Anda di halaman 1dari 14

FATOFISIOLOGI

PROSES PERUBAHAN
CAIRAN,ELEKTROLIT DAN ASAM BASA

KELOMPOK 5

1. HERWIN SETIAWAN ( NIM 20166114039 )


2. ERLINA ( NIM 20166124030 )
3. SUKARSIH ( NIM 20166124080 )
4. MOMOY ( NIM 20166124057 )

PRODI D III KEPERAWATAN KELAS KARYAWAN


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
SEMESTER 2 TAHUN 2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar (milieu exterior)
dan sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan
adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Sedangkan elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion apabila
dalam larutan. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total berat
badan. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk
hidup, berkembang dan menjalankan tugas. Keseimbangan cairan dan elektrolit karena adanya
distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit kedalam seluruh bagian tubuh.

B. Tujuan
Untuk mempelajari serta mamahami tentang proses perubahan keseimbangan cairan ,
elektrolit dan asam basa dalam tubuh manusia.

C. Manfaat
Untuk menambah wawasan mahasiswa dan mahasiswi tentang keseimbangan cairan dan
elektrolit serta proses perubahan keseimbangan cairan , elektrolit dan asam basa dalam tubuh
manusia.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DAN ASAM BASA

Cairan adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Jumlahnya sebesar 50% hingga 70% dari berat badan seseorang dan merupakan elemen utama
dalam plasma darah yang digunakan untuk mengedarkan sari-sari makanan, oksigen, dan elektrolit
ke dalam tubuh. Cairan tubuh sangat penting untuk semua proses kehidupan diantaranya untuk
kelangsungan proses metabolisme dan media transportasi ion, gizi dan sisa metabolisme, juga
untuk sekresi ensim dan hormon dalam mempertahankan suhu tubuh, volume dan tekanan darah.
Elektrolit adalah mineral bermuatan listrik yang ditemukan di dalam dan di luar sel tubuh.
Mineral tersebut dimasukkan dalam cairan dan makanan, dan dikeluarkan utamanya melalui ginjal.
Elektrolit paling sering diukur dalam unit yang disebut mili-ekuivalen (mEq) per liter.
Keseimbangan asam-basa penting untuk kehidupan salah satunya kebanyakan dapat mengganggu
lingkungan homeostatis yang lemah yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan fungsi bertahan
hidup. Dalam keadaan normal tubuh mampu menjaga level keseimbangan yang diperlukan
Asam di definisikan sebagai kimiawi apa saja yang melepaskan hidrogen dalam larutan.
Ketika asam di tempatkan dalam air mereka akan melepaskan ion hidrogen, yang menyebabkan
air menjadi lebih asam. Beberapa asam disebut asam kuat misal hidrogen Clorida (HCL) karena
berdisosiasi (berpisah) secara penuh ketika dimasukkan ke air. Sebaliknya beberapa asam disebut
asam lemah misal asam karbon karena mereka hanya berpisah secara parsial ketika berada di air.
Basa didefinisikan sebagai zat apa saja yang dapat menerima ion hidrogen. Basa juga
disebut alkali. Sama seperti asam, basa juga ada basa kuat dan basa lemah. Jika basa kuat berpisah
sepenuhnya, basa lemah hanya berdisosiasi parsial. Kebanyakan, namun tidak semua basa
berdisosiasi untuk menghasilkan ion hidroksid. Ketika ion hiroksid dikombinasikan atau
menerima ion hidrogen, terbentuklah air.Oleh karena itu, ion hidroksida cenderung menetralkan
senyawa.

B. ORGAN-ORGAN YANG BERPERAN

Menurut (Sujono,2012) organ-organ tubuh yang berperan dalam pengaturan kebutuhan


cairan dan eletrolit antara lain:
1.Ginjal, merupakan organ yang berperan sebagai pengatur air, konsentrasi garam, keseimbangan
asam basa darah, dan sekresi bahan buangan atau kelebihan garam.
2.Kulit, berperan dalam pengaturan panas. Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat
dibawah pengendalian saraf simpatis, melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan cara
pelepasan air kurang lebih 0,5 liter/hari.
3.Paru, berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss kurang
lebih 400ml/hari. Proses ini berkaitan dengan respon akibat perubahan terhadap upaya bernafas.
4.Gastrointestinal, berperan dalam pengeluaran cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran
air. Dalam kondisi normal, cairan yang hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/hari.
5.Sistem endokrin
-ADH ( Anti Diuretik Hormon ), meningkatkan reabsorpsi air. Dibentuk oleh hipotalamus yang
ada di hipofise posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan
menurunkan cairan eksternal.
-Aldosteron, berperan dalam absorbs natrium yang di sekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus
ginjal. Proses pengeluaran aldosteron dipengaruhi perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan
sistem angiotensin rennin.
-Prostaglandin, asam lemak pada jaringan berfungsi merespon radang pengendalian tekanan darah,
kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan gastrointentinal.
-Glukokotikoid, meningkatkan reabsorbsi natrium dan air yang menyebabkan volume darah
meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
- Mekanisme rasa haus, diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang
pelepasan rennin menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang hipotalamus hingga
muncul rasa haus.

