Anda di halaman 1dari 2

RESUME JURNAL

Judul Jurnal : Catarct Surgery Outcome in Uveitis : The


Multicenter Steroid Treatment Trial.

Latar Belakang : Katarak merupakan salah satu komplikasi paling


umum dari uveitis. Tindakan operasi katarak pada pasien dengan uveitis berbeda
dengan tindakan operasi pada katarak senilis, dimana kontrol inflamasi pre-
operatif pada tindakan operasi katarak, merupakan hal yang krusial untuk
dilakukan pada pasien dengan uveitis. Salah satu pendekatan alternatif dalam
pengobatan untuk mengatasi uveitis intermedia, uveitis posterior dan panuveitis
adalah penggunaan implant fluocinolone acetonide. Sehingga peneliti tertarik
untuk membandingkan tajam penglihatan pasca operasi katarak pada pasien yang
mendapatkan implant dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan terapi
steroid sistemik.

Tujuan Penelitian : Untuk menilai hasil akhir tajam penglihatan pada


mata dengan uveitis setelah tindakan operasi katarak pada pasien yang
mendapatkan implant fluocinolone acetonide atau terapi kortikosteroid oral
sistemik dan obat imunosupresan.

Metodologi Penelitian : Desain penelitian adalah Nested Prospective


Cohort Study. Tajam penglihatan setelah tindakan operasi katarak akan di evaluasi
dalam kurun waktu 3, 6 dan 9 bulan setelah waktu operasi menggunakan grafik
tajam penglihatan logaritmik (LogMAR).

Hasil Penelitian : Didapatkan sebanyak 117 mata (28 mata


mendapatkan terapi sistemik, 89 mata mendapatkan terapi implant). Secara
keseluruhan, terdapat peningkatan tajam penglihatan sebanyak 23 huruf dari
penilaian pre-operatif sampai penilaian pada kunjungan 3 bulan pertama setelah
operasi (IK (Interval Kepercayaan) 95%, 17-29 huruf; p < 0.001). Mata yang
diasumsikan memiliki derajat katarak yang lebih berat, yang di nilai dengan
ketidakmampuan menilai derajat kekeruhan viterus, memiliki perbaikan 42 huruf,
(IK 95%, 34-56 huruf; p < 0,001) lebih banyak 13 huruf dibandingkan mata yang
dapat dinilai derajat kekeruhan vitreusnya sebelum operasi (IK 95%, 9-18 huruf; p
< 0,001). Ras kulit hitam, durasi uveitis dan hipotoni secara bermakna berkaitan
dengan tajam penglihatan pre-operasi yang lebih buruk (p < 0,05), namun tidak
mempengaruhi tajam penglihatan pasca-operasi (p > 0,05, uji interaksi). Setelah
menyesuaikan faktor risiko lain, tidak terdapat faktor lain yang secara signifikan
mempengaruhi perbedaan perbaikan tajam penglihatan pada 2 kelompok terapi
(terapi implant VS terapi sistemik, 2 huruf; IK 95%, -10 sampai 15 huruf; p =
0,70).
Kesimpulan : Perbaikan tajam penglihatan pasca operasi katarak
pada kedua kelompok memiliki nilai yang substansial, berkelanjutan dan tidak
jauh berbeda.

Rangkuman dan Hasil Pembelajaran :

Pasien dengan uveitis sangat berisiko mengalami katarak yang terjadi sebagai
akibat inflamasi kronis intraokular maupun sebagai efek samping penggunaan
steroid jangka panjang. Penurunan visus pada kasus katarak hanya dapat
diperbaiki dengan tindakan operasi. Hasil dari penelitian ini menunjukkan, apapun
penggunaan obat anti-inflamasi pre-operatifnya (steroid sistemik ataupun steroid
implant), perbaikan tajam penglihatannya hampir tidak jauh berbeda, dan
perbaikan visus pasca operatif lebih dipengaruhi oleh bentuk uveitisnya (uveitis
posterior atau panuveitis memiliki perbaikan yang lebih rendah) dan tingkat
keparahan dari kondisi kataraknya. Yang terpenting dalam melakukan tindakan
operasi katarak pada pasien dengan uveitis adalah kontrol inflamasi pre-operatif,
dimana minimal 3 bulan sebelum pelaksanaan operasi, inflamasi harus dalam
keadaan inaktif.

NAMA : Vania Amanda Putri


NRP : 161 0221 086
UPN VETERAN JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai