Anda di halaman 1dari 33

REFERAT

“TINDAKAN BEDAH DALAM DERMATOLOGI”

Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik


Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin RSUD Tugurejo Semarang

Pembimbing : dr. Agnes S. Widayati, Sp.KK

Disusun oleh :
Shinta Dewi Wulandari
H2A012001

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL REFERAT :
TINDAKAN BEDAH DALAM DERMATOLOGI

Disusun Oleh :

Shinta Dewi Wulandari


H2A012001
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang

Diperiksa dan Disetujui Oleh :

________________________________________
Pembimbing : dr. Agnes S. Widayati, Sp.KK

Tanggal : Januari 2017

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kulit dan Kelamin


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Seamrang
2017

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Tujuan penelitian.................................................................................... 1
C. Manfaat Penelitian ................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan ........................................................................................... 2
B. Prosedur Umum Bedah Dermatologi ..................................................... 2
C. Jenis TIndakan Bedah Dermatologi ....................................................... 10
D. Kompetensi Dokter Umum dalam Bedah Dermatologi ......................... 27
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 29

iii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pinset Adson..................................................................................... 3
Gambar 2. Pinset Chalazion ............................................................................... 3
Gambar 3. Gunting Iris ...................................................................................... 4
Gambar 4. Gunting Cradle ................................................................................. 4
Gambar 5. Gunting Metzenbaum ....................................................................... 4
Gambar 6. Kuret Dermal .................................................................................... 4
Gambar 7. Contoh garis perkiraan insisi ............................................................ 5
Gambar 8. Inervasi Permukaan Kulit ................................................................. 7
Gambar 9. Contoh Teknik Penjahitan Kulit....................................................... 9
Gambar 10. Alur Pemilihan Tindakan Biopsi .................................................... 12
Gambar 11. Alur Pemilihan Tindakan Bedah Listrik ........................................ 15
Gambar 12. Electrosurgical Unit (ESU) digunakan untuk pemotongan
dalam prosedur bedah dan kontrol perdarahan akibat koagulasi
(hemostasis) pada area pembedahan ................................................ 16
Gambar 13. Alur Pemilihan Tindakan BSL ....................................................... 20
Gambar 13. Alur Pemilihan Tindakan Bedah Kuku .......................................... 23
Gambar 14. Alur Pemilihan Tindakan Non Surgical Face Lift ......................... 25
Gambar 15. Alur Pemilihan Tindakan terhadap Vitiligo ................................... 27

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak keluhan kulit yang perlu diobati secara medis sekaligus
memperhatikan aspek kosmetisnya. Penyakit kulit, rambut, kuku, pembuluh
darah, seperti gangguan pertumbuhan kulit, ketidaksempurnaan kulit, rambut
rontok, atau sekedar penampilan yang tidak sedap dipandang dapat diobati
dengan bedah dermatologi. Banyak jenis prosedur bedah yang digunakan
untuk tujuan tersebut di atas. Penggunaan teknologi canggih dalam bedah
dermatologi semakin meningkatkan hasil dan mengurangi efek samping serta
komplikasi yang dapat muncul.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang tindakan bedah dalam dermatologi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui prosedur umum bedah dermatologi
b. Untuk mengetahui tentang jenis-jenis tindakan bedah dermatologi
c. Untuk mengetahui standar kompetensi dokter umum dalam dbedah
dermatologi
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang
Sebagai salah satu informasi mengenai tindakan bedah dalam
dermatologi.
2. Bagi Dokter Muda
Meningkatkan pengetahuan tentang tindakan bedah dalam dermatologi
dan kompetensi dokter umum dalam melakukan tindakan bedah
dermatologi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan
Bedah dermatologi secara wajar berkembang dalam Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin (IKKK). Bedah dermatologi yang paling sering dilakukan adalah
biopsi eksisional maupun insisional untuk mendiagnosis dan/atau sekaligus
mengobati kelainan kulit. Biopsi kemudian bertambah dengan tindakan eksisi
pada Bedah dermatologi yang sangat berguna untuk mengangkat tumor kulit,
baik yang jinak maupun yang ganas.
Banyak tindakan bedah dermatologi merupakan bedah minor yang juga
dilakukan oleh dokter umum. Pengetahuan dasar yang sebelumnnya diperoleh
sangat berguna. (Djuanda A (Ed), 2015)
B. Prosedur Umum Bedah Dermatologi
1. Persiapan Pasien
Tindakan bedah dermatologi biasanya tidak terlalu rumit sehingga
persiapan pasien sederhana saja. Walaupun demikian, persiapan pasien
dengan kelainan penyakit kronis, kardiovaskuler, sistem imunitas, dan
kelainan hematologic harus diperhatikan. Pemeriksaan laboratoroium
yang diperlukan harus dilaksanakan.
Pertimbangan lain dalam persiapan pasien adalah penilaian keadaan
psikologis. Penerita dengan tumor ganas kulit hendaknya dimotivasi
untuk pengobatan segera. Pasien dengan kelihan kosmetis harus diteliti
lebih jauh alasan-alasannya. Pendekatan yang baik, jujur, dan terus terang
sangat penting dalam hubungan penderita dan dokter.
Gawat darurat dalam bedah dermatologi juga harus dipelajari.
Ketersediaan alat-alat gawat darurat perlu dilaksanakan. Misalnya, alat
penunjang pertolongan pertama gawat darurat, contohnya alat resusitasi
kardiovaskular, oksigen, dan obat-obatan.

