Anda di halaman 1dari 16

TUTORIAL KLINIK

PATOFISIOLOGI LARINGITIS

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan


Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter
Bagian Ilmu THT – KL RST Dr. Soedjono Magelang

Disusun oleh :

Wiraga Adi Nugraha


1710221068

Pembimbing :

dr. Bambang Suryadi, Sp.THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN
PATOFISIOLOGI LARINGITIS

Disusundandiajukanuntukmemenuhipersyaratantugas
Kepaniteraan KlinikDepartemen THT Rumah Sakit Tk.II
dr. Soedjono Magelang

Oleh :

Wiraga Adi Nugraha


1710221068

Magelang, 11 Januari 2018


Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

(dr. Bambang Suryadi, Sp.THT-KL )


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas nikmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini. Penulis berharap agar
laporan ini dapat dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan dan instasi.
Dalam penyelesaian laporan ini penulis ingin menyampaikan terimakasih
kepada :
1. dr. Bambang Suryadi, Sp.THT-KL
2. Teman-teman Departemen stase THT yang selama ini selalu memberikan
dukungan
Penulis menyadari bahwa selama penulisan ini, penulis masih mempunyai
banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritikan untuk
menyempurnakan laporan ini.

Magelang, 11 Januari 2018

Penulis
PATOFISIOLOGI LARINGITIS

LARINGITIS AKUT
DEFINISI
Laringitis akut adalah radang akut laring yang disebabkan oleh virus dan
bakteri yang berlangsung kurang dari 3 minggu dan pada umumnya disebabkan
oleh infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza (tipe 1,2,3), rhinovirus
dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus influenzae, Branhamella
catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus dan Streptococcus
pneumoniae.1,2,3

ANATOMI
Laring merupakan bagian terbawah dari saluran nafas bagian atas.1 Berikut
ini akan ditampilkan laring secara anatomi.

Gambar 1. Laring 4
Bentuk laring menyerupai limas segitiga terpancung dengan bagian atas
lebih terpancung dan bagian atas lebih besar daripada bagian bawah. Batas atas
laring adalah aditus laring sedangkan batas kaudal kartilago krikoid.1
Struktur kerangka laring terdiri dari satu tulang (os hioid) dan beberapa
tulang rawan, baik yang berpasangan ataupun tidak.5 Komponen utama pada
struktur laring adalah kartilago tiroid yang berbentuk seperti perisai dan kartilago
krikoid. Os hioid terletak disebelah superior dengan bentuk huruf U dan dapat
dipalapsi pada leher depan serta lewat mulut pada dinding faring lateral.
Dibagian bawah os hioid ini bergantung ligamentum tirohioid yang terdiri dari
dua sayap / alae kartilago tiroid. Sementara itu kartilago krikoidea mudah teraba
dibawah kulit yang melekat pada kartilago tiroidea lewat kartilago krikotiroid
yang berbentuk bulat penuh. Pada permukaan superior lamina terletak pasangan
kartilago aritinoid yang berbentuk piramid bersisi tiga. Pada masing-masing
kartilago aritinoid ini mempunyai dua buah prosesus yakni prosessus vokalis
anterior dan prosessus muskularis lateralis.
Pada prossesus vokalis akan membentuk 2/5 bagian belakang dari korda
vokalis sedangakan ligamentum vokalis membentuk bagian membranosa atau
bagian pita suara yang dapat bergetar. Ujung bebas dan permukaan superior
korda vokalis suara membentuk glotis. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar
struktur anatomi laring pada gambar 2. Kartilago epiglotika merupakan struktur
garis tengah tunggal yang berbentuk seperti bola pimpong yang berfungsi
mendorong makanan yang ditelan kesamping jalan nafas laring. Selain itu juga
teradpat dua pasang kartilago kecil didalam laring yang mana tidak mempunyai
fungsi yakni kartilago kornikulata dan kuneiformis.5

