Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH BIOKIMIA KONTEMPORER

“PERANAN ENZIM TRANSFERASE DAN APLIKASINYA”

Oleh:

SEPTARIA YOLAN KALALINGGI H012181014


FELYCITAE EKALAYA APPA H012181015

PROGRAM PASCA SARJANA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Peranan Enzim Transferase dan Aplikasinya “ yang merupakan salah satu syarat untuk
memenuhi tugas Biokimia Kontemporer.
Melalui usaha dan do’a yang selalu menyertai penulis, serta bantuan moril maupun materi
yang menunjang bagi penulis untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Dengan terbatasnya
pengetahuan, kemampuan dan waktu, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna baik materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Demikian dalam pembuatan makalah ini, penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberi manfaat bagi semua pihak.

Makassar, November 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1

KATA PEGANTAR..........................................................................................................................2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

A. Latar Belakang 4

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan 5

BAB II PEMBAHASAN 6

A. Enzim Transferase 9

B. Penggolongan Enzim Transferase 10

C. Peranan Enzim Transferase Dalam Sel 17

D. Aplikasi Enzim Transferase Dalam Kehidupan 18

BAB III PENUTUP 22

A. Kesimpulan 22

DAFTAR PUSTAKA 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Enzim merupakan senyawa organik yang bermolekul besar yaitu protein dengan struktur

tersier dan kuartener yang berperan sebagai katalis dalam metabolisme makhluk hidup. Hal ini

dikarenakan semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Adapun sifat-sifat enzim yaitu

sebagai biokatalisator yang berperan dalam mempercepat jalannya reaksi, tanpa ikut bereaksi, pada

tahap ini enzim akan menurunkan energi aktivasi ketika reaksi berjalan. Thermolabil, artinya

mudah rusak apabila dipanasi lebih dari suhu 60 oC.

Enzim dikenal untuk pertama kalinya sebagai protein oleh Sumner pada tahun 1926 yang telah

berhasil mengisolasi urease dari ‘kara pedang’ (jack bean). Urease adalah enzim yang dapat

menguraikan urea menjadi CO2 dan NH3. Beberapa tahun kemudian Northrop dan Kunitz dapat

mengisolasi pepsin, tripsin, kimotripsin. Selanjutnya makin banyak enzim yang telah dapat

diisolasi dan telah dibuktikan bahwa enzim tersebut ialah suatu protein (Poedjiadi, 1994).

Semua enzim diberi nama menurut system yang dirancang oleh Komisi Enzim (Enzyme

Commission, EC) dari International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC), dan

berdasarkan pada tipe reaksi yang dikatalisis enzim tersebut. Setiap tipe enzim mempunyai empat

digit nomor EC yang spesifik, serta nama yang kompleks namun jelas dan bisa menepis

kebingungan tentang enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi yang serupa tetapi tidak identik.

Dalam praktiknya, banyak enzim yang lebih dikenal dengan nama umum, yang biasanya berasal

dari nama reaktan utamanya yang spesifik, dengan ditambahkan akhiran –ase. Beberapa nama

4
umum tidak memiliki akhiran –ase, yang biasanya merupakan enzim yang dipelajari dana diberi

nama sebelum klasifikasi sistematik enzim dibuat (Ngili, 2013).

Cara sistematik, menempatkan semua enzim ke dalam enam kelas dan masing-masing dibagi

lagi dengan subkelas berdasarkan jenis reaksinya yang dikatalis, sehingga tiap-tiap enzim

ditetapkan ke dalam empat tingkat nomor kelas dan diberikan suatu nama sistematik (Sadikin,

2002). Keenam kelas itu antara lain: oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase, dan

ligase. Pada makalah ini yang akan diperdalam mengenai enzim transferase, yaitu

penggolongan/sub kelas, peranan dalam sel, serta aplikasinya dalam kehidupan.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini antara lain:

1. Apa yang dimaksud dengan enzim transferase?

2. Bagaimana penggolongan/sub kelas dari enzim transferase?

3. Bagaimana peranan enzim transferase dalam sel?

4. Bagaimana aplikasi enzim transferase dalam kehidupan?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui enzim transferase.

