Makalah
Makalah
PENDAHULUAN
Akhlak terhadap diri sendiri pada dasarnya mutlak diperlukan oleh semua
manusia utamanya bagi seluruh umat muslim. Seorang muslim adalah pemimpin
bagi dirinya sendiri. Siapapun dia, seorang muslim tentu akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang telah diperbuat terhadap dirinya sendiri. Oleh
karena itulah, islam memandang bahwa setiap muslim harus menunaikan etika dan
akhlak yang baik terhadap dirinya sendiri, sebelum berakhlak yang baik kepada
orang lain. Dan ini sering dilalaikan oleh kabanyakan kaum muslim
Allah telah menentapkan jalan yang harus ditempuh oleh manusia sesuai
dengan syari’at yang telah ditetapkan, sehingga seseorang senantiasa istiqomah dan
tegak diatas syari’atnya, selalu menjalankan perintah dan menjauhi larangannya.
Seorang hamba Allah yang mempunyai kaitannya antara hablu minallah dan hablu
minananas. Dan sebagai hablu minanas diharapkan bisa hubbul amal dan istiqomah.
Kita sebagai sebagai hablu minanas harus mempunyai akhlak bekerja keras.
Karena dalam islam membenci orang yang pengguran, malas dan kebodohan, hal itu
maut yang lambat laun akan mematikan semua daya kekuatan dan menjadi sebab
kerusakan di dunia dan di akhirat.
Oleh karena itu sebagai generasi muda mendatang, harus senantiasa menjadi
orang yang mencintai pekerjaan agar tidak malas dan menghindari kebodohan. Sebab
itu Akhlak akan membahas tentang Hubbul Amal dan Istiqomah.
1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
yang ditekankan adalah :
a. Apa pengertian Akhlak kepada diri sendiri ?
b. Bagaimana Hubbul Amal itu ?
c. Bagaimana Istiqomah itu ?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui pengertian Akhlak kepada diri sendiri.
b. Untuk Mengetahui apa itu Hubbul Amal.
c. Untuk Mengetahui apa itu Istiqomah.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat disusunnya makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Secara Teritis
Mahasiswa bisa bertambah ilmu dan wawasan dari teori yang telah dijabarkan
dalam makalah ini, yang mengambil dari beberapa referensi buku dan juga dari
makalah yang mambahas hal yang sama.
2. Secara Praktis
Mahasiswa dapat menerapkan atau mempraktekkan bentuk dari Hubbul Amal
(Bekerja Keras) dan Istiqomah. Agar dapat mengaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Hubbul amal ialah mencintai apa yang kerjakan atau bekerja keras. Hubbul Amal
adalah salah satu akhlak islami. Bekerja keras merupakan melakukan sesuatu dengan
3
sungguh-sungguh untuk mencapai suatu yang diinginkan atau cita-citakan. Kerja keras
dapat dilakukan dalam segala hal, mungkin dalam bekerja mencari rizki, menuntut ilmu,
berkreasi, membantu orang lain, atau kegiatan yang lain.
Bekerja keras adalah salah satu ajaran islam yang wajib dibiasakan oleh umatnya.
Islam menganjurkan umatnya agar selalu bekerja keras untuk mencapai harapan dan
cita-cita.
Bekerja keras tidak hanya fisik. Akal dan pikiran harus terus digunakan untuk
memikirkan sesuatu yang lebih baik. Kemalasan akal atau malas berfikir lebih jelek dari
pada malas badan. Orang yang cerdas tetapi malas berfikir akan merusak jiwa, karena
pikiran-pikiran yang buruk serta rusak ada dalam tubuh manusia yang malas dan lemah.
Orang yang malas akan menjadi gelisah hatinya, lemah badannya dan membenci
kehidupan walaupun memiliki harta yang cukup. Terkait dengan hubbul amal/ kerja
keras Allah berfirman dalam surat Al-Qashash ayat 77:
“Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagian) negri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagianmundari (kenikmatan) duniawi dan
berbuatlah (kepada orang lain) sebaigamana Allah telah berbuat baik, kepadamu dan
janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Dengan demikian sikap bekerja keras dapat dilakukan dalam menuntut ilmu,
mencari rizki, dan menjalankan tugas sesuai dengan profesi masing-masing. Selain itu
Allah berfirman juga dalam surat At-Taubat ayat 105:
4
“Dan katakanlah: bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akn dikembalikan kepada (Allah)
yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikannya kepada kamu apa
yang telah kamu kerjakan.”
