Makalah Evolusi Tumbuhan Berbiji
Makalah Evolusi Tumbuhan Berbiji
Dosen Pengampu :
Purity Sabila Ajiningrum, S.Si., M.Si.
KELOMPOK 1 (SATU)
Nama Kelompok :
1. Nia Ardyana (162500010)
2. Nur Halifah (162500021)
3. Eni Rahayu Wijayanti (162500022)
4. Nur Laela Abidah (162500028)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kesempatan agar dapat menyelesaikan tugas penulisan makala Evolusi dengan baik dan
tepat pada waktunya.
Penulisan makala yang berjudul ”EVOLUSI TUMBUHAN BERBIJI” ditulis
dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas makalah dalam bab Evolusi mengenai
evolusi pada tumbuhan berbiji . Selain itu dengan penulisan makalah biologi ini dapat
memperoleh banyak pelajaran.
Tentunya dalam penulisan makalah ini tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar,
ada beberapa halangan yang menghambat proses penulisan makalah ini. Tetapi dengan
niat, semangat dan usaha yang sungguh-sungguh, kami dapat mengatasi hambatan-
hambatan tersebut sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
Penulisan makalah ini tentunya terdapat kekurangan. Mohon maaf apabila dalam
penulisan materi atau penyajian ini ada yang kurang baik dan tidak sesuai, penjelasan
yang mungkin kurang berkenan dihati para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3
2.1 Gambaran Umum Evolusi Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta) .......................... 3
2.2 Awal Mula Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta) .................................................. 4
2.3 Sejarah Evolusi Tumbuhan Berbiji ...................................................................... 5
2.4 Sejarah Evolusi Tumbuhan Darat ........................................................................ 7
2.4.1 Asal Tumbuhan Darat adalah Alga ................................................................ 7
2.4.2 Perkembangan Tumbuhan Darat ................................................................... 8
2.5 Pembagian Evolusi pada Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta) ........................... 10
2.5.1 Asal Mula Tumbuhan Gymnospermae ......................................................... 10
2.5.2 Asal Mula Tumbuhan Angiosperma............................................................. 11
2.6 Bukti Evolusi Tumbuhan Berbiji (Spermatophyta) ............................................ 12
2.6.1 Bukti Evolusi Tumbuhan Gymnospermae .................................................... 12
2.6.2 Bukti Evolusi Tumbuhan Angiospermae ...................................................... 13
2.7 Asal Mula Morfologi Tumbuhan Berbiji ............................................................ 15
2.8 Studi Baru Tanaman Berbiji Dilihat Dari Fisiologi Daun ................................... 16
2.9 Evolusi Morfologi dan Anatomi Tumbuhan Berbiji............................................ 17
2.9.1 Akar Tumbuhan Berbiji ............................................................................... 17
2.9.2 Batang Tumbuhan Berbiji Dan Lingkaran Tahun ....................................... 17
2.9.3 Bunga Tumbuhah Berbiji............................................................................. 18
2.9.4 Daun Tumbuhan Berbiji .............................................................................. 20
2.10 Keunggulan Evolusioner Biji ............................................................................ 22
BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 23
3.1 Kesimpilan.......................................................................................................... 23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Evolusi adalah suatu perubahan struktur dan fungsi makhluk hidup dengan
perubahan dari sesuatu yang sederhana menjadi lebih kompleks dan beragam.
Perubahan berlangsung sedikit demi sedikit dan dalam kurun waktu yang lama (Saylo
et al., 2011).
Studi tentang tumbuhan, telah semakin berkembang seiring dengan kemajuan
teknologi, mulai dari penampakan mikroskop elektron meristem apikal hingga
mempelajari evolusi di tingkat molekuler. Kemajuan ini mendorong penelitian bukan
hanya mengenai fase perpindahan tanaman air ke darat tapi juga mengenai bagaimana
organ tumbuhan terbentuk. Informasi mengenai genetika dan ontogeni awal sebagian
besar telah diteliti oleh paleobotanists dan semakin berkembang. Adanya
perkembangan di bidang genetika sangat membantu pemahaman bagaimana proses
terjadinya evolusi.