2. Untuk mengetahui penggolongan/sub kelas enzim transferase.

3. Untuk mengetahui peranan enzim transferase dalam sel.

4. Untuk mengetahui aplikasi enzim transferase dalam kehidupan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

Enzim sangat berperan dalam reaksi metabolisme sel dalam tubuh, hal ini dikarenakan

semua reaksi metabolisme sel dikatalis oleh enzim. Enzim sebagai biokatalisator yang mengatur

kecepatan dan bekerja secara spesifik pada ribuan reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel.

Keseimbangan tubuh sangat bergantung pada enzim, dalam keadaan tubuh yang kurang seimbang

misalnya tubuh kurang sehat maka kerja enzim tidak terkoordinasi dengan sempurna. Begitupun

sebaliknya apabila aktivitas enzim berjalan dengan baik maka tubuh akan dalam keadaan sehat

(Cartono, 2004).

Pada tahun 1926, enzim dikenal pertama kali sebagai protein oleh Sumner yang telah

berhasil mengisolasi enzim urease. Beberapa tahun kemudian enzim lainpun telah berhasil

diisolasi diantaranya tripsin, pepsin, kimotripsin. Sejak tahun inilah pengetahuan tentang enzim

atau enzimologi berkembang dengan cepat. Dari hasil para biokimiawan diketahui pula bahwa

kebanyakan enzim mempunyai gugus bukan protein (kofaktor), enzim semacam ini disebut dengan

haloenzim yang di dalamnya terdiri atas apoenzim dan satu gugus bukan protein. Selain itu ada

pula enzim yang terdiri atas protein dan logam (Poedjiadi, 1994).

Fungsi suatu enzim ialah sebagai katalis untuk proses biokimia yang terjadi dalam maupun

luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 108 sampai 1011 kali lebih cepat dibandingkan

reaksi tanpa keterlibatan enzim (Poedjiadi, 1994). Sifat unik enzim antara lain dapat aktif dalam

jumlah yang sangat kecil, serta dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia tanpa

mempengaruhi kesetimbangan reaksi tersebut. Selain itu, enzim memiliki efisiensi dan derajat

6
spesifitas katalitik enzim terhadap substrat yang tinggi. Efisiensi katalitik ezim berkaitan dengan

orientasi optimuum gugus aktif enzim dan substrat. Orientasi keduanya sangat mendukung

sehingga saat terjadi reaksi tidak memerlukan energi yang besar untuk mengatur posisi. Enzim

sangat spesifik, artinya satu enzim hanya akan bereaksi dengan satu substrat (Murray, dkk., 2009).

Faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim antara lain reaksi yang dikatalisis oleh enzim

terebut, dibutuhkan atau tidak kofaktor tertentu misalnya ion-ion logam atau koenzim (aktvitas

enzim kebanyaan diantu oleh koenzim yaitu yang berperan sebagai tempat atau bagian aktif dalam

reaksi enzim), pengaruh konsentrasi substrat dan kofaktor, pH optimum (terkadang ada enzim

bekerja pada pH asam serta pH basa), suhu pada saat enzim mempunyai aktivitas yang tinggi, serta

jumlah hasil reaksi, peranan inhibitor serta aktivator (Wirahadikusumah, 2008). Sehubungan

dengan pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim, semakin meningkat suhu maka semakin

meningkat pula aktivitas enzim. Akan tetapi pada pemanasan yang tinggi enzim akan mengalami

denaturasi. Umumnya enzim mulai kehilangan sifat katalisatornya pada suhu 35 oC dan berakhir

pada suu 60 oC. Selain itu sehubungan dengan konsentrasi substrat, semakin banyak konsentrasi

substrat maka semakin cepat pula ativitas enzim. Hal ini juga berpengaruh dalam persaingan antara

substrat dan inhibitor. Apabila konsentrasi substrat lebih besar dibandingkan dengan inhibitor

maka aktivitas enzim akan berjalan dengan baik, akan tetapi apabila konsentrasi inhibitor lebih

besar maka aktivitas enzim tidak akan berjalan dengan baik (Sumardjo, 2009).

