Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

GANGGUAN KEPRIBADIAN TIPE A (PARANOID, SKIZOID, SKIZOTIPAL)


Disusun guna memenuhi tugas kelompok mata kuliah Psikologi Abnormal

Dosen Pengampu : Dr. Siti Urbayatun, M.Psi

Disusun Oleh:

Nikmatus Saidah (1707044028)

PROGRAM STUDI MAGISTER PSIKOLOGI SAINS


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
2017

1
HALAMAN

DAFTAR ISI

BAB I: PENDAHULUAN ……………………………………………………………………… 3

BAB II: PEMBAHASAN

Gangguan kepribadian tipe A ............................................................................... 4


1. Gangguan kepribadian Paranoid .................................................................... 5
Ciri-ciri gangguan kepribadian paranoid ………………………………………. 6
Penyebab gangguan kepribadian Paranoid …………………………………… 6
Pendekatan Psikodinamika ……………………………………………………... 6
Penanganan gangguan kepribadian Paranoid ……………………………….. 7
Pencegahan gangguan kepribadian Paranoid ……………………………….. 7
2. Gangguan kepribadian Skizoid …………….................................................... 8
Kriteria gangguan kepribadian Skizoid …………………………….…………. 8
Pendekatan Motivasi ……………………………………………………………. 8
Penanganan ……………………………………………………………………… 8
3. Gangguan kepribadian Skizotipal ………………………………..……..….….. 9
Kriteria Gangguan kepribadian Skizotipaal …………………………………… 9
Penyebab Gangguan Kepribadian Skizotipal ………………………………… 10
Penanganan gangguan kepribadian Skizotipal ……………………………… 10
Pencegahan gangguan kepribadian Skizotipal ………………………………. 10
4. Contoh Kasus pada gangguan kepribadian tipe A ………………………….. 10

BAB III : PENUTUP ………………………………………………………………………….. 12

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………….. 13

2
BAB I

PENDAHULUAN

Perkembangan kepribadian dipengaruhi pola asuh yang dilakukan orang tua terhadap
anak. Semenjak masih dalam kandungan hingga anak-anak, yang akan mempengaruhi perilaku
saat masa selanjutnya. Sehingga penerapan pola asuh yang tidak tept akan berdampak pada
perkembangan anak. Misalnya mengalami gangguan-gangguan kepribadian.

Setiap orang tua menginginkan tahap perkembangan anak dapat berkembang secara
matang dan baik. Seringkali akan meenentukkan standar bagi perkembangan tersebut,
sehingga aturan-aturan ditetapkan oleh orang tua. Harapannya anak akan melaksanakan
aturan tersebut dengan baik. Namun penerapan pola asuh yang kurang tepat justru akan
mempengaruhi kepribadian anak mendatang.

Prasetya (2003), mengatakan bahwa penerapan pola asuh yang kurang tepat dapat
menimbulkan permasalahan yang justru sebaliknya tidak kita inginkan, bahkan dapat
menimbulkan resiko anak akan memiliki gangguan kepribadian. Beberap temuan di beberapa
negara, seperti Amerika Serikat, Finlandia, Jerman dan Jepang, data statistik menunjukkan
bahwa anak-anak yang potensial menderita gangguan kepribadian (personality disorder)
berkisar sekitar 20%.

Mengacu pada penjelasan diatas, penerapan pola asuh oleh orang tua dapat menjadi
titik penentu kepribadian yang akan dimiliki oleh anak. Pada pembahasan selanjutnya akan
membahas tentang gangguan kepribadian tipe A yang meliputi: Paranoid, Skizoid, dan
Skizotipal. Pada tipe kepribadian ini menekankan paga gangguan kepribadian yang tidak
mempercayai dan mencurigai orang lain tanpa dasar. Mereka berasumsi bahwa orang lain
bermaksud mencelakai dirinya dan cenderung tidak mempercayai orang lain. (Duran dan
Barlow,2007 hal 185)

