Anda di halaman 1dari 100

PENGUKURAN & KESALAHAN

(Measurement and Mistake)

Massus Subekti, MT.


Eksperimen
¾ Eksperimen adalah kegiatan yang mengarah
pada pengujian suatu hipotesis teoritis ;
merupakan cara bertanya seorang ilmuwan
kepada alam
¾ Hasil eksperimen (data) merupakan jawaban
yang diberikan oleh alam yang harus ditafsirkan
(diolah/dianalisis) oleh ilmuwan sebagai
dukungan atau tolakan terhadap hipotesa
¾ Eksperimen meliputi 3 hal yakni :Pengukuran,
Pengolahan data, Analisa data
Pengukuran

¾ Pengukuran adalah Cara/proses untuk


menentukan banyak jumlah, derajad, atau
kapasitas dengan membandingkan (langsung/
tidak langsung) dengan standar yang dapat
diterima oleh umum dari sistem satuan yang
digunakan
Pengukuran

¾ Pengukuran memberikan arti penting bagi manusia


untuk menggambar kan berbagai fenomena alam
dalam bentuk kuantitatif atau angka.
¾ Lord Kelvin menyatakan : “Bila anda dapat
mengukur apa yang anda bicarakan serta
menyatakannya dalam bentuk angka, maka anda
mengerti apa yang anda bicarakan. Tetapi bila anda
tidak dapat mengukurnya dan tidak dapat
menyatakannya dalam bentuk angka, maka
pengetahuan anda memuaskan atau
mengecewakan”.
Pengukuran

Pengukuran memerlukan 2 perangkat penting :


¾ Instrumen (peralatan) sebagai perangkat

keras
¾ Metode Pengukuran sebagai perangkat

lunak :
„ Pengukuran lansung
„ Pengukuran tidak langsung
„ Pengukuran dengan perhitungan
Pengukuran Langsung

¾ Pengukuran ini dilakukan dengan cara


membandingkan langsung sesuatu yang
akan diukur dengan sebuah standar yang
dipakai sebagai alat ukurnya.
‰ Misal :seseorang mengukur panjang seutas
tali, ia akan membandingkan panjang tali
itu dengan mistar yang dimilikinya
Pengukuran Tidak Langsung

¾ Pengukuran yang terpaksa dilakukan karena


berbagai sebab, antara lain keterbatasan
panca indera manusia sebagai sensor
terhadap gejala alam yang akan diukur.
¾ Misal :
‰ Untuk melihat benda sangat kecil manusia perlu
alat bantu yaitu mikroskop.
‰ Untuk mengukur arus listrik manusia perlu
mengubah dulu gejala listrik menjadi gejala
mekanik jarum amperemeter.
Pengukuran Dengan Perhitungan

¾ Pengukuran yang dilakukan berdasarkan


pada hasil-hasil pengukuran yang dilakukan
sebelumnya. Hasil ukurnya didapat melalui
suatu perhitungan data pengukuran langsung
maupun tak langsung.
¾ Misal :
‰ Volume tabung dapat diukur langsung dengan
gelas ukur, dan dapat juga dihitung dari hasil ukur
diameter dan tingginya.
‰ Massa jenis suatu zat cair dapat diukur dengan
densimeter, dan dapat juga dihitung dengan
mengukur lebih dulu massa dan volumenya.
Data Hasil Pengukuran

¾ Data hasil pengukuran tidak akan memberikan


suatu nilai yang tepat melainkan perkiraan
terbaik tentang nilai besaran yang diukur
(x ± s)
x = nilai perkiraan terbaiknya
s = galat (error) ukurnya.
¾ Nilai ukur yang dapat diterima adalah antara
(x-s) sd. (x + s).
¾ Hasil pengukuran dikatakan sah hanya jika
diserati dengan ketelitiannya
Data Hasil Pengukuran
Resolusi

¾ Perubahan terkecil dalam nilai yang diukur


kepada insrumen untuk dapat memberikan
respon (tanggapan)
¾ Tingkat kemampuan alat itu untuk
membedakan ukuran terkecil.
‰ Misal : mistar 30 cm-an memiliki resolusi orde
mm, sedangkan sebuah mikrometer dapat
memiliki resolusi yang lebih tinggi, yaitu orde
1/1000 mm.
Resolusi (alat ukur digital)

