Anda di halaman 1dari 20

TUGAS MAKALAH BLOK OKUPASI DAN MANAJEMEN

RUMAH SAKIT

SKENARIO 1

TUTOR : dr. Gita S

RAFIS EKO SETIAWAN


61113094

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2017
Skenario 1

SAKIT PADA LEHER AKIBAT SALAH POSISI DUDUK

Ny. Mona, seorang wanita berusia 32 tahun dating dengan riwayat


kekakuan dan nyeri pada leher dan bahu kanan sejak satu bulan sebelumnya. Ia
juga mengeluh adanya rasa letih pada lengan dan tangan kanan disertai keran yang
terjadi sesekali serta rasa baal pada jari tangan. Dari pemeriksaan fisik ditemukan
nyeri tekan otot trapezius bilateral (lebih dirasakan pada sisi kanan) dan nyeri
tekan otot ekstensor lengan bawah. Leher terasa nyeri saat kepala diputar
kesamping. Pemeriksaan neurologis normal.
Saat ditanya, ia mengaku bahwa untuk pekerjaannya saat itu sebagai
operator mesin pembukuan selama 3 bulan. Analisis tempat kerja menunjukkan
bahwa ia harus duduk miring kearah kiri meja dengan leher yang ditekuk kearah
depan. Lengan kanan diangkat dari meja sedangkan tangan meraba keyboard
pada mesin pembukuan. Ketinggian meja ditemukan terlalu tinggi terhadap kursi
sehingga ia harus mengangkat lengan kanan tinggi-tinggi dan memiringkan
badannya sebagai kompensasi masalah ketinggian tersebut. Bagaimana anda
menjelaskan kondisi yang dialami oleh Ny.Mona ?
Terminologi Asing

1. Baal
2. Otot trapezeus

Penejelasan:
1. Baal
Kebal (tentang rasa) hilangnya rasa karna kedingininan, disuntik dan
sebagainya sehingga tidak lagi berasa dingin, sakit, dan sebagainya.

2. Otot trapezeus
Otot yang menyusun struktur punggung manusia, dinamakan trapezius,
sebab bentuknya mirip dengan bangunan trapezium, sudut-sudunya berada
di leher, dua berada dikedua bahu, dan satu sudut lainnya melekat di tulang
punggung T12.
Rumusan Masalah

1. Mengapa Ny.Mona nyeri leher dan bahu kanan 1 bulan yang lalu ?
2. Mengapa ada rasa baal pada jari mona ?
3. Apakah ada hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan Ny.Mona ?
4. Apa hubungan kerjaan dengan keluahan Ny.Mona?
5. Bagaimana posisi yang seharusnya diterapkan pada Ny.Mona ?
Analisa Masalah

1. Ada beberapa penyebab yang dapat menyebabkan keluhan tersebut :


- Terlalu banyak beban pikiran (efek psikomatis)
- Kelaparan
- Posisi tidur yang tidak tepat
- Panic attack
- Tubuh yang terlalu pasif dan jarang bergerak
- Posisi ergonomis yang buruk
Nyeri dapat disebebkan oleh sindroma pemakaian berlebihan akibat
kerja (SPBAK) karena setiap kontraksi otot yang berlebihan dapat
menyebabkan trauma pada system muskoloskletal yang bermanifestasi
nyeri.
- Gangguan pada system syaraf dan juga otot
- Tetanus
- Hiperkolesterolimia
- Hipertensi

2. Rasa letih karna posisi Ny.Miranda yang statis dan terus menerus dan lama
kelamaan menjadi kaku atau keram. Rasa baal kemungkinan karna
penekanan pada telapak tangan (nervus mendianus diterowongan karpal
dibawah/ dasar telapak tangan)

3. Hubungan usia dan jenis kelamin:


Usia : factor usia 32 tahun merupakan usia produktif, hal ini bias
mempengaruhi terjadinya gejala yang dialami Ny.Mona
terutama keluhan pada leher, karna dari hasil beberapa
penelitian tentang servical pain, semakin meningkatnya usia
maka kemungkinan terjadi servical pain semakin meningkat.
Tetapi belum tentu berpengaruh karena semua umur dapat
mengalami hal ini bila terpapar dengan bekerja yang tidak
ergonomis.
Jenis kelamin : dari beberpa kasus jenis kelamin tidak mempengeruhi
terjadinya kondisi yang di alami Ny.Mona, tetapi dari
beberapa hasil penelitian, perempuan memiliki resiko lebih
besar ngalami kondisi tersebut dengan perbandingan 1,68 : 1

