3.1.1. Maksud
Maksud dari praktikum ini adalah untuk mengetahui keadaan berat jenis pada
tanah dan mengetahui seberapa penting peran berat jenis pada tanah dan
memperhitungkan keadaan atau pengaruh yang dihasilkan.
3.1.2. Tujuan
1. Untuk menentukan besar berat jenis dari tanah berdasarkan pada nilai yang
ditujukan pada data analisis. .
2. Untuk memahami cara menentukan berat jenis tanah
3.2. Dasar Teori
Berat jenis didefinisikan sebagai massa suatu bahan per satuan volume bahan
tersebut. Satuan berat jenis adalah kg/dm3 atau g/mL, dan g/liter. Berat jenis
mempunyai harga konstan pada suatu temperatur tertentu dan tidak tergantung
pada jumlah bahan cuplikan (sampel). Dikenal beberapa alat yang dapat
menentukan berat jenis, yaitu aerometer, piknometer, dan neraca whestphaal.
Untuk pekerjaan secara rutin di laboratorium terdapat peralatan elektronik untuk
menentukan berat jenis.
Nilai berat suatu tanah digunakan secara luas. Ini diperlukan untuk konversi
prosentase air dalam berat ke kandungan air volume untuk menghitung porositas
jika berat jenis partikelnya diketahui dan untuk memperkirakan berat dari volume
tanah yang sangat besar. Nilai berat suatu tanah berbeda-beda tergantung kondisi
struktur tanahnya, terutama dikaitkan dengan pemadatan. Oleh karena itu, berat isi
sering digunakan sebagai ukuran struktur tanah. Berat jenis partikel dari suatu
Apabila tanah sudah benar-benar kering maka tidak akan ada air sama sekali
dalam porinya. Keadaan semacam ini jarang ditemukan pada tanah yang masih
dalam keadaan asli lapangan. Air hanya dapat dihilangkan sama sekali dari tanah
apabila kita ambil tindakan khusus untuk maksud itu, misalnya dengan
memanaskan didalam oven. Penyelidikan tanah yang memadai merupakan suatu
pekerjaan pendahuluan yang sangat penting pada perencanaan sebuah proyek.
Oleh sebab itu perlu dilakukan uji kadar air pada tanah agar derajat kejenuhan
pada tanah jangan sampai dikacaukan dengan kadar, yaitu perbandingan antara
berat air dalam contoh tanah dengan berat butir. Tanah berguna sebagai bahan
bangunan dan pendukung pondasi bangunan. Segumpal tanah dapat terdiri dari
dua atau tiga bagian. Pada kondisi kering, tanah terdiri dari dua bagian, yakni
butir-butir tanah dan pori-pori udara. Pada kondisi jenuh air, tanah terdiri dari dua
bagian yakni butir-butir tanah dan air pori. Pada kondisi tidak jenuh air (natural),
tanah terdiri dari tiga bagian, yakni butir-butir tanah, pori-pori udara dan air pori.
Hubungan-hubungan berat dan volume yang biasa digunakan dalam mekanika
tanah adalah : kadar air, porositas, angka pori, berat volume, berat jenis derajat
kejenuhan dan lain-lain.
Berat jenis (specific gravity) tanah adalah angka perbandingan antara berat isi
butir tanah dengan berat isi air suling pada volume yang sama dan suhu tertentu.
Berat jenis tanah sangat penting diketahui yang selanjutnya digunakan dalam
perhitungan - perhitungan mekanika tanah.
Kerikil 2,65-2,68
Pasir 2,65-2,68
Lanau Tak Organik 2,62-2,68
Lempung Organik 2,58-2,65
Lempung Tak Organik 2,68-2,75
Humus 1,37
Gambut 1,25-1,80
𝑊𝑠 . ∝
𝑆𝐺 = × 𝐺𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑊4 + 𝑊𝑠 − 𝑊3
Dimana :
SG : Specific gravity
Permukaan spesifik
Permukaan spesifik mrnghubungkan luas permukaan suatu bahan dengan
berat atau volume bahan tersebut, dimana volume biasanya lebih banyak
dipilih.
Hubungan antar fase
Tanah merupakan komposisi dari dua atau tiga fase yang berbeda. Tanah
yang benar-benar kering terdiri dari dua fase, yang disebut partikel padat dan
udara mengisi pori (disebut udara pori). Tanah yang jenuh sempurna (fully
saturated) juga terdiri dari dua fase, yaitu partikel padat dan air pori.
(http://cithorues.blogspot.co.id/2014/04/bab-iii-berat-jenis-spesific-gravity.html)
Faktor faktor yang mempengaruhi berat isi dan berat jenis tanah :
1. Struktur Tanah :
Struktur tanah sangat mempengaruhi berat isi dan berat jenis, apabila tanah
tersebut memiliki struktur yang lempeng atau padat maka berat isi dan berat
jenisnya semakin besar. (Hardjowigeno,1989).
2. Tekstur tanah
Tekstur tanah juga dipengaruhi pada berat isi dan berat jenis suatu tanah. Bila
semakin lepas tekstur suatu tanah, maka berat isi dan berat jenis tanah tersebut
semakin rendah. (Soeparmadi, 1995).
3. Ruang pori
Apabila volume yang di duduki ruangan pori lebih banyak, maka akan
mengakibatkan kecepatan bobot isinya lebih besar. (Foth,1984).
