)ﺿ ِﻤ ْﯿ ُﺮ ﱠ
َ
Posted By: Admin on: December 07, 2016 In: Bahasa ArabNo Comments
Dhomir sya’ni disebut juga dhomir hadits (ْﺚ ِ ْﺮ ْاﻟ َﺤ ِﺪﯾ َ dhomir qisshoh (ْﺮ
ُ )ﺿ ِﻤﯿ, ُ ﺿ ِﻤﯿَ
ﺼ ِﺔ ْ dhomir Amr (ﻷ ْﻣﺮ
)اﻟ ِﻘ ﱠ, َ ْ ُ )ﺿ ِﻤﯿ,
َ dhomir majhul (ُﻮ ِل ْ ْﺮ ْاﻟ َﻤ ْﺠﻬ َ atau majhul (ُﻮ ُل
ْ ْاﻟ َﻤ ْﺠﻬ
ِ ْﺮ ا ُ )ﺿ ِﻤﯿ,
) saja. Ulama-ulama Bashroh memilih istilah dhomir sya’ni, sementara
ulama-ulama Kufah memilih istilah dhomir majhul. Sebagian dari mereka
menggunakan istilah dhomir sya’ni dalam kondisi ungkapan mudzakkar, dan
istilah dhomir qisshoh dalam kondisi ungkapan muannats.
“Dhomir di awal kalimat yang tidak merujuk pada lafaz tertentu dan
kesamarannya diperjelas oleh kalimat sesudahnya”
ُﻫ َﻮpada kalimat di atas adalah dhomir sya’ni, karena berada di awal kalimat,
tidak merujuk pada lafaz tertentu dan kesamarannya diperjelas kalimat
sesudahnya yaitu ungkapan; ( اﷲُ أﺣ ٌﺪAllah adalah Esa). Karena itu dhomir ُﻫ َﻮ
pada kalimat di atas diterjemahkan:
Urusannya/perkaranya/masalahnya/kisahnya/ceritanya/kondisix/kasusnya .
Contoh lain;
1
Sesungguhnya
urusannya/perkaranya/masalahnya/kisahnya/ceritanya/kondisix/kasusnya ;
bukan penglihatan yang buta (tapi mata hatilah yang buta).
Dhomir “haa” pada kata ﻓﺈﻧﻬﺎpada kalimat di atas adalah dhomir sya’ni, karena
berada di awal kalimat, tidak merujuk pada lafaz tertentu dan kesamarannya
diperjelas kalimat sesudahnya yaitu ungkapan; ( ﻻ ﺗﻌﻤﻰ اﻷﺑﺼﺎرbukan
penglihatan yang buta). Karena itu dhomir pada kata ﻓﺈﻧﻬﺎpada kalimat di atas
diterjemahkan
urusannya/perkaranya/masalahnya/kisahnya/ceritanya/kondisix/kasusnya.
Dalam rangka mendekatkan pemahaman, jika dhomir sya’ni memakai lafaz ُﻫ َﻮ
, dhomir ini boleh diperkirakan merujuk pada lafaz ( اﻟﺸﺄنurusan), اﻷﻣﺮ
(perkara), atau ( اﻟﺤﺎلkeadaan/kondisi). Jika dhomir sya’ni yang dipakai adalah
ﻫﻲ, maka dhomir ini boleh diperkirakan merujuk pada lafaz ( اﻟﻘﺼﺔkisah/cerita)
atau ( اﻟﻤﺴﺄﻟﺔmasalah). Ar-Rodhy Al-Astarobadzy dalam kitabnya; Syarah
Ar-Rodhy mengusulkan perkiraan pertanyaan untuk memahami dhomir sya’ni.
Jika dalam sebuah kalimat ada dhomir sya’ni, maka seolah-olah di sana ada
pertanyaan:
ﻣﺎ اﻟﺸﺄن؟
Apa urusannya?
2
karena tidak ada kata tertentu yang menjadi sasaran rujukan dhomir tersebut.
Makna اﻟﻤﺠﻬﻮلadalah yang tidak diketahui.
Dhomir sya’ni termasuk isim dan memiliki posisi i’rob sesuai dengan amilnya.
Hanya saja dhomir sya’ni tidak pernah berposisi majrur. Ibnu At-Thorowah
menggolongkan dhomir sya’ni sebagai harf dengan alasan dhomir sya’ni
3
membuat harf إِ ﱠنmenjadi tidak memiliki efek i’rob sebagaimana harf ” ” ﻣَﺎyang
َ ” َﻛﯿatau harf Jarr ” ” ﻛـmenjadi tidak punya efek i’rob. Abu
membuat ” ْﻒ
Hayyan cenderung setuju dengan Abu At-Thorowah.
Adapun syarat penggunaannya, maka ada lima ketentuan yang harus ditaati
yaitu;
Dhomir sya’ni harus berupa mufrod ghoib, maksudnya dhomir yang dipakai
tidak boleh bentuk mutsanna seperti أﻧﺘﻤﺎdan ﻫﻤﺎ, sebagaimana tidak boleh
bentuk jamak seperti ﻫﻢdan ﻫﻦ. Dhomir sya’ni juga tidak boleh berupa
mutakallim (penutur) seperti أﻧﺎdan ﻧﺤﻦatau mukhothob (obyek bicara) seperti
َ dan أﻧﺖ.
seperti أﻧﺖ ِ Dhomir sya’ni harus berupa mufrod ghoib, yakni dhomir ﻫﻮ
dan ﻫﻲ. Tegasnya, dhomir sya’ni hanya bisa memakai dua macam dhomir ini,
karena hanya dua macam dhomir ini yang memenuhi syarat mufrod ghoib.
Contoh;
Dari segi penampilan fisik, bentuk mufrod ghoib itu bisa dalam keadaan
mustatir/mustakinn/ ﻣﺴﺘﻜﻦ/( ﻣﺴﺘﺘﺮtersembunyi) maupun bariz/ ( ﺑﺎرزtampak)
tanpa membedakan apakah bariznya munfashil (terpisah dengan kata lain)
ataukah muttashil (bersambung dengan kata lain).
4
ﻛﺎن ﻋﻠﻲ ﻋﺎدل
Urusannya/perkaranya/masalahnya/kisahnya/ceritanya/kondisix/kasusnya ;
Ali adalah adil.
Kata ُﻫ َﻮadalah dhomir sya’ni. Kata ini dikatakan bariz karena tampak/tidak
tersembunyi, dan dikatakan munfashil karena tidak bersambung dengan kata
lain.
ُ
اﻟﺼﺪﯾﻖ ﻧﺎﻓ ٌﻊ ﻇﻨﻨﺘﻪ
Saya menduga
Urusannya/perkaranya/masalahnya/kisahnya/ceritanya/kondisix/kasusnya:
teman adalah bermanfaat
Kata ﻇﻨﻨﺘﻪberasal dari kata ( ﻇﻨﻨﺖsaya menduga) dan ﻫﻮ. ﻫﻮdisini adalah
dhomir sya’ni. Karena dia tampak, yakni lafaz “hu” pada kata ﻇﻨﻨﺘﻪmaka dia
dikatakan bariz. Kondisinya yang bersambung dengan kata lain yaitu kata
ﻇﻨﻨﺖmembuatnya disebut muttashil. Jadi, dhomir sya’ni pada kalimat ini
5
penampilan fisiknya dikatakan bariz muttashil. Kadiahnya; Jika dhomir sya’ni
bersambung dengan nawashikh nashob (kata-kata yang punya fungsi
ﱠdan lain lain maka harus
menashobkan kata lain) seperti ﺣﺴﺐ, ﻇﻦ, ﻟﻜﻦ, أن,إن,
berbentuk bariz muttashil.
Sampai di sini bisa dikatakan bahwa dhomir sya’ni dari segi penampilan fisik,
bentuknya tergantung amil (unsur yang mempengaruhi)nya.
Kalimat pertama dhomir sya’ni yang dipakai adalah bentuk mudzakkar karena
kalimat sesudahnya bersifat mudzakkar. Dikatakan kalimat sesudahnya
bersifat mudzakkar, karena inti kalimat (subyeknya) yaitu ُ اﷲadalah lafadz
mudzakkar. Kalimat kedua dhomir sya’ni yang dipakai adalah bentuk
muannats karena kalimat sesudahnya bersifat muannats. Dikatakan kalimat
sesudahnya bersifat muannats, karena inti kalimat (subyeknya) yaitu اﻟﻤﺮأة
adalah lafadz muannats.
Maksud syarat yang kedua ini adalah dhomir sya’ni harus selalu berposisi
sebagai mubtada’ dan kalimat sesudahnya berposisi sebagai khobar. Apapun
kalimatnya dan bagaimanapun konteksnya, dhomir sya’ni tidak pernah
6
berposisi selain mubtada’. Dhomir sya’ni boleh dimasuki nawasikh mubtada’
apapun seperti ﻛﺎنdkk, إنdkk, dan ﻇﻦdkk, namun posisi orsinilnya tetap
sebagai mubtada’. Jika ada dhomir yang diduga sebagai dhomir sya’ni,
namun ternyata posisi i’robnya bukan sebagai mubtada’ atau yang asalnya
mubtada’, maka bisa dipastikan bahwa dhomir tersebut bukanlah dhomir
sya’ni.
Dhomir sya’ni tidak boleh diikuti tabi’, maksudnya tidak boleh diikuti kata-kata
yang i’robnya mengikuti kata yang lain seperti athof, ta’kid, badal, dan na’at.
Dhomir sya’ni tidak boleh diikuti athof, ta’kid, badal apalagi na’at karena tidak
pernah ada dhomir yang diberi na’at. Dhomir sya’ni adalah kata mubham
(samar). isim nakiroh saja tidak boleh diberi ta’kid, apalagi dhomir sya’ni yang
lebih mubham dari isim nakiroh.
7
tuntutan). Jumlah tersebut juga harus dimunculkan dengan lengkap dua
unsurnya (musnad dan musnad ilaihnya) tidak boleh hanya salah satu.
Contoh-contoh penggunaan yang salah;
ُ
…ﻫ َﻮ اﻟﻤﻠﻮك
Urusannya/perkaranya/masalahnya/kisahnya/ceritanya/kondisix/kasusnya ;
raja-raja adalah….
Contoh ini salah karena informasi sesudah dhomir sya’ni tidak berupa jumlah
(kalimat) sempurna.
اﷲُ أﺣ ٌﺪ ُﻫ َﻮ
Allah adalah
Esa,Urusannya/perkaranya/masalahnya/kisahnya/ceritanya/kondisix/kasusny
a
ُﻫ َﻮ ﻣﻦ أﻧﺖ؟
Urusannya/perkaranya/masalahnya/kisahnya/ceritanya/kondisix/kasusnya ;
Siapa Anda?
Contoh ini salah karena informasi sesudah dhomir sya’ni bukan berupa
jumlah (kalimat) khobariyyah, tapi jumlah insya-yyah karena kalimat yang
berisi pertanyaan, bukan informatif.
ْ ُﻫ َﻮ ﻻ
ﺗﻘﺮأ
Urusannya/perkaranya/masalahnya/kisahnya/ceritanya/kondisix/kasusnya ;
jangana membaca!
8
Contoh ini salah karena informasi sesudah dhomir sya’ni bukan berupa
jumlah (kalimat) khobariyyah, tapi jumlah tholabiyyah karena kalimatnya berisi
tuntutan, bukan kalimat informatif.
Dhomir sya’ni tidak boleh merujuk ke kata apapun baik sebelumnya ataupun
sesudahnya. Dhomir sya’ni hanya bisa diterangkan bahwa maksudnya
dijelaskan oleh kalimat sesudahnya sehingga makna mubham yang ada pada
dhomir sya’ni kembali pada makna kalimat yang diungkapkan sesudahnya.
Jika ada lafaz tertentu sebelum dhomir maupun sesudahnya yang merujuk
pada dhomir tersebut, maka bisa dipastikan dhomir tersebut bukanlah dhomir
sya’ni.
Inilah lima syarat yang harus dipatuhi dalam menggunakan dhomir sya’ni.
Ketentuan lain terkait dhomir sya’ni adalah bolehnya dhomir sya’ni dibuang
meskipun ini jarang. Menurut Ar-Rodhy Al-Astarobadzy, dhomir sya’ni ketika
bertemu dengan إن ﱠboleh dibuang, misalnya dalam hadis;
ﱠ
إن ﻣﻦ أﺷﺪ اﻟﻨﺎس ﻋﺬا ًﺑﺎ ﯾﻮم اﻟﻘﯿﺎﻣﺔ اﻟﻤﺼﻮرون
Sesungguhnya perkaranya: Para pelukis adalah diantara yang paling keras
siksanya pada hari kiamat.
Namun ada yang berpendapat pembuangan dhomir sya’ni yang melekat pada
ﱠadalah dhoif.
إن
9
ﱠ
Yang telah disepakati, dhomir sya’ni boleh dibuang jika melekat pada أن
ْ misalnya pada ayat berikut;
Mukhoffafah ()أن,
َ ﻮاﻫﻢ أَﱠﻧﻪ
اﻟﺤ ْﻤ ُﺪ ﱠﷲِ ﱢ
رب اﻟ َﻌﺎﻟَ ِﻤﯿﻦ ُ َﻋْ وآﺧ ُﺮ د
ِ
Akhir dari doa mereka adalah (urusannya ucapan) Alhamdulillahirobbil ‘alamin
10