4. Hubungan pekerjaa:
Non ergonomis : kebutuhan energy untuk bekerja lebih, kurang efisien
dan tidak nyaman, nyebabkan kelelahan.
Lama & Frekuensi : sering (3 bulan) menyebabkan kelelahan.
Gerakan cepat dan tiba-tiba : jaringan hipoksia sehingga pemecahan
glucagon di otot anaerob sehingga asam laktat
meningkat dan menyebabkan rasa letih.

5. Penatalaksanaan :
- Penatalaksanaan terdiri dari promotif dan preventif dan kuratif yang
akan melibatkan aspek-aspek penting baik dari perusahaan(medisnya)
Prinsip ergonomi:
- Pastikan tangan sejajar dengan meja dan tidak ada celah dengan badan
- Sudut siku-siku 90O, lengan rapat ke bahu
- Bahu relaks dan tidak naik/tururn atau bungkuk
- Batang tubuh lurus, kepala menghadap kedepan tidak
mengadah/menunduk
- Sudut mata dan monitor 15O
- Sudut lutut 90O – 110O

Sistematik Skema
Ny. Miranda 32 Th
Ideal Produktivitas ↑
Operator
pembukuan Ergonomi

Tidak Ideal Meja lebih tinggi


Selama 3 bulan

Menonton Leher menekuk Posisi duduk


kedepan miring ke kiri

↑ Tonus otot Pergelangan Lengan kanan


tangan menumpu menjauhi meja dan
pada meja diangkat

Spasme Gangguan nervus Menonton terus


medianus menerus

Nyeri Baal pada jari Letih disertai


tangan keram
Letih
Kaku

Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang definisi
ergonomis
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tujuan penerapan
ergonomis
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang ruang lingkup
ergonomis
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang prinsip ergonomis
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang hal-hal yang
terjadi akibat penerapan posisi kerja yang tidak ergonimis pada pekerja
duduk.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang penatalaksanaan
promotif, preventif dan kuratif.
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Aplikasi
penerapan ergonomis pada scenario

ERGONOMIS
1. DEFINISI ERGONOMIS
 Ergonomi berasal dari bahasa yunani, yaitu ergon yang berarti kerja dan
nomos yang berarti ilmu yang mempelajari. Dengan kata lain ergonomi
dapat diterjemahkan sebagai ilmu yang mempelajari tentang pekerjaan
atau sistem kerja, termasuk di dalamnya adalah pekerja, peralatan kerja
dan tempat kerja dari pekerja (Occupational Health and Safety second
edition, 1994).
 Ergonomi adalah hubungan antara manusia dengan lingkungan kerjanya,
yaitu keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, organisasi atau
metoda kerjanya dan sekitar lingkungan kerjanya (Suyatno, 1985). Selain
itu menurut Corlett dan Clark (1995), ergonomi merupakan ilmu yang
mempelajari kharakteristik dan kemampuan manusia yang mempengaruhi
disain pekerjaan, peralatan, dan sistem kerja.
 Menurut Suma’mur P.K (1982), ergonomi dapat didefinisikan sebagai
ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya
produktifitas kerja dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan faktor manusia seoptimal- optimalnya. Ergonomi juga
merupakan komponen kegiatan dalam dalam ruang lingkup hiperkes yang
antara lain meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara
timbal balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.
 Manuba (2000) mendefinisikan ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan
seni untuk menserasikan alat, cara kerja dan lingkungan pada
kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga diperoleh kondisi
kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga
tercapai produktivitas setinggi-tingginya. Dengan ergonomi kita mampu
menekan dampak negatif pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan hendaknya ergonomi dimasukkan sedini mungkin bahkan dari mulai
rancangan sehingga dapat menekan kesalahan sesedikit mungkin.
 Berdasarkan berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ergonomi
merupakan penerapan ilmu multidisiplin yang mempelajari interaksi antara
manusia dalam hal ini adalah kemampuan dan kapasitasnya, alat kerja dan
lingkungan kerja agar terciptanya kesesuaian diantaranya sehingga
terciptanya efisiensi dan produktivitas kerja yang maksimal.