Commision on Enzymes (EC) of the International Union of Biochemistry membagi enzim

dalam enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan pada tipe reaksi yang dikatalisis, dan

masing-masing enzim diberi nama menurut nama substratnya. Adapun penggolongannya dapat

dilihat pada tabel 1.

7
Tabel 1. Kelas-Kelas Utama Enzim Serta Tipe Reaksinya
Digit Kelas Enzim Tipe Reaksi yang Dikatalisis

Pertama EC

1 Oksidoreduktase Enzim-enzim yang mengkatalisis reaksi Oksidasi dan

readuksi, biasanya menggunakan koenzim NAD,

NADP, FAD sebagai pendonor hidrogen atau elektron

2 Transferase Enzim-enzim yang mengkatalisis perpindahan gugu

tertentu seperti metil, asil, keton, aldhid, dll.

3 Hidrolase Enzim-enzim yang mengkatalisis pemecahan ikatan

pada C—C, C—N, C—O, dan ikatan lainnya, melalui

penambahan moleul air

4 Liase Enzim-enzim yang menkatalisis pemotongan (bukan

hidrolitik) pada C—C, C—N, C—O, dan ikatan

lainnya, meninggalkan ikatan rangkap; atau

alternatifnya yakni penambahan gugus pada suatu

ikatan tangkap.

5 Isomerase Enzim-enzim yang menkatalisis perubahan penataan

geometris (special) suatu molekul.

6 Ligase Enzim-enzim yang menkatalisis pembentukan ikatan

pada C—C, C—N, C—O, dan ikatan lainnya,

8
A. Enzim Transferase

Enzim transferase merupakan enzim yang bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan

suatu gugus dari suatu molekul ke molekul lain ataupun dari suatu senyawa kepada senyawa lain.

Gugus-gugus yang ditransfer meliputi gugus aldehid, keton, metil, asil, karboksil, fosfat, sulfur,

dll (Iswari dan Yuniastuti, 2006).

Enzim transferase termasuk dalam enzim kelas dua, yang artinya mengkatalisis pemindahan

suatu gugus yang bukan hidrogen antara suatu donor dengan suatu akseptor gugus.

9
B. Penggolongan Enzim Transferase

Semua enzim memiliki nomor kode masing-masing, penomoran ini berdasarkan kelas

masing-masing enzim dimana terdapat empat digit yang khas. Digit pertama menunjukkan kelas

enzim yang bersangkutan, digit kedua menunjukkan subkelas, digit ketiga menunjukkan

subsubkelas, dan digit keempat adalah untuk enzim spesifik (Sadikin, 2002).

Sebagai contoh enzim transglutaminase, enzim ini mempunyai nama sistematika yaitu amin-

ɣglutamiltransferase yang termasuk ke dalam kelas enzim transferase (EC 2), asiltransferase (EC

2.3), aminoasiltransferase (EC 2.3.2), dan mempunyai nama alternatif yatu fibrinoligase

(Mayashopha, dkk., 2015). Penggolongan enzim transferase berdasarkan subkelasnya adalah

sebagai berikut:

1. Metil transferase & hidroksimetil transferase

Merupakan enzim yang bekerja sebagai katalis dalam memindahkan gugus metil (CH3),

hidroksimetil (CH2OH). Enzim metil transferase bekerja sebagai katalis pemindahan gugus

metil pada reaksi pembentukan keratin dari asam guanidin asetat, serta memelihara grup metil

untuk nukleotida yang dihasilkan melalui replikasi DNA dimana memastikan bahwa salinan

DNA termetilasi.

10
Enzim hidroksimetil transferase bekerja sebagai katalis pemindahan gugus hidroksi metil

pada reaksi pembentukan glisin dari serin (Kusnawidjaja, 1983).

H hidroksil metil transferase


H2C C COOH H2C COOH

OH NH2 NH2
serin glisin

2. Transaldolase dan Transketolase

Enzim yang digunakan sebagai katalis dalam pemidahan DHAP (Dihidroksiaseton fosfar)

dari suatu molekul donor ke suatu akseptor. Perbedaan antara transaldolase dan transketolase

terdpat pada jumlah atom karbonnya, pada transaldolase C3 + C7 C6 + C4 sedangkan

pada transketolase C4 + C5 C6 + C3.