3
BAB II

PEMBAHASAN

GANGGUAN KEPRIBADIAN TIPE A

Gangguan kepribadian (Personality Disorder) diartikan sebagai pola perilaku atau cara
berhubungan dengan orang lain yang benar-benar kaku. Hal tersebut dapat menjadi
penghalang untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. (Nevid, dkk,2003 hal 273)

Pada gangguan kepribadian ini penderita tidak ada niat megembangkan hubungan sosial
dengan orang lain. Dalam tipe gangguan tipe A ( Gangguan –gangguan yang ganjil atau
eksentrik) terdiri dari 3, yaitu: Pranoid, Skizoid, Skizotipal.

Tabel 11.1 Gangguan-gangguan kepribadian DSM-IV-TR

Gangguan Kepribadian Deskripsi


Gangguan Kepribadian Paranoid Ketidakpercayaan atau kecurigaan pervasive
terhadap orang lain, merasa orang lain dengki
kepadanya.
Gangguan Kepribadian Skizoid Pola pervasive pelepasan diri dari hubungan
sosial dan ekspresi emosi yang sangat
terbatas dalam hubungan interpersonal
Gangguan Kepribadian Skizotipal Pola defisit sosial dan interpersonal yang
ditandai oleh perasaan tidak nyaman akut
dengan berkurangnya kapasitas untuk
menjalin hubungan dekat dan ditandai oleh
adanya distorsi atau perseptual dan perilaku
yang eksentrik
Tabel Hal 180 pada Duran dan Barlow,2007

Menurut Philips, Yen, dan Gunderson, 2003 Gangguan kepribadian diperkirakan bermula pada
masa kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa. Seiring perkembangannya bebrapa studi telah
dilakukan untuk memahami perkembangan beberapa macam gangguan

Tabel 11.2 Statistik dan Perkembangan Gangguan-gangguan kepribadian

Gangguan Prevalensi Perbedaan Gender Pola Perkembangan


Kepribadian Tipe A

4
Gangguan 0 % - 2,5 % Lebih banyak Informasi tidak cukup
kepribadian (Benstein, Usedam ditemukan pada laki-
Paranoid dan Siever, 1993) laki (O’Brien, Tristman,
dan Siever,1993)
Gangguan < 1% di AS, Kanada, Lebih banyak Informasi tidak cukup
kepribadian Skizoid Selandia Baru, dan ditemukan pada laki-
Taiwan laki (O’Brien, dkk,1993)
(Weissman,1993)
Gangguan 3% - 5% Lebih banyak Kronis: kemudian
kepribadian (Weissman,1993) ditemukan pada laki- mengembangkan
Skizotipal laki (Kotsaftis dan skizofrenia
Neale,1993
Tabel Hal 181 pada Duran dan Barlow,2007

1. Gangguang Kepribadian Paranoid (Paranoid Personality Disorder)

Pada gangguan kepribadian ini tidak mempercayai dan mencurigai orang lain tanpa
dasar. Mereka berasumsi bahwa orang lain bermaksud mencelakai dirinya dan cenderung
tidak mempercayai orang lain. (Duran dan Barlow,2007 hal 185)

Benstein, dan kawan-kawan,1993) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa gangguan


pada penderita kepribadian paranoid sedikit lebih sering dijumpai pada keluarga yang
memiliki skizofrenia, meskipun tidak semua.
Sebagian masyarakat mengembangkan asumsi bahwa gangguan paranoid terjadi pada
pola asuh yang diterima pada masa kanak-kanak. Turkat dan maestro, 1985 mengatakan
bahwa oarangtua mungkin memberi pelajaran terhadap anak untuk berhati-hati agar jangan
melakukan kesalahan dan memberikan kesan berbeda disbanding orang lain. Kemudian
dalam beck dan freeman, 1985, menyimpulakan bahwa sikap kepaswadaan inilah yang
cenderung dilihat sebagi tanda bahwa orang lain suka berbohong dan bermaksud jahat.
Pada dasarnya kita tidak boleh sepenuhnya percaya terhadap orang lain, namun jika
terlalu berlebihan dalam mencurigai orang lain sehingga salam dalam mengintrepetrasikan
maksud orang lain.
Pada kasus gangguang kepribadian paranoid dapat terjadi pada kelompok-kelompok
tertentu, seperti : Narapidana, pengungsi, penderita, tunarungu dan dalam usia lanjut.