Asal muasal tumbuhan darat adalah peristiwa evolusi besar dalam sejarah bumi,
secara dramatis mengubah siklus geokimia dan lintasan evolusi taksa lainnya, seperti
metazoans. Sebelum kolonisasi oleh Embryophytes (tumbuhan darat), lingkungan
terestrial itu rentan terhadap erosi didominasi oleh cyanobacterial dan mungkin jamur
dan lumut. Munculnya Embryophytes diduga pada masa pertengahan Ordovican
mendorong pembentukan tanah yang semakin menunjang kehidupan tumbuhan darat.
Pada saat ini sebagian besar organ dan jaringan tanaman yang masih ada (pembuluh
darah, akar, daun, biji, kayu, pertumbuhan sekunder) telah berevolusi.
Evolusi akar telah dikaitkan dengan peningkatan pelapukan batuan Ca-Mg yang
mengarah ke penurunanCO2 di atmosfer. Evolusi kayu dan pertumbuhan sekunder
mengakibatkan ekosistem dengan kanopi berlapis termasuk pohon-pohon besar dan
1
ekosistem yang kompleks. Dengan demikian, evolusi dari tanaman darat memiliki
dampak yang besar pada lingkungan global.
Awal mula tumbuhan darat dikarenakan adanya tumbuhan air yang disebut alga
hijau. Bukti adanya tumbuhan tertua ini dilihat adanya tumbuhan yang berusia 450
tahun menyerupai tumbuhan lumut saat ini. Selama beberapa tahung berkembangnya
tumbuhan ini dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu yang pertama tumbuhan lumut dan
tumbuhan berpembuluh atau paku.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Teori evolusi biologis atau disingkat teori evolusi, masa sekarang ini dapat
dikatakan bahwa teorinya diterima oleh hampir semua ahli biologi, walaupun teori
tersebut disusun berdasarkan bukti-bukti tak langsung. Pokok dari teori evolusi adalah
bahwa hewan, tumbuhan, dan manusia dalam berbagai abad yang lalu telah
berkembang dari makhluk yang berbentuk lebih sederhana. Semua itu melalui proses
evolusi yang telah berlangsung beribu-ribu tahun, bahkan berjuta-juta tahun (Widodo,
1989). Teori evolusi bisa juga dimaksudkan sebagai teori yang menyatakan bahwa ada
kekerabatan di antara organisme atau ada perubahan dan keragaman makhluk hidup,
dalam hal ini teori evolusi merupakan penjelasan terhadap berbagai fenomena yang
kemudian ditunjuk sebagai bukti evolusi.
Menurut Campbell et al. (2003), empat periode utama evolusi tumbuhan
didasarkan pada catatan fosil sejarah adaptasi tumbuhan yang menuju kehidupan di
darat seiring dengan perubahan struktur. Keeempat periode tersebut yaitu :
1. Periode pertama ditunjukkan dengan adanya tumbuhan briofita termasuk lumut
yang berasal dari nenek moyang akuatik selama masa Ordovisium pada zaman
Palaezoikum 475 juta tahun yang lalu. Jaringan vaskuler hanya dimiliki oleh
sebagian kecil briofita dan beberapa memiliki pembuluh pengangkut air.
2. Periode kedua terjadi keragaman tumbuhan vaskuler selama zaman Devon awal
(400 juta tahun yang lalu) yang tidak mempunyai biji pada tumbuhan vaskuler
pertama, ditemukan pada tumbuhan paku-pakuan.
3. Periode ketiga ditandai dengan kemunculan biji yang melindungi embrio dari
kekeringan. Sekitar 360 juta tahun yang lalu muncul tumbuhan vaskuler biji
3
pertama yang terbuka seperti pada Gymnospermae termasuk Conifer. Selama
200 juta tahun tumbuhan ini menempati bumi.
4. Periode keempat, terjadi sekitar 130 juta tahun lalu muncul tumbuhan berbunga
pada awal masa Crestaceus zaman Mesozoikum. Tumbuhan ini memiliki
struktur khusus perkembangbiakan berupa bunga yang mengandung biji yang
terlindungi oleh ovarium sehingga disebut dengan Angiospermae.
Awal mula tumbuhan darat dikarenakan adanya tumbuhan air yang disebut alga hijau.