11
3. Asil transferase

Merupakan enzim yang bekerja sebagai katalis dalam memindahkan gugus asil (RC=0),

pada reaksi asilasi karnitin.

4. Glikosil transferase

Ezim yang digunaan dalam transfer pemindahan gugus glikosil pada gugus nonproduksi

(glokosil dari glikogen yang tumbuh atau dari prier glikogen).

12
5. Alkil dan aril transferase (gugus selain metil)

Merupakan enzim yang bekerja sebagai katalis dalam memindahkan gugus alkil dan aril

(selain metil), sebagai contoh enzim glutation-S-Transferase, enzim ini mengkatalisis reaksi

konjugasi antara xenobiotic atau berbagai senyawa toksik elektrofilik endogen dan eksogen,

termasuk beberapa karsinogen dan antineoplastik dengan GSH.

O O SH O
H H H
N
O N O
H
NH2 O
Glutathione (GSH)

Sumber enzim ini berasal dari organisme prokariotik dan eukariotik. Di dalam sel

terdapat pada organel sitosol, mitokondria, dan mikrosom. Secara umum struktur enzim ini

adalah dimer. Peran enzim ini antara lain dalam detoksifikasi dan metabolisme senyawa

xenobiotik dan endobiotik., mengurangi efektifitas agen antikanker / antiparasit yang

digunakan untuk pengobatan kanker dan penyakit parasit. Dalam modifikasinya pada bidang

medis ikatan yang stabil antara cyPG dan GSTP l-l, dapat digunakan sebagai perspektif baru

untuk pengembangan inhibtor GST irreversibel sebagai agen antikanker (Sadikin, 2002).

6. Transaminase

Merupakan enzim yang bekerja sebagai katalis dalam memindahkan nitrogen umumnya

terdapat dalam aminotransferase, enzim yang bekerja sebagai katalis pada pemindahan gugus

amino dari satu asam amino ke asam amino α-keto penerima, menghasilkan dan membentuk

asam amino baru dan asam keto baru (Kusnawidjaja, 1983).

13
Pada reaksi ini tidak ada gugus amino yang hilang, karena gugus amino yang dilepaskan

oleh asam amino diterima oleh asam keto. Alanin transamirase merupakan enzim yang

mempunyai kekhasan terhadap asam piruvat-alanin. Glutamat transaminase merupakan enzim

yang mempunyai kekhasan terhadap glutamat-ketoglutarat sebagai satu pasang substrak

(Kusnawidjaja, 1983).

Gugus R sekarang dapat ditransfer ke penerima untuk membentuk senyawa baru:

Contoh enzim transaminase adalah enzim aspartat amio transferase, sumbernya berasal dari

organisme prokariotik maupun eukariotik. Termasuk hewan, tumbuhan, dan manusia. Enzim

ini bereran dalam proses gliseroneogenesis hati, yaitu mampu mengkatalisis interonverensi

dari aspartat (Sadikin, 2002). Reaksi transaminase terjadi di dalam mitokondria maupun dalam

cairan sitoplasma. Semua enzim transaminase tersebut dibantu oleh piridoksalfosfat sebagai

koenzim. Telah diterangkan bahwa piridoksalfosfat tidak hanya merupakan konzim pada

reaksi-reaksi metabolisme yang lain (Kusnawidjaja, 1983).

14
7. Kinase

Enzim yang mengkatalisis pemindahan gugus fosfat dari molekul ATP ke molekul tertentu.

Proses ini diidentifikasi sebagai fosforilasi ketika substrat menanggap gugus fossat dan

molekul ATP menyumbangkan gugus fosfat. Sangat penting dalam metabolisme sel, regulasi

protein, transport seluler.