2
2. Persiapan Sarana Bedah Dermatologi
Fasilitas yang disiapkan dalam tindakan bedah dermatologi adalah
ruangan bedah dan alat-alat yang diperlukan. Lampu meja operasi yang
terbaik terletak di langit-langit supaya tidak mengganggu dan mengambil
ruangan. Lampu ini jangan yang menimbulkan bayangan waktu operasi.
Meja operasi dan kursi operator harus dapat diatur sedemikian rupa
sehingga pasien nyaman dalam tiap posisi dan operator mudah dan tidak
cepat lelah saat melakukan operasi.
Fasilitas tambahan lainnya adalah alat bedah listrik, alat bedah beku, alat
dermabrasi, dan alat bedah laser bila memungkinkan. Alat isap (suction)
untuk gawat darurat, maupun isap darah lapangan operasi juga penting.
Tidak semua fasilitas harus disediakan, tetapi tindakan yang dilakukan
harus sesuai sengan fasilitas yang ada.
Alat yang diperlukan untuk bedah dermatologi lebih sedikit jenisnya. Alat
dasar adalah tangkai scalpel, klem, pinset, gunting, dan pengait kulit
(hook). Beberapa bentuk khusus yang perlu dalam bedah kulit sesuai
dengan fungsinya, antara lain pinset Adson untuk jepitan yang halus dan
kuat, pinset Chalazion untuk kerja di kelopak mata atau bibir, gunting
iris, dan gunting Gradle untuk potongan tajam dan halus, gunting
Metzenbaum untuk undermining, kuret dermal, serta sonde.

Gambar 1. Pinset Adson Gambar 2. Pinset Chalazion

3
Gambar 3. Gunting Iris Gambar 4. Gunting Cradle

Gambar 5. Gunting Metzenbaum Gambar 6. Kuret Dermal

3. Persiapan Kulit yang Akan Dioperasi


Kulit yang akan dioperasi harus dipersiapkan sedemikian rupa sehingga
kemungkinan kontaminasi dan infeksi dapat ditiadakan. Antiseptic kulit
yang digunakan hendaklah dapat membunuh semua mikroorganisme
tanpa risiko toksik, iritasi, atau alergi. Kalau mungkin juga tidak mahal
dan mudah dipakai. Pembersih dan anterseptik kulit yang ada antara lain;
air dan sabun, klorheksidin, iodofor (yodium povidon), alcohol, dan
benzalkonium klorida.

4
Operator harus menggunakan sarung tangan steril sesudah mencuci
tangan dengan sabun antiseptic dalam setiap tindakan. Tutup kepala dan
gaun operasi dapat juga digunakan dalam operasi dermatologi. Masker
hidung dan mulut sangat penting untuk mencegah kontaminasi kuman
dari operator.
Dalam bedah dermatologi, biasanya perlu dibuat garis perkiraan insisi
yang akan dilakukan. Garis ini lebih baik dibuat sebelum anestesi lokal
diberikan. Kulit dibersihkan dahulu dari lemak dengan alcohol. Garis bila
perlu dapat dibuat dengan pena permanen biasa. Kemudian, dioleskan
dengan zat antiseptic. Setelah itu, lapangan operasi ditutup dengan kain
atau kertas operasi, selain bagian yang akan dioperasi.cara yang biasa
adalah membuat garis dengan ungu gentian 2% steril atau pena steril
sekali pakai sesudah tindakan aseptik.

Gambar 7. Contoh garis perkiraan insisi


4. Anestesi
Anestesi yang ideal mempunyai awitan yang cepat dan masa anestesi
yang lama. Zat anestesi lokal yang biasa digunakan terdiri dari dua
kelompok, yaitu ikatan ester dan amida.
a. Kelompok ester cepat diinaktivasi sehingga efek anestesinya singkat.
Contohnya adalah prokain, tetrakain, benzokain, dan kokain.
b. Kelompok amida sulit dihidrolisis dalam jaringan sehingga efek
anestesinya lebih lama. Contoh kelompok amida adalah lidokain,
mepivakain, dibukain, bupivakaian, dan etidokain.

5
Jenis-Jenis Anestesi pada Bedah Dermatologi
a. Anestesi Lokal
Anestesi lokal dapat digunakan pada selaput lender maupun kulit
untuk anestesi ringan dan tindakan bedah permukaan. Zat anestesi
yang digunakan dapat berbentuk krim, salep, jeli, cairan, dan aerosol.
Zat dingin juga dapat digunakan sebagai anestesi topical sementara
dan singkat, misalnya etilklorida dan kloroform.
b. Infiltrasi Lokal
Zat anestesi yang sering digunakan pada infiltrasi lokal adalah
lidokain 0,5% – 2% dengan atau tanpa epinefrin. Epinefrin dapat
mengurangi perdarahan dan memperpanjang efek anestesi karena
vasokonstriksi yang juga memperlambat absorbs. Penggunaan jarum
kecil 30G mengurangi rasa nyeri karena tusukan jarum dan masuknya
obat. Efek anestesi biasanya cepat terjadi, antara 1 – 2 menit.
c. Blok Saraf
Zat anestesi yang digunakan menghambat nyeri melalui saraf
sensorik. Cara ini dapat memperpanjang masa anestesi dan tidak
mengganggu kelainan kulitnya. Jarum yang dipakai lebih besar, yaitu
25G – 27G untuk menghindari tusukan intravaskular yang dapat
menyebabkan reaksi toksik sistemik waktu memblok saraf. Efek
anestesi baru terjadi setelah 5 – 10 menit. Pengetahuan anatomi saraf
sensoris dan area kulit yang dipersarafinya sangat penting dalam
anestesi blok.

