membantu
penyembuhan tulangnya. Selain itu, pengkajian juga
meliputi kebiasaan hidup klien seperti penggunaan obat
steroid yang dapat mengganggu metabolisme kalsium,
pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu
keseimbangannya dan apakah klien melakukan olahraga
atau tidak.

- Pola Nutrisi
Pada klien fraktur harus mengkonsumsi nutrisi

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 19


melebihi kebutuhan sehari-harinya seperti kalsium,
zat besi, protein, vitamin C dan lainnya untuk
membantu proses penyembuhan tulang. Evaluasi
terhadap pola nutrisi klien bisa membantu
menentukan penyebab masalah muskuloskeletal dan
mengantisipasi komplikasi dari nutrisi yang tidak
adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar
sinar matahari yang kurang merupakan faktor
predisposisi masalah muskuloskeletal terutama pada
lansia. Selain itu juga obesitas juga menghambat
degenerasi dan mobilitas klien.

- Pola Eliminasi
Untuk kasus fraktur humerus tidak ada gangguan pada
pola eliminasi, tapi walaupun begitu perlu juga dikaji
frekuensi, konsistensi, warna serta bau feces pada pola
eliminasi alvi. Sedangkan pada pola eliminasi uri
dikaji frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan
jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan
atau tidak.

- Pola Tidur dan Istirahat


Semua klien fraktur timbul rasa nyeri, keterbatasan
gerak, sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan
kebutuhan tidur klien.Selain itu juga, pengkajian
dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana lingkungan,
kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan
obat tidur.

- Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka
semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan
kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 20


Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas
klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa
bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur
dibanding pekerjaan yang lain

- Pola Hubungan dan Peran


Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan
dalam masyarakat. Karena klien harus menjalani
rawat inap

- Pola Persepsi dan Konsep Diri


Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul
ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa
cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap
dirinya yang salah (gangguan body image).

- Pola Sensori dan Kognitif


Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama
pada bagian distal fraktur, sedang pada indera yang
lain tidak timbul gangguan. begitu juga pada
kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu
juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur.

- Pola Aktivitas
Karena timbulnya nyeri, keterbatasan gerak, maka
semua bentuk kegiatan klien menjadi berkurang dan
kebutuhan klien perlu banyak dibantu oleh orang lain.
Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk aktivitas
klien terutama pekerjaan klien. Karena ada beberapa
bentuk pekerjaan beresiko untuk terjadinya fraktur
dibanding pekerjaan yang lain
(j) Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 21


dalam masyarakat. Karena klien harus menjalani
rawat inap.

- Pola Persepsi dan Konsep Diri


Dampak yang timbul pada klien fraktur yaitu timbul
ketidakutan akan kecacatan akibat frakturnya, rasa
cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan
aktivitas secara optimal, dan pandangan terhadap
dirinya yang salah (gangguan body image).

- Pola Sensori dan Kognitif


Pada klien fraktur daya rabanya berkurang terutama
pada bagian distal fraktur, sedang pada indera yang
lain tidak timbul gangguan. Begitu juga pada
kognitifnya tidak mengalami gangguan. Selain itu
juga, timbul rasa nyeri akibat fraktur

- Pola Reproduksi Seksual


Dampak pada klien fraktur yaitu, klien tidak bisa
melakukan hubungan seksual karena harus menjalani
rawat inap dan keterbatasan gerak serta rasa nyeri
yang dialami klien. Selain itu juga, perlu dikaji status
perkawinannya termasuk jumlah anak, lama
perkawinannya

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
Dibagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan umum (status
generalisata) untuk mendapatkan gambaran umum dan
pemeriksaan setempat (lokalis).

- Keadaan umum: baik atau buruknya yang dicatat adalah


tanda-tanda, seperti:

- Kesadaran penderita: apatis, sopor, koma, gelisah,

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 22


komposmentis tergantung pada keadaan klien.

- Kesakitan, keadaan penyakit: akut, kronik, ringan,


sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut.

- Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik


fungsi maupun bentuk.

- Pemeriksaan head-to-toe:

- Kepala: sakit kepala akibat alergi obat antibiotik

- Mata: Tidak ada gangguan seperti konjungtiva tidak


anemis (karena tidak terjadi perdarahan).

- Hidung: Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan


cuping hidung.

- Telinga: Tes bisik atau weber masih dalam keadaan


normal. Tidak ada lesi atau nyeri tekan.

- Mulut dan Gigi: Tak ada pembesaran tonsil, gusi


tidak terjadi perdarahan, mukosa mulut tidak pucat.

- Leher: Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada


penonjolan, reflek menelan ada.

- Thoraks: Tak ada pergerakan otot intercostae,


gerakan dada simetris.

- Paru: Inspeksi (Pernafasan meningkat, reguler atau


tidaknya tergantung pada riwayat penyakit klien
yang berhubungan dengan paru), Palpasi
(Pergerakan sama atau simetris, fermitus raba
sama). Perkusi (Suara ketok sonor, tak ada erdup
atau suara tambahan lainnya). Auskultasi (Suara
nafas normal, tak ada wheezing, atau suara
tambahan lainnya seperti stridor dan ronchi)

- Jantung: Inspeksi (Tidak tampak iktus jantung).


Palpasi (Nadi meningkat, iktus tidak teraba).

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 23


Auskultasi (Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada
murmur).

- Kulit: Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma


meningkat, bengkak, oedema, kerusakan integritas
kulit dan nyeri tekan.

- Ekstermitas: Kekuatan otot, adanya oedema atau


tidak, suhu akral, dan ROM.
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Radiologi
(a) Pemeriksaan Laboratorium
- Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
- Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan
menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam
membentuk tulang.
- Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat
Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino
Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
c. Pemeriksaan lain-lain
1) Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test sensitivitas :
didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama
dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila
terjadi infeksi.
3) Elektromyografi : terdapat kerusakan konduksi saraf yang
diakibatkan fraktur.
4) Arthroscopy : didapatkan jaringan ikat yang rusak atau
sobek karena trauma yang berlebihan.
5) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya
infeksi pada tulang.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 24


6) MRI : menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin Muncul

1. Nyeri akut berhungan dengan agen injury fisik, spasme otot,


gerakan fragmen tulang, edema, cedera jaringa lunak,
pemasangan traksi

2. Ketidaefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan


penurunan suplai darah ke jaringan

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur


terbuka, pemasangan traksi atau (pen, kawat, sekrup)

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan


rangka neuromuscular, nyeri, terapi restiktif (imobilisasi)

5. Resiko infeksi berhubungna dengan trauma, imunitas tubuh


primer menurun, prosedur invasive (pemasangan traksi)

6. Resiko syok/ hipovolemik berhubungan dengan kehilangan


volume darah akibat trauma (fraktur)

2.2.3 Rencana Tindakan Keperawatan


Intervensi keperawatan adalah upaya yang dilakukan perawat untuk
mencapai hasil yang diharapkan yaitu kesembuhan pasien dan kemampuan
pasien melakukan atau memenuhi kebutuhan hidupnya kembali dan tujuan
pemulangan pasien.

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuia
dengan rencana yang telah ditetapkan.Selama pelaksanaan kegiatan dapat
bersifat mandiri dan kolaboratif.Selama melaksanankan kegiatan perlu diawasi
dan dimonitor kemajuan kesehatan klien.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 25


Evaluasai adalah hasil asuhan keperawatan yang dilakukan (Judith M.W.
2007)
Hasil evaluai yang mungkin didapat yaitu:
1) Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda
atau gejala sesuai dengan kriteria hasil yang ditetapkan.
2) Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukkan tanda dan gejala
sebagian dari kriteria hasil yang sudah ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai, jika pasien tidak menunjukkan tanda dan
gejala sesuai dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan.

BAB III

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 26


KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Skenario Kasus

Klien Tn. A (25 th) datang ke IGD dengan keadaan


fraktur femur sinistra dengan luka terbuka. Klien terjatuh ke
jurang pada saat latihan. Klien mengeluh nyeri hebat, dan
kesulitan menggerakan kaki, terlihat perdarahan. Klien tampak
lemah. Klien tidak pernah memiliki riwayat trauma dan baru kali
ini dibawa ke RS. Hasil anamnesa perawat, kesadaran klien
composmentis. Hasil TTV, TD: 100/60 mmHg, HR: 112x /mnt,
suhu: 37OC, RR: 20x / mnt, CRT <2 detik Palpasi daerah fraktur
terdapat bagian tulang yang menonjol, ada kretitus di femur
sinistra, tulang keluar dari permukaan kulit, dan ada perdarahan.
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkah Hb: 11 gr/dl,
Ht: 40%, Leukosit: 12.000, GDS: 125. Hasil rontgen sinistra
yaitu fraktur kominutip. Tindakan sementara klien terpasang
spalk, infus RL 28 tpm, klien kemudian mendapatkan antibiotik
Cefizox 1 gr/IV, ketorolac 30 mg/ 8 jam IV jika nyeri, dan
ranitidin 50 mg/ 12 jam, diduga fraktur terbuka cominutip
sinistra.
Setelah beberapa saat klien dipindahkan ke ruang
perawatan kemudian klien tiba-tiba syok, terjadi reaksi
hipersensitivitas, timbul ruam-ruam dikulit dan klien mengeluh
sakit kepala. Diduga perawat tidak melakukan skin test terlebih
dahulu terhadap antibiotik yang diberikan.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 27


CURAH GAGASAN (BRAINSTORMING)
1. Coba ajukan sebanyak mungkin pertanyaan yang muncul setelah membaca
deskripsi kasus di atas!
2. Coba Saudara identifikasi kata kunci-kata kunci yang mendukung masalah
keperawatan utama sesuai kasus di atas !