2. TUJUAN PENERAPAN ERGONOMIS


Secara umum, tujuan ergonomi adalah :
 Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya
pencegahan cidera dan penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja
fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja.
 Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas
kontak sosial, mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna
dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu usia
produktif maupun setelah tidak produktif.
 Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu
aspek teknis, ekonomis, antropologis, dan budaya dari setiap sistem
kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas
hidup yang tinggi.
Jika dilihat dari sudut pandang ergonomi, antara tuntutan tugas
dengan kapasitas kerja harus selalu dalam garis keseimbangan sehingga
dicapai performansi kerja yang tinggi. Dalam kata lain, tuntutan pekerjaan
tidak boleh terlalu rendah (underload) dan juga tidak boleh terlalu
berlebihan (overload), karena keduanya dapat menyebabkan stress.
Konsep keseimbangan antara kapasitas kerja dengan tuntutan tugas dapat
diilustrasikan seperti gambar 2.1.

 Kemampuan Kerja
Kemampuan seseorang sangat ditentukan oleh :
1. Karakteristik pribadi (Personal capacity); meliputi faktor usia, jenis
kelamin, antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial,
agama dan kepercayaan, status kesehatan, kesegaran tubuh, dan
lain-lain.
2. Kemampuan fisiologis (Physiological capacity); meliputi
kemampuan dan daya tahan cardio-vaskuler, syaraf otot, panca
indera, dan lain sebagainya.
3. Kemampuan psikologis (Psycological capacity); berhubungan
dengan kemampuan mental, waktu reaksi, kemampuan adaptasi,
stabilitas emosi, dan sebagainya.
4. Kemampuan bio-mekanik (Biomechanical capacity) berkaitan
dengan kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon
dan jalinan tulang.

 Tuntutan Tugas
Tuntutan tugas pekerjaan / aktivitas tergantung pada :
1. Kharakteristik tugas dan material (Task and material
characteristics); ditentukan oleh karakteristik peralatan dan mesin,
tipe, kecepatan dan irama kerja, dan sebagainya.
2. Kharakteristik organisasi (Organizational characteristics);
berhubungan dengan jam kerja dan jam istirahat, kerja malam dan
bergilir, cuti dan libur, manajemen, dan sebagainya.
3. Kharakteristik lingkungan (Environmental characteristics);
berkaitan dengan manusia teman setugas, suhu dan kelembapan,
bising dan getaran, penerangan, sosio-budaya, tabu, norma, adat
dan kebiasaan, bahan-bahan pencemar, dan sebagainya.

 Performansi
Peformansi atau tampilan seseorang sangat tergantung kepada rasio
dari besarnya tuntutan tugas dengan besarnya kemampuan yang
bersangkutan. Dengan demikian apabila :
1. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan
seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan
akhir berupa; ketidaknyamanan, “Overstress”, kelelahan,
kecelakaan, cidera, rasa sakit, penyakit, dan tidak produktif.
2. Sebaliknya, bila tuntutan tugas lebih rendah daripada kemampuan
seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan
akhir berupa: “understress”, kebosanan, kejemuan, kelesuan, sakit,
dan tidak produktif.
3. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya
keseimbangan dinamis antara tuntutan tugas dengan kemampuan
yang dimiliki sehingga tercapai kondisi dan lingkungan yang sehat,
aman, nyaman, dan produktif.
Dapat disimpulkan bahwa konsep keseimbangan dalam ergonomi
menggambarkan antara tuntutan tugas dengan kapasitas kerja berada pada
satu jalur yang harus ada kesesuaian diantara keduanya dengan tujuan
menghasilkan performa kerja yang tinggi.