Ayat diatas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah khusus, seperti
shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah dimuka
bumi ini. Baha dalam surat At-Taubah diatas menguisyaratkan baha kita harus berusaha
sesuai dengan kemampuan kita dan hal itu akan diperhitungkan oleh Allah Swt. Orang
yang beriman dilarang bersifat malas, berpangku tangan dan menunggu keajaiban
menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah menciptakan alam beserta isinya
diperuntukkan untuk manusia. Namun untuk memperoleh mamfaat dari alam ini,
manusia harus berusaha dan bekerja keras. Rasulullah Saw juga menganjurkan umatnya
untuk bekerja keras.
Namun dalam hal ibadah khususnya, seperti shalat, hendaknya kita beranggapan
baha seolah-olah kita kan mati esok hari sehingga kita bisa beribadah dengan khusyu’.
(Ibrahim dan Darson, 2009 : 32)
Semua orang yang bekerja dapat dijadikan pekerjaan dan segala aktivitasnya
sebagai ibadah asalkan mereka berpegang pada ketentuan-ketentuan berikut ini :
5
Membentuk pribadi yang bertanggung jawab dan displin.
Mengangkat harkat martabat dirinya baik sebagai makhluk individu maupun
sebagai anggota masyarakat.
Meningkatkan taraf hidup orang banyak serta meningkatkan
Kebutuhan hidup diri dan keluarga terpenuhi.
Selalu menyadari bahwa hasil yang diperoleh dari jerih payahnya sendiri lebih
terpuji dan mulia dari pada menerima pemberian orang lain.
Menyadari sepenuhnya bahwa memberi lebih mulia dari pada meminta.
Memiliki semboyan tidak suka mempersulit orang lain dengan mengharap
bantuannya.
Islam memuji sikap bekerja keras dan mencela meminta-minta. (Masan Alfat,
2003 : 83)
d. Pembahasan
Bekerja keras merupakan melakukan segala sesuatu untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan atau yang dicita-citakan. Dan islam mengajarkan agar manusia menjaga
keseimbangan antara urusan dunia dan urusan diakhirat. Bekerja juga untuk duania juga
harus seimbang dengan beribadah di akhirat. Khusus untuk meraih kesuksesan dalam
kehidupan dunia, syaratnya harus dengan usaha dan bekerja keras.
Bekerja keras telah dicontohkan Rasulullah dan para sahabatnya, beliau bekerja
keras dengan cara berdagang untuk membantu perekonomian Abu Thalib. Usman bin
Afan bekerja keras hingga menjadi orang yang sukses. Contoh lain dapat ditemukan
dalam sebuah hadits yang mengisahkan bahwa seorang sahabat yang meninggalkan
urusan dunia agar lebih khusyu’ beribadah. Sahabat tersebut berniat terus menerus
verpuasa dan beribadah sepanjang hari, mendengar berita tersebut Rasulullah bersabda
baha orang-orang yang meninggalkan dunia dan lebih mengutamakan dunia akhirat,
bukan termasuk golongannya. Hadits lain juga menunjukkan pentingnya untuk bekerja
6
keras, sdeperti yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi bahwa Rasulullah pernah
bersabda yang artinya :
Orang yang ketika di dunia memilih untuk bekerja mencari rizki dengan cara
meminta-minta, pada hari akhir akan dibalas dengan meminta-minta panasnya api
neraka.
Contoh lain dari kereja keras, pak jahid seorang pedagang sayuran yang bekerja
tanpa kenal lelah . suatu hari usaha yang dilakukan pak jahid kurang menguntungkan
karena sayuran yang sudah dibawa kepasar induk tidak habis terjual. Pak jahid terus
berusaha supaya daganganya laris terjual dan hasilnya diserahkan kepada istrinya untuk
membiayai keluarganya.