PERTANYAAAN UNTUK ANALISIS KASUS


1. Setelah membaca dan menjawab beberapa pertanyaan yang muncul
dari kasus di atas, coba diskusikan sistem organ apa yang terkait
masalah di atas? Jelaskan dengan menggunakan peta konsep struktur
anatomi organ yang terkait serta mekanisme fisiologis sistem organ itu
bekerja!
2. Coba identifikasi diagnosis keperawatan utama pada pasien dalam kasus
tersebut!
3. Coba Saudara buat clinical pathway dari masalah keperawatan utama pada
kasus di atas?
4. Tindakan-tindakan dan intervensi keperawatan apa saja yang seharusnya
dilakukan seorang perawat untuk mengatasi masalah keperawatan utama
pasien dan keluarga pasien di atas!
5. Bagaimana patofisiologi dari kasus diatas ?
6. Temukan diagnosa keperawatan lainnya sesuai dengan kasus diatas ?
7. Bagaimana simulasi penkes pada kasus pasien diatas baik pencegahan
primer, sekunder dan tersier ?
8. Apa masalah prinsip legal etis pada kasus pasien diatas yang tepat ?
9. Bagaimana nursing advocacy yang seharusnya dilakukan oleh perawat
pada kasus diatas ?
10. Coba anda telaah isi jurnal sesuai dengan kasus yang dipelajari saat ini (
Min makna tentang hasil penelitiannya secara umum dan saran atau solusi
yang baik dari masalah yang diteliti tersebut ) !

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 28


3.2 Jawaban dari Pertanyaan Kasus
SEVEN JUMP
1. Kata Asing yang belum diketahui
a. Kreatitus fremur sinistra
Suara kretak-kretak pada gerak pasif yang biasanya menunjukkan
kerusakan sendi lanjut.
b. Pendarahan
Kondisi di mana seseorang kehilangan darah.
c. Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel darah merah) dan
bertugas untuk mengangkut oksigen.
d. Hematokrit
Hematokrit menunjukkan persentase zat padat (kadar sel darah merah,
dan Iain-Iain) dengan jumlah cairan darah.
e. Leukosit
Leukosit adalah sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan
hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai
penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh.
f. GDS
Hasil pengukuran seketika waktu tersebut tanpa berpuasa terlebih
dahulu.
g. Fraktur cominutip sinistra
Adalah fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa
fragmen(multiple fraktur), garis patah pada fraktur ini lebih dari satu
dan saling berhungungan.
h. Infus RL
Cairan infus yang biasa digunakan pada pasien dewasa dan anak-anak
sebagai sumber elektrolit dan air untuk hidrasi.
i. Antibiotik cefizox
Adalah obat yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi
yang disebabkan oleh bakteri.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 29


j. Ketorolac
Adalah obat dengan fungsi mengatasi nyeri sedang hingga nyeri berat
untuk sementara.
k. Ranitidin
Adalah obat untuk mengurangi jumlah asam lambung dalam perut.
l. Hipersensitivitas
Adalah reaksi berlebihan, tidak diinginkan karena terlalu senisitifnya
respon imun (merusak, menghasilkan ketidaknyamanan, dan terkadang
berakibat fatal) yang dihasilkan oleh sistem imun.
2. Pertanyaan dan Jawaban
a. Apa yang dimaksud dengan fraktur?
Fraktur adalah terputusnya kontuinitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih
besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smelter & Bare, 2002).
b. Apa itu fraktur femur sinistra?
Fraktur femur sinistra adalah fraktur pada tulang femur yang
disebabkan oleh benturan atau trauma langsung maupun tidak
langsung. Fraktur femur ini bisa saja terjadi akibat dari cedera atau
trauma.
c. Apa itu fraktur kominutif?
Fraktur kominutif adalah fraktur dengan tulang pecah menjadi
beberapa fragmen (multiple fraktur), garis patah pada fraktur ini lebih
dari satu dan saling berhungungan.
d. Apa yang dimaksud dengan fraktur terbuka?
Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks), yaitu bila terdapat
hubungan antara fragment tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan di kulit.
e. Apa penyebab terjadinya fraktur secara fisiologis?
Penyebab terjadinya fraktur secara fisiologis merupakan suatu
kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga
fisik, olahraga, dan trauma dapat disebabkan oleh : cedera langsung

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 30


berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara
spontan dan cedera tidak langsug berarti pukulan langsung berada jauh
dari lokasi benturan.
f. Bagaimana cara penanganan fraktur?
Cara penanganan fraktur harus dilakukan dengan cepat dan tindakan
tepat agar imobilisasi dilakukan sesegera mungkin karena pergerakan
pada fragmen tulang dapat menyebabkan nyeri.
g. Bagaimana ciri khas dari fraktur kominutif?
Ciri khas dari fraktur komunitif adalah fraktur dengan tulang pecah
menjadi beberapa bagian.
h. Bagaimana peran perawat dalam pemberian askep pada pasien fraktur
femur sinistra?
Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien
fraktur femur sinistra diantaranya dengan usaha promotif yaitu
memberikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya menjaga
keamanan dan keselamatan diri, usaha preventif yaitu perawat
menjelaskan cara pencegahan infeksi lanjut yang ditimbulkan oleh
tindakan pembedahan, sedangkan upaya kuratif yaitu perawat dapat
berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat dan
pembedahan, dan upaya rehabilitatif yaitu perawat menganjurkan
kepada pasien untuk segera mungkin melakukan mobilisasi secara
bertahap, setelah penatalaksanaan medis.
i. Kenapa terjadi peningkatan leukosit?
Karena tingginya leukosit pada tubuh merupakan indikasi peningkatan
produksi sel-sel untuk melawan infeksi pada tubuh. Pada saat terjadi
infeksi, leukosit secara otomatis akan melakukan fagositosis atau
menghancurkan organisme yang menyebabkan infeksi. Adanya
gangguan sistem kekebalan tubuh akan menyebabkan peningkatan
jumlah sel-sel darah putih.
j. Kenapa Hb pada pasien fraktur menurun?

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 31


Karena pada kasus fraktur tersebut terjadinya perdarahan serius akibat
pasien terjatuh kejurang pada saat latihan, yang menyebabkan pasien
mengeluh nyeri hebat, kesulitan menggerakan kaki, dan terlihat
perdarahan. Sehingga pasien fraktur dapat mengakibatkan penurunan
tingkat hemoglobin dalam darah.
k. Apakah perlu diberikan antibiotik khusus untuk pasien fraktur?
Pemberian antibiotik khusus pada pasien fraktur sangat perlu karena
digunakan pada patah tulang terbuka fungsinya untuk mencegah
terjadinya infeksi.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 32


3. Mind Maping

Definisi Terputusnya kontuinitas tulang


Fraktur
dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, fraktur terjadi jika tulang
dikenai stress yang lebih besar
dari yang dapat diabsorbsinya

Etiologi Penyebab terjadinya fraktur


secara fisiologis merupakan suatu
kerusakan jaringan tulang yang
diakibatkan dari kecelakaan,
tenaga fisik, olahraga, dan trauma
dapat disebabkan oleh : cedera
langsung berarti pukulan langsung
terhadap tulang sehingga tulang
patah secara spontan dan cedera
tidak langsug berarti pukulan
langsung berada jauh dari lokasi
benturan.
sebagai akibat dr penggunaan tulang
Patah tulang
berlebihan biasanya terjadi karena
yg berulang-ulang.
benturan tubuh, jatuh atau trauma.
Baik itu karena trauma langsung
Patofisiologi misalnya: tulang kaki terbentur
bemper mobil, atau tidak langsung
misalnya: seseorang yang jatuh
dengan telapak tangan yg
menyangga. Juga bisa karena
trauma akibat tarikan otot misalnya:
apatah tulang patela dan olekranon,
karena otot trisep dan bisep
mendadak berkontraksi.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 33


Tanda Gejala  Deformitas (perubahan
struktur atau bentuk)
 Bengkak/penumpukan cairan
atau darah karena kerusakan
pembuluh darah
Pencegahan
 Ekimosis (pedarahan
subkutan)