15
Contoh enzim kinase adalah enzim piruvat kinase, enzim ini merupakan katalis pada gugus

fosfat dari Asam Fosfoenol piruvat kepada ADP sehingga terbentuk molekul ATP dan

molekul Asam Piruvat. Dalam reaksi ini diperlukan ion Mg2+ dan K+ sebagai aktivator. Piruvat

kinase merupakan enzim yang memiliki struktur protein tetramer. Reaksi terakhir glikolisis

menghasilkan piruvat glikolisis, menghasilkan piruvat ATP. Transfer gugus fosforil dari

fosfoenolpiruvat ke ADP yang irreversibel dikatalisis enzim ini. Enzim piruvat kinase ini

dapat diinhibisi oleh konsentrasi ATP dan juga alanin piruvat kinase. Pengendalian aktivasi

piruvat kinase pada glikolisis (fruktase 2,6- Bifosfat) dan pengendalian aktivasi piruvat kinase

oleh asam sitrat. Kemudian inhibitor piruvat kinase oleh ATP konsentrasi ATP yang tinggi

menghambat piruvat kinase dalam glikolisis (Kusnawidjaja, 1983).

Selain itu enzim glukokinase atau heksokinase merupakan katalis pada proses glikolisis

dimana pengubahan glukosa menjadi glukosa 6-fosfat dengan reaksi fosforilasi. Gugus fosfat

diterima dari ATP dalam reaksi dibantu oleh ion Mg++ sebagai kofaktor. Heksesokinase yang

16
berasal dari ragi dapat merupakan katalis pada reaksi pemindahan gugus fosfat dari ATP tidak

hanya kepada glukosa tetapi juga kepada fruktosa, manosa, glukosamina. Dalam otak, otot,

dan hati terdapat enzim heksesokinase yang multi substrat ini. Disamping itu ada pula enzim-

enzim yang khas tetapi juga kepada fruktosa, manosa, dan glukosamin. Dalam kinase. Hati

juga memproduksi fruktokinase yang menghasilkan fruktosa-1-fosfat (Kusnawidjaja, 1983).

Contoh Glukokinase:

Heksokinase/Glukokinase

α-D-glukosa + ATP α-Dgglukosa-6-fosfat + ADP

Enzim heksesokinase dari hati dapat dihambat oleh hasil reaksi sendiri. Jadi apabila

glukosa-6-fosfat terbentuk dalam jumlah banyak, mak senyawa ini akan menjadi inhibitor

bagi enzim heksesokinase tadi. Selanjutnya enzim akan aktif kembali apabila konsentrasi

glukosa-6-fosfat menurun pada tingkat tertentu (Hamid, 2001).

C. Peranan Enzim Transferase Dalam Sel

Adapun peranan enzim transferase dalam sel antara lain:

1. Memindahkan (transfer) suatu gugus senyawa kepada senyawa lain.

2. Transferase mengkatalisis pemindahan gugusan molekul dari suatu molekul ke molekul

yang lain. Sebagai contoh adalah beberapa enzim sebagai berikut:

a. Transaminase adalah transferase yang memindahkan gugusan amina.

b. Transfosforilase adalah transferase yang memindahkan gugusan fosfat.

c. Transasilase adalah transferase yang memindahkan gugusan asil.

17
D. Aplikasi Enzim Transferase Dalam Kehidupan

1. Sebagai alat diagnosis, dimana enzim sebagai petanda (marker) dari kerusakan suatu

jaringan atau organ akibat penyakit tertentu.

Penggunaan enzim sebagai petanda dari kerusakan suatu jaringan mengikuti prinsip

bahwasanya secara teoritis enzim intrasel seharusnya tidak terlacak di cairan ekstrasel dalam

jumlah yang signifikan. Pada kenyataannya selalu ada bagian kecil enzim yang berada di cairan

ekstrasel. Keberadaan ini diakibatkan adanya sel yang mati dan pecah sehingga mengeluarkan

isinya (enzim) ke lingkungan ekstrasel, namun jumlahnya sangat sedikir dan tetap.

Apabila enzim intrasel terlacak di dalam cairan ekstrasel dalam jumlah lebih besar dari yang

seharusnya, atau mengalami peningkatan yang bermakna/signifikan, maka dapat diperkirakan

terjadi kematian (yang diikuti oleh kebocoran akibat pecahnya membran) sel secara besar-besaran.