C. FUNGSI CAIRAN DALAM TUBUH

Fungsi cairan di dalam tubuh manusia antara lain :


1. Air berfungsi dalam proses metabolisme :
a. Pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin, mineral. Juga berfungsi membawa oksigen
ke dalam sel-sel tubuh.
b. Mengeluarkan produk hasil metabolisme seperti karbondioksida dan senyawa nitrat.
2. Pelembab jaringan-jaringan tubuh seperti mata, mulut, hidung.
3. Pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi ideal.
4. Pelumas dalam cairan sendi.
5. Pelindung organ dan jaringan tubuh.
6. Katalisator reaksi biologic sel
7. Membantu dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut.
D. GANGGUAN DALAM KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. Dehidrasi adalah kekurangan air dalam satu periode waktu yang tidak dapat di ganti melalui
mekanisme regulator normal. Kehilangan air akibat kondisi abnormal atau stress terjadi melalui
hemoragi, demam, luka bakar, hiperventilasi, muntah, diare, atau keringat yang berlebihan.
a. Kehilang air berlebihan dari CES (cairan ekstraseluler) mengakibatkan peningkatan
osmolalitasnya. Air intraselular masuk ke CES melalui osmotic untuk menjaga agar osmolalitas
tetap sama. ADH distimulasi untuk menahan air, tetapi efek keseluruhannya tetap saja penururan
total body water.
b. Penatalaksanaan dehidrasi adalah dengan pemberian air melalui oral atau melalui pemberian
larutan dengan osmolalitas yang sesuai secara intervena untuk memperbaiki kehilangan air.
2. Overdehidrasi (intoksikasi air) adalah suatu keadaan klinis akibat kelebihan cairan ekstraselular
secara keseluruhan atau kelebihan cairan baik dalam kompartemen plasma maupun kompartemen
cairan interstisial.
a. Asupan air ekstra yang cepat (misalnya pemasukan air 1 liter sekaligus) mengakibatkan
penghambatan ADH dan di uresis air, yaitu eksresi urine encer dalam volume besar. Peningkatan
ekskresi urine dimulai segera secara ingesti, dan kelebihan air akan diekskresi dalam beberapa
jam.
b. Penyakit ginjal atau kardiovaskular berkatian dengan overhidrasi dan ditandai dengan edema
(akumulasi cairan interstisial yang berlebihan).