 Dengan membuat lingkungan lebih  Nyeri, karena kerusakan

aman jaringan danperubahan


Adanya pengangan pd dinding dkt bak struktur yg meningkat
mandi.
Roda-roda kursi roda harus dilengkapi Komplikasi Fraktur Tertutup (Simple Fracture)
dgn rem. fraktur yg fragmen tulangnya tidak
meembus kulit sehingga tempat
Mengajarkan kepada pasien yg harus
fraktur tidak tercemar oleh
memakai alat bantu ambulatori dan
lingkungan/tidak mempunyai
kursi beroda sehingga terampil. hubungan dgn dunia luar.
 Mengajarkan kpd masyarakat secara
Fraktur Terbuka (Compound
berkesinambungan:
Fracture) fraktur yg mempunyai
Bahaya minum sambil mengemudi. hubngan dgn dunia luar melalui
Pemakaian sabuk pengaman. luka pd kulit dan jaringan lunak,
Berhati-hati pd waktu mendaki tangga. dpt berbentuk from within (dr
Menggunakan pakaian pengaman dalam) atau from without (dr luar).

untuk pekerjaan berbahaya. Fraktur dgn komplikasi


Menggunakan pakaian pelindung Penanganan (Complicated Fracture) fraktur yg
pada saat berolahraga. disertai dengan komplikasi
misalnya mal-union, delayed
 Mengajarkan kepada para wanita
union, non-union, dan infeksi
mengenai masalah osteoporosis. tulang.
. Cara penanganan fraktur harus
dilakukan dengan cepat dan tindakan
tepat agar imobilisasi dilakukan
sesegera mungkin karena pergerakan
pada fragmen tulang dapat
menyebabkan nyeri.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 34


4. Analisis Kasus
Menurut kelompok kami, klien Tn. A (25 th) datang ke IGD dengan
keadaan fraktur femur sinistra dengan luka terbuka. merupakan fraktur
pada tulang femur yang disebabkan karena klien terjatuh kejurang pada
saat sedang latihan sehingga mengakibatkan klien mengeluh nyeri hebat,
dan kesulitan menggerakan kaki, serta terlihat perdarahan.
Selain itu klien tampak lemah dan sebelumnya klien tidak pernah
memiliki riwayat trauma dan baru kali ini dibawa ke RS. Hasil anamnesa
perawat, kesadaran klien composmentis. Hasil TTV, TD klien rendah :
100/60 mmHg dikarena klien mengalami pendarahan, HR: 112x /mnt,
suhu: 37OC, RR: 20x / mnt, CRT <2 detik Palpasi daerah fraktur terdapat
bagian tulang yang menonjol, ada kretitus di femur sinistra yaitu suara
kretak-kretak pada gerak pasif yang biasanya menunjukkan kerusakan
sendi lanjut. Selain itu juga tulang keluar dari permukaan kulit, dan ada
perdarahan.
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkah Hb: 11 gr/dl, Ht: 40%,
Leukosit: 12.000, GDS: 125. Hasil rontgen sinistra yaitu fraktur
cominutip. Tindakan sementara klien terpasang spalk untuk
mempertahankan posisi tulang yang patah agar tidak bergeser atau
bergerak, infus RL 28 tpm untuk mempertahankan keseimbangan cairan
dalam tubuh dan komponen darah, klien kemudian mendapatkan antibiotik
Cefizox 1 gr/IV agar tidak terjadi infeksi, ketorolac 30 mg/ 8 jam IV untuk
meredakan nyeri, dan ranitidin 50 mg/ 12 jam untuk mengurangi jumlah
asam lambung dalam perut, klien diduga mengalami fraktur terbuka
cominutip sinistra yaitu fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa
fragmen(multiple fraktur), dengan garis patah pada fraktur ini lebih dari
satu dan saling berhungungan.
Prinsip legal etis pada kasus tersebut termasuk pada prinsip normal
oficiency yaitu seharusnya perawat tidak merugikan atau tidak
menimbulkan bahaya cidera fisik dan psikologis pada klien. Sehingga
perawat atas apa yang dilakukan harus mempertimbangkan resiko yang

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 35


akan timbul akibatnya. Seharusnya perawat melakukan skin test terlebih
dahulu sebelum diberikan antibiotik agar tidak terjadi syok, reaksi
hipersensitifitas, ruam-ruam dikulit, dan sakit kepala pada pasien.

ANALISIS KASUS
1. Pada kasus diatas sytem organ yang terganggunya yaitu system
musculoskeletal

Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan


bertanggung jawab terhadap pergerakan.Komponen utama system
musculoskeletal adalah jaringan ikat.Sistem ini terdiri dari tulang, sendi,
otot, tendon, ligament, bursae, dan jaringan-jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini.

a. Tulang
1) Bagian-bagian utama tulang rangka
Tulang rangka orang dewasa terdiri atas 206 tulang. Tulang
adalah jaringan hidup yang akan suplai saraf dan darah. Tulang
banyak mengandung bahan kristalin anorganik (terutama garam-
garam kalsium) yang membuat tulang keras dan kaku, tetapi
sepertiga dari bahan tersebut adalah jaringan fibrosa yang
membuatnya kuat dan elastis.
Klasifikasi tulang pada orang dewasa digolongkan pada dua
kelompok yaitu axial skeleton dan appendicular skeleton.

1. Axial Skeleton (80 tulang)


Tengkorak 22 buah
tulang
Tulang cranial Frontal 1
(8 tulang)

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 36


Parietal 2

Occipital 1

Temporal 2

Sphenoid 1

Ethmoid 1
Tulang fasial Maksila 2
(13 tulang)
Palatine 2

Zygomatic 2

Lacrimal 2

Nasal 2

Vomer 1

Inferior nasal concha 2


Tulang 1
mandibula
(1 tulang)
Tulang telinga Malleus 2 6 tulang
tengah
Incus 2

Stapes 2
Tulang hyoid 1 tulang
Columna Cervical 7 26
vertebrae tulang

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 37


Thorakal 12

Lumbal 5

Sacrum (penyatuan dari 5


tulang) 1

Korkigis (penyatuan dr 3-5


tulang) 1
Tulang rongga Tulang iga 24 25
thorax tulang
Sternum 1
2. Appendicular Skeleton (126 tulang)
Pectoral girdle Scapula 2 4 tulang

Clavicula 2
Ekstremitas Humerus 2 60 tulang
atas
Radius 2

Ulna 2

Carpal 16

Metacarpal 10

Phalanx 28
Pelvic girdle Os coxa 2 (setiap os coxa 2 tulang
terdiri dari penggabungan 3
tulang)
Ekstremitas Femur 2 60 tulang
bawah

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 38


Tibia 2

Fibula 2

Patella 2

Tarsal 14

Metatarsal 10

Phalanx 28
Total 206
tulang

Fungsi utama tulang-tulang rangka adalah :


- Sebagai kerangka tubuh, yang menyokong dan memberi bentuk
tubuh
- Untuk memberikan suatu system pengungkit yang digerakan oleh
kerja otot-otot yang melekat pada tulang tersebut; sebagai suatu
system pengungkit yang digerakan oleh kerja otot-otot yang
melekat padanya.
- Sebagai reservoir kalsium, fosfor, natrium, dan elemen-elemen lain
- Untuk menghasilkan sel-sel darah merah dan putih dan trombosit
dalam sumsum merah tulang tertentu.

2) Struktur tulang
Dilihat dari bentuknya tulang dapat dibagi menjadi :
(a) Tulang panjang ditemukan di ekstremitas
(b) Tulang pendek terdapat di pergelangan kaki dan tangan
(c) Tulang pipih pada tengkorak dan iga
(d) Tulang ireguler (bentuk yang tidak beraturan) pada vertebra,
tulang-tulang wajah, dan rahang.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 39


Lapisan terluar dari tulang (cortex) tersusun dari jaringan tulang
yang padat, sementara pada bagian dalam di dalam medulla berupa
jaringan sponge. Bagian tulang paling ujung dari 5 tulang panjang
dikenal sebagai epiphyse yang berbatasan dengan metaphysis.
Metaphysis merupakan bagian dimana tulang tumbuh memanjang
secara longitudinal. Bagian tengah tulang dikenal sebagai diaphysis
yang berbentuk silindris.
Unit struktural dari cortical tulang compacta adalah system
havers, suatu jaringan (network) saluran yang kompleks yang
mengandung pembuluh-pembuluh darah mikroskopis yang
mensuplai nutrient dan oksigen ke tulang, lacuna, dan ruang-ruang
kecil dimanaosteosit berada.
Jaringan lunak di dalam trabeculae diisi oleh sumsum tulang :
sumsum tulang merah dan kuning. Sumsum tulang merah
berfungsi dalam hal hematopoesis, sementara sumsum kuning
mengandung sel lemak yang dapat dimobilisasi dan masuk ke
aliran darah.Osteogenic cells yang kemudian berdiferensiasi
ke osteoblast (sel pembentuk tulang) danosteoclast (sel penghancur
tulang) ditemukan pada lapisan terdalam dari periosteum.
Periosteum adalah lembar jaringan fibrosa dan terdiri atas banyak
pembuluh darah.
Vaskularisasi, tulang merupakan jaringan yang kaya akan
vaskuler dengan total aliran darah sekitar 200 sampai 400 cc/menit.
Setiap tulang memiliki arteri penyuplai darah yang membawa
nutrient masuk didekat pertengahan tulang, kemudian bercabang ke
atas dan ke bawah menjadi pembuluh-pembuluh darah
mikroskopis.Pembuluh darah ini mensuplaicortex, marrow, dan
system haverst.
Persarafan, serabut syaraf sympathetic dan afferent (sensori)
mempersyarafi tulang.Dilatasi kapiler darah dikontrol oleh syaraf

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 40


symphatetic, sementara serabut syaraf afferent mentransmisikan
rangsangan nyeri.