Bukti adanya tumbuhan tertua ini dilihat adanya tumbuhan yang berusia 450 tahun
menyerupai tumbuhan lumut saat ini. Selama beberapa tahung berkembangnya
tumbuhan ini dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu yang pertama tumbuhan lumut dan
tumbuhan berpembuluh atau paku. Tumbuhan ini telah memiliki jaringan xylem dan
floem yang membentuk akar tumbuhan tegak. Tumbuhan paku ini juga menjadi awal
dari tumbuhan yang menghasilkan biji, sekarang sudah 90% dari seluruh jenis
tumbuhan yang ad merupakan tumbuhan berbiji. Kelompok tumbuhan biji meliputi
4
gymnosepermae atau tumbuhan berbiji terbuka adalah kelompok tumbuhan dimana
bijinya tidak dilindungi oleh daun buah, sehingga biji kelihatan langsung seperti kita
lihat pada biji tumbuhan hias pakis haji. Sehingga berkembang lagi satu kelompok
tumbuhan berbiji tertutup (angiospermae) atau biasa disebut anthophyta (tumbuhan
berbunga) dan spermatophyta (tumbuhan berbiji).
Tumbuhan berbiji merupakan tingkatan tertinggi karena sudah memilki akar,
batang dan daun sejati untuk menunjang hidup di daratan. Serta bunga sebagai alat
kelamin yang berwarna-warni. Akar, batang dan daun tersebut berbeda satu sama lain
dalam hal fungsi, bentuk dan ukuran karena menyesuaikan dengan lingkungan hidup.
Keistimewaan tumbuhan berbiji adalah pada kekuatannya. Biji dapat bertahan pada
keadaan yang sesulit apapun dan rentang waktu yang lama. Keragamaan tumbuhan
berbiji adalah hasil dari tumbuhan kelompok konifer. Evolusi tumbuhan berbiji dimulai
pada tahun 125 juta tahun silam dengan ditandai dengan tumbuhan berbunga (Anonima
2011: 1).
Catatan fosil mencatat empat periode utama evolusi tumbuhan, yang juga dalam
keanekaragaman tumbuhan modern. Masing masing periode meruapakan suatu radiasi
adaptif yang mengikuti evolusi struktur yang membuka kesempatan baru bagi kehidpan
di darat.
5
Gambar 2. Skema Evolusi Tumbuhan
Tumbuhan berbiji muncul pertama kali pada periode ketiga dari empat periode
evolusi tumbuhan. Pada periode ini, di mulai dengan kemunculan biji, yaitu suatu
truktur yang mempercepat kolonisasi daratan dengan cara melindungi embrio
tumbuhan dari kekeringan dan ancaman lainnya. Biji terdiri dari embrio dan cadangan
makanan dalam suatu penutup yang melindungi. Tumbuhan vaskuler berbiji pertama
muncul sekitar 360 juta tahun silam, dekat dengan akhir masa Devon.
Bijinya tidak terbungkus dalam suatu ruangan khusus. Pada tumbuhan berbiji,
biji menggantikan spora sebagai cara utama penyebaran keturunan. Pada briofita dan
tumbuhan vaskulet tak berbiji, spora yang dihasilkan olrh sporofit merupakan tahapan
resisten dalam siklus hidup, yang dapat bertahan pada lingkungan yang tidak
menguntungkan. Dan karena ukurannya yang sangat kecil, spora dapat tersebar dalam
keadaan dorman ke suatu daerah baru, tempat spora akan berkecambah menjadi
gametofit lumut baru jika lingkungan cukup memungkinkan bagi spora mengakhiri
keadaan dorman tersebut.
6
makanan di dalam lapisan pelindung. Gametofit yang tereduksi pada tumbuhan berbiji
berkembang dalam jaringan sporofit parental. Hal ini terjadi karena sporofit induk
menyimpan spora di dalam sporangia.
Semua tumbuhan berbiji adalah heterospora, yang berarti memiliki dua jenis
sporangia yang berbeda, yang menghasilkan dua jenis spora: megasporangia yang
menghasilkan megaspora dan menjadi gametofit betina (mengandung sel telur); dan
mikrosporangia yang menghasilkan mikrospora, yang akan menjadi gametofit jantan
(mengandung sperma).