„ Tergantung jumlah cacahan:


3,5 digit = 1999 = 2000
4,5 digit = 19999 = 20000
5 digit = 99999 = 100000
8 digit = 99999999 = 1000000000
„ Resolusi = skala maks / jumlah cacahan.
cacahan
Resolusi (alat ukur digital)

¾ Contoh :
DVM (DC Voltmeter) 4,5 digit digunakan
untuk mengukur tegangan dengan skala
maksimum 200 Volt. Tentukan resolusi alat
ukur tersebut.
Cacahan = 20000
Skala maksimum = 200 Volt
Resolusi = 200/20000 = 0,01 Volt
Resolusi (alat ukur digital)

¾ Contoh :
DVM 4 digit akan digunakan untuk
mengukur suhu dalam range 0 – 100
Celsius. Tentukan resolusinya!
Cacahan = 10000
Skala maksimum = 100 C
Resolusi = 100/10000 = 0,01 C
Resolusi (alat ukur digital)

Roda, keliling = 1 m
reedswitch

magnet

ODOMETER
IN

4 digit BCD Counter


RESET

Keliling roda = 1 meter, jumlah magnet = 1, berarti setiap putaran


menghasilkan satu pulsa shg menghasilkan satu cacahan. Jadi
resolusinya = 1 meter
Resolusi (alat ukur digital)

¾ Jika magnet sebanyak 10 buah dipasang


secara merata ke seluruh lingkaran roda pada
contoh di atas, berapa jadinya resolusi
odometer?
Satu putaran roda = 1 meter menghasilkan 10
pulsa, sehingga 1 cacahan menunjukkan 1/10
meter = 10 cm
Sensitivitas (Sensitivity)
¾ Perbandingan antara sinyal keluaran atau
respon instrumen terhadap perubahan masukan
atau variabel yang diukur

x y
V=(R2/R1+R2)*Vs

Sensitivitas = y/x
Ketelitian (Accuracy) atau Keseksamaan

¾ Tingkat kemampuan alat untuk memberikan hasil


ukur yang mendekati nilai sebenarnya

Akurasi
merupakan
suatu konsep
kualitatif

Misal : Jika panjang 10,0 cm diukur oleh sebuah mistar


sebagai 9,9 cm, akurasi mistar hanyalah 1 %.
Ketepatan (presisi)
¾ Kedekatan nilai-nilai pengukuran individual yang
didistribusikan sekitar nilai rata-ratanya atau
penyebaran nilai pengukuran individual dari nilai
rata-ratanya

Presisi berhubungan dengan distribusi kesalahan acak,


tidak berhubungan dengan kedekatan terhadap nilai benar
Accuracy vs Presisi

Accurasi/ketelitian

¾ Alat ukur yang mempunyai presisi yang bagus tidak


menjamin bahwa alat ukur tersebut mempunyai
akurasi yang bagus.

Presisi/ketepatan
Istilah
¾ Repeatabilitas (repeatability)
Kemampuan alat ukur untuk menunjukkan hasil
yang sama dari proses pengukuran yang
dilakukan berulang-ulang dan identik.

¾ Kehandalan ( reliability )
Kesanggupan alat ukur untuk melaksanakan
fungsi yang disyratkan untuk suatu periode yang
ditetapkan.
Istilah
¾ Instrumen
Alat yang digunakan untuk menentukan nilai
atau besaran suatu kuantitas/variabel

¾ Error
Penyimpangan variabel yang diukur dari harga
(nilai) sebenarnya
Beda antara nilai ukuran yang terbaca dengan
nilai “sebenarnya “ dari obyek yang diukur.
Paralaks

¾ Paralaks adalah kesalahan dalam pembacaan


instrumen akibat terdapatnya sudut antara
pembaca dengan instrumen
Misalnya waktu membaca
skala pada barometer air
raksa maupun thermometer
air raksa
Istilah
¾ Rentang ukur (range)
Besar daerah ukur antara batas ukur bawah dan
batas ukur atas

¾ Jangkauan (span)
Beda modulus antara dua batas rentang nominal
dari alat ukur.
Contoh :
Rentang nominal – 10V sampai 10 Volt.
Jangkauan 20V
Istilah

¾ Ketidakpastian Pengukuran ( uncertainty )


Perkiraan atau taksiran rentang dari nilai
pengukuran dimana nilai sebenarnya dari
besaran obyek yang diukur ( measurand )
terletak.

