RUMAH SAKIT
SKENARIO 1
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2017
Skenario 1
1. Baal
2. Otot trapezeus
Penejelasan:
1. Baal
Kebal (tentang rasa) hilangnya rasa karna kedingininan, disuntik dan
sebagainya sehingga tidak lagi berasa dingin, sakit, dan sebagainya.
2. Otot trapezeus
Otot yang menyusun struktur punggung manusia, dinamakan trapezius,
sebab bentuknya mirip dengan bangunan trapezium, sudut-sudunya berada
di leher, dua berada dikedua bahu, dan satu sudut lainnya melekat di tulang
punggung T12.
Rumusan Masalah
1. Mengapa Ny.Mona nyeri leher dan bahu kanan 1 bulan yang lalu ?
2. Mengapa ada rasa baal pada jari mona ?
3. Apakah ada hubungan usia dan jenis kelamin terhadap keluhan Ny.Mona ?
4. Apa hubungan kerjaan dengan keluahan Ny.Mona?
5. Bagaimana posisi yang seharusnya diterapkan pada Ny.Mona ?
Analisa Masalah
2. Rasa letih karna posisi Ny.Miranda yang statis dan terus menerus dan lama
kelamaan menjadi kaku atau keram. Rasa baal kemungkinan karna
penekanan pada telapak tangan (nervus mendianus diterowongan karpal
dibawah/ dasar telapak tangan)
4. Hubungan pekerjaa:
Non ergonomis : kebutuhan energy untuk bekerja lebih, kurang efisien
dan tidak nyaman, nyebabkan kelelahan.
Lama & Frekuensi : sering (3 bulan) menyebabkan kelelahan.
Gerakan cepat dan tiba-tiba : jaringan hipoksia sehingga pemecahan
glucagon di otot anaerob sehingga asam laktat
meningkat dan menyebabkan rasa letih.
5. Penatalaksanaan :
- Penatalaksanaan terdiri dari promotif dan preventif dan kuratif yang
akan melibatkan aspek-aspek penting baik dari perusahaan(medisnya)
Prinsip ergonomi:
- Pastikan tangan sejajar dengan meja dan tidak ada celah dengan badan
- Sudut siku-siku 90O, lengan rapat ke bahu
- Bahu relaks dan tidak naik/tururn atau bungkuk
- Batang tubuh lurus, kepala menghadap kedepan tidak
mengadah/menunduk
- Sudut mata dan monitor 15O
- Sudut lutut 90O – 110O
Sistematik Skema
Ny. Miranda 32 Th
Ideal Produktivitas ↑
Operator
pembukuan Ergonomi
Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang definisi
ergonomis
2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang tujuan penerapan
ergonomis
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang ruang lingkup
ergonomis
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang prinsip ergonomis
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang hal-hal yang
terjadi akibat penerapan posisi kerja yang tidak ergonimis pada pekerja
duduk.
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang penatalaksanaan
promotif, preventif dan kuratif.
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang Aplikasi
penerapan ergonomis pada scenario
ERGONOMIS
1. DEFINISI ERGONOMIS
Ergonomi berasal dari bahasa yunani, yaitu ergon yang berarti kerja dan
nomos yang berarti ilmu yang mempelajari. Dengan kata lain ergonomi
dapat diterjemahkan sebagai ilmu yang mempelajari tentang pekerjaan
atau sistem kerja, termasuk di dalamnya adalah pekerja, peralatan kerja
dan tempat kerja dari pekerja (Occupational Health and Safety second
edition, 1994).
Ergonomi adalah hubungan antara manusia dengan lingkungan kerjanya,
yaitu keseluruhan alat perkakas dan bahan yang dihadapi, organisasi atau
metoda kerjanya dan sekitar lingkungan kerjanya (Suyatno, 1985). Selain
itu menurut Corlett dan Clark (1995), ergonomi merupakan ilmu yang
mempelajari kharakteristik dan kemampuan manusia yang mempengaruhi
disain pekerjaan, peralatan, dan sistem kerja.
Menurut Suma’mur P.K (1982), ergonomi dapat didefinisikan sebagai
ilmu yang penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan
lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya
produktifitas kerja dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan faktor manusia seoptimal- optimalnya. Ergonomi juga
merupakan komponen kegiatan dalam dalam ruang lingkup hiperkes yang
antara lain meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara
timbal balik untuk efisiensi dan kenyamanan kerja.
Manuba (2000) mendefinisikan ergonomi sebagai ilmu, teknologi dan
seni untuk menserasikan alat, cara kerja dan lingkungan pada
kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga diperoleh kondisi
kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga
tercapai produktivitas setinggi-tingginya. Dengan ergonomi kita mampu
menekan dampak negatif pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
dan hendaknya ergonomi dimasukkan sedini mungkin bahkan dari mulai
rancangan sehingga dapat menekan kesalahan sesedikit mungkin.
