Trombositosis Pada Pasien Anemia
Trombositosis Pada Pasien Anemia
Trombosit
Trombosit atau platelet merupakan sel discoid berukuran kecil (0.5 – 3.0 um) yang
disintesis di sumsum tulang dan distimulasi oleh hormone trombopoietin. Sel ini berkembang dari
sel pluripotent yang dipengaruhi oleh colony-stimulating factors (CSFs) yang diproduksi oleh
makrofag, fibroblast, limfosit T, dan menstimulasi sel endotel. Sel induk dari platelet disebut
megakariosit. Setiap megakariosit mampu memproduksi sekitar 2000 platelet. Trombopoietin
bertanggungjawab dalam menstimulasi maturasi dan pelepasan platelet. Hormone ini berasal dari
ginjal dan sebagian dari spleen dan liver. Sumsum tulang tidak mengandung platelet, 80% berada
di sirkulasi dan 20% berada di spleen. Meskipun platelet tidak memiliki nucleus, mereka memiliki
granul yang dapat disekresi selama reaksi pelepasan platelet dan berisi banyak komponen biokimia
aktif seperti serotonin, ADP dan ATP. Platelet dihancurkan oleh system retikuloendotelial.
Fungsi Platelet
Platelet memainkan peran penting dalam pembentukan sumbat dan kaskade koagulasi.
Pembentukan sumbat pada tempat dimana pembuluh darah robek merupakan bentuk barrier
mekanik awal. Lumen pembuluh darah dibatasi oleh sel endotel, dan kerusakan pada pembatas ini
menimbulkan beberapa reaksi: adhesi, agregasi, pelepasan, stabilisasi clot.
Trombositosis
Trombositosis adalah peningkatan jumlah platelet lebih dari 450 x 109/L. Penyebab
meningkatnya platelet dapat primer maupun sekunder. Mekanisme yang mendasari terjadinya
gangguan reactif adalah stimulus eksternal yang menyebabkan peningkatan pembentukan
eritropoietin dan/atau trombopoietin. Hal ini dapat meningkatkan produksi platelet di sumsum
tulang. Respon ini merupakan respon fisiologis dan wajar (misalnya peningkatan platelet sebagai
respon terjadinya perdarahan) atau patologis (peningkatan platelet sebagai respon produksi growth
factors oleh tumor). Trombositosis primer seperti myeloproliferative disorders, dimana jumlah
platelet meningkat namun fungsinya menurun. Dari semua myeloproliferative disorders,
trombositemia esensial memiliki peningkatan platelet yang paling tinggi, yaitu dapat mencapai 1
juta. Penyebab sekunder diantaranya kehilangan darah akut maupun kronik, penyakit inflamasi
kronik, postsplenectomy, dan anemia defisiensi besi. Pada kasus-kasus ini, fungsi platelet tetap
normal, meskipun peningkatannya dapat berlangsung selama beberapa hari sampai minggu.
Interferon-
Sitokin inflamasi ke dua yang berkontribusi dalam terjadinya trombositosis
pada inflamasi adalah IFN-. interferon adalah protein yang dapat memunculkan
keadaan antiviral pada sel mamalia. IFN- paling berperan terhadap efek
hematologis, termasuk supresi langsung pertumbuhan koloni pembentuk eritroid
dan aktivasi makrofag untuk mensekresi sejumlah sitokin inflamasi.
IFN- diproduksi dengan mengaktivasi limfosit T dan sel Natural Killer
sebagai respon mediator inflamasi TNF-, IL-12, dan IL-15. Efek hematologis
paling menonjol yaitu aktivasi makrofag, dan penghambatan respon proliferative
pada stem cell dan progenitor eritroid. Meskipun demikian, kontras dengan efek
menginhibisi terjadinya eritropoesis, sitokin menstimulasi pertumbuhan dan
diferensiasi megakariosit.
Pasien dengan kondisi inflamasi dan trombositosis dapat memiliki
penyebab tambahan terhadap terjadi peningkatan hitung platelet. Pada penelitian
terbaru, pasien dengan inflammatory bowel disease, trombositosis tidak ditemukan
pada setengah subjek yang menerima terapi Fe.
Terapi
Terapi untuk trombositosis sama seperti terapi polisitemia reaktif yaitu mengobati penyakit
yang mendasarinya. Pasien dengan trombositosis reaktif mungkin juga memerlukan terapi anti
platelet seperti aspirin, untuk menurunkan risiko terjadinya thrombosis.
Analisa Kasus:
Pada pasien ini terdapat anemia dengan ditemukannya kadar hemoglobin 4,3 g/dl dan pada
pemeriksaan darah tepi didapatkan eritrosit hipokrom mikrositer yang mengesankan adanya
penyakit kronik atau defisiensi Fe. Penyakit kronik pada pasien belum terdiagnosa. Namun
berdasarkan gejala klinis dan anamnesa, didapatkan riwayat BAB hitam seperti aspal dan
konjungtiva anemis. BAB hitam atau melena mengindikasikan adanya perdarahan pada saluran
cerna bagian atas sehingga darah ikut terdigesti. Penyebab paling sering adalah ulkus peptikum,
gastritis, duodenitis, dan esophagitis. Sehingga pada pasien ini, diduga mengalami inflamasi pada
saluran cerna atas yang mengakibatkan terjadinya perdarahan yang menyebabkan hilangnya darah
dan diikuti oleh defisiensi besi. Inflamasi dan defisiensi besi, seperti telah diuraikan diatas, dapat
menjadi penyebab terjadinya trombositosis.
Referensi:
1. Ciesla, Betty. 2012. Hematology in Practice 2nd ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.
2. Mehta, A. B., Hoffbrand, A. V. 2014. Haematology at a Glance 4th ed. UK: John Wiley
& Sons, Ltd.
3. Kaushansky, K., et al. 2016. Williams Hematology 9th ed. USA: McGraw-Hill Education.
4. Evstatiev, Rayko., et al. Iron Deficiency Alters Megakaryopoiesis and Platelet Phenotype
Independent of Thrombopoietin. American Journal of Hematology.
http://dx.doi:10.1002/ajh.23682 [diakses tanggal 5 Oktober 2017]
5. Davey, Patrick. 2014. Medicine at a Glance 4th ed. UK: John Wiley & Sons, Ltd