6
Gambar 8. Inervasi Permukaan Kulit
Toksisitas sistemik dari anestesi harus diwaspadai. Hal initerjadi bila
jumlah zat anestesi yang digunakan banyak, daerah anestesi memiliki
banyak vaskularisasi, terjadi injeksi intravaskular, dan penyakit hepar.
Reaksi yang dapat terjadi adalah reaksi toksik pada kardiovaskular dan
susunan saraf pusat dan reaksi alergik pada kulit.
5. Benang Jahit Kulit
Benang jahit kulit dapat berupa bahan alami atau sintetik, monofilamen,
atau multifilamen, diwarnai atau tidak, dan dilapis atau tidak. Benang
multifilamen dan dilapis ekmunkinan lebih besar memudahkan masuk
bakteri yang menyebabkan infeksi. Benang jahitan dinilai juga dengan
sifat lenturnya, mudah digunakan, dilihat, dan keamanan simpulnya
disamping kekuatan dan elastisitasnya.
Benang operasi dapat diserap atau tidak diserap tubuh. Benang yang
diserap antara lain gut, chromic gut, dekson, vikril, dan polidiakson, serta
yang tidak diserap antara lain sutra, dakron, nilon, dan polipropilen.
Benang yang tidak diserap dapat bertahan lebih dari 60 hari. Hal tersebut

7
perlu diperhatikan karena luka operasi pada 4 – 6 hari pertama sangat
bergantung pada jahitan operasi dan menjadi betul-betul kuat setelah 70
hari. Benang yang diserap memberikan reaksi radang lebih sering dan
menetap sampai benangnya habis terserap. Benang yang tidak diserap
akan merangsang fibrosis pada hri ke-10 hingga ke-16.
Pengangkatan benang operasi dalam tujuh hari mengurangi bekas jahitan.
Jahitan pada muka dapat dilepas pada hari ke-5, anggota gerak dan badan
depan hari ke-6 atau ke-7, dan telapak kaki dan punggung hari ke-7
hingga ke-10 atau hari ke-14 (terutama punggung dan daerah yang
bergerak).
6. Teknik Jahitan Kulit
Bermacam-macam bentuk jahitan kulit dibuat sesuai dengan fungsinya.
Ada yang sulit atau mudah, ada yang lambat atau cepat dilakukan. Bentuk
jahitan kulit antara lain:
a. Jahitan sederhana terpisah (simple interrupted stitch)
b. Jahitan matras vertikal (vertical mattress suture)
c. Jahitan matras horizontal (horizontal mattress suture)
d. Jahitan subkutan
e. Jahitan kutis
f. Jahitan jelujur dasar (running stitch)
g. Jahitan jelujur terkunci
h. Jahitan jelujur matras horizontal
i. Jahitan jelujur subkutikuler
j. Jahitan sudut tiga titik dan sudut empat titik

8
Gambar 9. Contoh Teknik Penjahitan Kulit

7. Perawatan Luka Pasca Operasi


Pemberian antibiotik sistemik dan perawatan pasca operasi sesuai dengan
keadaan penderita. Infeksi luka operasi sesudah bedah dermatologi yang
sederhana jarang terjadi sehingga perawatan luka merupakan hal yang
paling penting.
Hemostasis topical dapat menghambat penyembuhan luka. Contohnya
adalah subsulfat ferat (cairan Monsel), alumunium klorida, dan perak
nitrat. Yang aman adalah hemostasis dengan thrombin. Yang paling aman
adalah tekanan sementara sampai hemostasis terjadi alami. Berbagai