Berdasarkan berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa ergonomi
merupakan penerapan ilmu multidisiplin yang mempelajari interaksi antara
manusia dalam hal ini adalah kemampuan dan kapasitasnya, alat kerja dan
lingkungan kerja agar terciptanya kesesuaian diantaranya sehingga
terciptanya efisiensi dan produktivitas kerja yang maksimal.
Kemampuan Kerja
Kemampuan seseorang sangat ditentukan oleh :
1. Karakteristik pribadi (Personal capacity); meliputi faktor usia, jenis
kelamin, antropometri, pendidikan, pengalaman, status sosial,
agama dan kepercayaan, status kesehatan, kesegaran tubuh, dan
lain-lain.
2. Kemampuan fisiologis (Physiological capacity); meliputi
kemampuan dan daya tahan cardio-vaskuler, syaraf otot, panca
indera, dan lain sebagainya.
3. Kemampuan psikologis (Psycological capacity); berhubungan
dengan kemampuan mental, waktu reaksi, kemampuan adaptasi,
stabilitas emosi, dan sebagainya.
4. Kemampuan bio-mekanik (Biomechanical capacity) berkaitan
dengan kemampuan dan daya tahan sendi dan persendian, tendon
dan jalinan tulang.
Tuntutan Tugas
Tuntutan tugas pekerjaan / aktivitas tergantung pada :
1. Kharakteristik tugas dan material (Task and material
characteristics); ditentukan oleh karakteristik peralatan dan mesin,
tipe, kecepatan dan irama kerja, dan sebagainya.
2. Kharakteristik organisasi (Organizational characteristics);
berhubungan dengan jam kerja dan jam istirahat, kerja malam dan
bergilir, cuti dan libur, manajemen, dan sebagainya.
3. Kharakteristik lingkungan (Environmental characteristics);
berkaitan dengan manusia teman setugas, suhu dan kelembapan,
bising dan getaran, penerangan, sosio-budaya, tabu, norma, adat
dan kebiasaan, bahan-bahan pencemar, dan sebagainya.
Performansi
Peformansi atau tampilan seseorang sangat tergantung kepada rasio
dari besarnya tuntutan tugas dengan besarnya kemampuan yang
bersangkutan. Dengan demikian apabila :
1. Bila rasio tuntutan tugas lebih besar daripada kemampuan
seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan
akhir berupa; ketidaknyamanan, “Overstress”, kelelahan,
kecelakaan, cidera, rasa sakit, penyakit, dan tidak produktif.
2. Sebaliknya, bila tuntutan tugas lebih rendah daripada kemampuan
seseorang atau kapasitas kerjanya, maka akan terjadi penampilan
akhir berupa: “understress”, kebosanan, kejemuan, kelesuan, sakit,
dan tidak produktif.
3. Agar penampilan menjadi optimal maka perlu adanya
keseimbangan dinamis antara tuntutan tugas dengan kemampuan
yang dimiliki sehingga tercapai kondisi dan lingkungan yang sehat,
aman, nyaman, dan produktif.
Dapat disimpulkan bahwa konsep keseimbangan dalam ergonomi
menggambarkan antara tuntutan tugas dengan kapasitas kerja berada pada
satu jalur yang harus ada kesesuaian diantara keduanya dengan tujuan
menghasilkan performa kerja yang tinggi.
5. PRINSIP ERGONOMIS
Ergonomi berfokus kepada desain dari suatu sistem dimana manusia
bekerja.
Semua sistem kerja tersebut terdiri atas komponen manusia, komponen
mesin, dan lingkungan yang saling berinteraksi antara satu dengan
yang lainnya.
Fungsi dasar dari ergonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia akan
desain kerja yang memberikan keselamatan dan efisiensi kerja bagi
manusia yang bekerja di dalamnya.
Terdapat enam kategori interaksi antara manusia, mesin dan
lingkungan, dan interaksi tersebut, yaitu: Human>Machine,
Human>Environment, Machine>Human, Machine>Environment,
Environment>Human, Environment>Machine (Bridger, 2003).
Interaksi dasar dalam sistem kerja tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Manusia > Mesin : Tindakan pengendalian dasar Anatomi : postur tubuh, pergerakan,
yang dilakukan manusia dalam menggunakan mesin. besaran kekuatan, durasi dan frekuensi
Aplikasinya berupa penggunaan kekuatan yang besar, pergerakan, kelelahan otot.
penanganan material, perawatan, dan lain sebagainya. Fisiologi : work rate (konsumsi
oksokan dan detak jantung),
kebugaran, dan kelelahan fisiologi
Psikososial : Persyaratan kemampuan,
beban mental, proses informasi yang
pararel/berkelanjutan.
Manusia > Lingkungan : Efek dari manusia Fisik: Pengukuran obyektif dari
terhadap lingkungan. Manusia mengeluarkan lingkungan kerja. Implikasinya berupa
karbondioksida, kebisingan, panas, dan lain pemenuhan standar yang berlaku
sebagainya.
