Anda di halaman 1dari 16

Oseana, Volume XLI, Nomor 4 Tahun 2016 : 25 - 40 ISSN 0216-1877

JASA EKOSISTEM PESISIR

Oleh

Nurul Dhewani Mirah Sjafrie1)

ABSTRACT

ECOSYSTEM SERVICES. The term of Ecosystem Services (ES) is defined as


the benefits that people obtain from ecosystem. ES are divided into four services, namely
supporting, regulating, provisioning and cultural. Supporting services are the ecosystem
services that are necessary for the production of all other ecosystem. Provisioning
services are the products obtained from ecosystems. Regulating services are the benefits
obtained from the regulation of ecosystem proceses, while cultural services are the non-
material benefits that people obtain from ecosystems. This article presents component
and analysis of coastal ecosystem services.

PENDAHULUAN ilmiah dalam upaya melakukan konservasi


serta pemanfaatan yang berkelanjutan
Hubungan antara manusia dengan akibat pemanfaatan tersebut. Kerangka
alam telah berlangsung sejak adanya konseptual MEA adalah bahwa manusia
kehidupan di dunia. Alam memberikan merupakan bagian dari ekosistem yang
jasa untuk kehidupan manusia berupa berinteraksi secara dinamis. Aktivitas
jasa ekosistem. Definisi jasa ekosistem manusia akan menyebabkan perubahan
dari beberapa sumber adalah sesuatu pada ekosistem yang di dalamnya
dari ekosistem yang bermanfaat terkandung keanekaragaman hayati dan
untuk manusia (Costanza et al., 1997; kemudian akan berpengaruh terhadap
Millenium Ecosystem Assessment, kehidupan manusia itu sendiri, terutama
2005; The Economics of Ecology and dari aspek kesejahteraan. Akan tetapi
Biodiversity, (2010). Beberapa tahun bukan hanya aktivitas manusia yang
belakangan ini, jasa ekosistem marak menyebabkan perubahan ekosistem,
dibicarakan karena munculnya isyu namun faktor sosial, ekonomi dan budaya
berkurangnya keanekaragaman dan juga ikut berperan (MEA, 2005).
kerusakan lingkungan. Pada kurun waktu
tahun 2001-2005, Millennium Ecosystem Dalam hubungannya dengan
Assessment (MEA) melakukan penilaian manfaat yang diperoleh manusia
atas perubahan ekosistem yang dari ekosistem, maka MEA (2005)
disebabkan oleh pemanfaatan manusia membedakan jasa ekosistem kedalam
terhadap alam serta membangun dasar empat komponen, yaitu jasa pendukung

1)
Pusat Penelitian Oseanografi LIPI

25
(supporting services), jasa penyedia sumber obat, energi, sumber ikan hias.
(provisioning services) jasa pengaturan Cultural services adalah manfaat non-
(regulating services) dan jasa budaya material diperoleh dari ekosistem melalui
(cultural services). Supporting services pengayaan spiritual, perkembangan
adalah jasa ekosistem yang diperlukan kognitif, refleksi, rekreasi, dan
untuk produksi semua layanan ekosistem pengalaman estetika, misalnya budaya,
lainnya, misalnya; layanan daur ulang spiritual dan sejarah, pengalaman, ilmu
nutrisi, produksi primer dan pembentukan pengetahuan dan pendidikan
tanah. Layanan ini memungkinkan bagi
Seiring dengan perjalanan waktu,
ekosistem untuk menyediakan layanan
terjadi perubahan-perubahan dari konsep
seperti persediaan makanan, regulasi yang telah ditetapkan oleh MEA. The
banjir dan pemurnian air. Regulating Economics of Ecology and Biodiversity/
services adalah manfaat yang diperoleh TEEB (2010) menghapuskan supporting
dari regulasi proses ekosistem, misalnya services dan menggantinya dengan
penyerapan karbon dan pengaturan iklim, habitat services dengan alasan bahwa
dekomposisi limbah dan detoksifikasi; hal ini dilakukan untuk mencegah
pemurnian air dan udara, pengendalian penghitungan ganda dalam menilai
hama dan penyakit. Provisioning ekosistem. Selanjutnya Burkhard et al.
services adalah produk yang diperoleh (2012) menggunakan istilah Ecological
dari ekosistem, misalnya makanan, Integrity untuk komponen supporting
bahan baku, sumber daya genetik, services (Tabel 1.)