PROSES EDEMA
Odem atau Edema yaitu pembengkakan yg terjadi akibat penumpukan cairan yg
berlebihan dlm ruang jaringan (interstisial) & kavum serosa Edema adalah akumulasi cairan yang
berlebihan dalam jaringan tubuh
penyebab edema dapat dikelompokan menjadi empat kategori umum:
1. Penurunan konsentrasi protein plasma menyebabkan penurunan tekanan osmotic
plasma.penurunan ini menyebabkan filtrasi cairan yang keluar dari pembuluh lebih tinggi,
sementara jumlah cairan yang direabsorpsi kurang dari normal ; dengan demikian terdapat cairan
tambahan yang tertinggal diruang –ruang interstisium. Edema yang disebabkan oleh penurunan
konsentrasi protein plasma dapat terjadi melalui beberapa cara : pengeluaran berlebihan protein
plasma di urin akibat penyakit ginjal ; penurunan sintesis protein plasma akibat penyakit hati ( hati
mensintesis hampir semua protein plasma ); makanan yang kurang mengandung protein ; atau
pengeluaran protein akibat luka bakar yang luas .
2. Peningkatan permeabilitas dinding kapiler menyebabkan protein plasma yang keluar dari kapiler
ke cairan interstisium disekitarnya lebih banyak. Sebagai contoh, melalui pelebaran pori –pori
kapiler yang dicetuskan oleh histamin pada cedera jaringan atau reaksi alergi . Terjadi penurunan
tekanan osmotik koloid plasma yang menurunkan kearah dalam sementara peningkatan tekanan
osmotik koloid cairan interstisium yang diseabkan oleh kelebihan protein dicairan interstisium
meningkatkan tekanan kearah luar. ketidakseimbangan ini ikut berperan menimbulkan edema
lokal yang berkaitan dengan cedera ( misalnya , lepuh ) dan respon alergi (misalnya , biduran) .
3. Peningkatan tekanan vena , misalnya darah terbendung di vena , akan disertai peningkatan
tekanan darah kapiler, kerena kapiler mengalirkan isinya kedalam vena. peningkatan tekanan
kearah dinding kapiler ini terutama berperan pada edema yang terjadi pada gagal jantung
kongestif. Edema regional juga dapat terjadi karena restriksi lokal aliran balik vena. Salah satu
contoh adalah adalah pembengkakan di tungkai dan kaki yang sering terjadi pada masa kehamilan.
Uterus yang membesar menekan vena –vena besar yang mengalirkan darah dari ekstremitas
bawah pada saat vena-vena tersebut masuk ke rongga abdomen. Pembendungan darah di vena ini
menyebabkan kaki yang mendorong terjadinya edema regional di ekstremitas bawah.
4. Penyumbatan pembuluh limfe menimbulkan edema,karena kelebihan cairan yang difiltrasi
keluar tertahan di cairan interstisium dan tidak dapat dikembalikan ke darah melalui sistem limfe.
Akumulasi protein di cairan interstisium memperberat masalah melalui efek osmotiknya.
Penyumbatan limfe lokal dapat terjadi, misalnya di lengan wanita yang saluran-saluran drainase
limfenya dari lengan yang tersumbat akibat pengangkatan kelenjar limfe selama pembedahan
untuk kanker payudara. Penyumbatan limfe yang lebih meluas terjadi pada filariasis, suatu
penyakit parasitic yang ditularkan melalui nyamuk yang terutama dijumpai di daerah-daerah
tropis. Pada penyakit ini, cacing-cacing filaria kecil mirip benang menginfeksi pembuluh limfe
sehingga terjadi gangguan aliran limfe. Bagian tubuh yang terkena, terutama skrotum dan
ekstremitas, mengalami edema hebat.Kelainan ini sering disebut sebagai elephantiasis,karena
ekstremitas yang membengkak seperti kaki gajah.Apapun penyebab edema, konsenkuensi
pentingnya adalah penurunan pertukaran bahan-bahan antara darah dan sel. Sering dengan
akumulasi cairan interstisium, jarak antara sel dan darah yang harus ditempuh oleh nutrient, O2,
dan zat-zat sisa melebar sehingga kecepatan difusi berkurang. Dengan demikian, sel-sel di dalam
jaringan yang edematosa mungkin kurang mendapat pasokan darah.
Pada umumnya edema berarti pengumpulan cairan berlebihan pada sela-sela jaringan atau
rongga tubuh. Secara garis besar cairan edema ini dapat dikelompokkan menjadi edema
peradangan atau eksudat dan edema non radang atau transudat. Sesuai dengan namanya eksudat
timbul selama proses peradangan dan mempunyai berat jenis besar (> 1,20). Cairan ini
mengandung protein kadar tinggi sedangkan transudat mempunyai berat jenis rendah (<1,15) dan
mengandung sedikit protein. Edema dapat bersifat setempat atau umum. Edema yang bersifat
umum dinamakan anasarka, yang menimbulkan pembengkakaan berat jaringan bawah kulit.
Edema yang terjadi pada rongga serosa tubuh diberi nama sesuai dengan tempat yang
bersangkutan.
Etiologi penurunan tekanan osmotik akibat hipoproteinemia (mis. Gagal hepar) peningkatan
permeabilitas kapiler (mis. Pelepasan zat-zat kimia inflamatorik) obstruksi sistem limfatikus (mis,
kelainan malignitas) peningkatan tekanana hidrostatik vena (mis, gagal jantung) Proses Odem
Odem bisa disebabkan karena kelebihan cairan tubuh. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu
disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat
overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan
cairan. Menyebabkan volume darah & edema Peningkatan natrium dpt menyebabkan edema, krn
sifat natrium yg dpt mengikat/menarik air, sehingga bisa menyebabkan terjadi perpindahan
cairan/air yg akhirnya bisa menyebabkan edema. Edema radang disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas kapiler. Edema juga dapat terjadi akibat gangguan pertukaran
natrium/keseimbangan elektrolit.
Edema dapat timbul akibat tekanan koloid osmotik plasma yg menurun atau tekanan hidrostatik
kapiler yang meningkat. Tekanan osmotik plasma adalah tekanan yg mempertahankan cairan di
dalam pembuluh darah dgn cara menarik cairan dari ruang intersrtitial. Tekanan hidrostatik adalah
tekanan yang mendorong cairan dari plasma ke ruang interstitial. Tekanan koloid osmotik plasma
dapat berkurang akibat terjadinya kerusakan hepar seperti pada sirosis hati. Pada sirosis hepatik
hati tidak dapat mensintesis protein, sedangkan protein terutama albumin sangat berperan dalam
mempertahankan tekanan koloid osmotik plasma, sehingga pada sirosis hepatik dapat terjadi
edema.
Tekanan koloid osmotik plasma juga dpt berkurang pd sindroma nefrotik. Pada sindroma nefrotik,
ginjal mengalami kebocoran sehingga albumin yg dlm keadaan normal tdk dpt diekskresi oleh
ginjal, pada sindroma nefrotik akan terbuang bersama urin. Akibatnya kandungan albumin didalam
plasma akan berkurang sehingga terjadi penurunan tekanan koloid osmotik plasma. Hal ini
menyebabkan timbulnya edema. Tekanan hidrostatik kapiler dpt meningkat pd hambatan aliran
darah vena seperti yg terjadi pd gagal jantung kongestif. Pd gagal jantung kongestif, tekanan darah
vena meningkat yg akan diikuti dgn peningkatan tekanan hidrostatik kapiler. Cairan akan didorong
dari plasma ke ruang interstitial shgg cairan akan tertimbun di jaringan interstitial maka terjadilah
edema.
Edema merupakan gejala dari berbagai keadaan medis serius, seperti penyakit jantung kongesif,
gagal jantung, gagal hati, malnutrisi dan sindrom nefrotik. Edema perifer bisa juga terjadi akibat
obstruksi vena atau obstruksi limfatik atau karena pemberian garam dan air berlebihan. Obat-
obatan seperti obat anti inflanmasi nonsteroid (OAINS) dan bloker (penyekat) kanal kalsium
(calsium channel blocker) juga bisa menyebabkan edema perifer. Edema bisa merupakan indikator
utama adanya penyakit serius.