4. RUANG LINGKUP ERGONOMIS


 Ergonomi bersangkutan dengan keilmuan lain diantaranya meliputi
ilmu anatomi, psikologi dan karakter psikologi seeorang yang
mempengaruhi atau menetapkan disain dan kegunaan dari tempat
kerja, posisi bekerja, dan atau suatu pengoprasian dan dengan
memastikan bahwa disain tersebut yang berhubungan denagan tugas,
peralatan, perlengkapan serta prosedur yang sesuai dengan
keterbatasan manusia dan kapasitas penggunaannya (Fraser & Pityn,
1994).
 Ergonomi merupakan perpaduan antara beberapa bidang ilmu, antara
lain ilmu faal, anatomi dan kedokteran,psikologi faal, ilmu fisika dan
teknik. Ilmu faal dan anatomi memberikan gambaran bentuk tubuh
manusia, kemampuan tubuh/anggota gerak untuk mengangkat atau
ketahanan terhadap suatu gaya yang diterimanya, serta satuan ukuran
besaran panjangnya suatu anggota tubuh. Psikologi faal memberikan
gambaran terhadap fungsi otak dan sistem persyarafan dalam
kaitannya dengan tingkah laku, sementara eksperimental mencoba
memahami suatu cara bagaimana mengambil sikap, memahami,
mempelajari, mengingat serta mengendalikan proses motorik.
Sedangkan ilmu fisika dan teknik memberi informasi yang sama
untuk disain dan lingkungan dimana operator terlibat (Oborne, 1995).

5. PRINSIP ERGONOMIS
 Ergonomi berfokus kepada desain dari suatu sistem dimana manusia
bekerja.
 Semua sistem kerja tersebut terdiri atas komponen manusia, komponen
mesin, dan lingkungan yang saling berinteraksi antara satu dengan
yang lainnya.
 Fungsi dasar dari ergonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia akan
desain kerja yang memberikan keselamatan dan efisiensi kerja bagi
manusia yang bekerja di dalamnya.
 Terdapat enam kategori interaksi antara manusia, mesin dan
lingkungan, dan interaksi tersebut, yaitu: Human>Machine,
Human>Environment, Machine>Human, Machine>Environment,
Environment>Human, Environment>Machine (Bridger, 2003).
 Interaksi dasar dalam sistem kerja tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:

Tabel 5.1 Interaksi Dasar dan Evaluasinya dalam Sistem Kerja


Interaksi Evaluasi

Manusia > Mesin : Tindakan pengendalian dasar Anatomi : postur tubuh, pergerakan,
yang dilakukan manusia dalam menggunakan mesin. besaran kekuatan, durasi dan frekuensi
Aplikasinya berupa penggunaan kekuatan yang besar, pergerakan, kelelahan otot.
penanganan material, perawatan, dan lain sebagainya. Fisiologi : work rate (konsumsi
oksokan dan detak jantung),
kebugaran, dan kelelahan fisiologi
Psikososial : Persyaratan kemampuan,
beban mental, proses informasi yang
pararel/berkelanjutan.
Manusia > Lingkungan : Efek dari manusia Fisik: Pengukuran obyektif dari
terhadap lingkungan. Manusia mengeluarkan lingkungan kerja. Implikasinya berupa
karbondioksida, kebisingan, panas, dan lain pemenuhan standar yang berlaku
sebagainya.
Mesin > Manusia : Umpan balik dan display Anatomi: Desain dari kendali dan alat
informasi. Mesin dapat memberikan efek tekanan Fisik: Pengukuran obyektif dari
terhadap manusia berupa getaran, percepatan, dan getaran, reaksi kekuatan dari tenaga
lain sebagainya. Permukaan mesin yang panas atau mesin, kebisingan dan temperature
dingin dapat mengancam kesehatan manusia. permukaan lingkungan kerja.
Fisiologi: Aplikasi dari prinsip
pengelompokan desain dari faceplates,
panel dan display grafik
Mesin > Lingkungan: Mesin dapat mengubah Umumnya ditangani oleh teknisi
lingkungan kerja dengan mengeluarkan kebisingan, lapangan dan industrial hygienist.
panas, dan buangan gas
Lingkungan > Manusia: Lingkungan juga dapat Fisik–Fisiologi : kebisingan,
mempengaruhi kemampuan manusia dalam pencahayaan dan temperatur.
berinteraksi dengan mesin atau sistem kerja
( dikarenakan oleh asapa, kebnisingan, panas, dan lain
sebagainya)
Lingkungan > Mesin: Lingkungan dapat Ditangani oleh teknisi lapangan,
mempengaruhi fungsi dari mesin dengan personil perawatan, fasilitator
menimbulkan pemanasan atau pembekuan komponen manajemen dan lain sebagainya.
mesin.