5
Ciri-ciri Gangguan Kepribadian Paranoid

Ciri penentu gangguan paranoid adalah ketidakpercayaan tanpa justifikasi yang pervasive
(American Psychiatric Association, 2000a)
Gangguan ini memiliki kencenderungan menginterpretasi perilaku orang lain sebagai hal
yang mengancam. Adapun gejala gangguan kepribadian paranoid:
a. Penderitanya cenderung sensiti terhadap kritikan
b. Mudah marah, mempunyai pikiran telah diperlakukan dengan buruk
c. Tidak percaya menceritakan masalah pribadi ke orang lain
d. Senyuman atau lirikan ditanggapi sebagai kecurigaan
e. Sanggat berhati-hati
(Nevid, dkk,2003 hal 274)

Penyebab gangguan kepribadian paranoid


O Faktor genetik, transmisi genetik parsial yang dapat menghubungkan pada gangguan
skizofrenia, namun hasil pemeriksaan masalah ini tidak konsisten.
O Faktor Psikososial, kelalaian orang tua atau pelecehan orang dewasa yang
memperlihatkan kekerasa.

Pendekatan Psikodinamika
Pendekatan ini sering dipergunakan untuk mengobati orang yang memunyai masalah
dalam kehidupannya, termasuk gangguan kepribadian. Tokoh yang mempelopori teori
psikodinamik adalah Sigmud Freud. Freud membagi beberapa teori kepribadian kedalam
beberpa bagian salah satunya adalah dinamika kepribadian. Pada prinsip ini diterangkan
bahwa manusia termotivasi untuk mencari kesenangan serta menurunkan ketegangan dan
kecemasan.(Feist dan Feist 2010 hal.35).
Dorongan tersebut dapat terbagi menjadi berberapa bagian , seks, agresi, dan
kecemasan. Berkaitan dengan gangguan kepribadian paranoid adalah kecemasan
(anxienty), freud mendifinisikan merupakan situasi yang tidak menyenangkan oleh sensasi
fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam.
Gangguan Kepribadian paranoid berada pada kecemasan neurosis dimana cemas akibat
bahaya yang tidak diketahui. Kecemasan neurosis muncul akibat keberadaan orang lain.
Freud mengatakan bahwa kecemasan ini sebagai fungsi pengamanan ego yang dapat
memberikan sinyal bahaya.

6
Kecemasan dapat mengatur dirinya sendiri dan dapat memicu represi dan mengurangi
rasa sakit. Jika ego tidak dapat melindungi diri, maka kecemasan tersebut tidak dapat
ditoleransi. Sehingga pertahanan diri dapat bermanfaat mengurangi rasa sakit dari
kecemasan. (Feist dan Feist 2010, hal 38-39)
Mekanisme pertahanan diri dalam gangguan kepribadian paranoid terletak pada proyeksi.
Dorongan dari dalam dapat menyebabkan kecemasan yang berlebihan. Mengurangi rasa
cemas dapat diarahkan ke objek eksternal. Proyeksi ekstrem ini adalah pada gangguan
paranoid karena penderita mmepunyai kelainan mental dengan pikiran yang keliru (delusi)
yang kuat berupa rasa cemburu terhadap oaring lain dan merasa dikejar-kejar orang lain.
Gangguan ini merupakan jenis ekstrem dari proyeksi.
Menurut freud gangguan paranoid selalu ditandai perasaan homoseksualitas. Freud
meyakini pihak yang mengejar adalah teman sesame jenis.(Feist dan Feist 2010,hal.42-43)

