Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOLOGI ABNORMAL

Gangguan Identitas Gender (GIG)

Dosen Pengampu: Annawati D.Purba S.Psi,. M.Psi

Disusun Oleh:

Kelompok 7

Balqis Aprilia 218600135

Nadya Adinda 218600391

Safa Marwah Ritonga 218600173

Dhuha Sabila 218600223

Tio Rezki Paulina Marpaung 218600214

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat,
rahmat, dan penyertaan-Nya hingga saat ini, sehingga kami Kelompok 7 dapat menyelesaikan
makalah kami yang berjudul “Gangguan yang melibatkan Gender dan Seksualitas” dengan baik
dan tepat waktu.

Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi untuk
menyelesaikan penyusunan makalah ini baik itu teman-teman, dan juga dosen kami Ibu Annawati
D.Purba S.Psi,. M.Psi selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Abnormal di Universitas
Medan Area.

Melalui penyusunan makalah ini, kami kelompok berharap makalah ini bermanfaar bagi
seluruh pihak yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini belum
sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan untuk
pembuatan makalah selanjutnya.

Sekian yang dapat kami sampaikan, kami ucapkan banyak terimakasih.

Medan, 15 November 2023

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 4

C. Tujuan .................................................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6

A. Pengertian Gangguan Identitas Gender ............................................................................... 6

B. Penyebab Gangguan Identitas Gender ................................................................................. 7

C. Kriteria Diagnostik Gangguan Identitas Gender.................................................................. 9

D. Terapi Gangguan Identitas Gender .................................................................................... 10

BAB III KESIMPULAN............................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gender dan seksualitas merupakan aspek penting yang membentuk identitas diri
seseorang. Gender merujuk pada persepsi sosial dan peran seseorang sebagai laki-laki atau
perempuan, sedangkan seksualitas merujuk pada identitas biologis seseorang sebagai laki-
laki atau perempuan dan orientasi seksualnya, yaitu ketertarikan romantis dan seksualnya.
Gangguan yang melibatkan gender dan seksualitas merupakan kondisi yang memengaruhi
cara seseorang mengalami gender dan seksualitas mereka. Kondisi ini dapat menimbulkan
rasa stres, kecemasan, dan gangguan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran akan keragaman gender dan seksualitas
semakin meningkat. Hal ini mendorong perlunya pemahaman yang lebih baik tentang
berbagai jenis gangguan yang melibatkan gender dan seksualitas. Gangguan ini dapat
terjadi pada orang-orang dari segala usia, ras, etnis, dan latar belakang sosial ekonomi.
Gangguan yang melibatkan gender dan seksualitas dapat memiliki dampak yang signifikan
terhadap kehidupan individu. Kondisi ini dapat menyebabkan stres, kecemasan, depresi,
dan isolasi sosial. Gangguan ini juga dapat menyebabkan kesulitan dalam menjalani
kehidupan sehari-hari, seperti sekolah, pekerjaan, atau hubungan interpersonal.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu gangguan identitas gender?

2. Apa penyebab gangguan identitas gender?

3. Apa kriteria diagnostik gangguan identitas gender?

4. Bagaimana terapi gangguan identitas gender?

4
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu gangguan identitas gender.


2. Untuk mengetahui penyebab gangguan identitas gender.
3. Untuk mengetahui kriteria diagnostic gangguan identitas gender.
4. Untuk mengetahui terapi orang dengan gangguan identitas gender.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Identitas Gender


Gangguan identitas gender adalah bagaimana seseorang merasa bahwa ia adalah
seorang pria atau wanita, dimana terjadi konflik antara anatomi gender seseorang dengan
identitas gendernya (Nevid, 2002). Identitas jenis kelamin adalah keadaan psikologis yang
mencerminkan perasaan dalam diri seseorang sebagai laki-laki atau wanita (Kaplan, 2002).
Fausiah (2003) berkata, identitas gender adalah keadaan psikologis yang merefleksikan
perasaan dalam diri seseorang yang berkaitan dengan keberadaan diri sebagai laki-laki dan
perempuan.
Identitas jenis kelamin (gender identity) yaitu keadaan psikologis yang
mencerminkan perasaan dalam (inner sense). Didasarkan pada sikap, perilaku, atribut
lainnya yang ditentukan secara kultural dan berhubungan dengan maskulinitas atau
femininitas. Peranjenis kelamin (gender role):pola perilaku eksternal yang mencerminkan
perasaan dalam (inner sense) dari identitas kelamin. Peran gender berkaitan dengan
pernyataan masyarakat tentang citra maskulin atau feminism.
Perilaku seksual dianggap normal apabila sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat dan dianggap abnormal apabila menyimpang dari kebiasaan yang ada di
masyarakat. Gangguan identitas gender bermula di masa kanak-kanak hal itu dihubungkan
dengan banyaknya perilaku lintas-gender, seperti berpakaian seperti lawan jenisnya, lebih
suka bermain dengan teman-teman dari lawan jenis, dan melakukan permainan yang secara
umum dianggap sebagai permainan lawan jenisnya. Gangguan identitas gender pada anak-
anak biasanya teramati oleh orang tua ketika si anak berusia antara 2-4 tahun (Green &
Blanchard, 1995)