Evolusi biji dikaitkan dengan megasporangium. Pada tumbuhan berbiji,
megasporangium bukanlah suatu ruangan, akan tetapi sebaliknya merupakan struktur
berdaging padat yang disebut nusellus. Perbedaan lain dengan tumbuhan tak berbiji
adalah bahwa lapisan tambahan jaringan sporofit, yang disebut integumen,
membungkus megasporangium tumbuhan berbiji. Keseluruhan struktur tersebut–
integumen, megasoprangium (nusellus) dan megaspora disebut ovul atau bakal biji.
Serbuk sari (polen) menjadi pembawa sel-sel sperma pada tumbuhan berbiji.
Mikrospora pada tumbuhan berbiji berkembang menjadi butiran serbuk sari, yang jika
matang menjadi gametofit jantan tumbuhan berbiji. Butiran serbuk sari, yang
dilindungi oleh lapisan keras yang mengandung sporopollenin, dapat dibawa oleh
angin atau hewan setelah dilepaskan dari mikrosporangium. Jika suatu butiran serbuk
sari atau gametofit jantan, jatuh di sekitar bakal biji, serbuk sari akan memanjangkan
pipanya, yang akan melepaskan satu atau lebih sperma ke dalam gametofit betina di
dalam bakal biji tersebut.
7
perkembangan Charales melibatkan formasi filamen protonemal yang
ditemukan di beberapa lumut dan tanaman darat lainnya. Munculnya tanaman
darat dari air berasal dari bukti fosil, selama pertengahan Ordovician dan awal
Silurian (480-430.000.000 tahun yang lalu). Bersama dengan diversifikasi
tanaman, ekosistem lingkungan darat berubah sampai dengan saat ini.
Jalur metabolik penting yang mengarah ke lignin, flavonoid, cutins dan
hormon tanaman di tanaman terestrial mungkin timbul dari ganggang
Charophycean. Misalnya, plasenta Coleochaetes berisi materi yang mirip
dengan lignin, zat umumnya tidak ada pada ganggang hijau, dan dinding zigot
meliputi sporopollenin. Kehadiran lignin dalam alga diduga menyebabkan
resisten terhadap serangan mikroba, mendahului perannya sebagai komponen
dinding sel struktural. Ide monophyly tanaman tanah didukung oleh analisis
data morfologi yang berasal dari fosil.
8
yang dapat bertahan pada lingkungan yang tidak menguntungkan. Dan karena
ukurannya yang sangat kecil, spora dapat tersebar dalam keadaan dorman ke
suatu daerah baru, tempat spora akan berkecambah menjadi gametofit lumut
baru jika lingkungan cukup memungkinkan bagi spora mengakhiri keadaan
dorman tersebut.
Biji menunjukkan penyelesaian masalah dengan cara yang berbeda
untuk derajat bertahan dalam lingkungan yang tidak menguntungkan dan untuk
menyebarkan keturunan. Biji terdiri dari embrio sporofit yang terbungkus
bersama dengan cadangan makanan di dalam lapisan pelindung. Gametofit
yang tereduksi pada tumbuhan berbiji berkembang dalam jaringan sporofit
parental. Hal ini terjadi karena sporofit induk menyimpan spora di dalam
sporangia. Semua tumbuhan berbiji adalah heterospora, yang berarti memiliki
dua jenis sporangia yang berbeda, yang menghasilkan dua jenis spora:
megasporangia yang menghasilkan megaspora dan menjadi gametofit betina
(mengandung sel telur); dan mikrosporangia yang menghasilkan mikrospora,
yang akan menjadi gametofit jantan (mengandung sperma).
Evolusi biji dikaitkan dengan megasporangium. Pada tumbuhan berbiji,
megasporangium bukanlah suatu ruangan, akan tetapi sebaliknya merupakan
struktur berdaging padat yang disebut nusellus. Perbedaan lain dengan
tumbuhan tak berbiji adalah bahwa lapisan tambahan jaringan sporofit, yang
disebut integumen, membungkus megasporangium tumbuhan berbiji.
Keseluruhan struktur tersebut–integumen, megasoprangium (nusellus) dan
megaspora disebut ovul atau bakal biji.
