Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akhlak terhadap diri sendiri pada dasarnya mutlak diperlukan oleh semua
manusia utamanya bagi seluruh umat muslim. Seorang muslim adalah pemimpin
bagi dirinya sendiri. Siapapun dia, seorang muslim tentu akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuat terhadap dirinya sendiri. Oleh
karena itulah, islam memandang bahwa setiap muslim harus menunaikan etika dan
akhlak yang baik terhadap dirinya sendiri, sebelum berakhlak yang baik kepada
orang lain. Dan ini sering dilalaikan oleh kabanyakan kaum muslim

Allah telah menentapkan jalan yang harus ditempuh oleh manusia sesuai
dengan syari’at yang telah ditetapkan, sehingga seseorang senantiasa istiqomah dan
tegak diatas syari’atnya, selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangannya.
Seorang hamba Allah yang mempunyai kaitannya antara hablu minallah dan hablu
minananas. Dan sebagai hablu minanas diharapkan bisa hubbul amal dan istiqomah.

Kita sebagai sebagai hablu minanas harus mempunyai akhlak bekerja keras.
Karena dalam islam membenci orang yang pengguran, malas dan kebodohan, hal itu
maut yang lambat laun akan mematikan semua daya kekuatan dan menjadi sebab
kerusakan di dunia dan di akhirat.

Oleh karena itu sebagai generasi muda mendatang, harus senantiasa menjadi
orang yang mencintai pekerjaan agar tidak malas dan menghindari kebodohan. Sebab
itu Akhlak akan membahas tentang Hubbul Amal dan Istiqomah.

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
yang ditekankan adalah :
a. Apa pengertian Akhlak kepada diri sendiri ?
b. Bagaimana Hubbul Amal itu ?
c. Bagaimana Istiqomah itu ?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui pengertian Akhlak kepada diri sendiri.
b. Untuk Mengetahui apa itu Hubbul Amal.
c. Untuk Mengetahui apa itu Istiqomah.

1.4. Manfaat
Adapun manfaat disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teritis
Mahasiswa bisa bertambah ilmu dan wawasan dari teori yang telah dijabarkan
dalam makalah ini, yang mengambil dari beberapa referensi buku dan juga dari
makalah yang mambahas hal yang sama.
2. Secara Praktis
Mahasiswa dapat menerapkan atau mempraktekkan bentuk dari Hubbul Amal
(Bekerja Keras) dan Istiqomah. Agar dapat mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI


Yang dimaksud dengan akhlak terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang
terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Manusia dapat diperbaiki
akhlaknya dengan menghilangkan akhlak-akhlak tercela. Di sinilah terletak tujuan
pokok agama, yakni mengajarkan dan menawarkan sejumlah nilai moral atau akhlak
mulia agar mereka menjadi baik dan bahagia dengan melatih diri untuk melakukan hal
yang terbaik. Iman tidak akan sempurna kecuali dengan menghiasi diri dengan Akhlak.
Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita dan jangan pernah memaksa diri
kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa. Sesuatu
yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-
hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak begadang, sehingga
daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita rusak,
mengkonsumsi obat terlarang, dan minuman keras yang dapat membahayakan jantung
dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau berakhlak baik terhadap tubuh kita.
Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. Misalkan
iri, dengki, munafik, dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita.
Semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Hati yang berpenyakit
seperti iri, dengki, munafik, dan lain sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran,
karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran dan iman tetapi hati juga bisa berubah
menjadi tempat kejahatan dan kekufuran.
Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali
berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan
tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang
telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri, dengki, dan munafik. Maka kita
harus mengenali penyakit hati tersebut.
2.2. HUBBUL AMAL
a. Pengertian Hubbul Amal

Hubbul amal ialah mencintai apa yang kerjakan atau bekerja keras. Hubbul Amal
adalah salah satu akhlak islami. Bekerja keras merupakan melakukan sesuatu dengan

3
sungguh-sungguh untuk mencapai suatu yang diinginkan atau cita-citakan. Kerja keras
dapat dilakukan dalam segala hal, mungkin dalam bekerja mencari rizki, menuntut ilmu,
berkreasi, membantu orang lain, atau kegiatan yang lain.

Bekerja keras adalah salah satu ajaran islam yang wajib dibiasakan oleh umatnya.
Islam menganjurkan umatnya agar selalu bekerja keras untuk mencapai harapan dan
cita-cita.