6
B. Penyebab Gangguan Identitas Gender
Gangguan identitas gender bermula dari trauma dari orang tua yang berlawan jenis,
pergaulan individu, pengaruh media massa. Kaplan (2002), Gangguan identitas gender
ditandai oleh perasaan kegelisahan yang dimiliki seseorang terhadap jenis kelamin dan
peran jenisnya. Gangguan ini biasanya muncul sejak masa kanak-kanak saat usia dua
hingga empat tahun (Green dan Blanchard dalam Fausiah, 2003).

Nevid (2002) mengemukakan bahwa gangguan identitas gender dapat berawal dari
masa kanak-kanak dengan disertai distress terus menerus dan intensif, bersikap seperti
lawan jenis dan bergaul dengan lawan jenis, serta menolak sifat anatomi mereka dengan
adanya anak perempuan yang memaksa buang air kecil sambil berdiri atau anak laki-laki
yang menolak testis mereka.

Teori psikodinamika dan teori belajar lainnya menjelaskan bahwa orang dengan
gangguan identitas gender tidak dipengaruhi tipe sejarah keluarganya. Faktor keluarga
mungkin hanya berperan dalam mengkombinasikan dengan kecenderungan biologisnya.
Orang yang mengalami gangguan identitas gender sering memperlihatkan gender yang
berlawanan dilihat dari pemilihan alat bermainnya dan pakaian pada masa anak – anak.
Hormon pernatal yang tidak seimbang juga mempengaruhi. Pikiran tentang maskulin dan
feminine dipengaruhi oleh hormone seks fase – fase tertentu dalam perkembangan prenatal.

Gangguan identitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor, faktor penyebab


gangguan identitas gender adalah sebagai berikut:

1. Faktor Biologis
Teori biologis telah difokuskan pada jumlah dan jenis hormon antenatal yang
datang dalam kontak dengan janin. Secara khusus, jika janin terkena tingkat yang
sangat tinggi testosteron, terdapat bukti bahwa seperti janin akan mengembangkan
identitas pria, bahkan jika bayi lahir dan dibesarkan sebagai seorang gadis. Juga, jika
janin terkena kelebihan androgen atau kekurangan hormon androgen, maka gender
tipikal perilaku telah diamati dalam studi penelitian (Cohen -Kettenis &Gooren, 1999).
Menurut teori Toone, ketidakseimbangan hormon kehamilan dapat mempengaruhi

7
individu untuk thedisorder. Masalah dalam interaksi keluarga individu atau keluarga
dynamicsmay memainkan peran.
2. Faktor Psikologis
Teori Psikologis menunjukkan faktor lingkungan sebagai pengaruh kunci
dalam etiologi GID. Teori-teori psikologi mengidentifikasi pengaruh orang tua,
kebutuhan primer, dan kognisi pribadi sebagai faktor utama yang menyebabkan GID,
dengan atau tanpa membutuhkan diatesis biologis. Pengaruh orang tua adalah yang
paling banyak dipelajari dan tampaknya menjadi kekuatan yang paling kuat dalam
genesis GID, terutama peran ibu. Pada atau bahkan sebelum rahim, kebanyakan orang
tua mengekspresikan preferensi seks untuk anak.
Menurut Zucker dan Bradley (1995), sifat psikologis umum bahwa ibu dari
anak laki-laki dengan GID adalah kebutuhan untuk memelihara dan dipelihara oleh
seorang anak perempuan. Sangat kecewa karena tidak memiliki anak perempuan,
seorang ibu yang memutuskan untuk menjaga anaknya bisa memberinya varian dari
nama perempuan, lintas-baju dia, atau memperlakukan dia seperti seorang gadis.
Namun demikian, dalam mempelajari anak-anak ini, hubungan ibu-anak yang terlalu
dekat dan pelindung sering ditemukan.
3. Sosiokultural
Perspektif penting yang muncul dalam psikologi dalam beberapa tahun terakhir
disebut perspektif sosiokultural. Seperti teori belajar sosial, pendekatan sosial budaya
didasarkan pada asumsi bahwa kepribadian kita, keyakinan, sikap. dan keterampilan
yang dipelajari dari orang lain. Suatu istilah yang penting untuk perspektif sosial
budaya adalah identitas gender. Istilah ini mengacu pada pandangan seseorang tentang
dirinya sendiri sebagai laki-laki atau perempuan. Sebagai anak laki-laki dan perempuan
berinteraksi dengan orang tua mereka, saudara, guru. dan teman-teman mereka belajar.
Apa artinya menjadi seorang laki-laki atau perempuan dalam masyarakat mereka.
Di Amerika Serikat, Laki-laki secara tradisional telah diajarkan untuk menjadi
kuat dan tegas, sedangkan perempuan telah diajarkan untuk memelihara dan lembut.
Dan, meskipun langkah telah dibuat dalam beberapa tahun terakhir untuk mengurangi
pembentukan dari dua jenis kelamin dalam peran seks yang sempit, dampak sosialisasi
semacam ini memiliki dampak pada masing-masing identitas gender kita.