Serbuk sari (polen) menjadi pembawa sel-sel sperma pada tumbuhan
berbiji. Mikrospora pada tumbuhan berbiji berkembang menjadi butiran serbuk
sari, yang jika matang menjadi gametofit jantan tumbuhan berbiji. Butiran
serbuk sari, yang dilindungi oleh lapisan keras yang mengandung
sporopollenin, dapat dibawa oleh angin atau hewan setelah dilepaskan dari
mikrosporangium. Jika suatu butiran serbuk sari atau gametofit jantan, jatuh di
sekitar bakal biji, serbuk sari akan memanjangkan pipanya, yang akan
9
melepaskan satu atau lebih sperma ke dalam gametofit betina di dalam bakal
biji tersebut.
10
Sejauh ini yang paling besar diantara empat divisi Gymnospermae
adalah Coniferophyta, yaitu konifer. Istilah conifer (Bahasa latin, conus,
kerucut, dan ferre, “membawa”) berasal dari struktur reprduktif tumbuhan ini,
konus, yang merupakan kumpulan sporofil yang menyerupai sisik. Pinus,
cemara, sipres dan redwood (kayu merah) semuanya termasuk ke dalam divisi
Gymnospermae tersebut (Campbell et al., 2003).
Siklus hidup pinus menunjukkan adaptasi reproduktif kunci pada
tumbuhan berbiji. Evolusi tumbuhan berbiji menambahkan tiga adaptasi kunci
kehidupan darat dalam reproduksi yaitu peningkatan dormansi generasi
sporofit, adanya biji sebagai tahapan dalam siklus hidup yang resisten dan dapat
disebarluaskan, dan evolusi serbuk sari sebagai agen yang menyatukan gamet
(Campbell et al., 2003).
11
menyebabkan bentang alam bumi berubah secara dramatis. Nenek moyang
Angiospermae masih belum dipastikan, tetapi hasil analisis kladistik pada ciri
homolog menunjukkan Gymnospermae dari divisi Gnetophyta sebagai kerabat
paling dekat dengan
Angiospermae. Fosil tertua Angiospermae ditemukan pada batuan awal
masa Cretaceus yang berusia sekitar 130 juta tahun (Campbell et al., 2003).
12
Medullosa memiliki frond terbesar, mencapai 7 meter dan bercabang
dikotom. Xilem sekunder dikelilingi oleh cambium, floem sekunder dan
jaringan kortikal. Medullosa hidup lebih baik di tanah yang kaya akan mineral
(Kenrick dan Davis, 2004).
13
Archaefructaceae merupakan tanaman air yang memiliki batang
panjang, kecil dan herbaceous. Daunnya berada didekat struktur reproduktif
dan membutuhkan air untuk melebar. Tanaman ini hidup di air untuk membantu
polinasi dan penyebaran biji, sehingga dapat menghasilkan bunga. Fosil tanamn
berbunga pertama baru ditemukan berupa tanaman air yang mirip dengan
tanaman dari Ordo Nymphaeales (Small, 2002).
14
tahun dan diaktifkan karena adanya induksi secara biologis dengan adanya
perubahan lingkungan untuk menghasilkan tanaman berbunga (Rhawn, 2009).
Oleh karena proses evolusi berlangsung secara granual dan dalam jangka waktu
yang lama, maka perbedaan antara kesamaan morfologi dapatdijadikan dasar untuk
mengelompokkan organisme. Hubungan kekerabatan satu spesies dengan spesies yang
lain (filogeni) dinyatakan oleh banyak sedikitnya kesamaan morfologinya. Morfologi
tumbuhan dimulai karena adanya adaptasi dari bagian bentuk dan ukuran akar, batang
dan daun sebagai alat untuk melakukan fungsinya dalam kehidupan.
Morfologi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari organ tumbuhan baik
bentuk, ukuran dan fungsinya. Menurut Tjitrosoepomo (1990: 2) menurut defenisinya,
morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan tubuh tumbuhan
saja, tetapi juga bertugas untuk menentukan apakah fungsinya masing-masing bagian
itu dalam kehidupan tumbuhan, selanjutnya juga berusaha mengetahui dari mana asal
bentuk dan susunan tubuh yang demikian tadi. Selain dari itu morfologi harus pula
dapat memberikan jawaban atas pertanyaan mengapa bagian-bagian tubuh tumbuhan
mempunyai bentuk dan susunan yang beraneka ragam itu.