3) Perkembangan dan pertumbuhan tulang


Perkembangan dan pertumbuhan pada tulang panjang tipikal :
(a) Tulang didahului oleh model kartilago.
(b) Kolar periosteal dari tulang baru timbul mengelilingi model
korpus. Kartilago dalam korpus ini mengalami kalsifikasi.
Sel-sel kartilago mati dan meninggalkan ruang-ruang.
(c) Sarang lebah dari kartilago yang berdegenerasi dimasuka
oleh sel-sel pembentuk tulang (osteoblast),oleh pembuluh
darah, dan oleh sel-sel pengikis tulang (osteoklast). Tulang
berada dalam lapisan tak teratur dalam bentuk kartilago
(d) Proses osifikasi meluas sepanjang korpus dan juga mulai
memisah pada epifisis yang menghasilkan tiga pusat
osifikasi.
(e) Pertumbuhan memanjang tulang terjadi pada metafisis,
lembaran kartilago yang sehat dan hidup antara pusat
osifikasi. Pada metafisis sel-sel kartilago memisah secara
vertical. Pada awalnya setiap sel meghasilkan kartilago
sehat dan meluas mendorong sel-sel yang lebih tua.
Kemudian sel-sel mati. Kemudian semua runag mebesar
untuk membentuk lorong-lorong vertical dalm kartilago
yang mengalami degenerasi. Ruang-ruang ini diisi oleh sel-
sel pembentuk tulang.
(f) Pertumbuhan memanjang berhenti pada masa dewasa
ketika epifisis berfusi dengan korpus.
(g) Pertumbuhan dan metabolisme tulang dipengaruhi oleh
mineral dan hormone sebagai berikut :
- Kalsium dan posfor, tulang mengandung 99% kalsium
tubuh dan 90% posfor. Konsentrasi kalsium dan

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 41


posfor dipelihara dalam hubungan terbalik. Sebagai
contoh, apabila kadar kalsium tubuh meningkat maka
kadar posfor akan berkurang.
- Calcitonin, diproduksi oleh kelenjar typoid memilki
aksi dalam menurunkan kadar kalsium serum jika
sekresinya meningkat diatas normal.
- Vitamin D, penurunan vitamin D dalam tubuh dapat
menyebabkan osteomalacia pada usia dewasa.
- Hormon paratiroid (PTH), saat kadar kalsium dalam
serum menurun, sekresi hormone paratiroid akan
meningkat dan menstimulasi tulang untuk
meningkatkan aktivitas osteoplastic dan menyalurkan
kalsium kedalam darah.
- Growth hormone (hormone pertumbuhan),
bertanggung jawab dalam peningkatan panjang tulang
dan penentuan jumlah matrik tulang yang dibentuk
pada masa sebelum pubertas.
- Glukokortikoid, adrenal glukokortikoid mengatur
metabolisme protein.
- Sex hormone, estrogen menstimulasi aktivitas
osteobalstik dan menghambat peran hormone
paratiroid. Ketika kadar estrogen menurun seperti
pada saat menopause, wanita sangat rentan terhadap
menurunnya kadar estrogen dengan konsekuensi
langsung terhadap kehilangan masa tulang
(osteoporosis). Androgen, seperti testosteron,
meningkatkan anabolisme dan meningkatkan masa
tulang.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 42


b. Sendi
Artikulasi atau sendi adalah tempat pertemuan dua atau lebih
tulang. Tulang-tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, misalnya
dengan kapsul sendi, pita fibrosa, ligament, tendon, fasia, atau otot.
Sendi diklasifikasikan sesuai dengan strukturnya.
1) Sendi fibrosa (sinartrodial)
Merupakan sendi yang tidak dapat bergerak.Tulang-tulang
dihubungkan oleh serat-serat kolagen yang kuat.Sendi ini biasanya
terikat misalnya sutura tulang tengkorak.
2) Sendi kartilaginosa (amfiartrodial)
Permukaan tulang ditutupi oleh lapisan kartilago dan dihubungkan
oleh jaringan fibrosa kuat yang tertanam kedalam kartilago
misalnya antara korpus vertebra dan simfisis pubis.Sendi ini
biasanya memungkinkan gerakan sedikit bebas.
3) Sendi synovial (diartrodial)
Sendi ini adalah jenis sendi yang paling umum. Sendi ini biasanya
memungkinkan gerakan yang bebas (mis., lutut, bahu, siku,
pergelangan tangan, dll.) tetapi beberapa sendi sinovial secara
relatif tidak bergerak (mis., sendi sakroiliaka). Sendi ini dibungkus
dalam kapsul fibrosa dibatasi dengan membran sinovial
tipis.Membran ini mensekresi cairan sinovial ke dalam ruang sendi
untuk melumasi sendi.Cairan sinovial normalnya bening, tidak
membeku, dan tidak berwarna atau berwarna kekuningan.Jumlah
yang ditemukan pada tiap-tiap sendi normal relatif kecil (1 sampai
3 ml).hitung sel darah putih pada cairan ini normalnya kurang dari
200 sel/ml dan terutama adalah sel-sel mononuclear. Cairan
synovial juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.

Permukaan tulang dilapisi dengan kartilago artikular halus dan


keras dimana permukaan ini berhubungan dengan tulang lain. Pada

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 43


beberapa sendi terdapat suatu sabit kartilago fibrosa yang sebagian
memisahkan tulang-tulang sendi (mis., lutut, rahang)
Jenis sendi synovial :
1) Sendi peluru, missal pada persendian panggul dan bahu,
memungkinkan gerakan bebas penuh.
2) Sendi engsel memungkinkan gerakan melipat hanya pada satu
arah dan contohnya adalah siku dan lutut.
3) Sendi pelana memungkinkan gerakan pada dua bidang yang
saling tegak lurus. Sendi pada dasar ibu jari adalah sendi pelana
dua sumbu.
4) Sendi pivot contohnya adalah sendi antara radius dan ulna.
Memungkinkan rotasi untuk melakukan aktivitas seperti
memutar pegangan pintu.
5) Sendi peluncur memungkinkan gerakan terbatas kesemua arah
dan contohnya adalah sendi-sendi tulang karpalia di
pergelangan tangan

c. Otot Rangka
1) Pengertian otot ( musculus)
Otot (musculus) merupakan suatu organ atau alat yang
memungkinkan tubuh dapat bergerak.Ini adalah suatu sifat penting
bagi organisme.Gerak sel terjadi karena sitoplasma mengubah
bentuk.Pada sel – sel, sitoplasma ini merupakan benang – benang
halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot mendapat
rangsangan maka miofibril akan memendek. Dengan kata lain sel
otot akan memendekkan dirinya kearah tertentu (berkontraksi).
2) Ciri-ciri Otot
(a) Kontraktilitas
Serabut otot berkontraksi dan menegang, yang dapat atau
mungkin juga tidak melibatkan pemendekan otot. Serabut
akan terolongasi karena kontraksi pada setiap diameter sel

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 44


berbentuk kubus atau bulat hanya akan menghasilkan
pemendekan yang terbatas.
(b) Eksitabilitas
Serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi
oleh implus saraf.
(c) Ekstensibilitas
Serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang
melebihi panjang otot saat relaks.
(d) Elastilitas
Serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah
berkontraksi atau meregang.