¾ Koreksi ( correction )
Suatu harga yang ditambahkan secara aljabar
pada hasil dari alat ukur untuk mengkompensasi
penambahan kesalahan sistematik.
Istilah

¾ Kalibrasi ( calibration )
Serangkaian kegiatan untuk menentukan
kebenaran konvensional penunjukan alat
ukur atau menujukkan nilai yang diabadikan
bahan ukur dengan cara membandingkannya
dengan standar ukur yang tertelusuri ke
standar nasional dan/atau international.
Istilah

¾ Ketertelusuran ( traceability )
Terkaitnya hasil pengukuran pada standar
nasional/internasional melalui peralatan ukur
yang kinerjanya diketahui, standar-standar yang
dimiliki laboratorium tempat pengukuran
dilakukan dan kemampuan personil lab.
tersebut.
Istilah

¾ Standar Internasional ( International standard )


Standar yang ditetapkan oleh persetujuan
international sebagai dasar untuk menetapkan
suatu harga atau besaran bagi semua standar
lsin dari besaran yang ada.

¾ Standar Nasional ( National standard )


Standar yang ditetapkan oleh peraturan
pemerintah sebagai dasar Untuk menetapkan
harga atau besaran dalam suatu negara, untuk
Semua standar lain dari besaran yang ada.
Istilah

¾ Standar primer (Primary standard )


Standar yang mempunyai kualitas paling tinggi pada
suatu besaran tertentu.

¾ Standar skunder (secopndary standard )


Standar yang harganya tertentu dibandingkan
dengan standar primer.

¾ Standar kerja (working standard )


Standar yang dikalibrasi oleh standar reference dan
digunakan terus menerus untuk mengalibrasi dan
mengecek alat ukur atau material yang diukur
Standard

National Standard NIST, Los Alamos Scientific Lab., etc

Primary Standard
Departemen of Metrology
Secondary Standard
Production Standard
Company
Operation Standard
Angka Berarti
Indikasi ketepatan pengukuran diperoleh dari
banyaknya angka-angka yang berarti (significant
figures). Makin banyak angka-angka yang berarti,
ketepataan pengukuran menjadi lebih besar

67Ω
2 angka
68Ω
berarti
69Ω 68,0 Ω mempunyai
ketepatan yang
lebih tinggi dari
67,9Ω pada 68 Ω
3 angka
68,0Ω berarti
68,1Ω
Angka Berarti

SENSUS PENDUDUK

bisa diartikan mendekati 380.000


380.000 dari pada 379.000 dan 381.001
(6 angka) (6 angka berarti),

maksudnya mendekati 380.000


3,8 x 10 5 dari pada 370.000 atau 390.000
(2 angka) (2 angka berarti)
Angka Berarti

117,0 Volt

Tegangan 117,1 ± 0,05 volt


117,1 Volt (117,05 Volt -117, 15 volt)

117,2 Volt
Jenis-jenis Kesalahan Pengukuran

¾ Kesalahan Umum (Gross-error)


Kesalahan yang disebabkan karena faktor manusia

¾ Kesalahan Sistematis (systematic error)


‰ Kesalahan instrumental (Instrumental error)
Kesalahan yang disebabkan oleh kekurangan pada instrumen
‰ Kesalahan lingkungan (environmental error)
Kesalahan yang disebabkan keadaan luar yang
mempengaruhi pengukuran
Jenis-jenis Kesalahan

¾ Kesalahan yang tak disengaja (random error)


kesalahan yang penyebabnya tidak secara
langsung dapat diketahui sebab perubahan
parameter atau sistem pengukuran terjadi
secara acak
Penyebab Kesalahan Umum