Dalam rangka melaksanakan tugas-tugasnya morfologi dapat menggunakan
anggapan-anggapan maupun teori-teori yang berlaku dalam dunia ilmu hayat, misalnya
berdasarkan teori evolusi tubuh tumbuhan akan mengalami perubahan bentuk dan
susunannya, hingga suatu alat atau bagian tubuh dapat dicari asal filogenetiknya.
Diterimanya anggapan, bahwa bentuk dan susunan tubuh tumbuhan selalu disesuaikan
dengan fungsinya serta alam sekitarnya. Semua bagian tubuh tumbuhan secara
langsung ataupun tidak langsung berguna untuk menegakkan kehidupan tumbuhan,
yaitu yang terutama berguna untuk penyerapan, pengolahan, pengangkutan dan
penimbunan alat hara. Dari alat hara akan diuraikan organ akar, batang dan daun
tumbuhan
15
2.8 Studi Baru Tanaman Berbiji Dilihat Dari Fisiologi Daun
Studi baru dalam bidang Ecology Letters menyingkap dimulainya evolusi yang
menyebabkan tanaman berbunga primitif mendapatkan keuntungan kompetitif
dibanding spesies lainnya, sehingga mereka dapat mendominasi dalam jumlah besar.
Studi yang dipimpin Dr. Tim Brodribb (University of Tasmania) dan Dr. Taylor Field
(University of Tennessee) ini menggunakan fisiologi tanaman untuk mengetahui
bagaimana tanaman bunga, termasuk tanaman pangan mampu mendominasi bumi
dengan mengembangkan sistem hidrolis yang lebih efisien, atau ‘saluran pipa daun’,
untuk meningkatkan kemampuan fotosintetis. “Tanaman bunga adalah spesies terbesar
dan sekelompok tanaman di bumi yang sukses secara ekologi,” kata Brodribb. “Salah
satu alasan dominasi ini adalah karena kapasitas fotosintesis daun yang cukup tinggi,
tetapi kapan dan bagaimana dimulainya peningkatan kapasitas fotosintesis ini
berkembang menjadi suatu misteri.”
Menggunakan pengukuran densitas pembuluh vena daun dan dihubungkan
dengan model fotosintesis-hidrolis, Brodribb dan Field merekonstruksi evolusi
kapasitas hidrolis daun pada tanaman berbiji. Hasil yang didapatkan adalah
transformasi evolusi pompa angiosperm daun mendorong kapasitas fotosintesis ke
tingkat yang baru. Alasan suksesnya langkah evolusi ini adalah di bawah kondisi
atmosfir CO2 yang cukup rendah, seperti saat ini, efisiensi pengangkutan air dan hasil
fotosintesis ternyata berhubungan dekat. Karena itu adaptasi yang meningkatkan
pengangkutan air akan meningkatkan fotosintesis secara maksimal, menggunakan
kekuatan evolusi secara luar biasa untuk memenangkan kompetisi spesies.
Evolusi densitas vena daun pada tanaman bunga sekitar 140-100 juta tahun lalu
adalah suatu proses yang sangat penting bagi berlanjutnya evolusi tanaman bunga.
Langkah ini menyediakan ‘paket stimulus produktivitas zaman Cretaceous’ yang terus
menggema di seluruh biosfir dan memungkinkan tanaman ini memainkan peranan
fundamental dalam fungsi biologis dan atmosferik di bumi. “Tanpa sistem hidrolis
kami perkirakan fotosintesis daun akan dua kali lebih rendah daripada sekarang,”
kesimpulan Brodribb. “Sehingga penting diingat bahwa tanpa langkah evolusi ini
16
tanaman tidak akan mempunyai kapasitas fisik untuk menghasilkan produktivitas
tinggi yang mendukung biologi dunia moderen dan peradaban manusia.” (Science
Daily/rob) (Anonimc, 2011).
17
terganggu oleh musim kering karena pengguguran daun, ataupun
serangga/hama, maka lingkaran tahun dapat terdiri lebih dari satu lingkaran
tahun (lingkaran tumbuh) dalam satu musim yang sama. Hal ini disebut
lingkaran palsu. Lingkaran tahun dapat mudah dilihat pada beberapa jenis kayu
daun lebar. Pada jenis- jenis lain, lingkaran tahun ada kalanya sulit dibedakan
terutama di daerah tropic, karena pertumbuhan praktis berlangsung sepanjang
tahun.