Otot dan Kerja Otot


Otot rangka merupakan setengah dari berat badan orang
dewasa.Fungsi utamanya adalah untuk menggerakan tulang pada
artikulasinya.Kerja ini dengan memendekkan (kontraksi) otot. Dengan
memanjang (relaksasi) otot memungkinkan otot lain untuk
berkontraksi dan menggerakan tulang.
Otot ada yang melekat langsung pada tulang, tetapi dimana bagian
terbesarnya mempengaruhi fungsi (mis., pada tangan), tangan yang
berhubungan langsung dengan tulang, atau dimana kerjanya perlu
dikonsentrasikan, otot dilekatkan dengan tendon fibrosa. Tendon
menyerupai korda, seperti tali, atau bahkan seperti lembaran (mis.,pada
bagian depan abdomen). Tidak ada otot yang bekerja sendiri.Otot
selalu bekerja sebagai bagian dari kelompok, dibawah control system
saraf.
Fungsi otot dapat digambarkan dengan memperhatikan lengan
atas.Otot bisep dari lengan atas dilekatkan oleh tendon ke
skapula.Perlekatan ini biasanya tetap stasioner dan adalah asal (origo)
dari otot. Ujung yang lain dari otot dilekatkan pada radius. Perlekatan
ini untuk menggerakan otot dan diketahui sebagai insersio dari otot.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 45


Bisep adalah otot fleksor; otot ini menekuk sendi, mengangkat
lengan saat ia memendek. Otot ini juga cenderung memutar lengan
untuk memposisikan telapak tengadah karena titik insersinya.Otot
trisep pada punggung lengan atas adalah otot ekstensor; otot ini
meluruskan sendi, mempunyai aksi yang berlawanan dengan otot
bisep.
Selama fleksi sederhana (menekuk) siku :
1) Bisep kontraksi untuk penggerak utama
2) Trisep rileks secara refleks adalah antagonis
3) Otot tertentu pada lengan berkontraksi untuk mencegah
gerakan berguling
4) Otot di sekitar bahu berkontaksi untuk memantapkan sendi
bahu

Struktur Otot Rangka


Otot rangka tersusun atas sejumlah besar serat-serat otot.Sel-sel
silindris tidak bercabang.Otot ini disokong oleh jaringan ikat dan
mempunyai banyak suplai darah dan saraf.Setiap sel mempunyai
banyak nuklei dan mempunyai penampilan lurik.Dindingnya atau
sarkolema, mengandung myofibril yang dibungkus dengan rapat dalam
sarkoplasma cair.Didalamnya juga ada banyak mitokondria.Warna
merah dari otot berhubungan dengan mioglobin, suatu protein seperti
hemoglobin dalam sarkoplasma.
Setiap miofibril mempunyai lurik (striasi) terang dan gelap secara
bergantian, disebut pita I dan A secara berurutan.Striasi disebabkan
oleh 2 tipe filamen, satu mengandung proteinaktin, dan lainnya
mengandung protein myosin.
Kontraksi otot adalah karena reaksi filament aktin dan miosin satu
sama lain, seperti ketika mereka menyisip satu sama lain dan menarik
ujung dari sel otot saling mendekat. Serat otot memendek sampai
dengan sepertiga dari panjangnya saat kontraksi.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 46


Serat-serat otot biasanya menjalar sejajar terhadap arah tarikan,
baik tanpa tendon (otot kepeng) mis., otot interkostal, atau dengan
tendon pada ujungnya (otot fusiformis) mis., otot bisep. Otot-otot ini
mempunyai rentang gerak yang besar tetapi relative lemah.
Otot pennate lebih kuat daripada tipe otot di atas, tetapi
mempunyai rentang gerak lebih pendek.Pada otot ini, serat-serat
menjalar membentuk sudut terhadap arah tarikan dan menyisip ke
dalam tendon sentral atau tendon pengimbang.

Histology Otot
Ada tiga jenis jaringan otot yang dapat dibedakan atas dasar
strukturnya dan ciri fiologis yaitu otot polos, otot lurik, dan otot
jantung.
1) Otot polos (smooth muscle/involuntary muscle)
Otot polos mengandung sel berbentuk spindle dengan
panjang 40-200 µm dengan inti terletak di tengah. Myofibril ini
sukar diperlihatkan dan tidak mempunyai corak
melintang.Serabut reticular transversa menghubungkan sel-sel
otot yang berdekatan dan membentuk suatu ikatan sehingga
membentuk unik fungsional.Otot polos tidak dibawah pengaruh
kehendak.
2) Otot lurik (skeleton muscle/voluntary muscle)
Otot lurik mengandung sel-sel otot (serabut otot) dengan
ukuran tebal 10-100 µm dan panjang 15 cm. Serabut otot lurik
berasal dari myotom, inti terletak dipinggir, dibawah
sarcolema.memanjang sesuai sumbu panjang serabut otot.
Beberapa serabut otot bergabung membentuk berkas otot yang
dibungkus jaringan ikat yang disebut endomycium.Bebefrapa
endomycium disatukan jaringan ikat disebut
perimycium.Beberapa perimycium dibungkus oleh jaringan
ikat yang disebut epimycium (fascia).Otot lurik dipersyafi oleh

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 47


system cerebrosfinal dan dapata dikendalikan.Otot lurik
terdapat pada otot skelet, lidah, diaphragm, bagian atas dinding
oesophagus.
3) Otot Jantung
Terdiri dari serabut otot yang bercorak yang bersifat
kontraksinya bersifat otonom.Tetapi dapat dipengaruhi system
vagal.Serabutnya bercabang-cabang, saling berhubungan
dengan serabut otot di dekatnya.Intinya berbentuk panjang dan
terletajk di tengah.Sarkosom jauh lebih banyak dari pada otot
rangka.

Persarafan Otot Rangka


Otot dipersarafi oleh 2 serat saraf pendek :
1) Saraf sensorik yang membawa impuls dari otot, terutama dari
reseptor regangan khusus, gelondong otot
2) Saraf motorik yang membawa impuls ke otot untuk memicu
kontraksi otot
Korpus sel dari sel-sel saraf motorik terdapat dalam kornu anterior
substansia grisea dalam medula spinalis.Setiap sel saraf mempunyai
serat utama atau akson yang bercabang untuk mempersarafi 50 sampai
200 serat otot.Semua korpus sel mempersarafi satu sel otot yang
terletak berdekatan dalam medulla spinalis.Impuls saraf mencapai
setiap serat otot kira-kira di bagian tegahnya, pada motor end
plate.Datangnya impuls saraf ini menyebabkan
simpanan asetilkolin dilepaskan dari motor end plate. Asetilkolin
bekerja untuk memperkuat impuls saraf.Ini menyebabkan gelombang
besar aktivitas listrik untuk menjalar sepanjang otot, menimbulkan
perubahan yang menyebabkan otot berkontraksi.Kekuatan kontaksi
tergantung pada jumlah serat-serat yang terstimulasi.Bila impuls
berhenti maka otot rileks.
d. Tendon

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 48


Tendon merupakan berkas (bundel) serat kolagen yang melekatkan
otot ke tulang. Tendon menyalurkan gaya yang dihasilkan oleh
kontraksi otot ke tulang. serat kolagen dianggap sebagai jaringan ikat
dan dihasilkan oleh sel-sel fibroblas.
e. Ligament
Ligament adalah taut fibrosa kuat yang menghubungkan tulang ke
tulang, biasanya di sendi.Ligament memungkinkan dan membatasi
gerakan sendi.
f. Bursae
Adalah kantong kecil dari jaringan ikat. Dibatasi oleh membran
sinovial dan mengandung cairan sinovial. Bursae merupakan bantalan
diantara bagian-bagian yang bergerak seperti pada olekranon bursae
terletak antara prosesus olekranon dan kulit

2. Coba identifikasi diagnosis keperawatan utama pada pasien dalam


kasus tersebut!
Diagnosa utama pada kasus di atas yaitu nyeri akut

3. Pathway dari diagnose utama

Trauma langsung

Tekanan eksternal ≥ yang dapat ditahan tulang

Fraktur terbuka pada femur sinistra

Diskontinuitas tulang

Cedera jaringan sekitar

Kerusakan jaringan syaraf

Reseftor nyeri terangsang

Nyeri akut

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 49


4. Tindakan dan Intervensi Keperawatan pada Masalah Keperawatan
Utama
NANDA NOC NIC
Nyeri akut Tujuan panjang: Pain Management
- Setelah dilakukan - Lakukan pengkajian
tindakan 5 x 24 jam, nyeri secara
diharapkan pasien komprehensif
tidak merasakan termasuk lokasi,
nyeri karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas
- Tujuan pendek: dan faktor presipitasi
- Setelah dilakukan - Kurangi faktor
tindakan selama 1 x presipitasi nyeri
24 jam, diharapkan - Tingkatkan istirahat
nilai tekanan darah - Kolaborasi dengan
mendekati batas dokter pemberian
normal dan nilai ketorolac 30 mg/ 8
frekuensi jantung jam melalui IV
dalam batas normal

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 50


5. Patofisiologi Fraktur

6. Diagnosa keperawatan lain


a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur internal
ditandai dengan gangguan permukaan kulit epidermis.
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular, nyeri ditandai dengan kesulitan membolak-balik
posisi dan keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan
motorik kasar.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya trauma jaringan,
penurunan hemoglobin dan peningkatan leukosit.