¾Kesalahan paralaks
¾Kesalahan penaksiran
¾Kesalahan pembacaan alat ukur
¾Kesalahan penyetelan alat ukur
Kesalahan Paralaks

¾ Paralaks adalah Kesalahan dalam pembacaan


instrumen akibat terdapatnya sudut antara
pembaca dengan instrumen
¾ Misalnya waktu membaca skala pada barometer
air raksa maupun thermometer air raksa
¾ Bila mata praktikan sama tinggi dengan
permukaan air raksa, akan diperoleh harga yang
sebenarnya.
¾ Jika mata praktikan terlalu rendah atau terlalu
tinggi, maka akan terjadi kesalahan yang
disebut paralaks.
Menghindari Kesalahan Paralaks

¾ Untuk menghindarkan paralaks, maka skala dapat


dibuat di atas cermin. Permukaan air raksa harus
terlihat berimpit dengan gambar dalam cermin.
dan mata praktikan harus benar-benar sama tinggi
dengan permukaan air raksa
Kesalahan Penaksiran
¾ Kesalahan ini terjadi jika kita menaksir sebagian dari
skala.
¾ Keseksamaan menaksir tergantung pada besar
skala, tebal garis skala, tebal jarum penunjuk dan
apakah jarum bergoyang atau tidak.
¾ Biasanya sebagai kesalahan menaksir kita ambil
seperlima (0,2) dari skala terkecil
Penyebab Kesalahan instrumental

¾ Kesalahan teknis
¾ Ketidaktepatan penunjukkan alat ukur
¾ Kesalahan pada pembagian skala
¾ Gesekan bantalan penggerak meter
¾ Tarikan/ketegangan pegas yang tidak tepat
¾ Pembebanan instrumen secara berlebihan
¾ Kalibrasi yang tidak sesuai
¾ Adanya bagian yang aus
¾ Kegagalan penunjukkan nol
Kesalahan Teknis
¾ Misalnya pada thermometer air raksa,
pembuluh kapilair tidak serba sama
penampangnya. Atau jika bola penyimpan air
raksa telah mengkerut, karena thermometer
itu telah tua
Ketidakteatan Penunjukkan Alat Ukur
¾ Misalnya sebuah benda kita timbang
beberapa kali dengan sebuah neraca, pada
umumnya terdapat harga yang berbeda-beda
Kesalahan Pada Pembagian Skala

¾ Misalnya pada thermometer air raksa,


kesalahan ini terjadi bila keping skala
diletakkan terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Atau pada barometer air raksa, akan terjadi
kesalahan bila pembagian skala tidak merata
Menghindari Kesalahan instrumental
¾ Pemilihan instrumen yang tepat
¾ Menggunakan faktor koreksi berdasarkan tabel-
tabel atau dengan menggunakan rumus-rumus
yang sesuai
¾ Mengkalibrasi instrumen
Penyebab Kesalahan lingkungan

¾ Temperatur
¾ Listrik statis
¾ Tekanan
¾ Medan elektromagnetik
¾ Kelembaban
Contoh kesalahan kareana lingkungan
¾ Misalnya yang dicari adalah panjang sebuah
batang besi pada suhu 15°C.
¾ Jika pengukuran dilakukan pada suhu 25°C,
harga yang diperoleh tidak sama dengan
harga yang sebenarnya.
Contoh kesalahan kareana lingkungan
¾ Alat pengukur panjang yang terbuat dari besi,
pembagian skala adalah benar pada suhu
25°C,
¾ Kemudian meteran itu kita pergunakan pada
suhu 15°C. Harga yang kita peroleh tidak
seksama.
Harga Rata-rata (arithmetic mean)
Jumlah hasil-hasil pengukuran dibagi dengan
banyak pengamatan (k)

Jika x1, x2, x3, ... , x~ adalah hasil-hasil pengukuran


dari suatu besaran yang dilakukan berulang kali,
maka harga rata-rata x adalah :

x +x + ... + x
1 2
x= k
k
Simpangan (Deviasi)
Selisih antara hasil pengukuran dengan harga
rata-rata

d1 = ( x 1 − x)

d2 =( x − x)
2

d3 = ( x − x)
3

dk =( x − x)
k
Simpangan Rata-rata (Sr)