Dalam keteladanan akhlak, mengatakan bahwa Islam membenci pengangguran,


kemalasan dan kebodohan karena hal itu merupakan maut yang lambat laun akan
mematikan semua daya kekuatann dan menjadi sebab kerusakan di dunia dan
akhirat.(Al-Hufiy, 2000)

Bekerja keras tidak hanya fisik. Akal dan pikiran harus terus digunakan untuk
memikirkan sesuatu yang lebih baik. Kemalasan akal atau malas berfikir lebih jelek dari
pada malas badan. Orang yang cerdas tetapi malas berfikir akan merusak jiwa, karena
pikiran-pikiran yang buruk serta rusak ada dalam tubuh manusia yang malas dan lemah.
Orang yang malas akan menjadi gelisah hatinya, lemah badannya dan membenci
kehidupan walaupun memiliki harta yang cukup. Terkait dengan hubbul amal/ kerja
keras Allah berfirman dalam surat Al-Qashash ayat 77:

ِ‫َّللاُ إِلَيْكَ ۖ َو ََل تَبْغ‬


‫سنَ ه‬َ ْ‫َصيبَكَ ِمنَ الدُّ ْنيَا ۖ َوأَحْ س ِْن َك َما أَح‬
ِ ‫سن‬ َ ‫هار ْاْل ِخ َرة َ ۖ َو ََل ت َ ْن‬ ‫َوا ْبت َغِ فِي َما آتَاكَ ه‬
َ ‫َّللاُ الد‬
ُّ‫َّللاَ ََل ي ُِحب‬ ‫ض ۖ إِ هن ه‬ ِ ‫سادَ فِي ْاْل َ ْر‬ َ َ‫ْالف‬
َ‫ْال ُم ْف ِسدِين‬

“Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagian) negri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagianmundari (kenikmatan) duniawi dan
berbuatlah (kepada orang lain) sebaigamana Allah telah berbuat baik, kepadamu dan
janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Dengan demikian sikap bekerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu,
mencari rizki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing-masing. Selain itu
Allah berfirman juga dalam surat At-Taubat ayat 105:

‫ش َهادَةِ فَيُنَبِئ ُ ُك ْم‬ ِ ‫عا ِل ِم ْالغَ ْي‬


‫ب َوال ه‬ َ ‫سولُهُ َو ْال ُمؤْ ِمنُونَ ۖ َو‬
َ ‫ست ُ َردُّونَ إِلَ ٰى‬ ُ ‫ع َملَ ُك ْم َو َر‬ ‫سيَ َرى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ َ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوا ف‬
َ‫بِ َما ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُون‬

4
“Dan katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akn dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikannya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.”

Ayat diatas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah khusus, seperti
shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah dimuka
bumi ini. Baha dalam surat At-Taubah diatas menguisyaratkan baha kita harus berusaha
sesuai dengan kemampuan kita dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah Swt. Orang
yang beriman dilarang bersifat malas, berpangku tangan dan menunggu keajaiban
menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah menciptakan alam beserta isinya
diperuntukkan untuk manusia. Namun untuk memperoleh mamfaat dari alam ini,
manusia harus berusaha dan bekerja keras. Rasulullah Saw juga menganjurkan umatnya
untuk bekerja keras.

Namun dalam hal ibadah khususnya, seperti shalat, hendaknya kita beranggapan
baha seolah-olah kita kan mati esok hari sehingga kita bisa beribadah dengan khusyu’.
(Ibrahim dan Darson, 2009 : 32)

Semua orang yang bekerja dapat dijadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya
sebagai ibadah asalkan mereka berpegang pada ketentuan-ketentuan berikut ini :

 Harus menyesuaikan semua pekerjaan dengan aturan agam yang berlakudalam


ajaran islam.
 Sebelum melakukan pekerjaan hendaknya memulai dengan niat yang suci dan
hati yang tulus.
 Setiap pekerjaan hendaklah dilakukan dengan baik dan benar.

b. Hikmah Hubbul Amal


Allah Swt memerintahkan supaya bekerja keras karena banyak hikmah dan
manaatnya, baik bagi orang yang bekerja keras maupun terhadap lingkungnnya.
Diantara hikmah bekerja keras tersebut adalah sebagai berikut :

 Mengembangkan potensi diri, baik berupa bakat, minat, pengetahuan maupun


ketrampilan.