7. Pencegahan Pada Kasus Fraktur


b) Pencegahan Primer

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 51


Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari
terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya.
Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat
dilakukan dengan cara hati-hati, memperhatikan pedoman
keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.
c) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akiba-
akibat yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan
pertolongan pertama yang tepat dan terampil pada penderita.
Mengangkat penderita dengan posisi yang benar agar tidak
memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya
dilakukan pengobatan. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat
bentuk dan keparahan tulang yang patah. Pemeriksaan dengan foto
radiologis sangat membantu untuk mengetahui bagian tulang yang
patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang dilakukan
dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi
internal maupun eksternal.
d) Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk
mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan
memberikan tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari
atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang dilakukan
disesuaikan dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan
operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi medis diupayakan untuk
mengembalikan. fungsi tubuh untuk dapat kembali melakukan
mobilisasi seperti biasanya.
Penderita fraktur yang telah mendapat pengobatan atau
tindakan operatif, memerlukan latihan fungsional perlahan untuk
mengembalikan fungsi gerakan dari tulang yang patah. Upaya
rehabilitasi dengan mempertahankan dan memperbaiki fungsi
dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 52


meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler,
mengontrol ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot,
partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari, dan melakukan
aktivitas ringan secara bertahap.

8. Kode Etik
Pada kasus tersebut seharusnya perawat menerapkan prinsip etik non
malificience (tidak dapat merugikan pada pasien), perawat harus lebih
hati-hati dalam melakukan tindakan kepada pasien terutama pada masalah
pemberian antibiotik yang akan menyebabkan reaksi hipersensitivitas
(syok).

9. Nursing advokasi
Bagaimana pun juga pasien mempunyai hak sepenuhnya terhadap
pelayanan yang diberikan oleh perawat. Perawat harus lebih
memperhatikan SOP dalam melakukan pemberian antibiotic yang mana
dalam kasus ini perawat tidak melakukan tindakan skin test terlebih dahulu
terhadap antibiotic yang diberikan pada pasien.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 53


3.3 Pembahasan Kasus
I. Pengkajian
1. Biodata
a) Identitas Klien
Nama : Tn. A
Jeniskelamin : Laki-laki
Umur : 25 thn
Agama : Tidakada data
Pekerjaan : Tidakada data
Pendidikan terakhir : Tidakada data
Suku/ Bangsa : Tidakada data
Golongan darah : Tidakada data
Alamat : Tidakada data
Tanggal masuk RS : Tidakada data
Tanggal pengkajian : Tidakada data
Diagnosa medis : Tidakada data
No. Medrek : Tidakada data
b) Identitas penanggung jawab
Nama : Tidakada data
Jeniskelamin : Tidakada data
Umur : Tidakada data
Agama : Tidakada data
Pekerjaan : Tidakada data
Alamat : Tidakada data
Hubungan dengan klien : Tidakada data
2. Keluhan utama
Nyeri
3. Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang ke IGD dalam keadaan ftaktur femur sinistra dengan
luka terbuka. Klien terjatuh ke jurang pada saat latihan. Klien
mengeluh nyeri hebat, dan kesulitan menggerakan kaki. Hasil

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 54


anamnesa perawat, kesadaran klien composmetis dengan hasil
TTV, TD: 100/60 mmHg, HR: 112x /mnt, suhu: 37OC, RR: 20x /
mnt, CRT <2 detik Palpasi daerah fraktur terdapat bagian tulang
yang menonjol, ada kretitus di femur sinistra, tulang keluar dari
permukaan kulit, dan ada perdarahan. Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb: 11 gr/dl, Ht: 40%, Leukosit: 12.000,
GDS: 125. Hasil rontgen sinistra yaitu fraktur kominutip. Tindakan
sementara klien terpasang spalk, infus RL 28 tpm, klien kemudian
mendapatkan antibiotik Cefizox 1 gr/IV, ketorolac 30 mg/ 8 jam IV
jika nyeri, dan ranitidin 50 mg/ 12 jam.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Klien tidak pernah memiliki riwayat trauma dan tidak pernah di
rawat di rumah sakit.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak Ada data
6. Riwayat hospital
Pasien sebelumnya belum pernah di rawat di rumah sakit.
7. Riwayat pembedahan dan cidera
Tidak ada data
8. Riwayat alergi
Klien alergi antibiotik cefizox
9. Riwayat pengobatan
Tidak ada data
10. Riwayat psikososial
- Kemampuan mengenal masalah kesehatan
Tidak Ada Data
- Konsep diri
Tidak Ada Data
- Sumber stress
Tidak Ada Data
- Mekanisme koping

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 55


Tidak ada data
- Kebiasaan dan pengaruh budaya
Tidak ada data
11. Dukungan keluarga
- Emosional
Tidak ada data
- Finansial
Tidak ada data

12. Pola Aktivitas

No Jenis Aktivitas Sebelum Setelah masuk RS


masuk RS
1. Nutrisi :
a. Makan
- Jenis makanan Tidak ada Tidak ada data
- Frekuensi data
- Porsi
- Pantangan
- Keluhan
b. Minum
- Jenis minuman
- Jumlah
- Pantangan
c. Alergi makanan atau
minuman
d. Kesulitan makan atau
minum
2. Personal Hygiene :
a. Oral Hygiene Tidak ada Tidak ada data
- Frekuensi gosok gigi data

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 56


b. Mandi
- Frekuensi
- Penggunaan sabun
c. Berpakaian
- Frekuensi ganti baju
d. Kesulitan dalam
personal hygiene
3. Eliminasi :
a. Eliminasi fekal
- Frekuensi BAB Tidak ada Tidak ada data
- Warna feces data
- Konsistensi
b. Eliminasi urine
- Frekuensi BAK
- Warna urine
4. Istirahat dan tidur:
a. Durasi Tidak ada Tidak ada data
b. Kualitas data
c. Kesulitan tidur
5. Mobilitas dan aktivitas : - Kesulitan
a. Aktivitas yang Tidak ada menggerakan
dilakukan data kaki
b. Kesulitan - Klien terpasang
spalk

13. Pemeriksaan fisik


a. Keadaan umum: Compos mentis GCS 15 E4V5M6
b. Tanda-tanda vital :
- Tekanandarah : 110/60 mmHg
- Nadi : 112 x/menit
- Suhu : 37°C

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 57


- Respirasi : 20 x/menit
c. Head To Toe

I P A P
Kepala TAD TAD TAD TAD

Wajah TAD TAD TAD TAD

Leher TAD TAD TAD TAD

Dada TAD TAD TAD TAD

Abdomen TAD TAD TAD TAD

Genitalia TAD TAD TAD TAD

Ekstrem A: TAD CRT < 2 TAD


Ekstrem -Terdapat fraktur detik
Bawah femur Daerah
sinistradenganlukat frakturter
erbuka dapatbag
- iantulang
tulangkeluardariper yang
mukaankulitdanada menonjol
perdarahan.

14. Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan laboratorium

No Jenis Nilaihasil Nilai normal Interprestasi


pemeriksaan
1 Hemoglobin 11 gr/dL 14-18 g/dL ↓

2 Hematokrit 40% 40-54 % Normal

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 58


3 Leukosit 12.000 4000- ↑
11.000/uL
4 GDS 125 70-130 mg/dL Normal

b. Radiologi
Rontgen dengan hasil sinistra fraktur kongitif
c. Pemeriksaan penunjang lain
Tidak ada data
d. Terapi obat-obatan

NO Nama obat Dosis Waktu Cara Indikasi


1 Antibiotik 1 gr - IV Pengobatan
cefizox berbagai infeksi
bakteri
2 Ketorolac 30 mg 8 jam IV Mengatasi nyeri
3 Ranitidin 50 mg 12 jam - Mengatasi
peningkatan
asam lambung
4 Infus RL 28 - IV Sumber
tpm elektrolit dan air
untuk hidrasi

e. Terapi lain : Tidak Ada data

15. Data Fokus

Data
Data Objektif
Subjektif
 Klien  Klien tampak lemah
terjatuh ke  Terlihat pendarahan
jurang pada  Kesadaran : compos mentis

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 59


saat latihan  TTV:
 Klien 4) TD: 100/60
mengeluh 5) S: 370 c
nyeri hebat 6) N: 112 x/ menit
 Klien 7) R: 20 x/ menit
mengeluh  CTR kurangdari 2 detik
kesulitan  Saat dipalpasi ada tulang yang menonjol
menggerak  Ada kretitus difemur sinistra
an kaki  Tulang keluar dari permukaan kulit
 Pemeriksaan lab:
- Hb: 11
- Ht: 40%
- Leukosit: 12.000
 GDS: 125
 Hasil Rontgen : sinistra fraktur komunitif
 Terpasang spalk
 Terpasang infuse RL
 Mendapat antibiotik:
- Cefizox 1 gram/iv
- Keterolak
- Ranitidin
 Syok
 Terjadi reaksi hipersensitif
 Ruam dikulit

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 60


II. Diagnosa
1. Analisa Data
No Problem Etiologi Symptom

1 Nyeri akut Trauma langsung DS :


↓  Klien terjatuh ke jurang
Fraktur pada saat latihan.
↓  Klien mengeluh nyeri
Diskontinuitas tulang hebat.

