Ii PDF
Ii PDF
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Beberapa bahan dapat tiba-tiba menjadi getas dan patah karena perubahan
temperatur dan laju regangan, walaupun pada dasarnya logam tersebut liat.
Gejala ini biasa disebut transisi liat getas, yang merupakan hal penting ditinjau
dari penggunaan praktis bahan. Patahan patah getas bersifat getas sempurna,
yaitu tanpa adanya deformasi plastis sama sekali, jadi berbeda dengan bidang
slip biasa, patah terjadi pada bidang kristalografi spesifik pada bidang
pecahan. Permukaan patah dari bidang pecahan mempunyai kilapan yang
menunjukkan pola secara makrokospik pada arah yang menuju titik permulaan
patah. Patah getas terjadi pada pangkal takikan benda uji, jadi bahan tiba-tiba
patah tanpa deformasi plastis. Secara praktis patahan buatan seperti itu tidak
pernah terjadi pada struktur mesin, tetapi mesin selalu mempunyai bagian
yang terdapat konsentrasi tegangan dan mungkin mempunyai cacat pada lasan,
jadi adanya cacat yang bekerja seperti takikan tidak dapat dihindari, meskipun
bahan tersebut merupakan bahan yang ulet. (Dani, 2013)
3
mengkarakterisasi patahan material yang sulit dilakukan pada uji tarik
khususnya untuk material yang memiliki transisi deformasi yang sangat kecil.
Pemilihan uji impak penting karena :
1. Deformasi dapat dilakukan pada temperatur yang rendah
2. Laju deformasi yang tinggi
3. Adanya notch dapat didekati dengan tegangan triaxial
Material mungkin mempunyai kekuatan tarik tinggi tetapi tidak tahan dengan
beban kejut. Untuk menentukannya perlu diadakan pengujian impak.
Ketahanan impak biasanya diukur dengan metode Charpy atau Izood yang
bertakik maupun tidak bertakik. Beban diayun dari ketinggian tertentu untuk
memukul benda uji, yang kemudian diukur energi yang diserap oleh
perpatahannya.
Prinsip pengujian impak ini adalah menghitung energy yang diberikan oleh
beban(pendulum) dan menghitung energi yang diserap oleh spesimen. Pada
saat beban dinaikkan pada ketinggian tertentu, beban memiliki energi
potensial maksimum, kemudian saat akan menumbuk spesimen energi kinetik
mencapai maksimum. Energi kinetik maksimum tersebut akan diserap
sebagian oleh spesimen hingga specimen tersebut patah.
4
Nilai Harga Impak pada suatu spesimen adalah energi yang diserap tiap satuan
luas penampang lintang spesimen uji.
5
dan memiliki beberapa kekurangan seperti :
a. Hanya dapat dipasang pada posisi horizontal
b. Spesimen dapat bergeser dari tumpuannya karena tidak dicekam
c. Pengujian hanya dapat dilakukan pada spesimen yang kecil
d. Hasil pengujian kurang dapat atau tepat dimanfaatkan dalam
perancangan karena level tegangan yang diberikan tidak rata.
2. Metoda Izood
Pada metoda ini banyak digunakan di Eropa terutama Inggris dan
merupakan cara dimana specimen berada pada posisi vertical pada
tumpuan dengan salah satu ujungnya dicekam dengan arah takikan pada
arah gaya tumbukan. Tumbukan pada specimen dilakukan tidak tepat pada
pusat takikan melainkan pada posisi agak diatas dari takikan.
6
Pada metoda memiliki beberapa kelebihan seperti:
a. Tumbukan tepat pada takikan karena benda kerja dicekam
b. Dapat menggunakan spesimen dengan ukuran yang lebih besar.
c. Spesimen tidak mudah bergeser karena dicekam pada salah satu
ujungnya
7
Memiliki energi impak yang terbesar karena distribusi tegangan
tersebar pada setiap sisinya, sehingga tidak mudah patah
2. Kadar Karbon
Material yang memiliki kadar karbon yang tinggi memiliki sifat yang kuat
dan getas sehingga membutuhkan energi yang tidak besar sedangkan
material yang kadar karbonnya rendah memiliki sifat yang ulet dan lunak
sehingga membutuhkan energi yang besar dalam perpatahannya.
3. Beban
Semakin besar beban yang diberikan , maka energi impak semakin kecil
yang dibutuhkan untuk mematahkan spesimen, dan demikian pun
sebaliknya. Hal ini diakibatkan karena suatu material akan lebih mudah
patah apabila dibebani oleh gaya yang sangat besar.
4. Temperatur
Semakin tinggi temperatur dari spesimen, maka ketangguhannya semakin
tinggi dalam menerima beban secara tiba-tiba, demikian pun sebaliknya,
dengan temperatur yang lebih rendah. Namun temperatur memiliki batas
tertentu dimana ketangguhan akan berkurang dengan sendirinya.
8
7. Perlakuan panas dan perpatahan
Perlakuan panas umumnya dilakukan untuk mengetahui atau mengamati
besar-besar butir benda uji dan untuk menghaluskan butir. Sedangkan
untuk menambah keuletan suatu bahan dapat dilakukan dengan
penambahan logam.