Gambar 2. struktur anatomi laring 4


Gerakan laring dilakukan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan intrisik.
Otot ekstinsik bekerja pada laring secara keseluruhan yang terdiri dari otot
ekstrinsik suprahioid (m.digastrikus, m.geniohioid, m.stilohioid dan m.milohioid)
yang berfungsi menarik laring ke atas. otot ekstinsik infrahioid (m.sternihioid,
m.omohioid, m.tirohioid). Otot intrisik laring menyebabkan gerakan antara
berbagai struktur laring sendiri, seperti otot vokalis dan tiroaritenoid yang
membentuk tonjolan pada korda vokalis dan berperan dalam membentuk
teganagan korda vokalis, otot krikotiroid berfungsi menarik kartilago tiroid
kedepan, meregang dan menegangkan korda vokalis.5
Laring disarafi oleh cabang-cabang nervus vagus yakni nervus laringeus
superior dan nervus laringeus inferior (n.laringeus rekurens). Kedua saraf ini
merupakan campuran saraf motorik dan sensorik. Perdarahan pada laring terdiri
dari dua cabang yakni arteri laringeus superior dan ateri laringeus inferior yang
kemudian akan bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.1,2

FISIOLOGI
Laring berfungsi sebagai proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, respirasi,
sirkulasi, menelan, emosi dan fonasi. Fungsi laring untuk proteksi adalah untuk
mencegah agar makanan dan benda asing masuk kedalam trakea dengan jalan
menutup aditus laring dan rima glotis yang secara bersamaan. Benda asing yang
telah masuk ke dalam trakea dan sekret yang berasal dari paru juga dapat
dikeluarkan lewat reflek batuk. Fungsi respirasi laring dengan mengatur mengatur
besar kecilnya rima glotis. Dengan terjadinya perubahan tekanan udara maka
didalam traktus trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah tubuh.
Oleh karena itu laring juga mempunyai fungsi sebagai alat pengatur sirkulasi
darah. Fungsi laring dalam proses menelan mempunyai tiga mekanisme yaitu
gerakan laring bagian bawah keatas, menutup aditus laringeus, serta mendorong
bolus makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk kedalam laring. 1
ETIOLOGI 1,2,6,7
Laringitis akut ini dapat terjadi dari kelanjutan infeksi saluran nafas seperti
influenza atau common cold. infeksi virus influenza (tipe A dan B), parainfluenza
(tipe 1,2,3), rhinovirus dan adenovirus. Penyebab lain adalah Haemofilus
influenzae, Branhamella catarrhalis, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus
aureus dan Streptococcus pneumoniae.Penyakit ini dapat terjadi karena
perubahan musim / cuaca, Pemakaian suara yang berlebihan, trauma, bahan
kimia, alerg, merokok dan minum-minum alkohol.

PATOFISIOLOGI
Hampir semua penyebab inflamasi ini adalah virus. Invasi bakteri mungkin
sekunder. Laringitis biasanya disertai rinitis atau nasofaringitis. Awitan infeksi
mungkin berkaitan dengan pemajanan terhadap perubahan suhu mendadak,
defisiensi diet, malnutrisi, dan tidak ada immunitas. Laringitis umum terjadi pada
musim dingin dan mudah ditularkan. Ini terjadi seiring dengan menurunnya daya
tahan tubuh dari host serta prevalensi virus yang meningkat. Laringitis ini
biasanya didahului oleh faringitis dan infeksi saluran nafas bagian atas lainnya.
Hal ini akan mengakibatkan iritasi mukosa saluran nafas atas dan merangsang
kelenjar mucus untuk memproduksi mucus secara berlebihan sehingga
menyumbat saluran nafas. Kondisi tersebut akan merangsang terjadinya batuk
hebat yang bisa menyebabkan iritasi pada laring. Dan memacu terjadinya
inflamasi pada laring tersebut. Inflamasi ini akan menyebabkan nyeri akibat
pengeluaran mediator kimia darah yang jika berlebihan akan merangsang
peningkatan suhu tubuh.8
GEJALA KLINIS 1,2,6,7,9,10
Gejala lokal seperti suara parau dimana digambarkan pasien sebagai suara
yang kasar atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari
suara yang biasa / normal dimana terjadi gangguan getaran serta ketegangan
dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan sehingga menimbulkan suara
menjada parau bahkan sampai tidak bersuara sama sekali (afoni). Sesak nafas dan
stridor , Nyeri tenggorokan seperti nyeri ketika menalan atau berbicara. Gejala
radang umum seperti demam, malaise , Batuk kering yang lama kelamaan disertai
dengan dahak kental, Gejala commmon cold seperti bersin-bersin, nyeri
tenggorok hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri
kepala, batuk dan demam dengan temperatur yang tidak mengalami peningkatan
dari 38 derajat celsius. Gejala influenza seperti bersin-bersin, nyeri tenggorok
hingga sulit menelan, sumbatan hidung (nasal congestion), nyeri kepala, batuk,
peningkatan suhu yang sangat berarti yakni lebih dari 38 derajat celsius, dan
adanya rasa lemah, lemas yang disertai dengan nyeri diseluruh tubuh . Pada
pemeriksaan fisik akan tampak mukasa laring yang hiperemis, membengkak
terutama dibagian atas dan bawah pita suara dan juga didapatkan tanda radang
akut dihidung atau sinus paranasal atau paru Obstruksi jalan nafas apabila ada
udem laring diikuti udem subglotis yang terjadi dalam beberapa jam dan biasanya
sering terjadi pada anak berupa anak menjadi gelisah, air hunger, sesak semakin
bertambah berat, pemeriksaan fisik akan ditemukan retraksi suprasternal dan
epigastrium yang dapat menyebabkan keadaan darurat medik yang dapat
mengancam jiwa anak.