8
Menyediakan gender yang sesuai pakaian dan mainan pada masa bayi dan anak usia
dini sangat membantu dalam mencegah atau mengurangi gangguan identitas gender.
Menghindari komentar menghina tentang mainan anak, pakaian, atau preferensi aktivitas
mengurangi potensi bahaya psikis sengaja. Kebanyakan individu dengan gangguan
identitas gender memerlukan dan menghargai dukungan dari beberapa sumber. Keluarga,
serta orang dengan gangguan tersebut, perlu dan menghargai informasi dan dukungan.
lokal dan nasional kelompok dukungan dan layanan informasi yang ada, dan penyedia
perawatan kesehatan dan profesional kesehatan mental dapat memberikan arahan.

C. Kriteria Diagnostik Gangguan Identitas Gender

1. Berkeinginan kuat menjadi anggota gender lawan jenisnya (berkeyakinan bahwa ia


memiliki identitas gender lawan jenisnnya).
2. Memilih memakai baju sesuai dengan stereotip gender lawan jenisnya.
3. Berfantasi menjadi gender lawan jenisnya atau melakukan permainan yang dianggap sebagai
permainan gender lawan jenisnya.
4. Mempunyai keinginan berpartisipasi dalam aktivitas permainan yang sesuai dengan stereotip
lawan jenisnya.
5. Keinginan kuat mempunyai teman bermain dari gender lawan jenis (dimana biasanya pada usia
anak-anak lebih tertarik untuk mempunyai teman bermain dari gender yang sama). Pada remaja
dan orang dewasa dapat diidentifikasikan bahwa mereka berharap menjadi sosok lawan
jenisnya, berharap untuk bisa hidup sebagai anggota dari gender lawan jenisnya.
6. Perasaan yang kuat dan menetap ketidaknyamanan pada gender anatominya sendiri atau
tingkah lakunya yang sesuai stereotip gendernya.
7. Tidak terdapat kondisi interseks. (Kondisi biologis ini dapat terlihat di organ reproduksi,
hormon, kromosom, dan rambut di tubuh. Contoh sederhana dari kasus interseks misalnya
perempuan yang lahir dengan vagina tertutup. Contoh lain adalah laki-laki yang lahir dengan
kondisi skrotum terbelah yang terlihat seperti mulut vagina)
8. Gangguan identitas gender dapat berakhir pada remaja ketika anak-anak mulai dapat menerima
identitas gender. Tetapi juga dapat terus berlangsung sampai remaja bahkan hingga dewasa
sehingga mungkin menjadi gay atau lesbian.