4. Bahan organik
Bahan organik tanah mempengaruhi berat isi dan berat jenis tanah. Bahan
organik berperan dalam merekatkan tanah, bila semakin banyak kandungan
bahan organiknya maka berat isi dan berat jenis semakin rendah.
(Hardjowigeno,1989).
5. Bahan induk
Bahan induk merupakan lapisan yang paling padat, karena adanya
pembentukan struktur selama perkembangan tanah yang menyebabkan horizon
horizon yang ada dibagian atas mempunyai kerapatan induk lebih rendah
disbanding bahan induk aslinya. (Foth, 1984).
6. Pengolahan tanah
Apabila tanah diolah menggunakan alat alat berat dalam jangka panjang akan
dapat mengakibatkan penurunan terhadap agregasi tanah dan tanah akan
menjadi padat. (Foth, 1984).
Kondisi agregat dilapangan akibat oleh air dibagi atas 4 macam yaitu :
1. Keadaan kering oven atau mutlak
Yaitu kondisi dimana agregat setelah dioven selama 24 jam dengan suhu 110
±5ºC.
2. Keadaan kering udara
Yaitu apabila kondisi agregat yang memiliki air didalam pori tetapi mkering
permukaanya.
3. Keadaan jenuh kering muka ( SSD )
Yaitu bila semua pori berisi air dalam keadaan jenuh sedangkan kering kondisi
ini dinamakan dalam keadaan SSD.
4. Keadaan basah atau penuh
Yaitu dimana seluruh permukaan agregat tersebut berisi air yang b iasanya
disebut air permukaan.
(em-ridho.blogspot.com/2012/01/laporan-praktikum-pengujian-berat-jenis.html)
Fase Tanah
Secara umum, tanah dapat terdiri dari dua atau tiga bagian, kemungkinan tersebut
adalah:
a) Tanah kering, hanya terdiri dari dua bagian, yaitu butir-butir tanah dan pori-
pori udara.
b) Tanah jenuh juga terdapat dua bagian, yaitu bagian padat atau butiran dan
air pori.
c) Tanah tidak jenuh terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian padat atau butiran,
pori-pori udara, dan air pori.
Bagian-bagian tanah dapat digambarkan dalam bentuk diagram fase, seperti yang
ditunjukkan Gambar 3.1.
(imamzuhri.blogspot.com/2012/09/t-n-h-1.html)
Berat jenis adalah konstanta / tetapan bahan tergantung pada suhu untuk tubuh
padat, cair, dan bentuk gas yang homogen. Berat jenis didefinisikan sebagai massa
suatu bahan per satuan volume bahan tersebut. Satuan dari berat jenis adalah
kg/dm3, g/cm3, atau g/ml,g/liter. Dikenal beberapa alat yang dapat digunakan
untuk menentukan berat jenis, yaitu areometer, piknometer, neraca whestphaal.
Untuk pekerjaan secara rutin dalam suatu laboratorium terdapat peralatan
elektronik untuk menentukan berat jenis.
Berat jenis relatif (spesifik) adalah perbandingan antara berat jenis zat pada suhu
tertentu terhadap berat jenis air pada suhu tertentu pula. Berat jenis relatif tidak
mempunyai satuan. Berat jenis relatif akan sama dengan berat jenis absolut bila
sebagai pembanding adalah air pada suhu 40ºC.
Penentuan berat jenis zat cair dengan aerometer.
Penentuan berat jenis dengan areometer berdasarkan pada prinsip Archimedes.
Setiap benda yang dicelupkan ke dalam suatu cairan, akan mengalami gaya angkat
yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan, karena adanya benda
tersebut. Areometer berbentuk sebuah silinder yang berlubang. Agar areometer
dapat tercelup dengan posisi yang tepat (skala tercelup dalam cairan), maka
areometer diisi dengan butir-butir Pb. Skala-skala pada areometer menunjukkan
berat jenis cairan. Semakin kecil berat jenis cairan, areometer akan tercelup
semakin dalam. Karena itu skala pada areometer menunjukkan angka yang
(alexschemistry.blogspot.com/2013/09/laporan-penentuan-berat-jenis.html)
Neraca Analitik
Piknometer
No Determinator no bottle I II II
Rumus menentukan Ws :
Ws = W2-W1
I . Ws = W2-W1
= 318,4 – 194,9
= 123,5
II. Ws = W2-W1
= 291,9 - 191,7
= 100,2
III. Ws = W2-W1
= 323,5 – 193,3
= 130,2
𝑊𝑠 . ∝
𝑆𝐺 = × 𝐺𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑊4 + 𝑊𝑠 − 𝑊3
𝑊𝑠 . ∝
I. 𝑆𝐺 = × 𝐺𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑊4+𝑊𝑠−𝑊3
123,5 ×1
= × 10
693+123,5−743
= 16,803
𝑊𝑠 . ∝
II. 𝑆𝐺 = × 𝐺𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑊4+𝑊𝑠−𝑊3
100,2 ×1
= × 10
688,5+100,2−743,7
= 22,267
𝑊𝑠 . ∝
III. 𝑆𝐺 = × 𝐺𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑊4+𝑊𝑠−𝑊3
130,2 ×1
= × 10
690,8+130,2−746,9
= 17,571
16,803+22,267+17,571
=
3
= 18,880