Jumlah simpangan dibagi dengan jumlah kali


pengamatan (k)

d1 + d 2 + ... + d k
Sr =
k

( x 1 − x ) + ( x 2 − x ) + ( x 3 − x ) + ... + ( x k − x )
Sr =
k
Simpangan Baku (Sb)
Tingkatan harga yang bervariasi mengenai harga
rata-rata

d 2 + d 2 + ... + d 2
Sb = 1 2 k
k −1

( x 1 − x )2 + ( x 2 − x )2 + ( x 3 − x ) 2 + ... + ( x k − x ) 2
Sb =
k −1
Contoh
Pengukuran suatu besaran memberikan hasil sbb:
x1=20,3; x2=20,1; x3=20,4 x4=20,5; x5=20,2

( 20,3 + 20,1 + 20,5 + 20,4 + 20,2)


H arg a rata − rata ( x ) = = 20,3
5

( 0 ,0 + 0,2 + 0 ,1 + 0 ,2 + 0,1 )
Simpangan rata − rata( Sr ) = = 0 ,12
5

Simpangan baku ( Sb ) =
(0.0)2 + (0.1)2 + (0.2)2 + (0.2)2 (0.1)2 = 0 ,125
5 −1
Kemungkinan Kesalahan

Contoh :
pengukuran sebuah tahananan sebanyak 10 x :
101.2 Ω; 101.7 Ω; 101.3 Ω; 101.0 Ω; 101.5 Ω;
101.3 Ω; 101.2 Ω; 101.4 Ω; 101.3 Ω; 101.1 Ω.
tentukan :
(a) Nilai rata-rata
(b) Simpangan baku
(c) Kesalahan yang mungkin
Kemungkinan Kesalahan

Pembacaan Deviasi
Jawaban :
X d d2
101,2 -0,1 0,01 a. Nilai rata-rata
101,7 0,4 0,16 −
X =
∑ x 1013,0
= = 101,3 Ω
101,3 0,0 0,00
n 10
101,0 -0,3 0,09
b. Simpangan baku
101,5 0,2 0,04
101,3 0,0 0,00 d2 0 ,36
Sb = = = 0 ,2 Ω
101,2 -0,1 0,01 n −1 9
101,4 0,1 0,01
c. Kesalahan yang mungkin
101,3 0,0 0,00
0,6745 Sb = 0,6745. 0,2 =
101,1 -0,2 0,04
0,1349 Ω
Σ = 1.013,0 1,4 0,36
Kesalahan Batas

Kesalahan Batas (Limiting Error)


batas-batas penyimpangan dari nilai yang
ditetapkan, sering disebut juga kesalahn garansi
(guarantee error)

Misal : nilai tahanan 500 Ω ±10%


(pabrik menjamin tahanan 450 Ω - 550 Ω)
Kesalahan Batas

Soal : ketelitian sebuah voltmeter 0 – 150 V,


dijamin sampai 1 % skala penuh. Tegangan yang
diukur oleh voltmeter adalah 83 V. Tentukan
limiting error dalam persen ?
Jawab :Limiting error : 0,01 x 150 V = 1,5 V
% kesalahan penujukkan voltmeter :

1,5
× 100 % = 1 , 81 %
83
Menuliskan Hasil Pengukuran

¾ Kesalahan hasil pengukuran dan perhitungan


sebaiknya dituliskan dengan satu angka penting,
yaitu angka terakhir yang mengandung keragu-
raguan.
¾ Misalnya hasil pengukuran adalah 0,986 maka
hanya angka 6 saja yang mengandung keragu-
raguan.
Panjang L = (367,35 + 0,02) meter
¾ 0,02 menyatakan keragu-raguan dalam hasil
pengukuran atau perhitungan dan dinamakan
kesalahan mutlak.
Menuliskan Hasil Pengukuran