Pergeseran fraktur DO :
tulang  Klien datang ke IGD
↓ dengan fraktur femur
Nyeri akut sinistra dengan luka
terbuka.
 Daerah fraktur terdapat
tulang yang menonjol.
 Tulang keluar dari
permukaan kulit.
 Hasil TTV :
- TD : 100/60
mmHg.
- HR : 112x/menit.
- Suhu : 37˚c.
- RR : 20x/m.
 Klien mendapat
ketorolac 30 mg/8 jam
IV (jika nyeri).

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 61


2 Kerusakan Trauma langsung DS : tidak ada data
integritas ↓ DO :
kulit Fraktur  Palpasi daerah fraktur
↓ terdapat bagian tulang
Diskontinuitas tulang yang menonjol.
↓  Tulang keluar dari
Perubahan jaringan permukaan kulit.
sekitar  Hasil rontgen sementara
↓ yaitu fraktur kominutip.
Pergeseran fragmen  Klien terpasang spalk.
tulang  Hasil TTV :
↓ - TD : 100/60
Deformitas mmHg.
↓ - HR : 112x/menit.
Gangguan fungsi - Suhu : 37˚c.
ekstremitas - RR : 20x/m.
↓  Hasil pemeriksaan lab.
Laserasi kulit
- Leukosit 12.000

 Klien mendapat obat :
Kerusakan integritas
- Antibiotik
kulit
cefizok 1 gr/IV.

3 Hambatan Trauma langsung DS :


mobilitas ↓  Klien mengeluh kesulitan
fisik Fraktur menggerakan kaki
↓ DO :
Diskontinuitas tulang  Klien tampak lemah
↓  Klien kesulitan
Perubahan jaringan membolak-balikan posisi
sekitar

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 62


↓  Klien terbatas dalam
Pergeseran fragmen melakukan keterampilan
tulang motorik kasar

Deformitas

Gangguan fungsi
ektremitas

Hambatan mobilitas
fisik
5 Resiko Trauma langsung DS :
infeksi ↓ Tidak ada data
Fraktur DO :
↓ Tidak ada data
Diskontinuitas tulang

Perubahan jaringan

Pergeserean fragmen
tulang

Deformitas

Gangguan fungsi
ekstremitas

Laserasi kulit

Resiko infeksi

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 63


2. Diagnosa Keperawatan Prioritas
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik ditandai dengan
perubahan tekanan darah dan melaporkan nyeri secara verbal.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur internal
ditandai dengan gangguan permukaan kulit epidermis.
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular, nyeri ditandai dengan kesulitan membolak-balik
posisi dan keterbatasan kemampuan melakukan keterampilan
motorik kasar.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya trauma jaringan,
penurunan hemoglobin dan peningkatan leukosit.

III. Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut Tupan: Pain management - Untukmengetahuilok
berhubungan Setelah dilakukan - Lakukanpengkaji asikaratkteristik,
dengan agen asuhan annyerisecarako durasi, frekuensi,
cidera fisik keperawatan mpherensiftermas kualitasdanfaktorpres
selama proses uklokasikarakteri ifitasinyeri
keperawatan rasa stik, durasi, - Untuk mengetahui
nyeri hilang. frekuensi, pengalaman nyeri
Tupen: kualitas, pasien
Setelah dilakukan danfaktorpresipit - Menentukan dan
tindakan asi. memberikan
keperawatan - Gunakanteknikko penanganan yang
- pasien mampu munikasiterapetik tepat untuk
mengontrol untukmengetahui menangani nyeri

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 64


nyeri (penyebab pengalamannyeri. - Untuk mengetahui
nyeri) - Pilihdanlakukanp keefektifan kontrol
- melaporkan enanganannyeri nyeri
bahwa nyeri (farmakologidan - Untuk membantu
berkurang non farmakologi proses penyembuhan
dengan dan dan meminimalisir
menggunakan intrapersonal) nyeri
manajemen - Tingkatkan - Untuk
nyeri istirahat menindaklanjuti
- mampu - Evaluasi penanganan nyeri
mengenali nyeri keefektifan - Untuk mengurangi
(skala, insetitas, kontrol nyeri nyeri yang dirasakan
frekuensi, dan - Kolaborasikan pasien
tanda nyeri) dengan dokter - Untuk mengetahui
- menyatakan jika ada keluhan reaksi obat dari
rasa nyaman dan tindakan analgesic dan tanda
setelah nyeri nyeri tidak gejala setelah
berkurang. berhasil. diberikan obatnya
Analgesik analgesic
administration
- Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat.
- Evaluasi
efektivitas
analgesik tanda
dan gejala.
2. Kerusakan Tupan: Pressure - Agar luka tetap
integritas kulit Setelah dilakukan management kering dan bersih

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 65


berhubungan asuhan - Jaga kebersihan serta tidak lembab
dengan fraktur keperawatan kulit agar tetap agar terhindar dari
internal selama proses bersih dan kering bakteri
keperawatan - Monitor kulit - Untuk mengetahui
integritas kulit akan adanya adanya kelainan
kembali normal kemerahan warna pada kulit
Tupen: - Membersihkan, seperti kemerahan,
Setelah dilakukan memantau dan lesi dan edema
tindakan meningkatkan - Agar luka tetap
keperawatan proses bersih dan kering
- pasien penyembuhan serta terhindar dari
menunjukan pada luka yang bakteri infeksi
pemahaman ditutup dengan penyebab penyakit
dalam proses jahitan, klip atau - Mengganti balutan
perbaikan kulit straples pada interval waktu
dan mencegah - Ganti balutan yang sesuai untuk
terjadinya pada interval mempertahankan
cedera berulang. waktu yang kebersihan luka klien
- pasien mampu sesuau atau
melindungi kulit biarkan Luka
dan tetap terbuka
mempertahanka (tidak dibalut)
n kelembabab sesuai program
kulit dan
perawatan
alami.
3. Hambatan Tupan: Exercise therapy: - Untukmengetahuiting
mobilitas fisik Setelah dilakukan Ambulation katpergerakan
berhubungan asuhan - Kajikemampuanp mobilitas klien baik
dengan keperawatan asiendalammobili ekstremitas atas atau
gangguan selama proses sasi bawah

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 66


neuromuskular, keperawatan - Latih pasien - Diharapkanaktivitasd
nyeri diharapkan tidak dalam ankebutuhan klien
ada hambatan pemenuhan terpenuhi secara
mobilitas fisik kebutuhan ADLs mandiri selama
Tupen: secara mandiri proses perawatan
Setelah dilakukan sesuai - Untukmeminimalisira
tindakan kemampuan danyacedera
keperawatan - Dampingi dan tambahan saat
- Klien bantu pasien saat melakukan aktivitas
meningkat mobilisasi dan - Agar pasien dapat
dalam aktivitas bant u penuhi melakukan
fisik kebutuhan ADLs perubahan posisi
- pasien mengerti ps secara mandiri tanpa
tujuan dari - Ajarkan pasien bantuan perawat
peningkatan bagaimana
mobilitas merubah posisi
- adanya dan berikan
peningkatan bantuan jika
dalam diperlukan
mobilisasi
4. Resiko Infeksi Tupan: - Instruksikan pada - Agar pasien terhindar
berhubungan Setelah dilakukan pengunjung dari infeksi
dengan asuhan untuk mencuci nosokomial dari
keperawatan tangan saat pengunjung
selama proses berkunjung dan - Untuk mencegah
keperawatan setelah adanya penularan
diharapkan klien berkunjung infeksi
terbebas dari meninggalkan - Untuk mencegah
tanda dan gejala pasien adanya penularan
infeksi - Gunakan sabun infeksi nosokomial

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 67


Tupen: antimikrobia dari pasien maupun
Setelah dilakukan untuk cuci tangan peralatan medis
tindakan - Cucitangansetiap
keperawatan sebelumdansesud
- Pasien ahtindakankepera
menunjukan watan
kemampuan
untuk mencegah
timbulnya
infeksi
- Jumlah leukosit
mendekati batas
normal
- Menunjukan
perilaku hidup
sehat.

IV. Implementasi Dan Evaluasi


Nama : Tn. A
Ruang :
No Diagnosa Waktu Implementasi Evaulasi Paraf
1 Dx - 1 - Melakukan S:
- Klien terjatuh kejurang
pengkajian nyeri
pada saat latihan.
secara
- Klien mengeluh nyeri
kompherensif
hebat.
termasuk lokasi,
karakteristik,
O:
durasi, frekuensi, - Klien dating ke IGD
kualitas, dan faktor denganfraktur femur
presipitasi. sinistradenganlukaterbuka.