D. Tipe-Tipe Perpatahan
Adapun tipe-tipe perpatahan yang dapat terjadi pada spesimen uji dalam
pengujian impak antara lain :
1. Perpatahan transgranular atau juga disebut patah lelah yang umumnya
terjadi pada struktur body center cubic yang dibuat pada temperatur
rendah. Perpatahan Transgranular merupakan perpatahan yang terjadi
akibat retakan yang merambat didalam butiran material.
9
2. Perpatahan intergranular yaitu perpatahan yang terjadi akibat retakan yang
merambat diantara butiran material yang kerap dikatakan sebagai
perpatahan khusus. Pada berbagai paduan didapatkan berbagai
keseimbangan yang sangat peka antara tegangan yang diperlukan untuk
perambatan retak dengan pembelahan dan tegangan yang diperlukan untuk
perpatahan rapuh sepanjang batas butir.
E. Jenis-Jenis Perpatahan
Adapun jenis-jenis perpatahan yang dapat terjadi pada spesimen uji dalam
pengujian impak antara lain :
1. Patah ulet (Ductile Fracture)
Patah ulet adalah patahan disertai perubahan bentuk plastis (plastis
deformation). Secara makroskopis, ciri-ciri patah ulet antara lain :
a. Terjadi deformasi plastis yang cukup besar sebelum patah
b. Bidang geser (shear lip) biasanya tampak atau diketemukan pada akhir
patahan
c. Permukaan patahan berserat (fibrous) atau silky texture, tergantung
pada jenis material
d. Penampang melintang di daerah patahan biasanya berkurang karena
pengecilan penipisan (necking)
e. Pertumbuhan retak berjalan lambat
10
2. Patah Getas (Brittle fracture)
Patah rapuh terjadi apabila material logam pada saat patah tidak mengalami
perubahan bentuk plastis atau pengecilan penampang. Secara makroskopis,
ciri-ciri patah rapuh antara lain :
a. Tidak ada atau terjadi sedikit deformasi plastis
b. Permukaan patahan umumnya datar dan tegak lurus terhadap
permukaan komponen
c. Struktur patahan bentuk granular atau kristalin dan merefisikan cahaya
Retak tumbuh/menjalar cepat, dan sering disertai suara keras.
F. Mode-Mode Perpatahan
11
Gambar 2.7 Perpatahan pada shockbreaker
(http://dimasrepaldo.blogspot.com)
12
3. Mode III (Out-Plane Shear)
Pada mode ini, tegangan terjadi dari bahan (vertical), dimana tegangan
tersebut berada pada arah yang tidak sejajar dan berlawanan arah. (Duta,
2011)
Contoh : perpatahan pada roda gigi.
G. Energi Impak
13
Pada kurva A dan B menunjukkan adanya temperatur transisi dari ulet ke getas.
Pada temperatur yang tinggi material cenderung bersifat ulet begitu sebaliknya
akan menjadi getas bila temperaturnya rendah. Bentuk patahan spesimen uji
impak memiliki permukaan fibruos atau berserabut, flatness (rata)
mengindikasi bahwa material tersebut bersifat ulet dan getas. (Anonim, 2011)
Selain dengan harga impak yang ditunjukkan oleh alat uji, pengukuran
ketangguhan suatu bahan dapat dilakukan dengan memperkirakan berapa
persen patahan berserat dan patahan kristalin yang yang dihasilkan oleh benda
uji yang diuji pada temperatur tertentu. Semakin banyak persentase patahan
berserat maka dapat dinilai semakin tangguh bahan tersebut. Cara ini dapat
14
dilakukan dengan mengamati permukaan patahan benda uji di bawah
miskroskop stereoscan. Informasi lain yang dapat dihasilkan dari pengujian
impak adalah temperatur transisi bahan. Temperatur transisi adalah temperatur
yang menunjukkan transisi perubahan jenis perpatahan suatu bahan bila diuji
pada temperatur yang berbeda-beda. Pada pengujian dengan temperatur yang
berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi material akan
bersifat ulet (ductile) sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat
rapuh atau getas (brittle). Fenomena ini berkaitan dengan vibrasi atom-atom
bahan pada temperatur yang berbeda dimana pada temperatur kamar vibrasi itu
berada dalam kondisi material kesetimbangan dan selanjutnya akan menjadi
tinggi bila temperatur dinaikkan (ingatlah bahwa energi panas merupakan suatu
driving force terhadap pergerakan partikel atom bahan).
15
beberapa bahan, sedangkan Gambar 2.11 menyajikan bentuk benda uji impak
berdasarkan ASTM E-23-56T.
16
Pada pengujian ada beberapa hubungan – hubungan pengaruh pengujian impak
terhadap energi seperti :
1. Hubungan antara Temperatur T (0C) dengan Energi impact E (Kg.m)
2. Hubungan antara Temperatur (0C) dengan Laju Patah Getas (%)
3. Hubungan antara Temperatur (0C) dengan Beban (Kg)
17