EDEMA TUNGKAI BILATERAL


Pada edema tungkai bilateral, diagnosis ditegakkan dengan menentukan ada tidaknya
peningkatan tekanan vena dan ada tidaknya tanda penyakit hati, imobilitas berat atau malnutrisi.
Gagal Jantung : edema tungkai terjadi dari gagal jantung kanan dan selalu disertai peningkatan
tekanan vena jugularis (JVP). Sering ditemukan hepatomegali sebagai tanda kelainan jantung yang
mendasarinya. Jika edema nampak sedikit di tungkai, dan berat di abdomen, harus
dipertimbangkan adanya konstriksi perikardial. Gagal Hati : edema tungkai disebabkan oleh
rendahnya kadar albumin serum (biasanya <20 g/dl ). Bisa ditemukan tanda penyakit hati kronis,
seperti spider nevi, leukonika (liver nail), ginekomastia, dilatasi vena abdomen yang menunjukkan
adanya hipertensi portal, dan memar (kerusakan fungsi sintesis hati). JVP tidak meningkat. Pada
penyakit hati kronis berat (misalnya sirosis), pemeriksaan enzim hati mungkin hanya sedikit
terganggu, walaupun rasio normalisasi internasional (INR) sering memanjang (> 20 dtk). Pada
gagal hati akut, pasien biasanya sakit berat, terdapat gejala gangguan otak yang menonjol dan tes
fungsi hati biasanya abnormal.
Gagal Ginjal : edema disebabkan oleh rendahnya kadar albumin serum (sindrom nefrotik, di mana
urin berbusa dan mengandung protein pada tes dipstick) atau ketidakmampuan mengeksresikan
cairan (sindrom nefritik, berhubungan dengan hipertensi dan rendahnya output urin). Tes yang
perlu dilakukan untuk konfirmasi adalah pengukuran kadar albumin serum (biasanya < 30g/dL),
protein urin (biasanya > 4 g/24 jam), dan kreatinin serta ureum serum. Imobilitas Umum : pasien
biasanya berusia tua dan jelas imobil karena lemah atau penyakit serebrovaskular. JVP menurun,
dan tidak ada tanda penyakit hati ataupun ginjal. Malnutrisi : penyakit kronis bisa berhubungan
dengan keadaan katabolik dan derajat malnutrisi yang bisa cukup berat untuk menurunkan kadar
albumin serum dan menyebabkan edema tungkai.