9
bahan antiseptik juga dapat mengganggu jaringan luka. Penggunaan
antibiotik topikal lebih dianjurkan. Penutupan luka yang baik dapat
mempercepat penyembuhan luka, mengurangi nyeri, menyerap cairan,
dan mudah ditukar-tukar.
Penutupan luka secara oklusif dan semioklusif dapat membuat area luka
lembab sehingga meningkatkan epitelisasi dan sintesis kolagen. Beberapa
tipe penutup oklusif antara lain: lapis plastic berlubang (band aid),
vigilon (hydroge®), duoderm (hydrokoloid®), dan op-site tegaderm
(polyurethan®). Tujuan lain perawatan luka adalah mengurangi kolonisasi
bakteri. Penderita dapat menggunakan antiseptik yang tidak iritasi atau
sensitisasi. Bila perlu, air bersih daoat membersihkan luka dan setelah itu
diberikan salep antibiotik dan ditutup secara oklusif. (Djuanda A (Ed),
2015)
C. Jenis Tindakan Bedah Dermatologi
1. Biopsi Kulit
Biopsi kulit adalah pengambilan jaringan kulit untuk diagnosis berbagai
macam tumor dan peradangan kulit. Kegunaan biopsi kulit adalah untuk
melihat gambaran histopatologik ada tidaknya keganasan, mendiagnosis
tumor kulit jinak, dan mendiagnosis penyakit kulit lainnya.
Indikasi tindakan medis untuk melakukan biopsi antara lain diagnosis
proses keganasan kulit, evaluasi berbagai diagnosis tumor jinak kulit, dan
evaluasi berbagai penyakit kulit yang diagnosisnya ditegakkan dengan
pemeriksaan histopatologi. Biopsi kulit dilaksanakan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Kulit dibersihkan dengan alcohol 70% atau antiseptik lainnya
termasuk daerah lima sentimeter di luar batas lesi. Yodium povidon
dapat mewarnai lesi sehingga menyulitkan memilih daerah yang akan
diambil.

10
e. Anestesi dengan lidokain dengan atau tanpa epinefrin. Bila alergi,
dapat digunakan zat dingin nitrogen cair atau CO2, lalu dibiopsi
dengan cepat.
f. Tindakan biopsi:
1) Shave Biopsy
Shave Biopsy dilakukan dengan menggunakan bisturi no.15 atau
razor blade. Indikasinya adalah eksofitik superfisialis, kista
seboroik, aknitik keratosis, papul angioma.
2) Biopsi Plong
Biopsi Plong menggunakan plong ukuran 1-10 mm. Bila jaringan
berukuran besar, dapat digunakan alat bedah skalpel. Alat yang
juga dapat dipakai adalah gunting dan kuret untuk kelainan
superfisial. Bekas irisan dijahit. Bila perlu, dilakukan penjahitan
dalam supaya hasilnya baik. Indikasi biopsi plong adalah tumor
superfisialis, kelainan peradangan kulit, pemeriksaan
imunofluorosesnsi, pemeriksaan mikroskop elektron, dan
pemeriksaan kultur bakteri.
3) Saucerization
Saucerization adalah biopsi menggunakan silet tajam. Indikasinya
adalah pengambilan jaringan sampai subkutis, misalnya pada
karsinoma sel skuamosa, melanoma, dan nevus atipikal.
4) Clip Biopsy
Indikasi dilakukan Clip Biopsy adalah lesi yang sangat superfisial,
misalnya skin tag dan veruka filiformis.
5) Biopsi Eksisi
Biopsi Eksisi dilakukan pada kelainan dengan proses patologi
yang dalam atau akan dilakukan pengambilan jaringan kulit baik
yang sehat maupun tidak sehat. Indikasinya antara lain neoplasma
dan karsinoma sel skuamosa.

11
6) Biopsi Oral
Biopsi Oral sama dengan biopsi kulit. Indikasinya antara lain
liken planus, leukoplakia, dan karsinoma sel skuamosa.

Biopsi Kulit

Kelainan peradangan
dan tumor kulit

Diagnosis
Radang dan tumor
kulit (klinis dan PA)

Ya

Biopsi Plong
Shaved Biopsy
Tumor superfisial
Eksofitik superfisial
(radang, imunofluoresensi,
(seboroik, aktinik keratosis
imunofenotiping, mikroskop
jinak, papul angioma)
elektron, kultur)

Biopsi Silet
Pengambilan jaringan sampai Biopsi Eksisi
subkutis (KSS, melanoma, Neoplasma, KSS
nevus atipikal)

Clip Biopsy Biopsi Insisi


Pengambilan jaringan kulit
Lesi sangat superfisial
yang sehat maupun tidak
(skin tag, veruka filiformis)
sehat

Biopsi Oral
Sama dengan biopsi kulit
(liken planus, leukoplakia,
KSS)

Gambar 10. Alur Pemilihan Tindakan Biopsi

12
2. Eksisi/Flap and Graft
Eksisi atau Flap and Graft adalah pemotongan atau pengambilan
jaringan atau masa kulit untuk tandur. Khusus untuk tindakan flap and
graft lanjut memerlukan surat keterangan kompetensi tambahan dari
Kolegium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
Anatomi daerah yang akan dieksisi harus dikuasai lebih dahulu
sebelum melakukan tindakan, seperti anatomi kutis, subkutis, otot-otot
superfisial, susunan vaskuler, dan saraf superfisial. Eksisi pada badan
atau anggota gerak dapat dilakukan lebih mudah. Namun, eksisi di tangan
dan kaki harus hati-hati karena banyak pembuluh darah, saraf superfisial,
dan tendon. Eksisi banyak dilakukan pada muka dan leher sehingga
pengetahuan anatomi di daerah ini sangat penting. Nervus facialis dan
cabang-cabangnya di daerah muka harus dikenal baik. Arteri dan vena
temporalis, arteri dan vena facialis, serta glandula parotis juga harus
diperhatikan letaknya. Struktur di daerah leher yang perlu diketahui
adalah os hyoid, cartilage thyroidea, trachea, dan musculus
sternocleidomastoideus. Arteri dan vena jugularis eksterna dan nervus
spinalis accesorius terletak superfisial di leher.
Indikasi tindakan eksisi atau flap and graft antara lain tumor jinak
(lipoma, kista, nevus), tumor ganas (karsinoma sel basal, karsinoma sel
skuamosa, melanoma maligna), atau kelainan kulit lainnya (revisi skar,
dan lain sebagainya).
Eksisi dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Anastesi lokal
e. Tindakan: kulit dieksisi, dibebaskan , kemudian dirapatkan kembali
dengan jahitan kulit. Untuk luka dengan tegangan yang tinggi,
diperlukan jahitan subkutan.