Tabel 1. Komponen jasa ekosistem dari berbagai sumber

Komponen Jasa The Economics of


Millenium Ecological Burkhard et
Ekosistem Ecology and Biodiversity/
Assessment (2005) al., (2012)
TEEB (2010)

Ecological
Supporting services Supporting services Habitat services
integrity

Regulating
Regulating Services Regulating services Regulating services
services

Provisioning services Provisioning


Provisioning Services Provisioning services
services

Cultural
Cultural Services Cultural services Cutural services
services

26
Informasi tentang tentang jasa secara fisik maupun biologis. Sebagai
ekosistem di daratan telah dipublikasikan contoh, ekosistem mangrove berfungsi
oleh beberapa peneliti, diantaranya sebagai penahan laju sedimentasi dari
adalah Burkhard et al. (2012), sedangkan daratan, sehingga menjaga kejernihan
informasi jasa ekosistem perairan masih air yang masuk ke ekosistem lamun
sangat terbatas dan dipublikasikan dan terumbu karang. Demikian pula
oleh Sjafrie et al. (2015) mengenai jasa dengan fungsi ekosistem lamun sebagai
ekosistem lamun. pemerangkap sedimen, sehingga menjaga
kejernihan air yang masuk ke ekosistem
terumbu karang (Hemminga & Duarte,
PENGERTIAN JASA EKOSISTEM 2000). Unsworth et al. (2009) melihat
PESISIR penggunaan habitat dari Lethrinus
Wilayah pesisir memiliki harak (ikan lencam), hasil penelitian
berbagai pengertian. Menurut Soegiarto mereka menunjukkan bahwa pada stadia
(1976) dan Dahuri et al. (2001), wilayah juvenil ikan tersebut banyak dijumpai di
pesisir merupakan daerah pertemuan daerah lamun, sedangkan ikan dewasa
antara darat dan laut, ke arah darat hanya ada di daerah terumbu karang.
meliputi bagian daratan yang masih Selanjutnya, Jaxion-Ham et al. (2012)
dipengaruhi sifat-sifat laut, misalnya melihat keterkaitan antar habitat sebagai
pasang surut, angin serta perembesan nursery ground. Mereka membedakan
air laut; ke arah laut meliputi bagian ikan-ikan kedalam tiga kategori, yaitu
laut yang masih dipengaruhi oleh sifat- habitat specialist untuk ikan yang selama
sifat daratan, misalnya aliran air tawar, hidupnya menempati satu habitat, habitat
sedimentasi ataupun kegiatan manusia di generalis untuk ikan yang bergerak
darat. Berdasarkan Keputusan Menteri bebas dari habitat satu ke habitat yang
lain dan ontogenic shifters yang hanya
Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.10/
sebagian hidupnya tinggal di suatu
MEN/2002 tentang Pedoman Umum
habitat, sedangkan sebagian lagi hidup
Perencanaan Pengelolaan Terpadu,
di habitat lainnya. Hasil pengamatan
wilayah pesisir didefinisikan sebagai
mereka menyimpulkan bahwa di terumbu
daerah peralihan antara ekosistem darat
karang ikan yang ada didominasi oleh
dan laut yang saling berinteraksi. Kearah
ikan dewasa, sedangkan yang juvenil
laut, sepanjang 12 mil dari garis pantai
di lamun dan mangrove. Ikan kakatua,
untuk provinsi dan 4 mil untuk kabupaten/
Scarus iseri dijumpai di ketiga habitat,
kota.
sedangkan Lutjanus apodus pada stadia
Di dalam wilayah pesisir juvenil banyak dijumpai di mangrove
terdapat tiga ekosistem penting yaitu sebelum bermigrasi ke terumbu karang.
ekosistem mangrove, ekosistem lamun Dari uraian di atas dapat diambil
dan ekosistem terumbu karang (Gambar kesimpulan bahwa banyak spesies yang
1). Ketiga ekosistem tersebut saling menggunakan lamun dan mangrove
berinteraksi dan memiliki konektivitas sebagai nursery ground.

27
Gambar 1. Hubungan antara ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang
(www.google.co.id/search/hubungan antara mangrove lamun dan terumbu karang)

Dalam konteks pengertian sepanjang sisi pulau yang terlindung


tentang jasa ekosistem, maka jasa dari angin atau di belakang terumbu
ekosistem pesisir didefinisikan sebagai karang di lepas pantai yang terlindung
manfaat yang diperoleh manusia dari (Nybakken, 1992). Karena berada di
ekosistem pesisir, dalam hal ini adalah perbatasan antara darat dan laut, maka
ekosistem mangrove, ekosistem lamun hutan mangrove merupakan ekosistem
dan ekosistem terumbu karang. Ketiga yang rumit dan mempunyai kaitan,
ekosistem tersebut memberikan jasa baik dengan ekosistem darat maupun
ekosistem berupa jasa pendukung, jasa lepas pantai. Mangrove di Indonesia
pengaturan, jasa persediaan dan jasa mempunyai keragaman jenis yang tinggi
budaya (MEA, 2005). yaitu memiliki 89 jenis tumbuhan yang
terdiri dari 35 jenis pohon, 5 jenis terna,
Jasa Ekosistem Mangrove 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit,
Hutan mangrove adalah tipe hutan dan 2 jenis parasit (Nontji, 1987).
yang khas terdapat di sepanjang pantai Fungsi mangrove telah banyak
atau muara sungai yang dipengaruhi oleh diketahui, baik sebagai tempat pemijahan
pasang surut air laut. Mangrove tumbuh ikan, pelindung daratan dari abrasi,
pada pantai-pantai yang terlindung atau pelindung daratan dari tiupan angin,
pantai-pantai yang datar, biasanya di penyaring intrusi air laut ke daratan,