PEMERIKSAAN PENUNJANG 2,11


1. Foto rontgen leher AP : bisa tampak pembengkakan jaringan
subglotis (Steeple sign). Tanda ini ditemukan pada 50% kasus.
2. Pemeriksaan laboratorium : gambaran darah dapat normal. Jika
disertai infeksi sekunder, leukosit dapat meningkat.
3. Pada pemeriksaan laringoskopi indirek akan ditemukan mukosa laring
yang sangat sembab, hiperemis dan tanpa membran serta tampak
pembengkakan subglotis yaitu pembengkakan jaringan ikat pada konus
elastikus yang akan tampak dibawah pita suara.
DIAGNOSIS1,2,7,10
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.

DIAGNOSA BANDING 2,12


1. Benda asing pada laring
2. Faringitis
3. Bronkiolitis
4. Bronkitis
5. Pnemonia

PENATALAKSANAAN 1,2,7,9,10,12
Umumnya penderita penyakit ini tidak perlu masuk rumah sakit, namun ada
indikasi masuk rumah sakit apabila :Usia penderita dibawah 3 tahun. Tampak
toksik, sianosis, dehidrasi atau axhausted, Diagnosis penderita masih belum jelas
Perawatan dirumah kurang memadai
Terapi :
1. Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari
2. Jika pasien sesak dapat diberikan O2 2 l/ menit
3. Istirahat
4. Menghirup uap hangat dan dapat ditetesi minyak atsiri / minyak
mint bila ada muncul sumbatan dihidung atau penggunaan larutan
garam fisiologis (saline 0,9 %) yang dikemas dalam bentuk
semprotan hidung atau nasal spray
5. Medikamentosa : Parasetamol atau ibuprofen / antipiretik jika
pasien ada demam, bila ada gejala pain killer dapat diberikan obat
anti nyeri / analgetik, hidung tersumbat dapat diberikan
dekongestan nasal seperti fenilpropanolamin (PPA), efedrin,
pseudoefedrin, napasolin dapat diberikan dalam bentuk oral
ataupun spray.Pemberian antibiotika yang adekuat yakni : ampisilin
100 mg/kgBB/hari, intravena, terbagi 4 dosis atau kloramfenikol :
50 mg/kgBB/hari, intra vena, terbagi dalam 4 dosis atau
sefalosporin generasi 3 (cefotaksim atau ceftriakson) lalu dapat
diberikan kortikosteroid intravena berupa deksametason dengan
dosis 0,5 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3 dosis, diberikan selama 1-
2 hari.
6. Pengisapan lendir dari tenggorok atau laring, bila penatalaksanaan
ini tidak berhasil maka dapat dilakukan endotrakeal atau
trakeostomi bila sudah terjadi obstruksi jalan nafas.
7. Pencegahan : Jangan merokok, hindari asap rokok karena rokok
akan membuat tenggorokan kering dan mengakibatkan iritasi pada
pita suara, minum banyak air karena cairan akan membantu
menjaga agar lendir yang terdapat pada tenggorokan tidak terlalu
banyak dan mudah untuk dibersihkan, batasi penggunaan alkohol
dan kafein untuk mencegah tenggorokan kering. jangan berdehem
untuk membersihkan tenggorokan karena berdehem akan
menyebabkan terjadinya vibrasi abnormal pada pita suara,
meningkatkan pembengkakan dan berdehem juga akan
menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih banyak lendir.