¾ L = 367,35 + 0,02 berarti 367,33 s.d 367,37


¾ L = 0,328 + 0,002 berarti 0,326 s.d 0,330
‰ Berarti 0,2 ; 0,20 dan 0,200 mempunyai arti yang
berlainan.
‰ 0,2 yang meragukan adalah satu angka
dibelakang koma, yaitu angka 2.
‰ 0,20 yang meragukan adalah angka 0 (dua angka
di belakang koma).
‰ 0,200 adalah angka 0 (tiga angka di belakang
koma).
Menuliskan Hasil Pengukuran

¾ Agar sesuai dengan yang tertera di atas


(hanya satu angka terakhir yang boleh
mengandung keragu-raguan), maka dalam
menuliskan hasil pengukuran yang sangat
besar atau sangat kecil, harus ditulis dalam
perpangkatan .
‰ E = 6000000 + 100000
ditulis dalam bentuk : (6,0 + 0,1) . 106
‰ E = 0,0000070 + 0,0000001
ditulis dalam bentuk : (7,0 + 0,1) . 10-6
Menuliskan Hasil Pengukuran

„ Pedoman menuliskan hasil pengukuran


adalah satu angka dimuka koma dan
sisanya dinyatakan sebagai pangkat
bilangan 10.
Menuliskan Hasil Pengukuran

¾ Kesalahan dituliskan dengan satu angka


penting saja bila angka penting pertama
adalah lebih besar dari tiga
¾ Dituliskan dengan dua angka penting jika
angka penting pertama adalah 1 atau 2 atau 3.
¾ Kesalahan tidak dituliskan dengan 3 atau lebih
angka penting.
¾ Penulisan dengan 3 atau lebih angka penting
akan membuat kabur arti yang terkandung
didalamnya.
Menuliskan Hasil Pengukuran

Kabur Artinya Penuh Menulis Kesalahan


Artinya

56789+ 0,2135 5,7 + 0,21 2 angka penting

61234+ 0,2789 6,1 + 0,28 2 angka penting

87234+ 0,0678 8,72 + 0,07 1 angka penting


Mengolah hasil Pengukuran

„ Tidak mungkin suatu pengukuran itu seksama


sempurna,
„ Sehingga tidak mungkin dapat diketahui harga
sebenarnya dari besaran yang kita ukur.
„ Kita hanya dapat mencoba untuk memberi taksiran
yang sebaik-baiknya dari harga yang sebenarnya.
„ Taksiran yang sebaik-baiknya ini dinamakan
angka kemungkinan terbesar
Besaran yang diukur Satu Kali

¾ Taksiran yang sebaik-baiknya untuk harga yang


sebenarnya adalah hasil pengukuran kita, dengan
diberi koreksi terhadap kesalahan-kesalahan
sistematik.
¾ Dengan persetujuan pemimpin praktikum dapat pula
dimisalkan, bahwa kesalahan-kesalahan sistematik
dapat diabaikan.
¾ Tetapi pada umumnya kesalahan yang terjadi
dianggap hanya kesalahan pada alat pengukur, dan
ini diambil 0,2 dari skala terkecil.
Besaran yang diukur Satu Kali

¾ Kesalahan pada pengukuran panjang


dengan mistar dengan skala terkecil 1
mm adalah 0,2 mm.
¾ Kesalahan pada pertimbangan dengan
neraca teknis, dimana anak timbangan
terkecil 100 mg adalah 0,2 x 100 mg =
20 mg.
Besaran yang diukur Beberapa Kali

¾ Hasil pengukuran sebelum diolah haruslah


pula dikoreksi dahulu dengan kesalahan-
kesalahan sistematik.
¾ Dapat juga untuk mudahnya kesalahan
sistematik dimisalkan 0 (nol).
¾ Harga rata-rata adalah harga yang mempunyai
kemungkinan terbesar atau taksiran yang
sebaik-baiknya dari harga yang sebenarnya.
Besaran yang diukur Beberapa Kali
¾ Jika x adalah harga dengan kemungkinan terbesar,
maka jumlah dari kuadrat-kuadrat simpangan terhadap x
adalah minimal.
(x1 − x ) 2
+ ( x 2 − x ) + ... + ( x k − x ) = y
2 2

y = minimal , maka :