28
tempat singgah migrasi burung, dan Nipah memiliki arti ekonomi yang sangat
sebagai habitat satwa liar (Nontji, 1987). penting bagi masyarakat. Beberapa
Penelitian tentang manfaat mangrove masyarakat menganyam daun tersebut
terhadap tsunami telah dilakukan oleh untuk dijadikan tikar atau atap rumah dan
Istiyanto et al. (2003) dalam skala dapat bertahan sampai 5 tahun (Inoue et
laboratorium. Hasil penelitian tersebut al., 1999).
memperlihatkan bahwa rumpun bakau
(Rhizophora spp.) dapat memantulkan, 4) Obat tradisional. Air rebusan
meneruskan dan menyerap energi R. hizophora apiculata dapat digunakan
gelombang tsunami yang diwujudkan sebagai astrigent. Kulit R. mucronata
dalam perubahan tinggi gelombang dapat digunakan untuk menghentikan
tsunami melalui rumpun tersebut. pendarahan. Air rebusan Ceriops tagal
Disimpulkan bahwa keberadaan dapat digunakan sebagai antiseptik
mangrove di sepanjang pantai dapat luka, sedangkan air rebusan Acanthus
memperkecil efek gelombang tsunami illicifolius dapat digunakan untuk obat
yang menerjang pantai. diabetes.

Manfaat langsung ekosistem Hutan mangrove juga telah


mangrove bagi kehidupan manusia dikembangkan menjadi obyek wisata
amat beragam. Inoue et al. (1999) alam. Beberapa diantaranya adalah
mempublikasikan manfaat mangrove hutan mangrove di Sinjai (Sulawesi
dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya Selatan), Muara Angke (DKI), Blanakan
adalah sebagai berikut: dan Cikeong (Jawa Barat), dan Cilacap
(Anwar & Gunawan, 2006).
1) Kayu mangrove. Kayu mangrove
digunakan untuk membuat arang dan Jasa Ekosistem Lamun
kayu bakar. Untuk konstruksi rumah,
kayu mangrove dari jenis Rhizophora Luas ekosistem lamun di
Indonesia tercatat 22.094,95 hektar yang
apiculata, R. mucronata, dan Bruguiera
dihitung dari 23 lokasi (P2O LIPI, 2016)
gymnorrhiza sangat cocok digunakan
dan dihuni oleh berbagai biota. Diketahui
untuk tiang atau kaso karena batangnya
ada 360 jenis ikan, 117 jenis makro alga,
lurus dan dapat bertahan sampai 50 tahun.
24 jenis moluska, 70 jenis krustacea
2) Tanin merupakan ekstrak kulit dari dan 45 jenis echinodermata yang hidup
jenis-jenis R. apiculata, R. mucronata, di padang lamun Indonesia (Kiswara,
dan Xylocarpus granatum digunakan 2009). Ekosistem ini memiliki fungsi
untuk menyamak kulit pada industri ekologis dan berperan sebagai pemberi
sepatu, tas, dan lain-lain. Tanin juga jasa ekosistem (Cullen-Unsworth &
Unsworth, 2013). Dari aspek ekonomi
dapat digunakan sebagai bahan baku
diperkirakan bahwa setiap hektar padang
pembuatan lem untuk kayu lapis.
lamun memiliki nilai ekonomi sekitar
3) Daun Nipah (Nypa fruticans). Daun $ 20.500 per tahun. Sebagai pemasok