PROGNOSIS6
Prognosis untuk penderita laringitis akut ini umumnya baik dan
pemulihannya selama satu minggu. Namun pada anak khususnya pada usia 1-3
tahun penyakit ini dapat menyebabkan udem laring dan udem subglotis sehingga
dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan bila hal ini terjadi dapat dilakukan
pemasangan endotrakeal atau trakeostomi.

12
Laringitis Kronik
Disebabkan o/ sinusitis kronis, deviasi septum yangberat,
poliphidungataubronkitiskronis, vocal abuse. Gejala :suara parau menetap, rasa
terasngkut di tenggorokan, pasien sering mendehem tanpa mengeluarkan secret
karena mukosa menenbal. Pemeriksaanya: mukosamenebal, hiperemis,
permukaantidak rata.

Diagnosis
Pemeriksaan tidak langsung jalan napas dengan menggunakan cermin,
ataupun secara langsung dengan nasolaringoskopi fleksibel maka dapat terlihat
pita suara eritema dan edema, terdapatnya sekret dan permukaan pita suara yang
terlihat ireguler. Perhatikan pula mobilitas dari pita suara dan adanya obstruksi
jalan napas.15
Pada laringitis kronik dapat dilakukan pemeriksaan fisik seperti di bawah
ini, antara lain:
otot-otot bantu pernapasan yang digunakan pada saat respirasi harus
diperiksa, jika ditemukan maka auskultasi jalan napas dan pemeriksaan pulse
oksimetri harus dilakukan; pada kasus infeksi, demam atau parameter lain yang
mengindikasikan toksisitas dapat timbul; pemeriksaan menyeluruh pada kepala
dan leher merupakan hal mutlak yang harus dilakukan ; kelenjar tiroid, laring dan
trakea harus dievaluasi; laringoskopi indirek dapat dilakukan pada pemeriksaan
rutin; lidah, tonsil dan nasofaring, serta sinus untuk menentukan sumber infeksi;
trakeobronkial dan paru harus dipikirkan sebagai penyebab pontesial dari infeksi;
mukus (terutama pada bagian posterior laring), eritema, dan edema, merupakan
temuan yang nonspesifik dari laringitis; beberapa kondisi tertentu dapat
menyerupai, seperti histoplasmosis, blastomikosis, yang merupakan infeksi jamur
yang menyerupai gambaran tuberkulosis dan kanker sel skuamosa pada laring;
epiglotis dan pita suara harus diperiksa; pemeriksaan stroboskopi dapat membantu
melihat kekakuan mukosa, hyperplasia epitel maupun peradangan kronik.13

13
Penatalaksanaan
Terapi yang terpenting ialah mengobati peradangan di hidung, faring serta
bronkus yang mungkin menjadi penyebab laringitis kronik. Pasien diminta untuk
tidak banyak berbicara (vocal rest ).9
1. Terapi medis
Staphylococcus aureus adalah organisme penyebab yang paling sering pada
kasus-kasus laringitis bakteri kronik. Terapi antibiotika yang dipilih
sebaiknya yang dapat mengatasi patogen gram positif dan gram negatif.
Antibiotika yang digunakan adalah amoksisilin dan asam klavulanat. Selain
pengobatan antibiotika, perubahan pola hidup adalah faktor yang jauh lebih
penting dalam mencegah terjadinya laringitis kronik, meliputi: berhenti
merokok dan menghindari lingkungan berasap; hindari makanan dan
minuman 2-3 jam sebelum tidur untuk mencegah sekresi aktif asam
lambung selama tidur; tinggikan kepala ketika tidur, yang akan melindungi
laring dari refluks asam lambung selama tidur; obat-obatan yang dapat
mengurangi produksi asam lambung pada pasien yang mempunyai gejala
peningkatan asam lambung; hindari tindakan membersihkan tenggorokan
yang dapat memperburuk gejala.13,16
2. Terapi operatif
Pengobatan secara operatif biasanya dilakukan pada laringitis kronik. Pada
dasarnya laringitis sendiri bukanlah suatu alasan untuk melakukan operasi.
Beberapa prosedur yang biasa diindikasikan: reduksi stenosis diindikasikan
jika kondisi atau proses infiltrasi, seperti amyloidosis, Wegener
granulomatosis, rheumatoid arthritis, atau systemic lupus erythematous,
secara signifikan mempersempit lumen laring. Dibutuhkan intervensi
operatif yang agresif; operasi pengangkatan massa eksofitik; vaporisasi
dengan laser; operasi antirefluks dengan laparoskopi, menggunakan teknik
fundoplikasi Nissen, telah menunjukkan hasil yang memuaskan dalam
pengobatan GERD.13