= 2( x1 − x ) + 2( x2 − x ) + ... + 2( xk − x ) = 0
dy 1 1 1

dx
x1 + x 2 + ... + x k − kx = 0
x1 + x 2 + ... + x k
x=
k
Besaran yang diukur Beberapa Kali
¾ Jika x adalah 3 ; 5 ; 4
3+5+ 4
x = = 4
3
(3 − 4 )2 + (5 − 4 )2 + (4 − 4 )2 = y

= 2(3 − 4 )1 + 2(5 − 4 )1 + 2(4 − 4 )1 = 0


dy
dx

3 + 5 + .4 − 3 . 4 = 0
Dengan Simpangan Baku
„ Untuk "kesalahan" ini (Eb) kita ambil
simpangan baku dari harga rata-rata dikalikan
dengan bilangan t dari distribusi student.
„ Student adalah nama samaran dari G.P
Gosset seorang ahli kenamaan dalam ilmu
statistik.
„ Bilamana t besarnya tergantung pada k
(banyak pengukuran) dan taraf keyakinan P =
(1 - a = confidence level) yang kita pilih.
Dengan Simpangan Baku
t
Eb = Sb
k
‰ Eb = Kesalahan dengan perhitungan
‰ simpangan baku.
‰ Sb = Simpangan baku hasil pengukuran
‰ t = nilai t (daftar harga-harga t dapat dilihat
‰ dalam tabel di dalam buku-buku statistika)
‰ k = banyak kali pengukuran
Dengan Simpangan Rata-rata

¾ Untuk memudahkan perhitungan maka simpangan


baku diganti dengan simpangan rata-rata dan nilai
t
k

¾ dibulatkan menjadi 1 (satu). Maka besarnya


kesalahan di sini (Er) = simpangan rata-rata (Sr)
Penolokan Data

„ Bila dalam suatu percobaan, misalnya mengukur


panjang suatu batang atau mengamati lama waktu
ayunan, hasil pengukuran yang kita peroleh
terdapat satu atau dua hasil pengukuran yang jauh
berbeda dengan hasil-hasil pengukuran yang lain,
maka hasil pengukuran yang demikian perlu kita
tolak.
„ Contoh :
‰ Terdapat 10 hasil pengukuran seperti tersebut di bawah ini
‰ 12,7 ; 12,5 ; 12,2 ; 12,4 ; 13,9 ; 12,8 ; 12,2 ; 12,4 ; 12,5 ;
dan 12,5.
Penolokan Data

¾ Contoh :
‰ Terdapat 10 hasil pengukuran seperti tersebut di
bawah ini
‰ 12,7 ; 12,5 ; 12,2 ; 12,4 ; 13,9 ; 12,8 ; 12,2 ; 12,4 ;
12,5 ; dan 12,5.
‰ Hasil pengukuran (data) 13,9 kita tolak, jadi
terdapat 9 data
Penolokan Data

¾ Harga rata-rata
12,7 + 12,5 + 12,2 + 12,4 + 12,8 + 12,2 + 12,4 + 12,5 + 12,5
x= = 12,5
9

¾Simpangan rata-rata (Sr)

12,7 − 12,5 + 12,5 − 12,5 + 12,2 − 12,5 + ...


Sr = = 0,15
9
Penolokan Data

¾Simpangan Baku (Sb)

(x1 − x )2
Sb =
k −1

12 ,7 − 12 ,5 + 12 ,5 − 12 ,5 + 12 ,2 − 12 ,5 + ...
Sb =
9 −1

0,32
Sb = = 0,02
8
Penolokan Data

¾Kesalahan Eb
t
Eb = Sb
k

Eb = (0 ,20 )
(1,40 )
= 0 ,09
9
‰ 1,40 adalah harga t dalam tabel statistik pada taraf
keyakinan 90% dan derajat kebebasan (k - 1) = 8.
‰ Kesalahan Er = Sr = 0,15
Harga Eb dan Er

„ Terdapat perbedaan harga Eb dan Er, mana yang lebih besar


tergantung pada banyaknya percobaan.