29
nutrisi, satu hektar padang lamun yang ikan di daerah lamun, 23% di daerah
sehat dapat mendukung sebanyak 40.000 karang dan tidak ada yang menangkap
juvenil ikan, dan 50 juta juvenil kerang. ikan di daerah mangrove. Pada saat
Diperkirakan bahwa antara 70-90 % ikan surut, para perempuan dan anak-anak
komersial menghabiskan sebagian waktu mengambil biota dari perairan lamun.
hidupnya di habitat padang lamun (www.
seagrassrecovery.com/seagrass). Selain Informasi yang dikumpulkan
itu, satu hektar padang lamun yang sehat dari berbagai sumber menyebutkan
dapat menghasilkan lebih dari 10 ton bahwa ekosistem lamun merupakan
daun per tahun, menyediakan makanan, nursery dan feeding ground bagi biota
habitat dan daerah asuhan untuk ikan, yang hidup di dalamnya (Hemminga
kerang, penyu dan dugong (Hemminga & Duarte, 2003; Unsworth et al.,
& Duarte, 2000). Ekosistem lamun 2007). Sebagai tempat pemijahan biota
memiliki arti penting karena habitat (spawning) dan membesarkan anak
lamun menempati tempat ketiga dari jasa (rearing), tempat berlindung biota,
ekosistem dan sumberdaya alam dunia pemasok nutrisi, tempat hidup hewan
(Cullen-Unsworth et al., 2013). Untuk langka (dugong, trochus, kima, kuda
itu pengelolaan ekosistem lamun menjadi laut) serta kaya akan keanekaragaman
sangat diperlukan jenis biota. Salah satu jenis biota yang
penting adalah dugong, karena hewan
Ekosistem lamun memberikan ini telah terancam punah. Dugong hanya
berbagai produk dan jasa lingkungan memakan lamun, oleh sebab itu dugong
terhadap terhadap ekosistem di sekitarnya, mendapat julukan seagrass specialist
seperti mangrove dan terumbu karang, (Sheppard et al., 2006).
juga terhadap masyarakat yang tinggal
di sekitarnya (Cullen-Unsworth et al., Beberapa jasa pengaturan yang
2013). Hasil penelitian Torre-Castro dapat diperoleh dari ekosistem lamun
& Ronnback (2004) tentang hubungan adalah sebagai penyerap karbon, penstabil
antara lamun dan manusia di Afrika pH air laut, dan penahan arus. Chiu et al.
timur memperlihatkan bahwa lamun (2013) menunjukkan bahwa 20% karbon
memberikan jasa lingkungan sebagai budget dari daun dimakan oleh ikan dan
daerah penangkapan ikan, tempat bulu babi, sedangkan 80% mengalir
meletakkan perangkap ikan, sumber sebagai detritus. Hal ini menunjukkan
biota bagi masyarakat serta menyediakan bahwa daun lamun merupakan sumber
lahan bagi usaha budidaya rumput laut. makanan penting untuk herbivora yang
Ikan-ikan yang tertangkap di ekosistem hidup di dalamnya. Oleh karena itu
lamun umumnya berasal dari Famili padang lamun mempunyai peran sebagai
Scaridae, Siganidae, Mullidae Labridae penyerap karbon dan penyumbang
dan Lethrinidae. Dari wawancara yang nutrisi ke lingkungan sekitarnya
dilakukan, diketahui bahwa 70% nelayan (terumbu karang) melalui pergerakan
di Chawaka (Afrika Timur) menangkap air. Unsworth et al. (2012) menyatakan

30
bahwa ekosistem lamun juga memiliki bahari (Suharsono, 2007).
peluang untuk menjaga kestabilan pH air
Beberapa peneliti telah
laut. Keberadaan lamun dapat menaikkan
melakukan valuasi nilai ekonomi
akan menaikkan pH sebesar 0,38 dan
terumbu karang dari berbagai aspek.
menaikkan omega agaronite (unsur
Caesar (1996) mengatakan bahwa nilai
pembentuk kerangka kapur) sebesar 2,9.
terumbu karang Indonesia adalah sebesar
Hasil penelitian Manca et al. (2012)
$US 4,2 milyar dari aspek perikanan,
di laboratorium menunjukkan bahwa
wisata dan perlindungan laut. Nilai ini
Posidonia oceanica dapat meredam
belum termasuk nilai manfaat terumbu
gelombang sehingga dapat dijadikan
karang sebagai pelindung pantai, bahan
sebagai pelindung pantai dari erosi.
bangunan, sumber pangan serta obat-
obatan. Sjafrie (2010) menghitung nilai
Jasa Ekosistem Terumbu Karang
ekonomi terumbu karang di perairan
Terumbu karang merupakan salah Selat Nasik, Kabupaten Belitung. Hasil
satu ekosistem yang ada di laut yang kaya valuasi menunjukkan bahwa nilai
akan keanekaragaman hayati memiliki ekonomi terumbu karang di perairan
manfaat yang sangat besar di sektor tersebut adalah sebesar Rp 112.624.393/
perikanan. Sudah menjadi rahasia umum tahun/ha atau $US 27.387/tahun/
bahwa terumbu karang merupakan suatu ha. Kontribusi terbesar diperoleh dari
nilainya sebagai bahan bangunan diikuti
ekosistem yang unik, sumber nutrisi untuk
oleh produksi perikanan, habitat ikan
kehidupan biota yang ada di laut. Sebagai
dan sebagai pelindung pantai. Sawyer
salah satu ekosistem di wilayah pesisir
pada tahun 1992 (dalam Suharsono,
dan juga tersebar di kawasan pulau-pulau 2007) telah menghitung nilai ekonomi
kecil, terumbu karang berfungsi sebagai terumbu karang dari hasil perikanan
tempat pemijahan (spawning ground), di Takabonerate, Sulawesi Selatan dan
daerah asuhan (nursery ground) dan memperoleh nilai ekonomi sebesar $ US
tempat mencari makan (feeding ground) 777/km2.
oleh kebanyakan ikan (Nybakken, 1992).
Tingginya produktivitas perikanan ANALISIS JASA EKOSISTEM
(ikan-ikan karang) yang memiliki nilai PESISIR
ekonomi tinggi mengartikan bahwa
Analisis jasa ekosistem
terumbu karang memberikan sumbangan
diperlukan untuk pengelolaan. Burkhard
langsung bagi sektor tersebut. Manfaat
et al. (2012) telah melakukan analisis jasa
lain ekosistem terumbu karang adalah ekosistem dengan menggunakan matriks.
sebagai sumber bibit budidaya, misalnya Matriks yang dibangun merupakan
bibit ikan kerapu, teripang, kekerangan integrasi antara jasa ekosistem dengan
dan rumput laut, sumber bahan dasar tutupan lahan yang ada yang kemudian di
konstruksi dan objek kegiatan wisata tuangkan dalam bentuk spasial. Analisis