Mesin > Manusia : Umpan balik dan display Anatomi: Desain dari kendali dan alat
informasi. Mesin dapat memberikan efek tekanan Fisik: Pengukuran obyektif dari
terhadap manusia berupa getaran, percepatan, dan getaran, reaksi kekuatan dari tenaga
lain sebagainya. Permukaan mesin yang panas atau mesin, kebisingan dan temperature
dingin dapat mengancam kesehatan manusia. permukaan lingkungan kerja.
Fisiologi: Aplikasi dari prinsip
pengelompokan desain dari faceplates,
panel dan display grafik
Mesin > Lingkungan: Mesin dapat mengubah Umumnya ditangani oleh teknisi
lingkungan kerja dengan mengeluarkan kebisingan, lapangan dan industrial hygienist.
panas, dan buangan gas
Lingkungan > Manusia: Lingkungan juga dapat Fisik–Fisiologi : kebisingan,
mempengaruhi kemampuan manusia dalam pencahayaan dan temperatur.
berinteraksi dengan mesin atau sistem kerja
( dikarenakan oleh asapa, kebnisingan, panas, dan lain
sebagainya)
Lingkungan > Mesin: Lingkungan dapat Ditangani oleh teknisi lapangan,
mempengaruhi fungsi dari mesin dengan personil perawatan, fasilitator
menimbulkan pemanasan atau pembekuan komponen manajemen dan lain sebagainya.
mesin.
Dalam upaya menciptakan suatu kondisi kerja yang aman dan nyaman,
maka diperlukan interaksi yang baik dari ketiga komponen yang telah
disebutkan di atas, yaitu manusia, mesin, dan lingkungan kerja.
Dalam ergonomi, manusia merupakan komponen yang paling utama
yang harus diperhatikan dengan segala keterbatasan yang dimilikinya,
karena manusia dalam hal ini yang menjadi operator dari pekerjaannya.
Ini berarti hal yang diperbaiki adalah mengenai workstation yang akan
menyesuaikan pekerjanya.
Sebagai contoh, desain pembuatan kursi kerja berkisar antara 43-50 cm
(Oborne, 1995).
Kursi kerja yang didesain dengan menambahkan sandaran punggung
(backrest) dilakukan dengan tujuan agar memberikan kesempatan
relaksasi pada otot punggung secara berkala (Kroemer dan Grandjean,
1997).
Contoh lainnya adalah mengenai desain meja kerja. Menurut Kroemer
dan Grandjean (1997), tinggi meja yang disarankan untuk pekerjaan
berat adalah sekitar 75-90 cm dari lantai (untuk pria) dan 70-85 cm
dari lantai (untuk wanita), untuk pekerjaan ringan berkisar antara 90-95
cm dari lantai (untuk pria) dan 85-90 cm dari lantai (untuk wanita),
serta pekerjaan yang membutuhkan ketelitian berkisar 100-110 cm dari
lantai (untuk pria) dan 95- 105 cm dari lantai (untuk wanita).
B. Aplikasi/penerapan Ergonomik:
1. Posisi Kerja
Terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana
kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama
bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang
vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi
waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus
dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata Letak Tempat Kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja.
Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak
digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan
kepala, bahu, tangan, punggung, dll. Beban yang terlalu berat dapat
menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan.
A. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan
ILO sbb:
- Laki-laki dewasa 40 kg
- Wanita dewasa 15-20 kg
- Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
- Wanita (16-18 th) 12-15 kg
B. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi
- Jarak mengangkat beban dikurangi
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin
dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
C. Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode
kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang
didasarkan pada dua prinsip :
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot
punggung
- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan
momentum berat badan.
- Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
1. Posisi kaki yang benar
2. Punggung kuat dan kekar
3. Posisi lengan dekat dengan tubuh
4. Mengangkat dengan benar
5. Menggunakan berat badan
D. Penyakit-penyakit di Tempat Kerja yang Berkaitan dengan
Ergonomi
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis
teratur. Supervisi medis yang biasanya dilakukan terhadap
pekerja antara lain :
1. Pemeriksaan sebelum bekerja
Bertujuan untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
2. Pemeriksaan berkala
Bertujuan untuk memastikan pekerja sesuai dengan
pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
3. Nasehat
Harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya
pada wanita muda dan yang sudah berumur.
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi
kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan
jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan / membaginya sebagai
berikut :
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat
dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau
tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan
tidur yang cukup.
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya
muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan
sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita
psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan
mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun
seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal di
bawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
a. Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan
ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising.
b. Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat
yang cukup saat makan siang.
c. Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
d. Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
e. Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat
mungkin, kalau memungkinkan.
f. Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan
semangat kerja.
g. Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
h. Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
i. Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
Pekerja remaja
Wanita hamil dan menyusui
Pekerja yang telah berumur
Pekerja shift
Migrant.
j. Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat
stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
1. Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti
tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta
kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot
secara elektrik dan sebagainya.
2. Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada
hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja
masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.
Harrington JM, Gill. 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. EGC : Jakarta ,
Guyton AC, Hall JE. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11st ed.
Pennsylvania: Elsevier Saunder.