EDEMA TUNGKAI UNILATERAL


Bengkak tungkai satu sisi seringkali memiliki penyebab lokal, seperti : Trombosis vena
dalam (deep venous thrombosis [DVT]) pada tungkai menyebabkan nyeri tungkai unilateral
dengan onset lambat (berjam-jam), bengkak dengan kulit yang hangat, dan mungkin nyeri lokal di
betis dan sepanjang vena, khususnya vena safena magna. Karena gejala/tanda tidak bisa dijadikan
patokan dalam menegakkan diagnosis, semua pasien dengan dugaan DVT harus menjalani
pemeriksaan penunjang (ultrasonografi vena atau venografi) dan diperiksa untuk menyingkirkan
kemungkinan komplikasi emboli paru (pulmonary embolism [PE]) Rupturnya kista Baker : kista
Baker adalah bursa sendi lutut yang menonjol ke fosa popliteadan biasanya terjadi pada artritis
reumatoid. Kista ini bisa ruptur dan menyebabkan nyeri tungkai dan pembengkakan betis dengan
onset mendadak. Ultrasonografi bisa membantu menegakkan diagnosis. Selulitis : terdiri dari
eritema yang menyebar, kadang-kadang berbatas tegas, biasanya mengikutin garis limfatik.
Seringkali terasa sangat nyeri dan berhubungan dengan suh, dan kenaikan laju endap darah (LED),
protein reaktif-c (C-creative protein [CRP]) dan hitung jenis leukosit. Organisme penyebab
biasanya salah satu jenis stafilokokus atau streptokokus, dan biasanya tumbuh pada kultur darah,
walaupun jarang didapatkan dari apusan kulit. Obstruksi limfatik menyebabkan bentuk edema
unilateral kaki kayu, kadangkadang disebut edema non pitting. Sangat jarang dijumpai di Barat,
dan bila ada biasanya disebabkan oleh invasi karsinoma dan hilangnya nodus limfatik sebagai
saluran pembuangan, misalnya pada metastasis melanoma. Di Afrika obstruksi limfatik sering
dijumpai, sering terjadi bilateral, dan disebabkan oleh infestasi filaria. Tumor pelvis bisa menekan
vena unilateral, menyebabkan edema unilateral. Imobilitas lokal bisa menyebabkan edema tungkai
unilateral, misalnya pada hemiparesis yang berlangsung lama.
Klasifikasi lain Edema
Edema berdasarkan tempat terakumulasinya cairan dibagi menjadi 2, yaitu : Edema
Intraselular & Edema Ekstraselular Edema Intraselular (Nonpitting Edema) : Keadaan yg
memungkinkan terjadinya edema adalah proses metabolik jaring & tidak adanya nutrisi sel yg
adekuat Kegagalan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi sel akibat aliran darah berkurang akan
mengakibatkan gangguan kerja pompa ion, kelebihan elektrolit dlm sel akan meningkatkan
tekanan osmotik di dlm sel sehingga menyebabkan terjadinya pergerakan cairan dari luar ke dlm
sel.
Edema Eksrtaselular (Pitting Edema) Pada dasarnya ada 2 jenis penyebab edema yg paling sering
dijumpai yaitu kebocoran abnormal cairan dari plasma ke ruang interstisial dan melintasi kapiler
& kegagalan limfatik untuk mengembalikan cairan dari interstisial ke dalam darah.
Berdasarkan proses patofisiologi, edema dibagi bersarkan penyebabnya. Penurunan konsentrasi
protein plasma, sbg contoh pd pasien gagal ginjal, penyakit hati, luka bakar, & malnutrisi
Peningkatan permeabilitas dinding kapiler, sbg contoh kerusakan jaringan, & rx alergi.
Peningkatan tekanan vena (venus pressure), sbg contoh gagal jantung kongestif, & kehamilan
Penyumbatan saluran Limfe, sebagai contoh filariasis. Kompensasi Tubuh Pada dasarnya tubuh
memiliki kompensasi untuk mengatasi edema. Ada tiga cara tubuh mengkompensasi edema :
Komplians interstisial yg rendah ketika tekanan cairan interstisial berada dlm batas tekanan
neganif (3 mmhg). Kemampuan aliran Limfe untuk meningkat 10-50 kali lipat (7 mmhg).
Penurunan konsentrasi protein cairan interstisial yg akan menurunkan tekanan osmotik (7 mmhg)

HIPER DAN HIPO ELEKTROLIT


Kelebihan volume cairan terjadi apabila tubuh menyimpan cairan dan elektrolit dalam
kompartemen ekstraseluler dalam proporsi yang seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan
oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan /
adanya angguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan.

Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler
dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia.
Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan
ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan
cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke
lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi
semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi
intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi.
Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi
akibat obstruksi saluran pencernaan.

HIPERELEKTROLIT
Kondisi dimana terjadi kelebihan elektrolit didalam tubuh. Kondisi ini bisa disebabkan karena
asupan/intake yg berlebih, gangguan metabolisme elektrolit di dalam tubuh. Kelebihan elektrolit
bisa berupa : 1. Hipernatremia 2. Hiperkalemia 3. Hiperkalsemia 4. Hipermagnesia 5.
Hiperkloremia 6. Hiperfosfatemia
Hipernatremia Keadaan kelebihan Na dlm CES yg menyebabkan tekanan osmotik ekstrasel
meningkat. Sehingga menyebabkan cairan intrasel bergerak keluar Tanda & gejala : kulit &
mukosa bibir kering, turgor kulit buruk, permukaan kulit membengkak, oligouria/anuria, konvusi,
suhu tubuh tinggi, & lidah kering serta kemerahan. Hipernatremia disebabkan oleh asupan Na yg
berlebihan, kerusakan sensasi haus, diare, disfagia, poliuria krn diabetes insipidus, & kehilangan
cairan berlebihan dr paru-paru Hiperkalemia Keadaan kelebihan kadar kalium dlm CES.
Pd pemeriksaan EKG terdpt gelombang T memuncak, QRS melebar, & PR memanjang Tanda &
Gejala : rasa cemas, iritabilitas, hipotensi, parastesia, mual, hiperaktivitas sistem pencernaan,
kelemahan & aritmia. Hiperkalemia berbahaya krn dpt menghambat tramsmisi impuls jantung &
menyebabkan serangan jantung. Hiperkalemia dpt terjadi pd pasien luka bakar, penyakit ginjal, &
asidosis metabolik. Jika terjadi hiperkalemia, salah 1 upaya yg dpt dilakukan u/ menormalkan
kadar kalium adalah dgn pemberian insulin, krn insulin dpt mendorong kalium masuk ke dlm sel
Pada asidosis metabolik terjadi perpindahan K+ dari intraseluler ke ekstraselular (serum) sebagai
ganti dari ion Na yang hilang bersama tinja.
Hiperkalsemia Kondisi kelebihan kadar kalsium pd CES Hiperkalsemia ditandai dgn penurunan
kemampuan otot, mual, muntah, anoreksia, kelemahan & letargi, nyeri pd tulang, & serangan
jantung. Kondisi ini dpt terjadi pd pasien yg mengalami pengangkatan kelenjar gondok &
mengkonsumsi Vit. D secara berlebihan Hipermagnesia Kondisi kelebihan kadar magnesium dlm
darah Hipermagnesia ditandai dgn depresi saluran pernapasan, aritmia jantung, & depresi refleks
tendon profunda