31
tersebut dikenal sebagai ‘matriks jasa kepada manusia. Jasa ini mencakup
ekosistem’. Pada ekosistem daratan, semua jasa yang berhubungan dengan
pembuatan matriks integrasi tersebut proses ekologi yang berjalan di dalam
lebih mudah karena data tipe tutupan ekosistem. Jasa pengaturan yang tidak
lahan tersedia, misalnya data tutupan langsung diberikan kepada manusia. Jasa
lahan untuk pemukiman, pertanian, ini merupakan jasa yang diperoleh oleh
industri dan sebagainya. Sebaliknya ekosistem dan berperan dalam mengatur
untuk wilayah ekosistem pesisir data proses yang ada di dalam dan di luar
tutupan lahan sangat terbatas dan inilah ekosistem lamun. Jasa persediaan
yang menjadi kendala dalam pembuatan merupakan jasa yang diberikan langsung
matriks. oleh ekosistem kepada manusia, misalnya
sebagai sumber perikanan. Jasa budaya
Penulis telah melakukan analisis merupakan jasa yang langsung diberikan
jasa ekosistem lamun, mengadopsi kepada manusia tetapi dalam bentuk non-
Burkhard et al. (2012) dengan melakukan material. Sebagai contoh adalah kegiatan
beberapa modifikasi. Untuk melakukan wisata di ekosistem mangrove, lamun
analisis jasa lamun, beberapa langkah atau terumbu karang (Burkhard et al.,
dilakukan, yaitu: 1) mengidentifikasi 2012).
komponen jasa ekosistem; 2)
mengidentifikasi tipe tutupan lahan atau Langkah awal adalah
penggunaan lahan; 3) membuat matriks mengidentifikasi fungsi dan manfaat
jasa ekosistem dan melakukan penilaian. ekosistem dari berbagai sumber
informasi ataupun pengamatan langsung
a. Mengidentifikasi Komponen Jasa
(untuk skala yang lebih kecil). Setelah
Ekosistem
jasa ekosistem terpetakan, selanjutnya
Identifikasi jasa ekosistem jasa ekosistem tersebut dikelompokkan
bertujuan untuk memetakan komponen ke dalam komponen jasa ekosistem
jasa pendukung (ecological integrity), (pendukung, pengatur, penyedia dan
jasa pengaturan, jasa persediaan dan jasa budaya). Tabel 2 memperlihatkan jasa
budaya. Jasa pendukung merupakan ekosistem dari mangrove, lamun dan
jasa yang tidak langsung diberikan terumbu karang.

Tabel 2. Jasa ekosistem pesisir dari berbagai sumber


Jasa Ekosistem Mangrove* Lamun* Terumbu karang***
Nursery & feeding ground v v v
Spawning & rearing ground v v v
Tempat berlindung biota v v v
Pemasok nutrisi v v v
Tempat hidup hewan langka   v v
Kaya keanekaragaman jenis biota v v v

32
Pelindung pantai v v v
Pemerangkap sedimen   v  
Mempertahankan pH air laut   v  
Peredam arus v v v
Menjaga kejernihan air   v  
Penstabil substrat   v  
Melihat arah arus   v  
Menahan laju sedimentasi v
Menjaga erosi pantai v
Sumber ikan   v v
Sumber kepiting v v  
Sumber invertebrata   v v
Sumber ikan hias   v v
Sumber benih v v v
Obat v v v
Pupuk   v  
Atap rumah/konstruksi v v  
Arang dan kayu bakar v v  
Sumber tannin v v  
Bioprospecting v v v
Tempat meletakkan perangkap   v v
Tempat berlabuh kapal v v  
Tempat dermaga v v  
Alur kapal v v  
Rekreasi/wisata v v v
Nilai intrinsik dan biodiversitas   v v