5
 Membentuk pribadi yang bertanggung jawab dan displin.
 Mengangkat harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun
sebagai anggota masyarakat.
 Meningkatkan taraf hidup orang banyak serta meningkatkan
 Kebutuhan hidup diri dan keluarga terpenuhi.

c. Berperilaku Hubbul Amal


Untuk dapat memiliki sikap bekerja keras, perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:

 Selalu menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri lebih
terpuji dan mulia dari pada menerima pemberian orang lain.
 Menyadari sepenuhnya bahwa memberi lebih mulia dari pada meminta.
 Memiliki semboyan tidak suka mempersulit orang lain dengan mengharap
bantuannya.
 Islam memuji sikap bekerja keras dan mencela meminta-minta. (Masan Alfat,
2003 : 83)

d. Pembahasan

Bekerja keras merupakan melakukan segala sesuatu untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan atau yang dicita-citakan. Dan islam mengajarkan agar manusia menjaga
keseimbangan antara urusan dunia dan urusan diakhirat. Bekerja juga untuk duania juga
harus seimbang dengan beribadah di akhirat. Khusus untuk meraih kesuksesan dalam
kehidupan dunia, syaratnya harus dengan usaha dan bekerja keras.

Bekerja keras telah dicontohkan Rasulullah dan para sahabatnya, beliau bekerja
keras dengan cara berdagang untuk membantu perekonomian Abu Thalib. Usman bin
Afan bekerja keras hingga menjadi orang yang sukses. Contoh lain dapat ditemukan
dalam sebuah hadits yang mengisahkan bahwa seorang sahabat yang meninggalkan
urusan dunia agar lebih khusyu’ beribadah. Sahabat tersebut berniat terus menerus
verpuasa dan beribadah sepanjang hari, mendengar berita tersebut Rasulullah bersabda
baha orang-orang yang meninggalkan dunia dan lebih mengutamakan dunia akhirat,
bukan termasuk golongannya. Hadits lain juga menunjukkan pentingnya untuk bekerja

6
keras, sdeperti yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi bahwa Rasulullah pernah
bersabda yang artinya :

“berbuatlah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya dan


berbuatlah untuk akhiratmu seakan-akan engkau mati esok hari.”

Dalam riwayat Bukhori dijelaskan bahwa Rasulullah juga pernah meningatkan


para sahabatnya agar tidak mencari jalan termudah dalam bekerja, misalnya dengan cara
meminta-minta.

Orang yang ketika di dunia memilih untuk bekerja mencari rizki dengan cara
meminta-minta, pada hari akhir akan dibalas dengan meminta-minta panasnya api
neraka.

Contoh lain dari kereja keras, pak jahid seorang pedagang sayuran yang bekerja
tanpa kenal lelah . suatu hari usaha yang dilakukan pak jahid kurang menguntungkan
karena sayuran yang sudah dibawa kepasar induk tidak habis terjual. Pak jahid terus
berusaha supaya daganganya laris terjual dan hasilnya diserahkan kepada istrinya untuk
membiayai keluarganya.

Untuk membiasakan berprilaku Hubbul amal atau bekerja keras harus dilandasi
dengan niat yang baik. Niat untuk beribadah kepada Allah Swt. Awal suatu pekerjaan
harus dengan menyebut nama Allah dan dilakukan dengan cara sungguh-sungguh dan
sepenuh hati. Dan setelah bekerja akhirilah dengan menyebut nama Allah dan setelah
itu hasilnya serahkanlah kepada Allah Swt.

2.3. ISTIQOMAH
a. Pengertian Istiqomah

Istiqomah secara etimologi, istiqomah berasal dari istiqoma-yastaqimu yang


berarti tegak lurus. Dalam terminologi akhlak istiqomah adalah sikap teguh dalam
mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam
rintangan dan godaan. Perintah untuk berprilaku istiqomah dinyatakan dalam firman
Allah yakni dalam surat Asy Sura ayat 15

7
“maka karna itun serulah (mereka pada agama itu) dan istiqomahlah sebagaimana
yang diperintahkan kepadamu janganlah kamu mengikuti hawa nasu mereka.”