Hiperkloremia Kondisi kelebihan ion klorida dlm serum Sering dikaitkan dgn hipernatremia,
terutama pd kasus dehidrasi & masalah ginjal Hipokloremia menyebabkan pemurunan bikarbonat
sehingga menyebabkan ketidakseimbangan asam basa. Jika berlangsung lama dpt menyebabkan
kelemahan, letargi, & pernapasan kussmaul Hiperfosfatemia Kondisi peningkatan kadar ion fosfat
di dlm serum Ditandai dgn peningkatan eksistabiitas SSP, spasme otot, konvulsi & tetani,
peningkatan gerakan usus, gangguan kardiovaskuler, & osteoporosis. Kondisi ini dpt terjadi pd
kasus gagal ginjal atau pd saat kadar parathormon menurun .
HIPOELEKTROLIT
Hipoelektrolit yaitu kondisi dimana terjadi kekurangan elektrolit dalam tubuh
Kekurangan elektrolit dlm tubuh bisa berupa : 1. Hiponatremia 2. Hipokalemia 3. Hipokalsemia
4. Hipomagnesia 5. Hipokloremia 6. Hipofosfatemia. Hiponatremia Keadaan kekurangan Na dlm
CES yg menyebabkan perubahan tekanan osmotik. Penurunan Na menyebabkan cairan berpindah
dr ruang ekstrasel ke cairan intrasel sehingga sel menjadi bengkak Tanda & gejala : rasa haus
berlebihan, Nadi cepat, hipotensi postural, konvulsi, membran mukosa kering, cemas, postural
dizziness, mual, muntah, & diare. Hiponatremia umumnya disebabkan oleh lehilangan cairan
tubuh scr berlebihan mis. ketika terjadi diare atau muntah terus-menerus dlm jangka waktu yg
lama
Hipokalemia keadaan kekurangan kadar kalium dlm CES yg menyebabkan kalium
berpindah keluar sel. Pd pemeriksaan EKG terdpt gelombang T datar & depresi segmen ST.
Hampir semua K+ berada di intraselular maka hipokalemia bisa disebabkan karena perpindahan
kalium yaitu dari serum ke sel misalnya pada alkalosis akut, sehingga kadar kalium dlm serum
akan menurun Hipokalemia ditandai dgn kelemahan, keletihan, & penurunan kemampuan otot.
Selain itu ini jg ditandai dgn distensi usus, penurunan bising usus, denyut jantung (aritmia) tdk
beraturan, penurunan TD, tdk nafsu makan & muntah-muntah Hipokalsemia Kondisi kekurangan
kadar kalsium dlm CES. Pd kondisi ini terjadi pemanjangan interval Q-T pd pemeriksaan EKG
Hipokalsemia ditandai dgn terjadinya kram otot & kram perut, kejang (spasme) & tetani,
peningkatan mortilitas gastointestinal, gangguan kardiovaskuler, & osteoporosis.
Hipomagnesia kondisi kekurangan kadar magnesium dlm darah Hipomagnesia ditandai
dgn iritabilitas, tremor, hipertensi, disorientasi, konvulsi, halusinasi, kejang, kram pd kaki &
tangan, refleks tendon profunda yg hiperaktif, serta takikardia. Kondisi ini umumnya disebabkan
oleh konsumsi alkohol yg berlebihan, malnutrisi, gagal hati, absorpsi usus yg buruk, & DM
Hipokloremia Kondisi kekuragan ion klorida dlm serum Ditandai dgn gejala yg menyerupai
alkalosis metabolik, yaitu kelemahan, apatis, gangguan mental, pusing, & kram. Kondisi ini dpt
terjadi krn tubuh kehilangan sekresi gastrointestinal scr berlebihan, mis, karena muntah, diare,
diuresis, at/ pengisapan nasogastrik .
Hipofosfatemia kondisi penurunan kadar ion fosfat di dlm serum Hipofosfatemia antara
lain ditandai dgn anoreksia, parastesia, kelemahan otot, & pusing. Kondisi ini dpt terjadi karena
pengonsumsian alkohol scr berlebihan, malnutrisi, hipertiroidisme, & ketoasidosis diabetes.

ASIDOSIS & ALKALOSIS


ph darah adalah resultan 2 komponen : komponen metabolik dan komponen respiratorik.
ph normal: 7.35 – 7.45. BE (base akses) merupakan komponen metabolik yaitu jumlah basa yg
perlu dikoreksi. Normal = ± 2.3 mEq/ L. BE (+) kelebihan basa BE (-) kekurangan basa/kelebihan
asam. pCO 2 = merupakan komponen respiratorik status asam basa. Normal = 35-45 mmHg.
KLASIFIKASI GANGGUAN ASAM BASA
Klasifikasi gangguan asam basa: Asidosis metabolic,Asidosis respiratorik,Alkalosis
metabolik dan Asidosis respiratorik

ASIDOSIS METABOLIK
Asidosis metabolik gangguan keseimbangan asam basa yg ditandai dgn ph yg bkn
disebabkan oleh kelebihan CO 2 dlm cairan tubuh. Kondisi ini ditandai dgn HCO 3 - plasma,
sedangkn kadar CO 2 normal. Sebab: Produksi ion H + berlebihan, misalnya: Meningkatkan
metabolisme (demam, distress pernapasan, kejang, dll) Meningkatkan asam organik (dehidrasi,
hipoxia, hipoperfusi) Ketosis (DM, kelaparan) Kehilangan bikarbonat berlebihan, misalnya:
diare, drainase ileostomi Pemberian asam (HCl, asam amino) Kegagalan ginjal untuk
mengeluarkan asam yg berlebihan
Kompensasi; pernapasan kusmaul; kelelahan (malaise); disorientasi. Kompensasi : ginjal
menahan bikarbonat & mengeluarkan hidrogen; paru meningkatkn pengeluaran CO 2 dgn
bernapas cepat & dlm.

ASIDOSIS RESPIRATOTIK
Asidosis respiratorik ggg keseimbangan asam basa yg ditandai dgn ph akibat retensi CO
2. Krn jumlah karbon dioksida (CO 2 ) yg keluar melalui paru berkurang sehingga terjadi
peningkatan H 2 CO 3 yang menyebabkan peningkatan Hidrogen (H+) sehingga ph menurun.
ASIDOSIS RESPIRATOTIK... Gejala klinis : ggg pernaapasan (hipoventilasi); ggg kesadaran &
disorientasi; ph plasma < 7,35; PCO 2 tinggi (>45 mmhg). Kompensasi : ginjal akan meningkatkan
pengeluaran hidrogen & mempertahankan bikarbonat.