* Anwar & Gunawan (2006); **Sjafrie et al. (2015); *** Nybakken 1992

b. Mengidentifikasi Lahan Ekosistem terumbu karang sudah ada, namun data


yang lebih detail, misalnya berapa luas
Identifikasi lahan diperlukan
habitat lumpur, pasir, karang hidup dan
untuk mengetahui tipe tutupan lahan.
Burkhard et al. (2012) menggunakan sebagainya masih sangat terbatas. Sjafrie
saletite-base CORINE dari Uni Eropa et al. (2015) telah menganalisis jasa
untuk mengetahui tutupan lahan daratan ekosistem lamun di pesisir Timur Pulau
dan dibedakan ke dalam 44 tipe. Telah Bintan. Dalam penelitian mereka, tutupan
dikatakan di atas bahwa data tutupan lahan dibedakan menjadi dua, yaitu tipe
lahan untuk ekosistem pesisir masih habitat dan morfologi dasar perairan.
sangat minim. Secara nasional data Tipe habitat mengadopsi dari tutupan
luasan ekosistem mangrove, lamun dan lahan di area terumbu karang, sedangkan

33
morfologi dasar perairan diketahui matriks terbentuk, langkah selanjutnya
melalui pengamatan dan wawancara adalah melakukan penilaian terhadap
dengan nelayan lokal. tiga matriks (Tabel 3, Tabel 4 dan Tabel
5). Pertama matriks kapasitas (supply),
c. Membuat Matriks Jasa Ekosistem kisaran nilai adalah 0-5 (Burkhard et al.,
dan Melakukan Penilaian 2012) atau 0-3 (Sjafrie et al., 2015). Nilai
nol mengartikan tidak ada hubungan
Matriks jasa ekosistem terdiri atas antara tutupan lahan/habitat/ morfologi
sumbu-x dan sumbu-y. Sumbu-x adalah ekosistem (sumbu-x) dengan kapasitas
hasil identifikasi tutupan lahan, sedangkan jasa ekosistem (sumbu-y). Nilai positif
sumbu-y adalah komponen jasa dari rendah sampai tinggi, menyatakan
ekosistem (Sjafrie et al., 2015). Setelah hubungan kapasitas.

Tabel 3. Bentuk matriks kapasitas/persediaan/supply jasa ekosistem


Tutupan lahan
Jasa Ekosistem
LC1 LC2 LC3 LC4 ......... LCn
∑Integritas Ekologi            
EI1            
……………………..            
EIn            
∑Jasa Pengaturan            
RsS1            
………………..            
RsSn            
∑Jasa Persediaan            
PsS1            
…………………            
PsSn            
∑Jasa budaya            
CsS1            
……………….            
CsSn            

Kedua, matriks permintaan (demand), kapasitas. Untuk memberikan penilaian


matriks ini menggambarkan hubungan pada matriks demand, dibutuhkan data
antara tipe lahan/habitat/morfologi kondisi terkini yang menyangkut jasa
dengan permintaan jasa ekosistem. ekosistem tersebut, Misalnya, hasil
Kisaran nilai sama dengan matriks tangkapan ikan karang meningkat

34
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, (demand). Kisaran nilai adalah -5 sampai
artinya adalah hubungan permintaan 5 (Burkhard et al., 2012); atau -3 sampai
antara karang dengan hasil tangkapan 3 (Sjafrie et al., 2015). Nilai negatif
ikan karang mempunyai nilai yang tinggi. mengartikan bahwa permintaan melebihi
Ketiga, matriks ketersediaan (budget), persediaan (demand > supply), demikian
nilai matriks ini diperoleh dari hasil pula sebaliknya.
pengurangan antara matriks kapasitas
(supply) dengan matriks permintaan

Tabel 4. Bentuk matriks permintaan (demand)

Tutupan lahan
Jasa Ekosistem
LC1 LC2 LC3 LC4 ......... LCn
Jasa Pengaturan            
RdS1            
………………..            
RdSn            
Jasa Persediaan            
PdS1            
…………………            
PdSn            
Jasa budaya            
CdS1            
……………….            
CdSn            

Tabel 5. Bentuk matriks ketersediaan (budget)

Tutupan lahan
Jasa Ekosistem
LC1 LC2 LC3 LC4 ......... LCn
Jasa Pengaturan            
RbS1  RsS1- RdS1          
………………..            
RbSn            
Jasa Persediaan            
PbS1  PsS1- PdS1          
…………………            
PbSn            