Sedangkan pengertian istiqomah menurut para ahli ialah :

 Abu AL-Qasim al Qusyairi

Istiqomah adalah sebuah tingkatan yang menjadi pelengkap dan


menyempurnakan segala urusan. Lantaran istiqomahlah segala kebaikan berikut
aturannya dapat terujud. Orang yang tidak dapat istiqomah dalam melakukan
urusannya pasti akan sia-sia dan mengalami kegagalan.

 Al-Wasithi

Istiqomah adalah Siat yang bisa menjadikan sempurnanya kebaikan.

 Ali Ad-Daqqaq

Istiqomah adalah menegakkan atau membentuk sesuatu ada tiga derajat


pengertian. Menyehatkan, meluruskan dan berlaku lurus. Membentukn sesuatu
menyangkut disiplin jiwa, iqomah berkaitan dengan penyempurnaan dan istiqomah
berhubungan dengan tindakan mendekatkan diri pada Allah Swt. (Teja Suar, 2004)

Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan unsur-unsur utama istiqomah, yakni:

 Berpegang pada akhidah yang benar, yakni akidah Ahlu sunnah aljamaah.
 Melaksanakan tuntutan syariat islam berpandukan pada Al-Qur’an dan hadits.
 Mempunyai prinsip dan keyakinan yang tidak akan berubah atau goyah.
 Tidak terpengaruh oleh godaan hawa nasu dan syaitan.
 Tidak tunduk pada tekanan demi melaksanakan tanggung jawab dan
mempertahankan kebenaran.

Begitu pentingnya istiqomah sampai Nabi Muhamaad Swa berpesan kepada


seseorang seperti dlam hadits berikut :

“Dari Abu Sufyan bin Abdillah R.a telah berkata : wahai rasulullah katakanlah
kepadaku pesan dalam islam sehingga aku tidak perlu berkata pada orang lain selain

8
engkau. Nabi menjawab : katakanlah aku telah beriman kepadan Allah kemudian
beristiqomah.”

Orang yang istiqomah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan
bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada tantangan hidup, ibadah
tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan halal haram, di caci
di puji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas, ia tidak tergoda
melakukan kemaksiatan.

b. Tahap – tahap Istiqomah


Ada tiga tahap istiqomah yang perlu berlaku serentak :

 Istiqomah hati

Istiqomah ini senantiasa teguh dalam mempertahankan kesucian iman dengan


cara menjaga kesucian hati dari pada siat syirik, menjauhi sifat-sifat cela sepertri
ria dan menyuburkan hati dengan sifat terpuji terutamanya ikhlas. Dengan kata-
kata lain istiqomah hati bermaksud mempunyai keyakinan yang kukuh terhadap
kebenaran Allah Swt. Firman Allah surat Al-Furqan ayat 32

ً ِ‫احدَة ً ۚ َك ٰذَلِكَ ِلنُث َ ِبتَ بِ ِه فُ َؤادَكَ ۖ َو َرت ه ْلنَاهُ ت َْرت‬


‫يل‬ ُ ‫علَ ْي ِه ْالقُ ْر‬
ِ ‫آن ُج ْملَةً َو‬ َ ‫َوقَا َل الهذِينَ َكفَ ُروا لَ ْو ََل نُ ِز َل‬

“Dan orang-orang kafir berkata: mengapa tidak diturunkan Al-Qur’an itu


kepada muhammad semua sekali (dengan sekaligus) ? diturunkan Al-Qur’an
dengan cara yang demikian hendak menetapkan hatimu (wahai Muhammad)
dengannya dan kami menyatakan bacaannya kepadamu dengan teratur satu persatu”

 Istiqomah lisan

Istiqomah ini memelihara lisan atau tutur kata dari pada kata-kata yang
senantiasa berkata benar dan jujur, setepat kata yang yang berpegang pada prinsip
kebenaran dan jujur, tidak berpura-pura, tidak bermuka-mukda dan tidal berdolak-
dalik.

9
Istiqomah lisan terdapat terdapat pada orang yang beriman,
berani menyatakan dan mempertahankan kebenaran dan hanya takut kepada Allah
Swt. Allah pun berfirman pasa surat Ibrahim ayat 27

“Allah menetapkan (pendirian) orang-orang yang beriman dengan kalimah


yang tetap teguh dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”

 Istiqomah perbuatan

Istiqomah ini tekun bekerja atau melakukan amalan atau melakukan apa saja
usaha untuk mencpai kejayaan yang di ridhoi Allah. Dengan kata lain istiqomah
perbuatan merupakan sikap dedikasi dalam melakukan sesuatupekerjaan,
perusahaan dan perjuangan menegakkan kebenaran, tanpa rasa kecewa, lemah
semangat atau putus asa. Sikap ini menjadi begitu rupa karena dorongan hati yang
istiqomah.

c. Membentuk sikap Istiqomah

Sikap Istiqomah dapat di bentuk dengan menanamkan unsur-unsur yang berikut


ke dalam diri untuk kehidupan di dunia dan di akhirat.