Kematian sel ini dapat diakibatkan oleh beberapa hal, seperti keracunan bahan kimia (yang

merusak tatanan lipid bilayer), kerusakan akibat senyawa radikal bebas, infeksi (virus),

berkurangnya aliran darah sehingga lisosom mengalami lisis dan mengeluarkan enzim-enzimnya,

atau terjadi perubahan komponen membrane sehingga sel imun tidak mampu lagi mengenali sel-

sel tubuh dan sel-sel asing, dan akhirnya menyerang sel tubuh (penyakit autoimun) dan

mengakibatkan kebocoran membrane.

Contoh penggunaan enzim sebagai petanda adanya suatu kerusakan jaringan adalah

peningkatan jumlah Alanin aminotransferase (ALT serum) hingga mencapai seratus kali lipat

(normal 1-23 sampai 55U/L) menunjukkan adanya infeksi virus hepatitis, peningkatan sampai dua

puluh kali dapat terjadi pada penyakit mononucleosis infeksiosa, sedangkan peningkatan pada

kadar yang lebih rendah terjadi pada keadaan alkoholisme.

18
2. Enzim sebagai petanda pembantu dari reagensia.

Sebagai petanda pembantu dari reagensia, enzim bekerja dengan memperlihatkan reagensia

lain dalam mengungkapkan senyawa yang dilacak. Senyawa yang dilacak dan diukur sama sekali

bukan substrat yang khas bagi enzim yang digunakan. Selain itu, tidak semua senyawa memiliki

enzimnya, terutama senyawa-senyawa sintetis. Oleh karena itu, pengenalan terhadap substrat

dilakukan oleh antibodi. Adapun dalam hal ini enzim asetil kolin transferase.berfungsi dalam

memperlihatkan keberadaan reaksi antara antibodi dan antigen. Contoh penggunaannya adalah

pada teknik imunoenzimatik ELISA (Enzim Linked Immuno Sorbent Assay), antibodi mengikat

senyawa yang akan diukur, lalu antibodi kedua yang sudah ditandai dengan enzim akan mengikat

senyawa yang sama. Kompleks antibodi-senyawa-antibodi ini lalu direaksikan dengan substrat

enzim, hasilnya adalah zat berwarna yang tidak dapat diperoleh dengan cara imunosupresi biasa.

Zat berwarna ini dapat digunakan untuk menghitung jumlah senyawa yang direaksikan.

3. Enzim sebagai indikator yang paling sering digunakan pada kerusakan hepar serta

petanda nekrosis sel hepar (menentukan seberapa baik pengobatan bekerja)

Enzim yang dgunakan adalah golongan aminotransferase, AST dan ALT, yang merupakan

pengkatalisa transfer gugus a-amino dari aspartat dan alanine ke gugus a-keto dari asam

ketoglutarat, membentuk asam oksaloasetat dan asam pyruvat. Enzim tersebut berperan pada

proses glukoneogenesis dengan memfasilitasi sinsetis glukosa dari bahan non karbohidrat.

Peningkatan kadar serum AST dan ALT terjadi pada hampir semua penyakit hepar.

Peningkatan yang paling tinggi terjadi pada beberapa hepatitis virus, nekrosis hepar akibat obat

atau toksin, dan shock. Kadar enzim dapat menggambarkan tingkat kematian sel hepar.

19
4. Enzim mampu mengindikasikan kerusakan otot penderita dengan enzim aminotransferase

Enzim Transaminase atau disebut juga enzim aminotransferase adalah enzim yang

mengkatalisis reaksi transaminasi. Terdapat dua jenis enzim serum transaminase yaitu serum

glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT) dan serum glutamat piruvat transaminase (SGPT).

Pemeriksaan SGOT adalah indikator yang lebih sensitif terhadap kerusakan hati dibanding SGPT.

Hal ini dikarenakan enzim GOT sumber utamanya di hati, sedangkan enzim GPT banyak terdapat

pada jaringan terutama jantung, otot rangka, ginjal dan otak.

SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) atau juga dinamakan AST (Aspartat

Aminotransferase) merupakan enzim yang dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam

konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka, dan ginjal dan juga merupakan enzim mitokondria

yang berfungsi mengkatalisis pemindahan bolak-balik gugus amino dari asam aspartat ke asam α-

oksaloasetat membentuk asam glutamat dan oksaloasetat (Price dan Wilson,1995).