13
Irisan operasi yang sejajar garis regangan kulit alami akan membuat
jaringan parut kurang terlihat. Arah garis ini biasanya tegak lurus
terhadap otot di bawahnya. Tujuan utama eksisi adalah mengangkat
lesi kulit. Pengangkatan yang tidak sesuai dengan garis atau lipatan
kulit atau mempengaruhi organ sekitarnya dapat ditutupi dengan
macam-macam flap atau plasti. Penutupan yang lebih mudah
dilakukan adalah dengan menggunakan tandur kulit.
Bentuk eksisi dasar adalah fusiformis yang arahnya sejajar dengan
garis dan lipatan kulit. Perbandingan panjang dan lebar eksisi minimal
3:1 dengan sudut 30˚. Irisan tegak lurus atau lebih meluas ke dalam
sampai dengan subkutis. Bila perlu, dapat dilakukan undermining
yang kalau di muka tepat di bawah dermis dan kalau di kulit kepala di
daerah subgaleal. Perdarahan yang terjadi di kulit dapat ditekan
beberapa saat. Bila perlu, dilakukan hemostasis dengan
elektrokoagulasi. Namun, jangan berlebihan terutama pada
perdarahan dermis. Perdarahan dari pembuluh darah kecil dapat
dielektrokoagulasi. Namun, perdarahan dari pembuluh darah besar
harus diikat.
Penutupan eksisi dengan jahitan selapis demi selapis merupakan
prosedur baku. Diusahakan agar garis irisan agak timbul setelah
dijahit. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mudah bila eksisi
menyamping ke dalam atau jahitan kulit dengan matras vertical.
Ketika lukan sembuh, terjadi kontraksi dan pembentukan jaringan
baru sehingga kulit bekas jahitan yang terangkat menjadi jaringan
parut yang rata dan bagus.
f. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
3. Bedah Listrik
Bedah listrik adalah semua tindakan yang dikerjakan dengan metode
elektrofulgurasi, elektrodesikasi, elektrokoagulasi, elektroseksi,
elektrokauter, elektrolisis, baik dengan arus monoterminal maupaun
biterminal.

14
Elektrofulgurasi adalah penggunaan elektroda tunggal yang mampu
menghasilkan bunga api tanpa menyentuh jaringan. Indikasi untuk
elektrofigurasi antara lain veruka, skin tag, dan keratosis seboroik.
Elekrodesikasi pada prinsipnya aadalah sama dengan elektrofulgurasi
kecuali elektrodanya kontak dengan jaringan dan tidak menghasilkan
bunga api. Indikasi elektrodesikasi adalah keratosis dan veruka.
Elektrokoagulasi adalah teknik yang digunakan untuk mencapai
hemostasis dan modalitas terapi beberapa lesi kulit. Indikasinya adalah
untuk menstabilkan hemostasis.

Bedah Listrik

Ya

Indikasi: pengobatan
tumor dan kelainan
kulit lain

Elektrokoagulasi Elektroseksi
Indikasi: Lesi epidermal Indikasi: memotong
(keratosis seboroik, skin jaringan lesi dengan
tags, veruka) perdarahan minimal

Elektrodesikasi Elektrokauter
Indikasi: lesi epidermal, Indikasi: tumor jinak
telangiektasis yang kecil dan superfisial

Elektrokoagulasi Elektrolisis
Indikasi: hemostasis Indikasi: bitermal

Gambar 11. Alur Pemilihan Tindakan Bedah Listrik

15
Gambar 12. Electrosurgical Unit (ESU) digunakan untuk pemotongan dalam
prosedur bedah dan control perdarahan akibat koagulasi (hemostasis)
pada area pembedahan

Elektroseksi merupakan pemotongan jaringan dengan perdarahan


yang minimal. Elektrokauterisasi adalah penggunaan energi panas dengan
voltasi yang rendah. Elektrolisis hanya digunakan untuk sistem bitermal.
Bedah listrik dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Anastesi lokal
e. Tindakan: lesi patologis didestruksi atau dipotong dengan jarum
elektroda bedah listrik. Perdarahan dihentikan dengan penekanan,
fulgurasi, atau bedah listrik bipolar.
f. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
4. Bedah Beku (Cryosurgery)
Bedah beku atau cryosurgery merupakan tindakan bedah dengan
menggunakan bahan kriogen/pembeku sehingga bagian padat yang sakit
didinginkan sampai suhu di bawah 0˚C dan menghasilkan nekrosis
jaringan. Macam kriogen yang ada antara lain CO2, fluorocarbon (freon),
N2O, dan nitrogen cair. (Moerbono M, 2013)Indikasi dilakukannya bedah
beku antara lain keratosis seboroik, keratosis aknitik, lentigo senilis,