 Semangat dan daya juang yang tinggi serta tidak mudah mengalah atau berputus
asa.
 Prinsip yang benar berasaskan Al-Quran dan hadis Rasullah
 Ilmu dan maklumat yang cukup.
 Strategi yang kemas dalam perjuangan.
 Usaha yang berterusan.
 Yakin kepada takdir dan janji Allah Taala.
 Berdoa dan bertawakal.
 Bersyukur dan redha.

Sikap ini dapat diteladani daripada Rasullallah SAW, para sahabat, para mujahid,
syuhada’ dan salihin seperti yang tertera di dalam gambaran sejarah.

10
d. Hakekat dan Anjuran Istiqomah
Istiqomah artinya tegak dan lurus serta tidak condong. Dalam artian, sebagaimana
ungkapan Umar Ibnul Khattab ra, tegar dan komit dalam menunaikan segala perintah
dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan tuntunan Rasullullah SAW. Disamping tidak
condong atau menyimpang kepada jalan-jalan lain yang menjerumuskan ke jurang
kebinasaan. Definisi ini, sebenarnya telah diisyaratkan Rasulullah SAW, tatkala
membuat suatu garis lurus dengan tangan beliau, seraya bersabda:
“Ini adalah jalan Allah”. Kemudian beliau membuat garis-garis lain di samping
kiri dan kanannya, dan bersabda: “Ini adalah jalan-jalan (yang lain), tidak ada satupun
darinya melainkan padanya ada syetan yang menyeru kepadanya”. Beliau lalu membaca
ayat: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah
dia; dan jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu akan
mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya”. (Qs. Al An’am ayat 153)

e. Keutamaan Orang yang bisa terus Istiqomah

Yang dimaksud istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar)
dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan
semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk
larangan-Nya. Inilah pengertian istiqomah yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al
Hambali. Di antara ayat yang menyebutkan keutamaan istiqomah adalah firman
Allah SWT:

‫علَ ْي ِه ُم ْال َم َلئِ َكةُ أ َ هَل تَخَافُوا َو ََل تَحْ زَ نُوا َوأ َ ْبش ُِروا ِب ْال َجنه ِة‬ ‫ِإ هن الهذِينَ قَالُوا َربُّنَا ه‬
َ ‫َّللاُ ث ُ هم ا ْستَقَا ُموا تَتَن هَز ُل‬
َ‫عدُون‬َ ‫اله ِتي ُك ْنت ُ ْم تُو‬

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah


Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah
kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah
dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)

Yang dimaksud dengan istiqomah di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli
tafsir:

11
 Istiqomah di atas tauhid, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakr Ash Shidiq
dan Mujahid,
 Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah, sebagaimana
dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Al Hasan dan Qotadah,
 Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput, sebagaimana
dikatakan oleh Abul ‘Aliyah dan As Sudi.

f. Pembahasan

Sikap istiqomah menunjukkan kekuatan iman yang merasuki seluruh jia, sehingga
seseorang tidak akan mudah goyah dan cepat menyerah pada tantangan dan tekanan.

Contoh saat kita melakukan sholat tahajud terus menerus untuk meminta
pertolongan kepada sang maha kuasa untuk dijalankan urusan dunianya. Dan
merekapun tidak pernah gampang menyerah walaupun do’a yang dipanjatkan belum
terkabul.

Mereka yang memiliki jiwa istiqomah adalah tipe manuisia yang merasakan
tekanan luar biasa walau penampakkannya diluar bagai seorang yang gelisah. Mereka
tentram karena apa yang dilakukan merupakan rangkaian ibadah sebagai bakti mahabah.
Tidak ada rasa takut apa lagi keraguan.

Kegelisahan yang dimaksud janganlah ditafsuirkan sebagai resah. Dari sikap


dinamis atau sebuah obsesi kerinduan untuk menyerahkan seluruh daya dan akal
budinya agar hasil pekerjannya berakhir dengan baik dan sempurna.