35
Jasa budaya            
CbS1 CsS1- CdS1          
……………….            
CbSn            

Interpretasi Hasil Matriks Jasa URGENSI JASA EKOSISTEM


Ekosistem PESISIR

Untuk melihat keseimbangan jasa Umumnya matriks jasa ekosistem


ekosistem, dalam artian adalah hubungan digunakan untuk mempermudah para
antara pemanfaat (manusia) dengan yang pengambil kebijakan dalam menentukan
dimanfaatkan (sumberdaya alam) di skala prioritas pembangunan. Dalam
persentasikan dalam matriks ketersediaan konteks nasional atau regional, analisis
(budget). Apabila salah satu komponen jasa ekosistem dilakukan secara spasial,
dari salah satu jasa ekosistem bernilai sehingga menjadi lebih mudah untuk
positif, maka artinya komponen tersebut dipahami. Dalam konteks jasa ekosistem
memiliki peluang untuk dikembangkan pesisir, penggunaan matriks jasa
lebih lanjut. Sebaliknya apabila salah ekosistem dapat memberikan gambaran
satu komponen bernilai negatif, maka tentang keseimbangan antara tutupan
perlu ada upaya penanganan. Skala nilai lahan/tipe habitat/morfologi) dengan
pemanfaatannya, walaupun sulit untuk
mengindikasikan prioritas bagi upaya
melakukannya secara spasial. Sebagai
pengembangan atau penanganan.
contoh matriks jasa ekosistem lamun di
pesisir timur Kabupaten Bintan (Gambar
2) (Sjafrie et al., 2015). Dari matriks
diperlihatkan tentang surplus dan defisit
jasa ekosistem. Surplus jasa ekosistem
diperlihatkan dengan warna merah,
sedangkan defisit diperlihatkan dengan
warna biru. Warna-warna tersebut akan
memudahkan seorang manajer untuk
mengambil keputusan tentang apa yang
harus dilakukan kedepan.

36
Gambar 2. Contoh hasil analisis dengan matriks jasa ekosistem (Sjafrie et al., 2015).

Analisis akan semakin detail data tutupan lahan di ekosistem pesisir,


apabila dilakukan secara spasial, terutama tutupan lamun dan terumbu
sehingga pengelolaan yang akan karang yang masih terbatas serta 3) data
dilakukan menjadi lebih tepat sasaran. penunjang lainnya yang juga minim.
Namun penggunaan spasial masih Ke depan tentunya pengelolaan
merupakan tantangan tersendiri karena ekosistem pesisir tentunya tidak
1) cakupan areal yang relatif kecil, 2) terlepas dari teori-teori perencanaan

37
pengelolaan pesisir dan laut. Kay Caesar, H. 1996. Economic analysis
& Alder (1999) mengatakan bahwa of Indonesian coral reef.
pendekatan perencanaan pengelolaan Working Paper Series “Work
pesisir cenderung merupakan bagian in Progress”. World Bank,
atau gabungan dari sejumlah teori Washington DC: 97 pp.
perencanaan untuk memberikan solusi
perencanaan terbaik, yaitu rational, Chiu, S., Y. Huang and H. Lin. 2013.
incremental, adaptive dan consensual Carbon budget of leaves
planning. Pembangunan berkelanjutan of the tropical intertidal
(sustainable development) adalah akhir seagrass Thalassia hemprichii.
dari tujuan pengelolaan yang didalamnya Estuarine, Coastal and Self
telah mengakomodir aspek ekologi, Science 125: 27-35.
sosial, ekonomi yang berada dalam
keadaan saling terkait dan terintegrasi Chua, Thi-Eng. 2006. The Dynamics
(Chua, 2006). of Integrated Coastal
Management: Practical
Applications in the Sustainable
DAFTAR PUSTAKA
Coastal Development in
East Asia. GEF/UNDP/
Anwar, C dan H. Gunawan. 2006. Peranan
IMO Regional Programme
Ekologis dan Sosial Ekonomis
on Buldings Partnerships in
Hutan Mangrove dalam
Environmental Management
Mendukung Pembangunan
for the Seas of East Asia
Wilayah Pesisir. Makalah
(PEMSEA), Quezon City,
Utama pada Ekspose Hasil-
Philippines. 431p.
hasil Penelitian: Konservasi
dan Rehabilitasi Sumberdaya
Costanza. R., R. D’arge; R. De Groot;
Hutan. Padang, 20 September
S. Farberk, M. Grasso, B.
2006. 12 hal.
Hannon, K. Limburg, S. Naeen,
R. V. O’neill, J. Paruello, R. G.
Bengen, D.G. 2002. Ekosistem
Raskin, P. Sutton and M. Van
Sumberdaya Pesisir dan Lautan
Den Belt. 1997. The Value of
serta Prinsip Pengelolaanya.
the world’s ecosystem services
Sinopsis. Bogor: PKSPL IPB.
and natural capital. Nature 387:
253-260
Burkhard, B., F. Kroll, S. Nedkov and
F. Muller. 2012. Mapping
Cullen-Unsworth, L.C and R.K.F.
ecosystem service supply,
Unsworth. 2013. Seagrass
demand and budgets.
meadows, Ecosystem Services
Ecological Indicators 21: 17–
and Sustainability. Environment
29