16
karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, keloid (bersama dengan
steroid intralesi), kondiloma akuminata, dan moluskum kontagiosum.
Bedah beku dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Anastesi lokal
e. Tindakan: nitrogen cair ditembakkan dengan alat spray atau
diteteskan dengan kapas lidi pada lesi selama 10-20 detik. Untuk
tumor ganas, nitrogen cair diberikan selama 1-2 menit. Boleh
dilakukan dalam dua siklus.
f. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
5. Bedah Kimia (Chemical Peeling)
Bedah kimia merupakan pembedahan dengan menggunakan bahan
kimia yang diaplikasikan pada permukaan kulit. Indikasinya antara lain
kerusakan kulit akibat matahari, penuaan dini, kelainan pigmentasi, parut
superfisial, akne vulgaris, dan rosasea.
Bedah kimia dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Anastesi lokal
e. Tindakan: kulit dibersihkan dari lemak yang mengganggu absorbs
dengan alcohol/aseton. Bahan kimia dioleskan dengan kapas lidi atau
karet busa dengan lama kontak 2-3- menit. Bahan AHA perlu
dunetralisasi dengan larutan natrium bikarbonat, bahan lain tidak
perlu.
f. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.

17
6. Subsisi
Subsisi merupakan tindakan pembebasan jaringan subkutis untuk
perbaikan sikatriks hipotrofik dan kerutan. Indikasinya adalah skar
hipotrofik yang tertarik ke dermis.
Subsisi dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Anastesi lokal dengan suntukan
e. Tindakan: aseptic kulit, jarum ditusukkan 45˚. Kemudian dilakukan
gerakan memotong seperti kipas atau maju-mundur guna
membebaskan permukaan kulit dari subkutis.
f. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
7. Skin Needling
Skin needling adalah tindakan rejuvenasi kulit dengan proses
inflammatory healing dan platelet derived growth factor. Indikasi
dilakukan skin needling antara lain skar atrofi/hipotrofi, wrinkle,
stretchmark, dan skin laxity.
Skin needling dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Anastesi lokal
e. Tindakan skin healing pada daerah yang akan diterapi.
f. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
8. Dermabrasi
Dermabrasi merupakan tindakan meratakan kulit secara mekanis.
Untuk melakukan dermabrasi, dokter memerlukan surat keterangan
kompetensi tambahan dari Kolegium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
Indikasinya adalah kerusakan kulit akibat matahari, penuaan dini kulit,

18
kelainan pigmentasi, parut superfisial, parut akne vulgaris, dan tumor
jinak kulit.
Dermabrasi dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Anastesi lokal
e. Tindakan: aseptik kulit, kulit dikikis dengan diamond fraise putaran
tinggi. Bila perlu, kulit dikeraskan dahulu dengan kriogen supaya
lebih mudah dikikis.
f. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
9. Mikrodermabrasi
Mikrodermabrasi merupakan tindakan meratakan kulit dengan
menggunakan semburan butiran mikroskopik, biasanya silika.
Indikasinya adalah kerusakan kulit akibat matahari, penuaan dini kulit,
kelainan pigmentasi, parut superfisial, dan akne vulgaris.
Mikrodermabrasi dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Anastesi lokal
e. Tindakan: aseptik kulit, butiran silica ditembakkan dengan handpiece
yang digerak-gerakkan supaya mendapatkan hasil yang merata.
f. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
10. Bedah Sedot Lemak (BSL)
Bedah sedot lemak merupakan tindakan pengangkatan kumpulan
jaringan lemak subkutis yang tidak dikehendaki. Untuk melakukan BSL,
dokter memerlukan surat keterangan kompetensi tambahan dari
Kolegium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Indikasi BSL adalah
perbaikan kontur tubuh, lipoma, lipodistrofi, hyperhidrosis aksilaris, dan
rekonstruksi.

19
(1) Keluhan
Timbunan lemak yang tidak pada
semestinya pada bagian tubuh tertentu

(A) Edukasi
1. mengubah pola makan dan olahraga
2. Farmakoterapi

(2) Evaluasi
Timbunan lemak tidak berkurang,
penderita menghendaki BSL

(3)
Dilakukan BSL

(3B)
(3A)
Pengobatan: lipoma,
Body Contouring: leher,
ginekomastia,
wajah, badan, perut, dan
pseudoginekomastia,
ekstremitas
broohidrosis, lipodistrofi

Rekonstruksi kulit serta


penunjang
(cutaneous debulking)

Gambar 13. Alur Pemilihan Tindakan BSL


Bedah sedot lemak dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Anastesi lokal pada lemak subkutis dengan tumesen (100 ml NaCl, 1
ml adrenalisn/epinefrin 1:1000, 12,5 ml natrium bikarbonat, 50 ml
xylocain 2%). Tunggu 15-20 menit.

