Jurnal Reading - Clinical Results After Sodium Treatment in Post-Operative Corneal Oedema
Jurnal Reading - Clinical Results After Sodium Treatment in Post-Operative Corneal Oedema
Diajukan Kepada :
Disusun Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURNAL READING
Oleh :
1620221171
Pembimbing,
ABSTRAK
Hasil: ketajaman visus secara signifikan lebih baik pada kelompok 1 dari pada
kelompok 2 pada 7 hari (0,85 ± 0,64 logMAR vs 1,46 ±0,8 logMAR, p = 0,024)
dan satu bulan (0,42 ± 0,35 logMAR vs 1,03 ± 0,86 logMAR, p = 0,04) tetapi
tidak lagi berbeda pada tiga dan enam bulan. Pakimetri menurun secara signifikan
dalam 7 hari pada kelompok 1 (penurunan 17%, p = 0,04), bertentangan dengan
kelompok 2 (p = 0,96), tetapi perbedaannya tidak signifikan secara statistik (p =
0,15). Kepadatan kornea juga tidak berbeda secara signifikan antara kedua
kelompok.
PENDAHULUAN
Edema kornea adalah keadaan klinis yang sering terjadi dengan berbagai tanda
tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan edema.
Hidrasi kornea tergantung pada integritas epitel kornea, air mata, tekanan
imbibisi stroma, pompa dan fungsi barier dari endotelium dan tekanan intraokular.
Kornea normal tingkat hidrasinya adalah sekitar 78%. Untuk menjaga transparansi
kornea, stroma harus dalam keadaan dehidrasi relatif.
Luxenberg [1], lalu Marisi [2] dan Knezović [3] melaporkan pada
penelitiannya efikasi larutan hipertonik terhadap hidrasi kornea dengan cara
meningkatkan perpindahan air dari stroma ke air mata. NaCl, dengan efek
osmotiknya dapat mengatur hidrasi kornea dalam kasus kegagalan pompa endotel
untuk menunda operasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai efektivitas pengobatan natrium
klorida 5% dengan 0,15% natrium hyaluronate pada ketajaman visus, pakimetri
dan kepadatan kornea pada pasien dengan edema kornea.
Kriteria inkulis pada penelitian ini yaitu pasien yang mengalami edema kornea
pasca operasi katarak, penetrasi atau keratoplasti lamelar (Descemet Stripping
Automated Endothelial Keratoplasty) dan dibagi dalam dua kelompok:
Kornea dibagi dalam tiga lapisan: 120 mikron anterior, lapisan tengah dan
60 mikron posterior. Kepadatan kornea ditunjukan dengan warna abu-abu dengan
skala dari 0 (transparansi maksimal, hamburan cahaya minimal) hingga 100
(Transparansi minimal, hamburan cahaya maksimum) (Skala Abu-abu Unit =
GSU). Peta yang dapat diterima memiliki cakupan kornea minimal 10,0 mm tanpa
data ekstrapolasi di zona tengah 9,0 mm.
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan XLstat-Pro 2015 (Versi
2015.1.02, Addinsoft, Inc., Brooklyn, NY, AMERIKA SERIKAT). Untuk analisis
kuantitatif, perbandingan rata-rata dilakukan uji parametrik t-test Student. Untuk
analisis subkelompok, nonparametrik digunakan Tes Mann-Whitney. Nilai p
<0,05 adalah dianggap signifikan secara statistik.
HASIL
Ketajaman visus
Pada kelompok 2, DCVA tidak meningkat secara signifikan pada 7 hari pasca
operasi (p = 0,09). Sebaliknya, ketajaman visual meningkat secara signifikan pada
satu bulan pasca operasi terhadap D1 (p = 0,008) dan terus membaik pada 3 bulan
(p = 0,003) dan 6 bulan (p <0,0001) pasca operasi.
Pada D7, DCVA secara signifikan lebih tinggi pada kelompok 1 yang diobati oleh
natrium klorida 5% (0,85 ± 0,64 logMAR (0,09; 2) vs 1,46 ± 0,8 logMAR (0,2;
3), p = 0,024) sama halnya pada satu bulan pasca oprasi (0,63 ± 0,65 logMAR (0;
3) vs.1,03 ± 0,86 (0; 3), p = 0,04).
Dalam analisis sub-kelompok, pada D7 DCVA secara signifikan lebih tinggi pada
pasien yang menjalani operasi katarak pada kelompok 1 daripada pada kelompok
2 (0,6 ± 0,2 logMAR (0,1; 2) vs 1,16 ± 0,6 logMAR (0,6; 2), p = 0,04). Hasil
tidak berbeda secara signifikan pada oprasi akibat penetrasi atau kelompok
keratoplasti endotel pada D1, satu bulan, 3 dan 6 bulan.
Pakimetri
Pada kelompok 1, pada D7 nilai rata-rata pakimetri adalah 635,5 ± 93,8 μm (447;
893), mengalami penurunan signifikan yaitu 17% dibandingkan nilai rata-rata
pakimetri D1(765,6 ± 274,2 μm (486; 1824), p = 0,04), tetapi masih lebih tinggi
dari nilai pakimetri pra-operasi (p = 0,03). Pada satu bulan, rata-rata pakimetri
adalah 594,7 ± 116 μm (285; 862) dan tidak lagi berbeda secara statistik dari
pakimetri pra operasi (p = 0,52) dan tetap stabil pada tiga dan enam bulan.
Densitometri kornea
Jika kita mempertimbangkan ketebalan lapisan kornea yang berbeda (anterior 120
μm, posterior 60 μm dan lapisan tengah), tidak terdapat perbedaan secara statistik;
dan hasil yang sama ditemukan mengingat perbedaan annuli (zona 0 hingga 2
mm, 2 hingga 6 mm, 6 hingga 10 mm atau 10 hingga 12 mm).
Gambar 3 menunjukkan nilai rata-rata densitometri kornea pada 2
kelompok
EFEK SAMPING
PEMBAHASAN
Tidak ada