 Dalam upaya menciptakan suatu kondisi kerja yang aman dan nyaman,
maka diperlukan interaksi yang baik dari ketiga komponen yang telah
disebutkan di atas, yaitu manusia, mesin, dan lingkungan kerja.
 Dalam ergonomi, manusia merupakan komponen yang paling utama
yang harus diperhatikan dengan segala keterbatasan yang dimilikinya,
karena manusia dalam hal ini yang menjadi operator dari pekerjaannya.
 Ini berarti hal yang diperbaiki adalah mengenai workstation yang akan
menyesuaikan pekerjanya.
 Sebagai contoh, desain pembuatan kursi kerja berkisar antara 43-50 cm
(Oborne, 1995).
 Kursi kerja yang didesain dengan menambahkan sandaran punggung
(backrest) dilakukan dengan tujuan agar memberikan kesempatan
relaksasi pada otot punggung secara berkala (Kroemer dan Grandjean,
1997).
 Contoh lainnya adalah mengenai desain meja kerja. Menurut Kroemer
dan Grandjean (1997), tinggi meja yang disarankan untuk pekerjaan
berat adalah sekitar 75-90 cm dari lantai (untuk pria) dan 70-85 cm
dari lantai (untuk wanita), untuk pekerjaan ringan berkisar antara 90-95
cm dari lantai (untuk pria) dan 85-90 cm dari lantai (untuk wanita),
serta pekerjaan yang membutuhkan ketelitian berkisar 100-110 cm dari
lantai (untuk pria) dan 95- 105 cm dari lantai (untuk wanita).

6. HAL-HAL YANG TERJADI AKIBAT PENERAPAN POSISI KERJA


YANG TIDAK ERGONOMIS PADA PEKERJA DUDUK.
- Hal yang dapat terjadi saat posisi duduk yang tidak ergonimis:
 Peningkatan ketegangan discus intervetrebalis
 Peningkatan ketegangan nucleus
 Tekanan pada discus = tekanan osmotic nucleus
 Peningkatan tekanan pada discus karena proses dehidrasi
 Penurunan tekanan pada discus saat rehidrasi discus
- Tekanan intradiscus dipengaruhi oleh:
 Berat tubuh bagian atas
 Deformasi bagian discus
 Ketegangan otot bagian belakang
- Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah-
masalah punggung.
- Operator dengan sikap duduk yang salah akan mengalami gangguan
punggung.
- Tekanan tulang belakang akan meningkat pada saat duduk
dibandingkan saat berdiri atau berbaring.
- Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktifitas otot atau
saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan.
- Selain itu, bekerja duduk dapat menyebabkan melembeknya otot perut,
melengkungnya punggung, tidak baik bagi organ dalam, khususunya
pencernaan.
- Jika posisi duduk membungkuk keluhan sakit pada punggung bagian
bawah (low back pain)
- Keluhan yang akan muncul akibat ketidaktepatan kursi:
 Keluahan kepala
 Leher dan bahu
 Pinggang
 Pinggul
 Lengan dan tangan
 Lutut dan kaki
 paha

7. PENATALAKSANAAN PROMOTIF, PREVENTIF DAN KURATIF.


A. Upaya promotif
 Adalah untuk meningkatkan status atau derajat kesehatan yang
optimal, dan merupakan langkah awal yang sangat penting dalam
pelayanan antenatal yang ada, dengan menitikberatkan pada
kegiatan promotif.
 Peningkatan kesehatan pada pekerja dimaksudkan agar keadaan
fisik dan mental pekerja senantiasa kondisi baik.
 Pelayaanan ini diberikan kepada tenaga kerja yang sehat dengan
tujuan meningkatkan kerja, mempertinggi efisiensidan daya
produktivitas tenaga kerja. Kegiatannya antara lain :
 Pemeriksaan kesehatan
- Awal
- Berkala
- Khusus
 Imunisasi
 Kesehatan lingkup kerja
 Perlindungan diri terhadap bahaya pekerjaan
 Penyerasian pekerjaan dengan alat kerja
 Pengendalian bahaya lingkungan kerja (pengenalan,
pengukuran, dan evaluasi)