18
Jika dilihat dari fosil yang terekam dalam lapisan-lapisan sedimen di
kerak Bumi, fosil tumbuh-tumbuhan tertua tercatat berusia 425 juta tahun, yang
ditunjukkan dengan keberadaan fosil fern, fir, conifer dan beberapa varietas
tumbuhan purba yang lain. Sementara di masa 130 juta tahun silam tumbuhan
berbunga mulai mewarnai permukaan Bumi. Di antara dua masa itu tidak
diketahui secara pasti bagaimana tumbuhan yang lebih tua mampu berevolusi
membentuk tumbuhan berbunga.
19
pinus. Kanan : sebuah fosil tumbuhan purba berbunga (kiri) dan tumbuhan
berbunga saat ini (sumber : Hanman's Fossils).
20
dan pada dikotil ada dua helai. Hipsofil berupa berbagai jenis brakte yang
mengiringi bunga dan sebagai pelindung. Kadang-kadang berwarna cerah
serupa mahkota dan kotiledon merupakan daun pertama tumbuh. Daun
dibedakan menjadi dua yaitu daun majemuk dan daun tungga, pda daun
majemuk terdapat anak daun yang melekat pada
Studi baru dalam bidang Ecology Letters menyingkap dimulainya
evolusi yang menyebabkan tanaman berbunga primitif mendapatkan
keuntungan kompetitif dibanding spesies lainnya, sehingga mereka dapat
mendominasi dalam jumlah besar. Studi yang dipimpin Dr. Tim Brodribb
(University of Tasmania) dan Dr. Taylor Field (University of Tennessee) ini
menggunakan fisiologi tanaman untuk mengetahui bagaimana tanaman bunga,
termasuk tanaman pangan mampu mendominasi bumi dengan mengembangkan
sistem hidrolis yang lebih efisien, atau ‘saluran pipa daun’, untuk meningkatkan
kemampuan fotosintetis. “Tanaman bunga adalah spesies terbesar dan
sekelompok tanaman di bumi yang sukses secara ekologi,” kata Brodribb.
“Salah satu alasan dominasi ini adalah karena kapasitas fotosintesis
daun yang cukup tinggi, tetapi kapan dan bagaimana dimulainya peningkatan
kapasitas fotosintesis ini berkembang menjadi suatu misteri.” Menggunakan
pengukuran densitas pembuluh vena daun dan dihubungkan dengan model
fotosintesis-hidrolis, Brodribb dan Field merekonstruksi evolusi kapasitas
hidrolis daun pada tanaman berbiji. Hasil yang didapatkan adalah transformasi
evolusi pompa angiosperm daun mendorong kapasitas fotosintesis ke tingkat
yang baru. Alasan suksesnya langkah evolusi ini adalah di bawah kondisi
atmosfir CO2 yang cukup rendah, seperti saat ini, efisiensi pengangkutan air
dan hasil fotosintesis ternyata berhubungan dekat. Karena itu adaptasi yang
meningkatkan pengangkutan air akan meningkatkan fotosintesis secara
maksimal, menggunakan kekuatan evolusi secara luar biasa untuk
memenangkan kompetisi spesies. Evolusi densitas vena daun pada tanaman
bunga sekitar 140-100 juta tahun lalu adalah suatu proses yang sangat penting
bagi berlanjutnya evolusi tanaman bunga. Langkah ini menyediakan ‘paket
21
stimulus produktivitas zaman Cretaceous’ yang terus menggema di seluruh
biosfir dan memungkinkan tanaman ini memainkan peranan fundamental dalam
fungsi biologis dan atmosferik di bumi. “Tanpa sistem hidrolis kami perkirakan
fotosintesis daun akan dua kali lebih rendah daripada sekarang,” kesimpulan
Brodribb. “Sehingga penting diingat bahwa tanpa langkah evolusi ini tanaman
tidak akan mempunyai kapasitas fisik untuk menghasilkan produktivitas tinggi
yang mendukung biologi dunia moderen dan peradaban manusia.
