Abstrak
Supermarket merupakan tempat orang berbelanja, dan bagi para konsumen tersebut supermarket
haruslah memberi sesuatu yang disukai konsumen seperti Toserba Borma yang memberikan
pelayanan dalam aspek ekonomi dengan harga yang murah, terjangkau, dan kompetitif. Serta dalam
aspek psikologis dengan kenyamanan yang diberikan pihak Toserba Borma dengan tempat parkir
yang besar dan keamanan yang diberikan. Toserba Borma ini dibangun disekitaran pusat Kota
Bandung dengan pola persebaran yang sporadis atau acak menjadikan Toserba Borma sebagai
penunjang para konsumen yang bermukim disekitar pusat Kota Bandung agar konsumen lebih
memilih tempat yang dekat dengan perhitungan jarak pula agar biaya transportasi lebih sedikit yang
dikeluarkan, karena aktivitas ekonomi ini konsumen diharuskan lebih memilih lokasi yang
berdekatan dengan permukimannya. Persebaran pola ruang bagi Toserba Borma ini merupakan
aplikasi dari teori Central Place’s Theory yang membahas mengenai hubungan jarak dan biaya
transportasi dan kesimpulan dari teori Multiple Nuclei Model dengan struktur kota yang berinti
ganda mengakibatkan pola persebaran Toserba Borma menjadi sporadis atau secara acak.
Kata Kunci : teori lokasi, pola persebaran, jarak dan biaya transportasi, aktivitas ekonomi
1. Pendahuluan
Saya pun sebagai mahasiswa rantau biasanya kita selalu melakukan kegiatan belanja
bulanan dan rekomendasi toko yang menjual segala kebutuhan untuk sehari-hari ada di
pasar swalayan.
Pasar Swalayan atau biasa disebut Supermarket adalah sebuah toko yang menjual
segala kebutuhan sehari-hari. Kata yang secara harfiah yang diambil dari bahasa inggris ini
artinya adalah pasar yang besar. Barang-barang yang dijual di supermarket biasanya adalah
barang-barang kebutuhan sehari-hari. Seperti bahan makanan, minuman, dan barang
kebutuhan sepert tissue dan lain sebagainya.
Pasar Swayalan atau supermarket yang menjadi rekomendasi yaitu Toserba Borma,
Toserba milik PT. Harja Gunatama Lestari yaitu Toserba Borma ini yang cukup familiar di
telinga warga Bandung karena sudah merambah ke mana-mana. Karena itulah Toserba
Borma ini memiliki pola ruang tersendiri.
Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pada
makalah ini saya akan membahas mengenai distribusi pola ruang Toserba Borma di Kota
Bandung. Dengan menganalisis gambaran pola ruang Toserba Borma di Kota Bandung ini
diharapkan dapat mendapatkan suatu kesimpulan dari persebaran pola ruang Toserba Borma
di Kota Bandung.
2. Pembahasan
Toseba Borma yang tersebar di Kota Bandung sangatlah banyak, setiap Sub Wilayah Kota
Bandung selalu ada pasar swalayan / supermarket ini, persebaran dari Toserba Borma ini
selalu diketahui dari dekatnya tempat itu dengan pemukiman.
Peta Persebaran Toserba Borma di Kota Bandung
Seperti yang kita ketahui bahwa Toserba Borma ini merupakan supermarket yang
banyak diminati oleh para pembeli dari mulai mahasiswa (remaja), ibu-ibu, bapak-bapak,
dan lain sebagainya. Karena di Toserba Borma harga dari setiap barang bisa terbilang murah
dan selalu ada potongan harga untuk setiap barang yang dibeli mulai dari makanan,
minuman, perlatan mandi, alat tulis kantor (ATK), dan lain-lain. Toseba Borma ini sangat
memperhatikan aspek ekonomi bagi para user atau pengguna ruang, dan Toserba Borma ini
selalu bisa bersaing dengan supermarket lain karena barang berkualitas dengan harga murah.