20
e. Tindakan: lemak disedot dengan kanula diameter 2-5 mm, tumpul
(atraumatik) dengan menggunakan semprit khusus atau alat suction.
f. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
g. Pasca tindakan: daerah yang disedot harus diberikan pembalut
elastis/korset selama 7-10 hari untuk mencegah hematoma.
11. Injeksi Bahan Pengisi (Filter)
Injeksi bahan pengisi merupakan penggunaan bahan pengisi untuk
perbaikan kontur kulit. Indikasinya adalah kelainan kulit akibat penuaan
dini dan revisi skar.
Injeksi bahan pengisi dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Tindakan: injeksi bahan pengisi sesuai teknik masing-masing bahan
(linear threading, serial puncture)
e. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
12. Injeksi Toksin Botulinum
Injeksi toksin botulinum adalah penyuntikan toksin botulinum untuk
menghilangkan kerutan dan indikasi kulit lainnya seperti hyperhidrosis
dan bromhidrosis.
Injeksi toksin botulinum dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Tindakan: injeksi toksin pada otot yang akan didenervasi.
e. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
13. Blefaroplasti
Blefaroplasti adalah tindakan pembedahan kelopak mata. Untuk
melakukan blefaroplasti dokter memerlukan surat keterangan kompetensi
tambahan dari Kolegium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Indikasi

21
tindakan ini adalah dermatochalasis, stetochalasis, blefaroschalasis,
oriental-lids, xanthelasma.
Blefaroplasti dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Anastesi lokal/umum
e. Tindakan: kulit dibuka dengan scalpel/bedah listrik/laser CO2. Otot
orbicularis okuli dibuang sedikit, lemak di bawahnya dibuang dengan
sangat memperhatikan hemostasis. Kulit dirapatkan kembali dengan
jahitan halus atau tidak perlu penjahitan (pada kelopak mata bawh,
teknik transkonjungtiva)
f. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
14. Transplantasi Rambut
Transplantasi rambut merupakan tindakan tandur alis rambut. Untuk
melakukan transplantasi rambut dokter memerlukan surat keterangan
kompetensi tambahan dari Kolegium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
Indikasi tindakan ini adalah kebitakan male pattern/androgenic,
trauma/luka bakar.
Transplantasi rambut dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Anastesi lokal tumesen
e. Tindakan: pengambilan donordengan eksisi atau pisau plong (punch).
Graft dipotong kecil-kecil berdiameter 2-3 mm. penanaman tandur
pada daerah resipein dengan terlebih dahulu membuat lubang dengan
plong/laser CO2/scalpel. Selama tindakan, graft yang terdiri dari
rambut dan akarnya (folikel) harus ditangani dengan hati-hati, tetap
dibasahi NaCl supaya tetap hidup.
f. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.

22
1
Pasien dengan keluhan kuku

A
Pencegahan:
3. Edukasi penderita
4. Preparat topikal

2
Evaluasi
Haruskah penderita diberikan
terapi nonfarmakologik

Ya

Avulsi
Biopsi
Matricectomy

Gambar 13. Alur Pemilihan Tindakan Bedah Kuku

15. Bedah Kuku


Bedah kuku adalah tindakan bedah untuk kelainan pada kuku.
Indikasi dilakukannya bedah kuku antara lain kelainan kongenital,
infeksi, proses peradangan, tumor, trauma kuku, dan medikasi.
Bedah kuku dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Tindakan bedah kuku
e. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.

23
16. Sklroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan bahan sklerosan untuk pengobatan
telangiektasis dan venulektasis superfisial pada ekstremitas inferior,
termasuk penyuntikan sejumlah bahan iritan tertentu pada dilatasi vena
kulit yang tidak normal dilanjutkan dengan pembebatan. Indikasi
skleroterapi antara lain telangiektasis, vena retkuler, dan varises.
Skleroterapi dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Injeksi bahan sklerosan intramuskular
e. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
17. Bedah Mohs
Bedah mohs merupakan tindakan bedah dermatologi berupa eksisi in
toto tumor disertai pemeriksaan jaringan tumor dengan mikroskop secara
horizontal frozen section. Untuk melakukan bedah mohs dokter
memerlukan surat keterangan kompetensi tambahan dari Kolegium Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin. Indikasi bedah mohs antara lain karsinoma
sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan lentigo maligna.
Bedah mohs dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Tindakan bedah mohs
e. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
18. S.Lift Face Lift
S.Lift Face Lift merupakan cara baru untuk mengurangi atau
menghilangkan kerutan wajah dan leher dengan cara mengikat jaringan
lunak menggunakan benang aptos atau jenis lain yang permanen untuk
menciptakan garis kontur wajah yang baru. Untuk melakukan bedah
mohs, dokter memerlukan surat keterangan kompetensi tambahan dari

24
Kolegium Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Indikasi S.Lift Face Lift
antara lain untuk mengencangkan dan menarik kulit muka sehingga
kerutan berkurang, serta menghilangkan kulit yang menggelambir pada
sisi mandibular dan bawah dagu.
S.Lift Face Lift dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Tindakan S.Lift Face Lift
e. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.