Penanganan untuk gangguan Kepribadian Paranoid


Gangguan kepribadian dapat dideteksi pada masa kanak-kanak kira-kira pada masa
remaja awal. Langkap paling penting dalam penanganan:
- menurut meissner, 2001 adalah membangun aliansi terapeutik yang bermakna antara
klien dan terapis.
- Freeman, dkk, 1990 bahwa atmosfer yang kondusif untuk mengembangkan
kepercayaan,
- Tyrer dan David-son, 2000 menggunakan terapi kognitif untuk menangkal asumsi yang
keliru si penderita terhadap orang lain.

Pencegahan bagi penderita gangguan kepribadian Paranoid

• Pencegahan primer, pencegahan penganiayaan anak,mengurangi stress ibu,


meningkatkan dukungan sosial, dukungan keluarga dan pelatihan bagi orang tua.

• Pencegahan sekunder, kurangnya kemampuan interpersonal

• Pencegahan tersier, ECT (Electro Convulsif Therapy), Cognitive Therapy .

Hingga saat ini memang belum ada bukti yang kuat terkait penanganan gangguan
kepribadian paranoid. Pada Quality Assurance Project, 1990 survei terhadap penangan
gangguan kepribadian paranoid hanya 11 % yang menangani pasien gangguan kepribadian
paranoid yang mau melanjutkan terapi untuk waktu yang lama untuk dapat melihat hasilnya.
(Duran dan Barlow,2007 hal 190)

7
2. Gangguan Kepribadian Skizoid (Schizoid Personality Disorder)
Penderita gangguan kepribadian ini menunjukan ciri dengan cara melepaskan diri dari
hubungan sosial dan berbagai macam emosi yang terbatas dari situasi interpersonal (
Philips dan Gunderson, 2000). Penderita ini biasanya akan akan memisahkan diri dari dunia
luar, cenderung dingin, acuh tak acuh, dan tampak menyendiri.
Penderita schizoid tidak menyukai kedekatan dengan lain, bahkan hubungan seksual
sekalipun, tampaknya tidak terpengaruh oleh pujian dan kritikan. Sehingga Nampak jarang
marah, bahagian, bahkan sedih.

Kepribadian skizoid dapat dikenali pada masa dewasa awal, biasanya pria yang
mempunyai gangguan ini jarang berkencan dan menikah. (Duran dan Barlow,2007)

Kriteria gangguan kepribadian skizoid dalam DSM-IV-TR

• Kurang berminat atau kurang menyukai hubungan dekat

• Hampir secara eksklusif lebih menyukai kesendirian

• Kurangnya minat untuk berhubungan seks

• Kurang Memiliki Teman

Pendekatan Motivasi Maslow (Hirarki Kebutuhan)


Maslow membagi dalam 5 bagian dalam hirarki kehidupan: Fisiologi, keamanan, cinta
dan keberadaan, penghargaa, aktualisasi diri. Kaitannya gangguan kepribadian skizoid
terletak pada cinta dan keberadaan, dimana seseorang mempunyai motivasi akan
kebutuhan cinta dan keberadaan (love and belongingness needs). Keinginan berteman,
keinginan mempunyai pasangan dan anak,kebutuhan untuk bermasyarakat. Jika seseorang
tidak pernah merasakan cinta dan keberadaan maka mereka tidak mampu memberikan
cinta. Maslow mengutarakn bahwa orang seperti ini akan belajar untuk tidak mengutamakan
cinta dan akan terbiasa dengan ketidakhadiran cinta. (Feist dan Feist 2010, hal.334)

Penanganan untuk gangguan Kepribadian Skizoid


Gangguan Skizoid dapat terlihat dari masa kanak-kanak, pertanda ini sudah Nampak
terlihat. Hal ini ditandai dengan sikap pemalu yang berlebihan. Kemungkinan lain bahwa
schizoid juga hasil dari warisan, disfungsi biologis dengan adanya proses belajar pada