14
Komplikasi
Laringitis kronik biasanya menimbulkan komplikasi, antara lain:
penyebaran infeksi ke sistemik atau struktur di sekitarnya; stenosis laring yang
diakibatkan suprainfeksi akut pada laringitis kronik dan edema atau stenosis
sekunder akibat proses lama yang telah terjadi; kerusakan struktur pita suara yang
permanen; transformasi menjadi keganasan.13

Pencegahan
Untuk mencegah kekeringan atau iritasi pada pita suara:
1. Jangan merokok, dan hindari asap rokok dengan tidak menjadi perokok
tidak langsung. Rokok akan membuat tenggorokan kering dan
mengakibatkan iritasi pada pita suara.
2. Minum banyak air. Cairan akan membantu menjaga agar lendir yang
terdapat tenggorokan tidak terlalu banyak dan mudah untuk dibersihkan.
3. Batasi penggunaan alkohol dan kafein untuk mencegah tenggorokan
kering. Bila mengalami langiritis, hindari kedua zat tersebut diatas.
4. Jangan berdehem untuk membersihkan tenggorokan. Berdehem tidak
akan berakibat baik, karena berdehem akan menyebabkan terjadinya
vibrasi abnormal peda pita suara dan meningkatkan pembengkakan.
Berdehem juga akan menyebabkan tenggorokan memproduksi lebih
banyak lendir dan merasa lebih iritasi , membuat ingin berdehem lagi.
Pada laringitis kronis akibat alergi, pasien biasanya memiliki onset
bertahap dengan gejala yang ringan. Pasien dapat mengeluhkan adanya
akumulasi mukus berlebih dalam laring. Pada pemeriksaan laringoskopi
biasa dijumpai sekresi mukus endolaringeal tebal dalam kadar ringan
hingga sedang, eritema dan edema lipatan pita suara serta inkompetensi
glotis episodik selama fase fonasi. Pada kasus laringitis kronis alergi,
tatalaksana meliputi edukasi kepada pasien untuk menghindari faktor
pemicu. Medikasi antihistamin loratadine atau fexofenadine dipilih
karena tidak memiliki efek samping dehidrasi. Sekresi mukus yang tebal
dan lengket dapat diatasi dengan pemberian guaifenesin.10

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Hermani B,Kartosudiro S & Abdurrahman B, Buku Ajar Ilmu Kesehatan


Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, edisi ke 5,
Jakarta:FKUI,2003,190-200
2. Abdurrahman MH, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Edisi ke2,
Jakarta:FKUI,2003,931& Obat, Bandung:Mizan Media Utama,2006,13-20
3. Anonim. Laringitis akut. Diakses dari
http://www.mercksource.com/pp/us/cns hl dorlans
splits,jps?pg=000111294.htm [diakses 9 januari 2009]
4. Jayanto KD, Gambaar Laring (laring picture)2008 diakses dari
http//kurniawanwijayanto.blogspots.com/2008/06/gambar-laring-larynx-
picture.html [diakses 09 januari 2009]
5. Cohen JL, Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam BOIES-Buku Ajar
Penyakit THT.Edisi ke6.Jakarta:EGC,1997,369-76
6. Anonim, Laringitis akut,2009, diakses dari
http://www.laringitisakut.com/pp/us/cns [diakses 9 januari 2009]
7. Kumar S, Disease of the Larinx in Fundamental Of Ear, Nose, & throath
Disease And Head-Neck Surgery, Calcutta,publisher Mohendra Nath
Paul,1996:391-99
8. Jhon SD & Maves MD Surgical Anatomyof vthe Head and Neck. In Byron-
Head and Neck surgery Otolaryngology.ed3.Vol I,USA.Wilkins
Publisher,2001:9
9. Puspitasari I, Flu atau Common cold dalam Cerdas Mengenali Penyakit
10. Becker W, Nauman HH & Pfalt CR, Acute laryngitis in Ear nose and
Throath Desease, New york, Thieme medical publisher:1994:414-15
11. Anonim, Sindroma Croup and Laringitis, 2009, diakses dari
http://google.com [diakses 9 januari 2009]
12. YouTube acute Laringitis, 2008, http://www.youtube.com [diakses 9 januari
2009]

16

Anda mungkin juga menyukai