Bagi mahasiswa pada masa belanja bulanan nya selalu saja tempat / supermarket yang dituju
pertama yaitu Toseba Borma dengan harga yang selalu bisa dijangkau bagi mahasiswa
rantau yang harus menghemat uang untuk keperluan lainnya. Adapun bagi para keluarga
yang ingin membeli belanja bulanan seperti membeli alat mandi, bahan masakan, sayur-
sayuran segar, dll. selalu membawa mobil dengan harapan banyaknya barang bawaan yang
dibeli bisa terangkut semua oleh kendaraan roda empat tersebut, Toseba Borma merupakan
supermarket yang bisa menjamu hal seperti itu karena besarnya tempat parkir yang
disediakan pihak Toserba Borma tersebut menjadikan pelanggan (para keluarga) merasa
nyaman untuk membawa mobil. Dengan disediakannya potongan harga bagi setiap barang
Toserba Borma pun menyediakan tempat parkir yang besar bagi pelanggan yang akan
membeli disana.
Tampak pada hasil citra dari Google Maps, beberapa sample dari gerai milik Toserba
Borma tersedia disetiap kawasan daerah Kota Bandung. Hal ini menjadi indikator bahwa
persebaran Toserba Borma mengutamakan pendekatan kepada konsumen yang mempunyai
aktivitas yang paling dekat dengan lokasi.
Menurut buku “Location and Spcae Economic” oleh Isard Walter, Teori Isard
(1956) merupakan pengembangan dari Teori Weber. Masalah lokasi merupakan
penyeimbangan antara biaya dengan pendapatan yang dihadapkan pada situasi
ketidakpastian yang berbeda-beda. Isard menekankan pemilihan lokasi pada faktor jarak,
aksebilitas, dan keuntungan algomerasi sebagai hal yang utama dalam pengambilan
keputusan. Penempatan lokasi juga berorientasi atau memiliki kecenderungan pada faktor
yang mendukungnya, antara lain : orientasi terhadap bahan baku, sumber energi, tenaga
kerja, transportasi, dan pasar.
Sama halnya dengan teori Central Place’s Theory oleh Walter Christaller (1933)
yang membicarakan jarak pada lokasi tersebut, pola persebaran Toserba Borma di Kota
Bandung lebih mirip dengan teori dari Central Place’s Theory yang dikemukakan oleh
Walter Christaller (1933). Pada dasarnya, teori ini menjelaskan bahwa “suatu lokasi dapat
melayani berbagai kebutuhan yang terletak pada suatu tempat yang disebutnya sebagai
tempat pusat.” Tempat pusat merupakan pusat kota yang memiliki tingkat aktivitas yang
tinggi. Sebuah kota atau pusat merupakan inti dari berbagai kegiatan pelayanan, sedangkan
wilayah di luar kota atau pusat tersebut adalah daerah yang harus dilayaninya, atau daerah
belakang nya (Hinterland).
1. Wilayahnya adalah dataran tanpa roman, semua wilayah datar dan sama
2. Gerakan dapat dilaksanakan ke segala arah
3. Penduduk memiliki daya beli yang sama dan tersebar secara merata
pada seluruh wilayah
4. Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimalisasi jarak/biaya
1. Range (Jarak) adalah jarak jangkauan antara penduduk dan tempat suatu aktivitas
pasar yang menjual kebutuhan komoditi atau barang. Misalnya seseorang membeli
baju di lokasi pasar tertentu, range adalah jarak antara tempat tinggal orang tersebut
dengan pasar lokasi tempat dia membeli suatu barang. Apabila jarak ke pasar lebih
jauh dari kemampuann jangkauan penduduk yang bersangkutan, maka penduduk
cenderung akan mencari barang dan jasa ke pasar lain yang lebih dekat.
2. Threshold (Ambang Batas) adalah jumlah minimum penduduk atau konsumen
yang dibutuhkan untuk menunjang kesinambungan pemasokan barang atau jasa yang
bersangkutan, yang diperlukan dalam penyebaran penduduk atau konsumen dalam
ruang (Spatial Population Distribution).
Ilustrasi teori Central Place: Range dan Threshold
Pada teori ini, menentukan lokasi bagi supermarket (Toserba Borma) didasari oleh
dua hal, yaitu Jarak dan Ambang Batas. Seberapa jauh konsumen melakukan perjalanan
untuk pembelian barang dan permintaan minimum yang dibutuhkan untuk memenuhi
kelangsungan usahanya.