38
Science and Policy for Kehutanan dan Perkebunan dan
Sustainable Development JICA. Jakarta.
Magazine 55 (3): 14-26 [doi10
.1080_00139157.2013.785864] Istiyanto, D.C., S.K. Utomo, dan Suranto.
2003. Pengaruh Rumpun Bakau
Cullen-Unsworth, L.C, L.M. Nordlund, terhadap Perambatan Tsunami
J. Paddcock, S. Baker, L.J. di Pantai. Makalah pada
Mckenzie and R.K.F. Unsworth. Seminar Nasional “Mengurangi
2014. Seagrass medows Dampak Tsunami:
globally as coupled social- Kemungkinan Penerapan Hasil
ecological system: Implication Riset” di Yogyakarta, 11 Maret
for human wellbeing. Marine 2003.
Pollution Bulletin 83: 387-397
Jaxion-Ham, J., J. Saunders and M.R.
Dahuri, R., J. Rais, S. Putra Ginting dan Speight. 2012. Distribution of
M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan fish in seagrass, mangrove and
Sumberdaya Wilayah Pesisir coral reef: life-stage dependent
dan Lautan secara Terpadu. PT habitat use in Honduras. Rev.
Pradnya Paramita, Jakarta. 326 Biol. Trop. 60(2): 683-698.
hal.
Kay, R and J. Alder. 1999. Coastal
De la Torre-Castro, M and P. Ronnback. Planning and Management. E & FN
2004. Link between human SPON, London. 375 p
seagrasses – an example from
Tropical East Africa. Ocean Keputusan Menteri Kelautan dan
& Coastal Management 47: Perikanan Nomor: KEP.10/
361–387 MEN/2002 tentang Pedoman
Umum Perencanaan
http://www.seagrassrecovery.com/ Pengelolaan Pesisir Terpadu
seagrass/ diakses tanggal 25 April 2014.
Kiswara. W. 2009. Perspekif Lamun
http:// www.google.co.id/search dalam Produktivitas Hayati
hubungan antara mangrove, Pesisir. Dalam Prosiding
lamun dan terumbu karang. Lokakarya Nasional I
diakses tanggal 7 Oktober 2016. Pengelolaan Ekosistem Lamun
(Hutomo M, Bengen, .G,
Kuriandewa, T. Taurusman,
Inoue, Y., O. Hadiyati, H.M.A. Affendi, A.A dan Haryani, E,B, eds.).
K.R. Sudarma dan I.N. Budiana. Jakarta, 18 November 2009:
1999. Model Pengelolaan Hutan 91-119.
Mangrove Lestari. Departemen

39
Manca, E., I. Careces, J.M. Alsina, V. Sjafrie, N.D.M. 2010. Nilai Ekonomi
Stratigaki, I. Towned and C.L. Terumbu Karang Di Kecamatan
Amos. 2012. Wave energy and Selat Nasik, Kabupaten
wave induced flow reduction Belitung. Oseanologi dan
by full-scale model Posidonia Limnologi di Indonesia 36(1):
oceanica seagrass. Continental 97-109
Shelf Research, (50-51): 100-
Sjafrie, N.D.M, L. Adrianto, A. Damar
116.
dan M. Boer. 2015. Analisis
keseimbangan jasa ekosistem
Millenium Ecosystem Assessment. 2005.
lamun. Oseanologi dan
Ecosystems and Well-Human
Limnologi di Indonesia 41(3):
Being Synthesis. Island Press.
291-304.
Washington DC. 137 p.

Suharsono. 2007. Pengelolaan terumbu


Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Penerbit
karang di Indonesia. Orasi
Djambatan. Jakarta. 367 hal
Pengukuhan Profesor Riset
Bidang Ilmu Oseanografi.
Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut
Pusat Penelitian Oseanografi
Suatu Pendekatan Ekologis.
Lembaga Ilmu Pengetahuan
PT. Gramedia. Jakarta
Indonesia. Jakarta: 112 hal.
Pusat Penelitian Oseanografi LIPI.
Unsworth, R.K; J. D. Taylor; A. Powell;
2016. Status Padang Lamun
J. J. Bell and D. J. Smith. 2007.
di Indonesia. Press Realese.
The contribution of scarid
Disampaikan pada Penunjukan
herbivory to seagrass ecosystem
LIPI sebagai Wali Data Terumbu
dynamics in the Indo-Pasific.
Karang dan Padang Lamun
Estuarine, Coastal and Shelf
di Indonesia berdasarkan
Science xx: 1-10.
Peraturan Kepala LIPI Nomor
54 tahun 2016. Gedung Sasana
Unsworth, Rkf; C. J Collier; G. M.
Widya Graha LIPI, Jakarta, 22
Henderson and L. J Mckenzie.
Februari 2016
2012. Tropical seagrass
meadows modify seawater
Sheppard, J.K., I.R. Lawler and H. Marsh.
carbon chemistry: implications
2006. Seagrass as pasture for
for coral reefs impacted by
seacows: Landscape-level
ocean acidification. Environ.
dugong habitat evaluation.
Res. Lett. 7 (2012) 024026
Estuarine, Coastal dan Self
(9pp)
Science 71: 117-132.

40

Anda mungkin juga menyukai