Banyaknya Perbandingan
pengukuran kesalahan
2 kali Eb = 4 Er
3 kali Eb = 2 Er
4-6 kali Eb = 1 Er
1
7-20 kali Eb = /2 Er
1
21-60 kali Eb = /4 Er
Kesalahan Data Pengukuran

¾ Terdapat 3 (tiga) jenis kesalahan yaitu


‰ kesalahan mutlak
‰ kesalahan relatif
‰ kesalahan proses
¾ Contoh :
‰ Diameter bumi = (1,27 + 0,01) . 106 meter
‰ Diameter bakteri = (6+2) . 10-6 meter
‰ Baik a maupun b adalah kesalahan mutlak.
Besarnya kesalahan pada a adalah 105 meter dan
besarnya kesalahan pada b = 2.10-6 meter.
‰ Dilihat dari besar angkanya maka kesalahan pada a
lebih besar daripada kesalahan b.
Kesalahan Data Pengukuran
¾ Kesalahan relatif adalah kesalahan mutlak dibagi
dengan harga besaran.
‰ Kesalahan relatif dari diameter bumi

0,01x10/ 1,27x10 = 0 08
‰ Kesalahan relatif dari diameter bakteri =
2x0,00001/6x0,00001=0,33
¾ Kesalahan relatif pada a lebih kecil daripada
kesalahan b, dengan perbandingan 1 : 40.
¾ Sedangkan kesalahan mutlak a lebih besar daripada
kesalahan mutlak b, dgn perbandingan (1x1010): 1.
¾ Maka dapat dikatakan dalam hal tertentu kesalahan
mutlak lebih penting dan dalam hal lain kesalahan
relatif lebih penting.
Kesalahan Data Pengukuran

¾ kesalahan dengan proses (%).


¾ Contoh :
‰ Diameter bumi = (1,27x1OE + 0,8%) meter

‰ Diamter bakteri = (6x10-E + 33%) meter

¾ Dalam menuliskan hasil pengukuran atau hasil


perhitungan dalam prosen harus diingat, agar
makna dari harga itu tidak kabur
Kesalahan Data Pengukuran

Kabur Artinya Kabur Artinya


457,896 +6% 45,79 + 6%
1,235,672 + 0,8% 123,567 + 0,8%
561,234 +30% 56,1 + 20 %
54,567 +1% 5,46 + 1 %
Penjalaran Kesalahan

¾ Kesalahan pada hasil pengukuran akan menjalar


ke hasil perhitungan yang diperoleh.
¾ Penjalaran kesalahan mengikuti kaidah-kaidah
dari differensial integral.
¾ Misalnya u merupakan fungsi dari x dan y,
¾ kita tulis u = u (x,y). Bila x dan y mempunyai
kesalahan sebesar dx dan dy, maka dx dan dy
akan menjadi du.
Kaidah-kaidah Kesalahan

¾ Kesalahan mutlak dari suatu jumlah adalah jumlah


kesalahan mutlak suku-sukunya.
Jika: u=x+y maka:du=dx+dy
u=x+y+z maka:du=dx+dy+dz
u=n.x maka :du=n.dx
¾ Kesalahan mutlak dari suatu selisih adalah mutlak
dari kesalahan mutlak suku-sukunya.
Jika: u=x–y maka:du=dx+dy
u=x–y–z maka:du=dx+dy+dz
Kaidah-kaidah Kesalahan

¾ Kesalahan relatif suatu perkalian adalah jumlah


kesalahan relatif dari faktor-faktornya
Jika : u=x.y maka du/u = (dx/x)+(dy/y)
U=x.y.z maka du/u= (dx/x)+(dy/y)+(dz/z)

¾ Kesalahan relatif dari suatu hasil pembagian adalah


kesalahan relatif dari yang dibagi (pembilang) ditambah
dengan kesalahan relatif pembagi (penyebut).
Jika u = x/y maka du/u = dx/x + dy/y
Kaidah-kaidah Kesalahan

¾ Kesalahan dari suatu bilangan yang


dipangkatkan n, adalah n kali kesalahan
relatif bilangan itu.
Jika u=xn maka du/u = n(dx/x)
¾ Akibat dari kaidah di atas, maka :
du = u.n.(dx/x)
= xn.n.(dx/x)
= n.xn-1.dx
LATIHAN SOAL
TUGAS

Anda mungkin juga menyukai