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 68


- Menggunakan - Daerah fraktur terdapat
teknik komunikasi tulang yang menonjol.
terapetik untuk - Tulang keluar dari
mengetahui permukaan kulit.
pengalaman nyeri. - Hasil TTV :
- Memilih dan - TD : 100/60
lakukan mmHg.
penanganann yeri - HR : 112x/menit.
(farmakologi dan - Suhu : 37˚c.
non-farmakologi - RR : 20x/m.
dan intrapersonal) - Klien mendapat ketorolac
- Meningkatkan 30 mg/8 jam IV .
istirahat A:
- Nyeri Akut
- Mengevaluasi
keefektifan P:
- Lakukan pengkajian nyeri
kontrolnyeri
- Mengkolaborasika secara kompherensif
termasuk lokasi
ndengandokterjika
karakteristik, durasi,
adakeluhandantind
frekuensi, kualitas, dan
akannyeritidakberh
factor presipitasi.
asil.
- Gunakan teknik komunikasi
- Memberikananalge
terapetik untuk mengetahui
siktepatwaktuterut
amasaatnyerihebat. pengalaman nyeri.
- Pilih dan lakukan
- Mengevaluasiefekt
penanganan nyeri
ivitasanalgesiktand
(farmakologi dan non
adangejala.
farmakologi dan
intrapersonal)
- Tingkatkan istirahat
- Evaluasi keefektifan control

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 69


nyeri
- Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil.
- Berikan analgesic tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat.
- Evaluasi efektivitas
analgesik tanda dan gejala.

I:
- Melakukan pengkajian
nyeri secara kompherensif
termasuk lokasi
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan
faktor presipitasi.
- Menggunakanteknikkomuni
kasiterapetikuntukmengetah
uipengalamannyeri.
- Memilihdanlakukanpenang
anannyeri(farmakologidan
non
farmakologidanintrapersona
l)
- Meningkatkanistirahat
- Mengevaluasikeefektifanko
ntrolnyeri
- Berkolaborasikandengando
kterjikaadakeluhandantinda

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 70


kannyeritidakberhasil.
- Memberikananalgesiktepat
waktuterutamasaatnyeriheb
at.
- Mengevaluasi efektivitas
analgesik tanda dan gejala.

E:
- Masalah keperawatan nyeri
akut teratasi sebagian
R:
- Tujuan tercapai sebagian,
Intervensi di lanjutkan
S:
- Klien mengatakan nyeri
berkurang
O:
- Pada saat di palpasi daerah
fraktur tidak terdapat bagian
tulang yang menonjol.
- Tulangtidakkeluardariperm
ukaankulit.
- Hasil TTV :
TD : 120/80 mmHg.
HR : 90x/menit.
Suhu : 36,5˚c.
RR : 20x/menit
A:
- Masalah keperawatan nyeri
akut sudah teratasi
P:
- Intervensi di hentikan

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 71


2 Dx - 2l - Menjagakebersiha S:
Tidak ada data
nkulit agar
O:
tetapbersihdankeri - Palpasi daerah fraktur
ng terdapat bagian tulang yang
- Memonitorkulitaka menonjol.
nadanyakemerahan - Tulang keluar dari
- Membersihkan, permukaan kulit.
memantaudanmeni - Hasilrontgensementarayaitu
ngkatkan proses frakturkominutip.
penyembuhanpadal - Klienterpasangspalk.
uka yang - Hasil TTV :
ditutupdenganjahit TD : 100/60 mmHg.
an, klipataustraples HR : 112x/menit.
- menganti Suhu : 37˚c.
balutanpada RR : 20x/m.
interval waktu - Hasilpemeriksaan lab :
yang Leukosit 12.000
sesuauataubiarkan - Klienmendapatobat :
- Luka tetapterbuka Antibiotikcefizok 1
(tidakdibalut) gr/IV.
sesuai program A:
- Kerusakan integritas kulit
P:
- Jaga kebersihankulit agar
tetapbersihdankering
- Monitor
kulitakanadanyakemerahan
- Bersihkan,
pantaudantingkatkan proses
penyembuhanpadaluka
yang ditutupdenganjahitan,

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 72


klipataustraples
- Gantibalutanpada interval
waktu yang
sesuauataubiarkan Luka
tetapterbuka (tidakdibalut)
sesuai program
I:
- Menjagakebersihankulit
agar tetapbersihdankering
- Memoonitorikulitakanadan
yakemerahan
- Membersihkan,
memaantaudanmeningkatka
n proses
penyembuhanpadaluka
yang ditutupdenganjahitan,
klipataustraples
- Menggantibalutanpada
interval waktu yang
sesuauataubiarkan Luka
tetapterbuka (tidakdibalut)
sesuai program
E:
- Masalah keperawatan
kerusakan integritas kulit
teratasi sebagian
R:
- Tujuan tercapai sebagian,
Intervensi di lanjutkan

S:
Tidak ada data

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 73


O:
- Padasaat di
palpasidaerahfrakturtidakter
dapatbagiantulang yang
menonjol.
- Tulangtidakkeluardariperm
ukaankulit.
- Hasil TTV :
TD : 120/80 mmHg.
HR : 90x/menit.
Suhu : 36,5˚c.
RR : 20x/menit
- Hasilpemeriksaan lab :
Leukosit 10.000
A:
- Masalah keperawatan
kerusakan integritas kulit
sudah teratasi
P:
- Intervensi di hentikan.

3 Dx - 3 - Mengkajikemampu S :
- Klien mengeluh kesulitan
anpasiendalammon
menggerakan kaki
ilisasi
O:
- Melatihpasiendala
- Klien tampak lemah
mpemenuhankebut
- Klien kesulitan membolak-
uhan ADLs
balikan posisi
secaramandirisesua
- Klien terbatas dalam
ikemampuan
melakukan keterampilan
- Mendampingidan
motorik kasar
bantu
A:

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 74


pasiensaatmobilisa - Hambatan mobilitas fisik
sidan bantu P:
- Kaji kemampuan pasien
penuhinutrisi
dalam mobilisasi
- Mengajarkanpasie
- Latih pasien dalam
nbagaimanamerub
pemenuhan kebutuhan
ahposisidanberikan
ADLs secara mandiri sesuai
bantuanjikadiperlu
kemampuan
kan
- Dampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps
- Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan
I:
- Mengkaji kemampuan
pasien dalam monilisasi
- Melatih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
- Mendampingi dan bantu
pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi nutrisi
- Mengajarkan pasien
bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika
diperlukan
E:
- Masalah keperawatan
hambatan mobilitas fisik
teratasi sebagian

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 75


R:
- Tujuan tercapai sebagian,
intervensi dilanjutkan

S:
- Klien mengatakan sudah
mulai bisa menggerakan
kaki nya
O:
- Klien tampak melakukan
mobilisasi secara mandiri
- Klien tampak melakukan
aktivitas fisik
A:
- Masalah keperawatan
gangguan mobilisasi fisik
teratasi
P:
- Intervensi dihentikan

4 Resiko - Menginstruksikanp S:
Tidak ada data
Infeksi adapengunjungunt
O:
berhubun ukmencucitangans Tidak ada data
A:
gan aatberkunjungdans
- Masalah keperawatan
dengan etelahberkunjungm
resiko infeksi teratasi
eninggalkanpasien
P:
- Menggunakansabu - Intervensi dihentikan
nantimikrobiauntu
kcucitangan
- Mencucitanganseti
apsebelumdansesu
dahtindakankepera

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 76


watan

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 77


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur atau sering disebut
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang
rawan yang penyebabnya dapat dikarenakan penyakit pengeroposan tulang
diantaranya penyakit yang sering disebut osteoporosis, biasanya dialami pada
usia dewasa dan dapat juga disebabkan karena kecelakaan yang tidak terduga.
Fraktur femur mempunyai insiden yang cukup tinggi diantara jenis-jenis
patah tulang. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3 tengah.
Fraktur femur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan
umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan
atau kecelakaan.
Fraktur dapat menyebabkan beberapa masalah keperawatan, yaitu: nyeri
akut, kerusakan integritas jaringan kulit, hambatan mobilitas fisik, risiko
infeksi bahkan syok hipovolemik.

4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini penulis menyarankan agar pembaca dapat
memahami tentang gejala, penyebab fraktur sehingga dapat membuat kita
lebih hati-hati dalam bekerja ataupun melakukan aktifitas sehari-hari serta
dapat membantu pasien fraktur .

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 78


DAFTAR PUSAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC

Carpenito. 2000. Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis. Edisi 6.


Jakarta: EGC

Doenges at al. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi.3. Jakarta: EGC

Herman Santoso, dr., SpBO. 2000. Diagnosis dan Terapi Kelainan Sistem
Muskuloskeletal. Diktat Kuliah PSIK. tidak dipublikasikan

Asuhan Keperawatan Klien dengan Fraktur | 79

Anda mungkin juga menyukai