Pada pusat kota terdapat berbagai macam barang dan jasa untuk kebutuhan penduduk
dan sekelilingnya adalah daerah layanannya. Terdapatnya beberapa pusat yang saling
tumpang tindih yang oleh Christaller dibelah dengan maksud bahwa setiap orang dalam
memenuhi kebutuhannya akan memilih tempat terdekat bagi orang tersebut.
Pola yang digunakan untuk persebaran Toserba Borma ini yaitu dari Teori Inti
Ganda (Multiple Nuclei Model) yang dikemukakan oleh Chauncy Harris dan Edward
Ulman ((1945) dari Waugh, 1990) dalam artikel “The Nature of Cities” dan dalam buku
yang berjudul ”Readings in Urban Geography”. Teori inti ganda ini sangat berbeda dari
teori terdahulu, perbedaan dari kedua teori terdahulu adalah pusat-pusat pertumbuhan dalam
proses perkembangan kota. Tiap inti kota di sekelilingnya muncul struktur perkotaan yang
memiliki sel-sel pertumbuhan yang cukup lengkap.
Teori ini pada dasarnya merupakan gejala lanjut dari kota yang berpola Sektoral Zone
pemukiman untuk para buruh kelas menengah menempel dekat pada zona industri di
suburban dan juga menempel pada zona perdagangan dan pergudangan.
Berdasarkan teori-teori diatas, secara umum arah perkembangan kota mengikuti pola-pola
tertentu, antara lain :
3. Mengikuti pola perkembangan dari pusat, seperti halnya kota-kota yang sudah lama
perkembangannya.
Analisis terhadap pola distribusi ruang Toserba Borma yaitu dinyatakan bahwa Toserba
Borma cenderung berfokus pada daerah pemukiman maupun pada pertigaan jalan. Hal ini
dapat kita asumsikan bahwa Toseba Borma berusaha untuk dapat menjangkau konsumen
secara langsung. Itu didasarkan pada fakta bahwa konsumen cenderung untuk berbelanja
ditempat yang sangat mudah untuk dijangkau. Selain itu, konsumen pun cenderung untuk
berada pada suatu tempat yang nyaman dan aman dalam berbelanja dan selalu memikirkan
harga yang terjangkau atau kompetitif.
Fakta bahwa Kota Bandung menjadi pusat masyarakat dengan banyak aktivitas
didalamnya. Pola persebaran yang tergambar dari Google Maps untuk Toserba Borma ini
adalah sporadis (mengacak), dengan struktur ruang yang tergambar yaitu berinti ganda.
Dapat disimpulkan sporadis karena berdasarkan pengamatan terhadap citra Google Maps
pola persebarannya tidak menentu atau bisa dikatakan secara acak, Toserba Borma ini
biasanya dibangun dibahu jalan yang selalu berdekatan dengan pemukiman, Sesuai dengan
teori Central Place dan Multiple Nuclei Model, Toserba Borma berusaha selalu
mendekatkan dirinya dengan para konsumen.
Struktur ruang yang berinti ganda karena Kota Bandung sebagai pusat dari aktivitas
pengunaan ruang, bila seperti itu kurangnya aktivitas di sekitaran pusat Kota Bandung dan
menyebabkan aktivitas yang berlebih, itu sebabnya Toserba Borma dibangun disekitaran
pusat Kota Bandung karena pengguna ruang / user di sekitar Kota Bandung lebih memilih
berbelanja di tempat atau lokasi yang dekat dengan permukiman mereka dan tidak
mengambil resiko untuk berbelanja di lokasi pusat dengan jarak yang jauh.
Salah satu faktor dari teori Model Segitiga Lokasional (Locational Triangle) yaitu
Biaya Transportasi, dengan jarak yang jauh mengakibatkan biaya transportasi yang
meningkat sedangkan jika jarak yang ditempuh ke lokasi yang dituju sangatlah dekat maka
biaya transportasi yang dikeluarkan sedikit. Seperti saat ada tempat yang dekat dengan
permukiman user maka user tersebut lebih memilih tempat yang dekat itu sebagai tujuan
aktivitasnya daripada harus ke pusat kota dengan harus mengeluarkan biaya transportasi.