8
masa kanak-kanak berkaitan dengan hubungan interpersonal dapat menimbulkan timbulnya
gangguan kepribadian schizoid. (Wolff, 2000)
Menurut Beck dan Freeman, 1990 dalam Duran dan Barlow: 2007, pada penanganan
penderita gangguan ini perlu adanya pengajaran mengenai emosi yang dirasakan oleh
orang lain, agar penderita dapat belajar berempati.
Terapi menurut beck dan freeman, 1990 pada gangguan ini meliputi:
a. Latihan ketrampilan sosial
Buruknya ketrampilan sosial pada penderita kangguan kepribadian skizoid yang tidak
pernah terbangun dan bahkan buruk Karena tidak pernak dipergunakan.
b. Mengambil peran
Mengambil peran sebagai teman (significant other) dalam teknik role playing, hal ini
dapat melatih penderita skizoid untuk membangun dan mempertahankan hubungan
Sosial. (Duran dan Barlow,2007)

3. Gangguan Kepribadian Skizotipal (Schizotypal Personality Disorder)


Gangguan Skizotipal didefinikan sebagai gangguan kepribadian yang melibatkan pola
pervasif dari devisit interpersonal dengan ditandai perasaan tidak nyaman yang berlebihan,
sehinggan menimbulkan kurangnya hubungan sosial dan distorsi kognitif atau perseptual
disertai perilaku eksentrik.
Gangguan kepribadian skizotipal lerlihat dari sisi perilaku dan penampilan. Penderita
gangguan ini memiliki keyakinan yang ganjil (magical thinking) mereka beranggapan dapat
berkomunikasi melalui telepati. Pengalaman perseptual yang tidak lazim atau ilusi.
Penderita cenderung curiga dan paranoid, memiliki ekspresi terbatas dari perilaku hingga
penampilan.
Olin, dan kawan-kawan, 1997 melakukan penelitian terhadap anak-anak dan menemukan
bahwa mereka cenderung pasif, dan tidak mau melibatkan diri atau terlalu sensitif terhadap
kritik. Penelitain ini dilakukan, karena memungkinkan anak-anak akan mengembangan
gangguan kepribadian skizotipal. (Duran dan Barlow,2007)

Kriteria gangguan kepribadian skizotipal dalam DSM-IV-TR


• Keyakinan yang aneh atau pemikiran magis
• Persepsi yang tidak biasa
• Pola bicara yang aneh
• Perilaku atau penampilan yang aneh
• Kurang memiliki teman akrab

9
• kecemasan yang ekstrim bila berada diantara orang lain.
• dsb.

Penyebab gangguan Kepribadian Skizotipal


Banyak penelitian bahwa dari genetika merupakan gangguan kepribadian skizotipal.
gangguan kepribadian skizotipal ditularkan secara genetik. Gangguan kepribadian skizotipal
seringkali dianggap sebagai bentuk ringan skizofrenia. Dan dapat terjadi karena faktor
biologis nongenetik

Penanganan untuk Gangguan Kepribadian Skizotipal


Penanagan pasian gangguan kepribadian skizotipal terletak pada medis dan
psikologis.untuk depresi (Goldberg, Schultz, Resnick, Hamer, 1987; Stone,2001).
Bellack dan herseb,1985 dan O’brien dkk,1993; Stone,2001 memngungkap dalam
penanganan adalah mengajarkan keterampilan sosial yang bertujuan untuk membantu
mengurangi isolasi sosial dan kecurigaan terhadap orang lain. Penangan pada penderita
gangguan ini juga sama halnya dengan penanganan pana gangguan kepribadian
skizofrenia. Hanya ada sdikit yang melakukan penelitian pada gangguan kepribadian
skizotipal, karena tidak adanya kecenderungan membaik dari waktu ke waktu, sebagian
malah mengembangkan ciri skizofrenia berat.
Pada hal ideas of reference, komunikais yang ganjil, dan isolasi sosial yang menimbulkan
efek samping negative dan bahkan mengantuk, sehingga penggunaan obat tersebut
dihentikan.(Duran dan Barlow, 2006)