B. Upaya preventif
 Merupakan upaya promosi kesehatan untuk mencegah terjadinya
penyakit. Sasarannya adalah kelompok dengan resiko lebih tinggi.
 Diberikan agar mencegah penyakit akibat kerja, penyakit menular
dilingkungan kerja, dengan menciptakan kondisi pekerja dan
mesin/tempat kerja yang ergonomis, menjaga kondisi fisik maupun
lingkungan kerja memadai, tidak menyebabkan sakit, tidak bahaya,
menjaga agar pekerja tetap sehat.
Pendidikan dan penerangan kesehatan kerja, pemeliharaan dan
peningkatan kondisi lingkungan kerja sehat, peningkatan status
kesehatan (bebas penyakit) umumnya perbaikan status gizi,
konsultasi psikologi, olahraga dan rekreasi.
C. Upaya kuratif
 Merupakan upaya atau pelayanan pengobatan terhadap tenaga kerja
yang menderita sakit akibat kerja dengan pengobatan spesifik
berkaitan dengan pekerjaannya maupun pengobatan umumnya
serta upaya pengobatan untuk mencegah meluas penyakit menular
dilingkungan pekerjaan.
 Pelayanan ini diberi pada tenaga kerja yang memperlihatkan gejala
dini dengan mengobati penyakitnya supaya cepat sembuh dan
mencegah komplikasi atau penularan terhadap keluarganya atau
teman kerja.
 Kegiatan:
 Pengobatan terhadap penyakit umum
 Pengobatan terhadap penyakit dan kecelakaan akibat kerja

8. METODE DAN APLIKASI PENERAPAN ERGONOMIS


A. Metode-metode Ergonomi
1. Diagnosis
Dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi
tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik
checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan
sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment
Pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat
diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel,
letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture
sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up
Dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya
dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri
bahu dan siku, keletihan, sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif
misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit,
angka kecelakaan dan lain-lain.

B. Aplikasi/penerapan Ergonomik:
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana
kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama
bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang
vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan
kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan.
A. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan
ILO sbb:
- Laki-laki dewasa 40 kg
- Wanita dewasa 15-20 kg
- Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
- Wanita (16-18 th) 12-15 kg
B. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi
- Jarak mengangkat beban dikurangi
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin
dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
C. Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode
kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang
didasarkan pada dua prinsip :
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot
punggung
- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan
momentum berat badan.
- Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
1. Posisi kaki yang benar
2. Punggung kuat dan kekar
3. Posisi lengan dekat dengan tubuh
4. Mengangkat dengan benar
5. Menggunakan berat badan
D. Penyakit-penyakit di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan
Ergonomi
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis
teratur. Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap
pekerja antara lain :
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan
pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya
pada wanita muda dan yang sudah berumur.
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi
kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan
jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan / membaginya sebagai
berikut :
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat
dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau
tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan
tidur yang cukup.
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya
muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan
sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita
psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan
mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun
seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di
bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan
ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising.
b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat
yang cukup saat makan siang.
c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
d. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat
mungkin, kalau memungkinkan.
f. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan
semangat kerja.
g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
 Pekerja remaja
 Wanita hamil dan menyusui
 Pekerja yang telah berumur
 Pekerja shift
 Migrant.
j. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat
stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
1. Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti
tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta
kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot
secara elektrik dan sebagainya.
2. Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada
hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja
masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.

9. APLIKASI PENERAPAN ERGONOMIS PADA SKENARIO


- Tangan harus sejajar meja dan tidak ada celah dengan badan
- Sudut siku-siku 90O lengan rapat ketubuh
- Bahu relaks, tidak naik turun, tidak bungkuk
- Batang tubuh lurus, kepala menghadap kedepan tidak menengahdah
atau menunduk
- Sudut mata dan monitor 15O
- Sudut yang dibentuk lutut 90O-110O
- Pastikan peralatan dalam jangkauan.
Referensi

Harrington JM, Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. EGC : Jakarta ,

Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC : Jakarta

Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11st ed.
Pennsylvania: Elsevier Saunder.

Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI

Himpunan Peraturan Perundang-undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.


2000. Ditjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan
Ketenagakerjaan Depnakertrans RI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai