KELOMPOK : III
KELAS : 16 C
PROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
Mempelajari teknik isolasi dan identifikasi morfologi jamur pada
cendawan dengan teknik kultur mikroskopis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jamur merupakan suatu organisme eukariotik yang mempunyai ciri yaitu berupa benang
tunggal yang bercabang, tidak mempunyai klorofil, hidupnya heterotrof dan mempunyai berbagai
macam penampilan, tergantung pada spesiesnya. Jamur tingkat tinggi maupun tingkat rendah
mempunyai ciri yang khas yaitu benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut hifa.
Kumpulan dari hifa-hifa akan membentuk miselium
Jamur merupakan salah satu produk holtikultura yang dapat dikembangkan untuk
memperbaiki keadaan gizi masyarakat, salah satunya adalah jamur tiram. Jamur tiram memiliki
khasiat kesehatan dan nilai gizi. Protein nabati yang terdapat dalam jamur tiram hampir sebanding
dengan protein sayuran, dan memiliki kandungan lemak yang rendah dibandingkan daging sapi.
Secara ekonomis, jamur tiram dapat dimanfaatkan menjadi makanan olahan dalam
upaya peningkatan gizi masyarakat.
Bila melihat peranan penting jamur, sepertinya jamur memang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia. Di bidang industri makanan, jamur Rhizopus sp. berperan penting dalam
pembuatan tempe atau oncom atau Saccharomyces sp. yang merupakan khamir fermentor dalam
pembuatan keju, roti, dan bir. Sementara dibidang kedokteran, jamur Penicillium notatum
berkontribusi besar dalam menghasilkan antibiotik
Banyak jamur yang dapat bersaing secara antagonis. Jamur parasit fakultatif dengan bantuan
enzim dan senyawa toksik yang dapat dihasilkannya dapat merusak inangnya serta menyerap
makanan dari sel-sel inang yang telah mati. Sebaran inang jamur golongan ini sangat luas dan
dapat diperbanyak pada media buatan. Jamur mampu masuk melalui dinding hifa inang sehingga
sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai agens pengendali hayati. Beberapa diantaranya
adalah Trichoderma spp, yang data digunakan untuk menekan jamur patogen seperti damping off
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan
3.1.2 Pewarnaan Mikroskopik Langsung (Warna Bening)
a. Alat b. Bahan
1. Object Glass 1. KOH 10 %
2. Ose Bulat 2. PANU
3. Mikroskop 3. Silol
4. Bunsen 4. Tissue
5. Pipet tetes
3.1.3 Kultur
a. Alat b. Bahan
1. Bunsen 1. Media SDA
2. Cawan petri
3. Spatula
4. Incubator
a. Alat b. Bahan
1. Object Glass 1. LCB
2. Ose Bulat 2. Silol
3. Mikroskop 3. Tissue
4. Bunsen 4. Media SDA
5. Pipet tetes
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tabel pengamatan
No Media Bentuk Warna Bau
1 SDA Menyebar kuning putih Bau khas
2. Gambar pengamatan
a. Pewarnaan mikroskopik langsung
b. Kultur
Disiapkan media SDA
B. Pembahasan
Langkah selanjutnya kultur SDA adapun fungsi dari media SDA itu
sendiri merupakan media selektif untuk pertubuhan jamur dan menghambat
pertumbuhan bakteri. Media SDA pun mendukung pertumbuhan jamur
yang menyebabkan infeksi kulit, kuku atau rambut secara kolektif disebut
sebagai dermatotif. Langkah yang harus kami lakukan untuk kultur pada
media SDA yaitu mula-mula siapkan alat dan bahan yang akan digunakan,
lakukan kultur sebaiknya didekat api Bunsen, karna api Bunsen itu sendiri
berfungsi agar pada saat kita lakukan kultur media tdk terjadi kontaminasi
bakteri dari luar atau dari udara. Taburkan hasil kerokan kulit yang ada pada
plastic diseluruh permukaan media SDA setelah itu diinkubasi selama 5-7
hari pada suhu ruang.
B. SARAN
Disarankan kepada praktikan agar lebih memperhatikan segala bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi. Dan diwajibkan menggunakan APD
dengan lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Bobek, P., O. Ozdin, and M. Mikus. 2005 Dietary oyster mushroom (Pleurotus
ostreatus) accelerates plasma cholesterol turnover in hypercholesterolaemic
rats. Physiological Research 44 : 287–291.