Pencegahan bagi penderita gangguan kepribadian Skizotipal


• Prevensi primer (pengukuran biologis, psikososial dan sosiokultural)
• Prevensi Sekunder (terapi neurologis)
• Prevensi Tersier (terapi keluarga)

3. Contoh kasus pada gangguan kepribadian tipe A


Ny. N, usia 38 tahun, datang dengan keluhan sering mengamuk kepada keluarga dan
masyarakat sekitar tanpa sebab yang jelas. Pasien sering mengaku memiliki dua
kepribadian, yaitu kepribadian normal dan kepribadian tak normal. Kepribadian tak normal
yaitu pasien sering berbicara sendiri dan mengaku sering melihat meteor jatuh di depan
rumah pasien. Lalu pasien mengaku meteor tersebut bisa berbicara kepada pasien, dan
sering memerintah pasien untuk melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh pasien.

10
Pasien juga selalu diikuti dan dikejarkejar oleh meteor tersebut dan mengendalikan
seluruh pikiran dan tubuh pasien apabila pasien tidak menurutinya. Pasien juga sering
curiga kepada orang lain bahkan kepada saudarasaudara kandungnya sendiri. Pasien juga
mengatakan bahwa orang lain bisa membaca isi pikirannya sendiri. Selain itu, pasien juga
sering mengatakan bahwa pasien sering mencium bau kembang di rumah, dan pasien
mengaku sering ada yang masuk ke tubuh pasien yang dimulai dari tangan hingga masuk
ke dada pasien, namun pasien tidak tahu apa yang masuk ke dalam tubuhnya. Pasien juga
sering keluyuran dari rumah dengan membawa anaknya namun pasien masih bisa
untuk balik lagi ke rumah. Semua keluhan ini sudah dirasakan sekitar 2 bulan
lamanya dan semakin berat hingga pasien sering mengamuk dan marah-marah
tanpa sebab yang jelas kepada keluarga hingga membanting gelas serta
meresahkan masyarakat sekitar. Pasien pernah dirawat di RSJP Lampung sekitar 2
tahun yang lalu dengan keluhan yang serupa.

Diagnosis
Diagnosis pada penderita gangguan jiwa berupa diagnosis multiaksial
yang terdiri dari 5 aksis yaitu aksis I adalah gangguan klinis dan kondisi lain yang
menjadi fokus perhatian klinis, aksis II adalah gangguan kepribadian dan retardasi
mental, aksis III adalah kondisi medik umum, aksis IV adalah masalah psikososial
dan lingkungan, dan aksis V adalah penilaian fungsi secara global.

11
BAB III
PENUTUP
Demikian pemaparan materi mengenai Gangguan kepribadian tipe A. tentunya masih sangat
jauh dari kata sempurna. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi yang
membaca. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisa kata dan kalimat yang kurang
jelas dan dimengerti.

12
DAFTAR PUSTAKA

Duran, V.Mark dan Barlow David H, 2006, Intisari Pikologi Abnormal edisi keempat, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.

Nevid, Jeffrey S.; Rathus, Spencer A.; Greene, Beverly,2003, Psikologi Abnormal Edisi kelima
Jilid 1, Erlangga, Jakarta.

Feist, Jess dan Feist, Gregory J.,2010, Teori Kepribadian Theories of Personality, Salemba
Humanika, Jakarta.

Ambarita, R.H. 2014. Skizofrenia Paranoid pada wanita usia 38 Tahun. Jurnal Medula. Hal 101-
110.

13

Anda mungkin juga menyukai