ALKALOSIS METABOLIK
Alkalosis metabolik kadar penurunan jumlah ion hidrogen dlm plasma yg disebabkan oleh
defisiensi relatif asam-asam non-karbonat. Pd kondisi ini, pe HCO 3- tdk diimbangi dgn
peningkatan CO 2. Alkalosis metabolik, terjadi penurunan kadar ion H dalam plasma karena
defisiensi asam non-karbonat. Akibatnya konsentrasi bikarbonat meningkat. Hal ini terjadi karena
kehilangan ion H karena muntahmuntah dan minum obat-obat alkalis. Hilangnya ion H akan
menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk menetralisir bikarbonat, sehingga kadar
bikarbonat plasma meningkat.
Gejala klinis : nilai bikarbonat plasma >26 meq/l & ph >7,45; apatis; ggg mental (letargi,
bingung, & gelisah); lemah; kram; pusing. Kompensasi : ginjal menahan ion hidrogen &
mengekskresikan lbh banyak HCO 3- ; napas menjadi lambat & dangkal

ALKALOSIS RESPIRATORIK
Alkalosis respiratorik ggg keseimbangan asam basa yg ditandai dgn ph karena
pengeluaran CO 2 berlebih akibat hiperventilasi. Peningkatan jumlah udara yg masuk ke paru-paru
akan menyebabkan pengeluaran juga meningkat, pengeluaran yg berlebihan inilah yg
menyebabkan penurunan kadar CO 2 ALKALOSIS RESPIRATORIK... Gejala klinis : ph plasma
>7,35; baal & kesemutan pd ujung jari tangan & kaki; kemampuan konsentrasi terganggu.
Kompensasi : Ginjal akan meningkatkan ekskresi/pengeluaran bikarbonat & menahan hidrogen.

E. KESEIMBANGAN ASAM BASA


Jumlah asam basa dalam suatu larutan ditunjukkan oleh nilai pHnya. Nilai ph berkisar
mulai 1 hingga 14. Jika pH bernilai 1menunjukkan asam sangat kuat,sedanglkan pH 14
menunjukkan bahasa sangat kuat. pH bernilai 7 dianggap normal. Asam lemah dan basa lemah
berkisar disekitar 7(asam lemak sedikit kurang dari 7 dan dasar lemah sedikit diatas 7).
Skala pH berfungsi sebagai hanya sebuah termometer. Sama seperti kisaran suhu
optimal,maka ada juga kisaran pH optimal. Level ph yang dapat diterima tergantung pada
larutannya. Sebagai contoh, pH lemon berbeda dengan pH susu. Dalam tubuh manusia,beberapa
cairan tubuh berbeda memiliki kisaran pH sendiri yang dapat diterima. Jika isi perut dan urin lebih
bersifat asam,darah dan isi usus lebih bersifat alkali. Memelihara level pH yang tepat dalam darah
sangat penting. Level ph normal darah harus di antara 7,35 dan 7,45.
Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa melalui proses metabolism
system buffer pada seluruh cairan tubuh dan oleh pernapasan dengan regulasi ginjal. Kadar pH
rendah dan konsentrasi ion H+ yang tinggi disebut asidosis, sebaliknya bila kadar pH tinggi dan
konsentrasi H+ rendah disebut alkaliosis.
BAB III
KESIMPULAN

Cairan adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Sedangkan
elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
apabila dalam larutan. Cairan dalam tubuh, termasuk darah, meliputi lebih kurang 60% dari total
berat badan. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel
untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugas. Asam di definisikan sebagai kimiawi apa saja
yang melepaskan hidrogen dalam larutan. Basa didefinisikan sebagai zat apa saja yang dapat
menerima ion hidrogen.

Daftar Pustaka

Riyadi, Sujono,dan Harmoko.2012.Standart Operating Procedure dalam Praktik Klinik


Keperawatan Dasar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pearce,Evelyn C.2010.Anatomi dan Fisiologis untuk Paramedis.Jakarta:Gramedia
Pustaka Utama
Internasional, NANDA, Herman, T, Heather. (2012). Diagnosis Keperawatan dan
Klasifikasi.(2012-2014). Jakarta : EGC.
Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta: ANDI

Anda mungkin juga menyukai