Dengan demikian istiqomah bukanlah berarti sebuah sikap yang jumud, tidak mau
adanya perubahan, namun sebuah kondisi yang tetap konsisten menuju arah yang
diyakininya dengan tetap terbuka terhadap gagasan inovatif yang akan menunjang atau
memeberikan kontribusi positif ubtuk mencapai tujuannya.

Menutut Dr. Nurcholis Madjid kesalahan itu timbul antara lain akibat persepsi
bahwa istiqomah mengandung makna yang statis. Istiqomah memang mengandung arti
kemantapan, tetapi tidak berarti kemandekkan, namun lebih dekat kepada arti stabilitas
yang dinamis.

12
Pribadi yang profesional dan berakhlak memiliki sikap konsisten yaitu
kemampuan untuk bersikap pantanga menyerah mampu mempertahankan prinsip serta
komitmennya. Walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya.
Mereka mampu mengendalikan dan mengelola emosinya secara efektif. Sikap konsisten
telah melahirkan kepercayaan diri yang kuat dan memiliki integritas dan mampu
mengelola stres dengan tetap penuh gairah. Seorang yang istiqomah tidak mudah
berbelok arah betapapun godaannya untuk mengubah tujuan begitu memikatnya. Dia
tetap pada niat yang semula.

Istiqomah berarti berhadapan dengan segala rintangan, konsisnten berarti ia masih


tetap menapaki jalan yang lurus walaupun sejuta halanagan menghadang. Istiqomah
akan membuahkan keselamatan dari segala macam yang dicintai. Orang yang
beristiqomah juga akan dianugrahi kekokohan dan kemenangan serta kesuksesan
memerangi hawa nafsu.

Beruntulah orang yang mampu beristiqomah dalam melakukan ketaatan kepada


Allah Swrt. Khusunya pada zaman seperti ini, saat, cobaan, ujian dan godaan selalu
menghiasi kehidupan siapa saja yang kuat imannya akan menuai keberuntungan yang
besar dan siapapun saja yang lemah imannyaakan tersunggkur ditengah belantara
kehidupan dan mengecap pahitnya kegagalan.

Maka dari itu kita senantiasa meningkatkan iman dan memohon kepada Allah agar
bisa istiqomah dalam beramal shaleh. Terlebih dalam dua hal, yaitu istiqomah dalam
keikhlasan mengikuti ajaran Allah dan Rasul.

13
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Kerja keras merupakan akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang,
terutama bagi seorang pelajar dalam proses pendidikan.
Istiqomah adalah tegak dihadapkan Allah Swt atau tetap pada jalan yang lurus
dengan tetap menjalankan kebenaran dan memenuhi janji, baik yang berkaitan dengan
ucapan, perbuatan sikap dan niatatau pendek kata yang dimaksud dengan istiqomah
adalah menempuh jalan yang lurus dengan tidak menyimpang dari ajaran tuhan.
Istiqomah juga bisa diartikan dengan tidak goncang gancing dalam menghadapi
kehidupan dengan tetap bersandar dengan tetap perpegang pada tali Allah st dan sunnah
Rasul.
3.2. SARAN

Atas ijin Allah yang maha kuasa, kami dapat menyelesaikan dan mewujudkan
makalah ini sebagaimana niat pertama yakni untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
pengampu Agama 4. Dalam makalah ini tentu masih ada kekurangan dan mungkin
terdapat kekeliruan atau ketidakcocokan di hati pembaca. Maka dari itu, diperlukan
ungkapan kritik dan juga saran dari para pembaca demi kualitas makalah yang lebih
baik lagi.

Dari makalah ini penulis selalu berharap semoga apa yang ada di dalam makalah
ini bisa bermanfaat dan berguna untuk pembaca supaya bisa diaplikasikan dalam
kehidupan yang nyata. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami selaku penulis meminta maaf. Selamat membaca.

14
DAFTAR PUSTAKA
I. Suar,Teja. 2004. Islam Saja! Bekal bagi pemuda Muslim. Bandung : Kalam Upi Press.
II. Ibrahim dan Darsono. 2009. Membangun Akidah dan Akhlak. Solo: PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
III. Multahim, dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Yudistira.
IV. Anwar, Rasihon. 2009. Akhlak Tasawuf. Bandung Pustaka Media.

15

Anda mungkin juga menyukai