9
D. Terapi Gangguan Identitas Gender

Penanganan untuk orang dengan gangguan identitas gender bisa dilakukan dengan
terapi. Terapi gangguan identitas gender mencakup beberapa hal sebagai berikut:
1. Perubahan Tubuh
Orang yang mengalami GIG dapat mengikuti program yang mencakup
perubahan tubuh, umumnya diminta untuk menjalani psikoterapi selama 6 hingga 12
bulan dan hidup sesuai gender yang diinginkan (Harry Benjamin Internasional Gender
Dysphoria Assosiation, 1998). Terapi umumnya tidak hanya memfokuskan pada
kecemasan dan depresi yang mungkin dialami orang yang bersangkutan, namun juga
pada berbagai pilihan yang ada untuk mengubah tubuhnya. Banyak transeksual juga
mengonsumsi hormone agar tubuh mereka secara fisik lebih mendekati keyakinan
mereka tentang gender mereka. Banyak yang mengalami gangguan identitas gender
tidak menggunakan metode yang lebih jauh dari itu, namun beberapa orang mengambil
langkah tambahan dengan menjalani operasi perubahan kelamin.
2. Operasi Perubahan Kelamin
Operasi perubahan kelamin adalah operasi yang mengubah alat kelamin yang
ada agar lebih sama dengan kelamin lawan jenis. Dalam operasi perubahan kelamin
laki-laki ke perempuan, alat kelamin laki-laki hampir seluruhnya di buang dan
beberapa jaringan dipertahankan untuk membentuk vagina buatan. Minimal setahun
sebelum operasi, berbagai hormone perempuan dikonsumsi untuk memulai proses
perubahan tubuh. Sebagian besar transeksual laki-laki ke perempuan harus menjalani
elektrolisis yang ekstensif dan mahal untuk menghilangkan bulu-bulu di wajah dan
tubuh dan mendapatkan pelatihan untuk menaikkan nada suara mereka, hingga
hormon-hormon perempuan yang dikonsumsi membuat bulu-bulu tidak lagi tumbuh
dan suareanya menjadi kurang maskulin.
Operasi kelamin itu sendiri biasanya tidak dilakukan sebelum berakhirnya masa
uji coba selama satu atau dua tahun. Hubungan seks heteroseksual konvensional
dimungkinkan bagi transeksual laki-laki ke perempuan, meskipun kehamilan tidak
akan mungkin terjadi karena alat kelamin bagian luar di ubah. Di sisi lain, lebih sedikit
penanganan kosmetik lanjutan yang diperlukan di banding pada transeksual laki-laki
ke perempuan, karena hormon laki-laki yang di konsumsi perempuan yang ingin

10
berubah gender secara drastis mengubah distribusi lemak dan menstimulasi
pertumbuhan bulu-bulu di wajah dan tubuh. Operasi perubahan kelamin merupakan
pilihan yang sering kali diambil oleh laki-laki daripada perempuan.
3. Perubahan Gender Identitas
Operasi dan pemberian hormon sebelumnya dianggap sebagai satu-satunya
penanganan yang dimungkinkan untuk gangguan identitas gender, karena berbagai
upaya psikologis untuk mengubah identitas gender secara konsisten mengalami
kegagalan. Identitas gender diasumsikan tertanam terlalu dalam untuk diubah.
Sejumlah kecil prosedur mengubah identitas gender melalui terapi perilaku yang
tampaknya berhasil. Para peneliti mengatakan, para klien mereka kemungkinan
berbeda dari orang-orang lain yang mengalami GIG karena mereka bersedia
berpartisipasi dalam program terapi yang bertujuan mengubah identitas gender.
Sebagian besar transeksual menolak penanganan itu. Bagi mereka mengubah tubuh
mereka secara fisik merupakan satu-satunya tujuan yang diinginkan. Namun, jika tidak
terdapat pilihan operasi, akan lebih banyaklah tenaga professional yang dikeluarkan
untuk mengembangkan prosedur psikologis yang mengubah identitas gender.

11
BAB III
KESIMPULAN

Identitas jenis kelamin (gender identity) yaitu keadaan psikologis yang mencerminkan
perasaan dalam (inner sense). Didasarkan pada sikap, perilaku, atribut lainnya yang ditentukan
secara kultural dan berhubungan dengan maskulinitas atau femininitas. Peranjenis kelamin
(gender role):pola perilaku eksternal yang mencerminkan perasaan dalam (inner sense) dari
identitas kelamin. Peran gender berkaitan dengan pernyataan masyarakat tentang citra maskulin
atau feminism. Gangguan identitas dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor biologis,
psikologis dan sosiokultural. Terapi untuk orang dengan gangguan identitas gender bisa dilakukan
dengan beberapa hal yaitu perubahan tubuh, operasi perubahan kelamin, dan perubahan gender
identitas.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arianty, M. (n.d.). Gangguan Identitas Gender (GIG). Gunadarma.ac.id.

Nawangsih, E. (2017). Peran Teknik Aversi Dalam Menangani Kasus Pada Remaja Yang
Mengalami Gangguan Identitas Gender (GIG). Journal of Psychologycal Research.

13

Anda mungkin juga menyukai