Jika sperma memfertilisasi sel telur dari tumbuhan berbiji, zigot tumbuh menjadi
embrio sporofit. Keseluruhan ovul berkembang menjadi biji, embrio bersama dengan
persediaan makanannya, di kemas di dalam selaput pelindung yang berasal dari
integument. Hingga permunculan biji, spora adalah satu-satunya tahap pelindungdalam
siklus hidup tumbuhan. Spora lumut, misalnyadapat sintas bahkan jika lingkungan
setempat menjadi terlalu dingin, terlalu panas, atau terlalu kering, bahkan bagi
kehidupan lumut itu sendiri. Ukurannya yang mungil memungkinkan spora lumut
untuk tersebar dalam kondisi dorman ke daerah yang baru, tempat mereka dapat
bergerminasi dan memunculkan gametofit lumut baru jika dan ketika kondisinya cukup
menguntungkan bagi spora untuk mengakhiri masa dormansi. Spora adalah cara utama
bagi lumut dan tumbuh-tumbuhan tak berbiji lainnya untuk menyebar di bumi selama
100 juta tahun pertama kehidupan tumbuhan di darat.
Walaupun lumut dan tumbuhan tak berbiji lainnya terus sukses hingga saat ini,
biji merepresentasikan inovasi evolusioner penting yang berkontribusi dalam
membuka cara-cara baru bagi kehidupan tumbuhan berbiji. Keunggulan biji
dibandingkan dengan spora adalah biji memiliki lapisan jaringan multiseluler
sedangkan spora memiliki sel tunggal, serta selaput biji memperikan perlindungan
ekstra bagi embrio. Tidak seperti spora, biji juga memiliki persediaan cadangan
makanan. Ini memungkinkan biji tetap dorman selama berhari-hari, berbulan-bulan,
22
bahkan bertahun-tahun setelah dilepaskan dari tumbuhan induk. Dalam kondisi-
kondisi yang menguntungkan, biji kemudian bergerminasi, dengan cadangan
makanannya sebagai pendukung pertumbuhan yang sangat penting ketika embrio
sporofit muncul sebagai semaian. Bebrapa biji mendarat cukup dekat dengan tumbuhan
sporofit induknya, biji yang lain dibawa jauh sekali oleh angin atau hewan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpilan
1. Awal mula tumbuhan darat dikarenakan adanya tumbuhan air yang disebut
alga hijau.
23
2. Bukti adanya tumbuhan tertua ini dilihat adanya tumbuhan yang berusia 450
tahun menyerupai tumbuhan lumut saat ini.
3. Catatan fosil mencatat empat periode utama evolusi tumbuhan, yang juga
dalam keanekaragaman tumbuhan modern. Masing masing periode
meruapakan suatu radiasi adaptif yang mengikuti evolusi struktur yang
membuka kesempatan baru bagi kehidpan di darat.
4. Semua tumbuhan berbiji adalah heterospora, yang berarti memiliki dua jenis
sporangia yang berbeda, yang menghasilkan dua jenis spora: megasporangia
yang menghasilkan megaspora dan menjadi gametofit betina (mengandung sel
telur); dan mikrosporangia yang menghasilkan mikrospora, yang akan
menjadi gametofit jantan (mengandung sperma).
5. Klasifikasi tumbuhan darat dibagi menjadi beberapa kelompok, terutama
berdasarkan anatominya. Evolusi jenis spora baru, adanya akar, batang, daun,
dan jaringan pembuluh dianggap cukup memadai untuk membedakan
tumbuhan
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid II.
Erlangga: Jakarta.
Cleal C.J dan Thomas, B.A. 2009. Introduction to Plant Fossils. Cambridge
University Press. United Kingdom.
24
Hidayat, E. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: ITB.
Pojeta, J dan Springer. 2001. Evolution and the Fossil Record. The Paleontological
Society. American Geological Institute Alexandria, Virginia.
Rhawn, Joseph. 2009. The Evolution Of Life From Other Planets The First
Earthlings, ExtraTerrestrial Horizontal Gene Transfer, Interplanetary
Genetic Messengers and the Genetics of
Eukaryogenesis and Mitochondria Metamorphosis. Journal of
Cosmology Vol 1:100-150.
Saylo, Monalie C., Cheryl C. Escoton, and Micah M. Saylo. 2011. Punctuated
Equilibrium vs. Phyletic Gradualism. International Journal of Bio Science
and Bio Technology Vol. 3 No.3.
25
26