(1) Pasien
Datang dengan keluhan penuaan dini berupa
sagging pada daerah wajah dan leher

(A) Edukasi
Berbagai alternatif untuk mengatasi aging
baik operatif maupun nonoperatif, serta
pencegahan aging yang berlanjut

(2)
Pasien minta untuk facelift tanpa operasi
dengan menggunakan benang aptos

(B)
(A)
Benang permanen yang
aptos yang tanpa diikat atau
dikaitkan dan diikatkan pada
dikaitkan pada jaringan kulit
jaringan kulit

Gambar 14. Alur Pemilihan Tindakan Non Surgical Face Lift

19. Non Surgical Face Lift


Non Surgical Face Lift merupakan cara baru untuk mengurangi atau
menghilangkan kerutan wajah dan leher dengan cara mengikat jaringan

25
lunak menggunakan benang aptos atau jenis lain yang permanen untuk
menciptakan garis kontur wajah yang baru. Indikasi Non Surgical Face
Lift antara lain untuk mengencangkan dan menarik kulit muka sehingga
kerutan berkurang, serta menghilangkan kulit yang menggelambir pada
sisi mandibular dan bawah dagu.
Non Surgical Face Lift dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Tindakan Non Surgical Face Lift
e. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
20. Vitiligo
Vitiligo merupakan tindakan bedah untuk vitiligo yang telah stabil
lebih dari enam bulan san uia di atas 12 tahun. Indikasinya adalah adanya
vitiligo.
Non Surgical Face Lift dilakukan dengan cara:
a. Persetujuan tindakan medik
b. Persiapan pasien, alat, petugas
c. Pencegahan infeksi sebelum tindakan
d. Anestesi lokal
e. Tindakan: autologous skin graft dengan menggunakan biopsi plong,
split thickness graft, epidermal blister graft, cultured melanocyte
graft, dan single hair graft.
f. Dekontaminasi, cuci tangan, dan perawatan pasca tindakan.
(Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia, 2011)

26
(1)
Pasien mengeluh vitiligo

(A) Edukasi
1. Penjelasan tentang berbagai hipotesis yang
mendukung diagnosis vitiligo
2. Menjelaskan berbagai metoda pengobatan
3. Prognosis vitiligo serta pencegahan

(2) Evaluasi
Haruskah pasien diterapi nonfarmakologi?

(3)
1. Ya, apabila vitiligo dalam keadaan stabil
minimal enam bulan pada orang dewasa
2. Dengan topikal kurang berhasil
3. Penderita menghendaki pengobatan
nonfarmakologis

(3B)
(3A)
Tandur kulit dengan teknik
Tandur kulit dengan teknik suction blisteringfor
punch grafting epidermal grafting

(3C)
Transfer melanosit
autologous melalui
epidermal graft

Gambar 15. Alur Pemilihan Tindakan terhadap Vitiligo


D. Kompetensi Dokter Umum dalam Bedah Dermatologi
Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SDKI) 2012 menyebutkan terdapat
beberapa keterampilan yang harus dikuasai seorang dokter umum dalam
melakukan tindakan bedah dermatologi. Yang termasuk dalam kompetensi 4A
antara lain insisi dan drinase abses, eksisi tumor jinak kulit, dan rozerplasty
kuku. Yang termasuk dalam kompetensi 2 adalah biopsi plong (punch biopsy).
(Konsil Kedokteran Indonesia, 2012)

27
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan dari referat yang berjudul “Tindakan Bedah dalam Dermatologi”


ini antara lain:
1. Prosedur umum bedah dermatologi meliputi persiapan pasien, persiapan
sarana bedah dermatologi, persiapan kulit yang akan dioperasi, anestesi,
benang jahit kulit, teknik jahitan kulit, dan perawatan luka pasca operasi.
2. Jenis tindakan bedah dermatologi antara lain biopsi kulit, eksisi/flap and
graft, bedah listrik, bedah beku (cryosurgery), bedah kimia (chemical
peeling), subsisi, skin needling, dermabrasi, mikrodermabrasi, bedah sedot
lemak (BSL), injeksi bahan pengisi (filter), injeksi toksin botulinum,
blefaroplasti, transplantasi rambut, bedah kuku, sklroterapi, bedah mohs,
s.lift face lift, non surgical face lift, dan vitiligo.
3. Kompetensi dokter umum terkait bedah dermatologi (kompetensi 4A)
adalah drinase abses, eksisi tumor jinak kulit, dan rozerplasty kuku. Yang
termasuk dalam kompetensi 2 adalah biopsi plong (punch biopsy).

28
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (Unknown, Unknown Unknown). Dermatologic Surgery. Retrieved


Januari 7, 2017, from Dermatopathology Institute:
http://www.dermpathmd.com/Clinical%20Dermatology/Dermatologic%20Surger
y.ppt.pdf

Djuanda A (Ed). (2015). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SL (Ed).
(2003). Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. New York: McGraw-Hill
Professional.

Konsil Kedokteran Indonesia. (2012). Standar Kompetensi Dokter Indonesia.


Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia.

Nouri K (Ed). (2013). Dermatologic Surgery Step by Step . West Sussex: WIley-
Blackwell.

Moerbono M. (2013). Cryosurgery in Drmatology. Surakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. (2011). Panduan


Pelayanan Medis Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Jakarta: Perhimpunan
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia.

29

Anda mungkin juga menyukai