Selain itu, adapaun aspek-aspek yang didapatkan bagi pengguna ruang atau user saat
melakukan aktivitasnya yaitu aspek ekonomi dan aspek piskologis, dua aspek itu menjadi
pertimbangan bagi para konsumen atau pengguna ruang dalam berbelanja di Toserba Borma.
Dari aspek ekonomi nya yang kita tahu bahwa Toserba Borma menyediakan atau
memberikan harga bagi setiap barangnya dengan murah dan terjangkau, selain itu pihak dari
Toserba Borma selalu memberikan potongan harga bagi tiap-tiap barang setiap harinya.
Aspek selanjutnya adalah aspek psikologis, aspek ini berhubungan dengan rasa piskologis
konsumen terhadap suatu lokasi dan kasusnya di Toserba Borma, kenyamanan yang
didapatkan saat berbelanja disana itu yaitu Toserba Borma menyediakan tempat parkir yang
besar untuk para konsumen, adanya pihak yang menjaga keamanan bagi para konsumen
menjadikan berbelanja lebih nyaman dan aman, lokasi Toserba Borma ini juga bisa
dijangkau oleh konsumen darimana pun membuat konsumen lebih memilih berbelanja di
Toserba Borma ini.
Toserba Borma milik PT. Harja Gunatama Lestari sebagai salah satu perusahaan
dibidang supermarket ini adalah perusahaan yang besar di Indonesia khususnya di Kota
Bandung karena awal mulanya itu berada di Kota Bandung, sebagai salah satu tempat
perdagangan (toko) berkewajiban untuk meraih keuntungan untuk meraih keuntungan
dengan memaksimalkan pendapatan dari konsumen. Toseba Borma ini memaksimalkan
pendapatan dengan strategi-strategi yang memungkinkan para konsumen selalu ingin datang
lagi untuk berbelanja di sana. Pelayanan disediakan semaksimal mungkin, juga sentuhan
langsung terhadap tempat aktivitas masyarakat menjadi salah satu strategi unggulan Toserba
Borma agar tetap dapat bersaing dengan pasar sejenis. Strategi ini adanya dari teori Central
Place’s Theory yaitu suatu lokasi dapat melayani berbagai kebutuhan yang terletak pada
suatu tempat yang disebutnya sebagai tempat pusat yang menjadikan pembangunan Toserba
Borma ini berada dibahu jalan dan sekitaran pemukiman yang banyak akan aktivitas
ekonomi nya karena menurut Catanesse bahwa manusia tidak luput dari siklus hubungan
antara manusia, lokasi, dan aktivitas. Karena teori Central Place’s Theory juga melibatkan
jarak sebagai faktor yang memengaruhi suatu aktivitas ekonomi, karena jarak terdapat pada
faktor dari teori Locational Triangle dengan jarak yang jauh biaya transportasi pun
meningkat tetapi sebaliknya bila jarak lokasi yang dituju sangatlah dekat membuat biaya
transportasi menurun bahkan bisa sampai tidak mengeluarkan dana untuk biaya transportasi.
Teori Locational Triangle ini pun berhubungan dengan teori Inti Ganda, dari struktur kota
yang Multi Nuclei ini pun mengakibatkan pola persebaran yang dilakukan Toserba Borma
adalah secara sporadis atau acak, menyebar secara acak tetapi memperhatikan lokasi dekat
dengan kegiatan konsumen. Hasil analisis persebaran Toserba Borma di Kota Bandung ini
berada disekitaran pusat Kota Bandung menjadikan para konsumen tidak diharuskan untuk
pergi ke pusat Kota Bandung dan menjadikan adanya aktivitas disekitaran pusat Kota
Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
Arthur Getis, Judith Getis. (1966). Chistaller's Central Theory, Journal of Geography.
Catanesse. (1968).
TIM SERBA BANDUNG. (2015, Februari 2). Toserba Borma, Hadir Pertama Kali di
Dakota Pasteur. Retrieved from Serba Bandung:
http://www.serbabandung.com/toserba-borma/