Dalam kondisi normal enzim yang dihasilkan oleh sel hepar konsentrasinya rendah. Fungsi

dari enzim-enzim hepar tersebut hanya sedikit yang diketahui. Nilai normal kadar SGOT < 35 U/L

dan SGPT < 41 U/L. (Pratt, 2010).

SGOT-SGPT merupakan dua enzim transaminase yang dihasilkan terutama oleh sel-sel hati.

Bila sel-sel liver rusak, misalnya pada kasus hepatitis atau sirosis, biasanya kadar kedua enzim ini

meningkat. Makanya, lewat hasil tes laboratorium, keduanya dianggap memberi gambaran adanya

gangguan pada hati. Jadi, Enzim SGOT dan SGPT mencerminkan keutuhan atau intergrasi sel-sel

hati. Adanya peningkatan enzim hati tersebut dapat mencerminkan tingkat kerusakan sel-sel hati.

Makin tinggi peningkatan kadar enzim SGOT dan SGPT, semakin tinggi tingkat kerusakan sel-sel

hati.

20
Kerusakan membran sel menyebabkan enzim Glutamat Oksaloasetat Transaminase (GOT)

keluar dari sitoplasma sel yang rusak, dan jumlahnya meningkat di dalam darah. Sehingga dapat

dijadikan indikator kerusakan hati (Pratt, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Lee, et al pada tahun 2010 di Turki menyatakan

peningkatan kadar enzim SGOT/SGPT secara bermakna pada trauma hepar. Nilai peningkatan

enzim SGOT yang bermakna adalah lebih dari 100 U/L dengan nilai p<0,001 dan kadar enzim

SGPT yang bermakna lebih dari 80 U/L dengan p<0,001 (Kusnawidjaja, 1983).

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini antara lain:

a. Enzim transferase adalah enzim yang ikut serta dalam reaksi pemindahan (transfer) suatu

gugus.

b. Peranan enzim enzim transferase dalam sel ada dua, yaitu memindahkan (transfer) suatu

gugus senyawa kepada senyawa lain dan transferase serta mengkatalisis pemindahan

gugusan molekul dari suatu molekul ke molekul yang lain.

c. Aplikasi enzim transferase dalam kehidupan ada beberapa hal, diantaranya : sebagai alat

diagnosis, dimana enzim sebagai petanda (marker) dari kerusakan suatu jaringan atau

organ akibat penyakit tertentu, sebagai petanda pembantu dari reagensia, sebagai indikator

yang paling sering digunakan pada kerusakan hepar serta petanda nekrosis sel hepar

(menentukan seberapa baik pengobatan bekerja) dan mampu mengindikasikan kerusakan

otot penderita dengan enzim aminotransferase.

22
DAFTAR PUSTAKA

Cartono, M.Pd. 2004. Biologi Umum. Prisma Press. Bandung. ii+231hlm.

Hamid, A., 2001, Biokimia: Metabolisme Biomolekul, Alfabeta, Jakarta.

Kusnawidjaja, K., 1983, Biokimia, Alumni.

Ngili, Yohanis, 2013, Protein dan Enzim, Rekayasa Sains, Bandung.

Poedjiadi, A., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI Press, Jakarta.

Pratt, D. S., Liver Chemistry and Function test. In: Feldma, M., Friedma, L. S., Brandt, L. J., eds.

Scheisenger and Fordtran’s Gastrointestinal and Liver disease, Saunders Elsevier,

Philadelphia.

Price, A., dan Wilson, L., 1995, Patofisiologi Buku 2 Edisi 27, Kedokteran EGC, Jakarta.

Sadikin, M., 2002, Biokimia Enzim, Widya Medika, Jakarta.

Sumardjo, D., 2009, Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran dan Program

Strata I Fakultas Bioeksak, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Wirahadiusumah, M., 2008, Biokimia: Protein, Enyme, dan Asam Nukleat, Penerbit ITB,
Bandung.

23

Anda mungkin juga menyukai