Untuk membiasakan berprilaku Hubbul amal atau bekerja keras harus dilandasi
dengan niat yang baik. Niat untuk beribadah kepada Allah Swt. Awal suatu pekerjaan
harus dengan menyebut nama Allah dan dilakukan dengan cara sungguh-sungguh dan
sepenuh hati. Dan setelah bekerja akhirilah dengan menyebut nama Allah dan setelah
itu hasilnya serahkanlah kepada Allah Swt.
2.3. ISTIQOMAH
a. Pengertian Istiqomah
7
“maka karna itun serulah (mereka pada agama itu) dan istiqomahlah sebagaimana
yang diperintahkan kepadamu janganlah kamu mengikuti hawa nasu mereka.”
Al-Wasithi
Ali Ad-Daqqaq
Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan unsur-unsur utama istiqomah, yakni:
Berpegang pada akhidah yang benar, yakni akidah Ahlu sunnah aljamaah.
Melaksanakan tuntutan syariat islam berpandukan pada Al-Qur’an dan hadits.
Mempunyai prinsip dan keyakinan yang tidak akan berubah atau goyah.
Tidak terpengaruh oleh godaan hawa nasu dan syaitan.
Tidak tunduk pada tekanan demi melaksanakan tanggung jawab dan
mempertahankan kebenaran.
“Dari Abu Sufyan bin Abdillah R.a telah berkata : wahai rasulullah katakanlah
kepadaku pesan dalam islam sehingga aku tidak perlu berkata pada orang lain selain
8
engkau. Nabi menjawab : katakanlah aku telah beriman kepadan Allah kemudian
beristiqomah.”
Orang yang istiqomah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan
bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada tantangan hidup, ibadah
tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan halal haram, di caci
di puji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas, ia tidak tergoda
melakukan kemaksiatan.
Istiqomah hati
Istiqomah lisan
Istiqomah ini memelihara lisan atau tutur kata dari pada kata-kata yang
senantiasa berkata benar dan jujur, setepat kata yang yang berpegang pada prinsip
kebenaran dan jujur, tidak berpura-pura, tidak bermuka-mukda dan tidal berdolak-
dalik.
9
Istiqomah lisan terdapat terdapat pada orang yang beriman,
berani menyatakan dan mempertahankan kebenaran dan hanya takut kepada Allah
Swt. Allah pun berfirman pasa surat Ibrahim ayat 27
Istiqomah perbuatan
Istiqomah ini tekun bekerja atau melakukan amalan atau melakukan apa saja
usaha untuk mencpai kejayaan yang di ridhoi Allah. Dengan kata lain istiqomah
perbuatan merupakan sikap dedikasi dalam melakukan sesuatupekerjaan,
perusahaan dan perjuangan menegakkan kebenaran, tanpa rasa kecewa, lemah
semangat atau putus asa. Sikap ini menjadi begitu rupa karena dorongan hati yang
istiqomah.
Semangat dan daya juang yang tinggi serta tidak mudah mengalah atau berputus
asa.
Prinsip yang benar berasaskan Al-Quran dan hadis Rasullah
Ilmu dan maklumat yang cukup.
Strategi yang kemas dalam perjuangan.
Usaha yang berterusan.
Yakin kepada takdir dan janji Allah Taala.
Berdoa dan bertawakal.
Bersyukur dan redha.
Sikap ini dapat diteladani daripada Rasullallah SAW, para sahabat, para mujahid,
syuhada’ dan salihin seperti yang tertera di dalam gambaran sejarah.
10
d. Hakekat dan Anjuran Istiqomah
Istiqomah artinya tegak dan lurus serta tidak condong. Dalam artian, sebagaimana
ungkapan Umar Ibnul Khattab ra, tegar dan komit dalam menunaikan segala perintah
dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan tuntunan Rasullullah SAW. Disamping tidak
condong atau menyimpang kepada jalan-jalan lain yang menjerumuskan ke jurang
kebinasaan. Definisi ini, sebenarnya telah diisyaratkan Rasulullah SAW, tatkala
membuat suatu garis lurus dengan tangan beliau, seraya bersabda:
“Ini adalah jalan Allah”. Kemudian beliau membuat garis-garis lain di samping
kiri dan kanannya, dan bersabda: “Ini adalah jalan-jalan (yang lain), tidak ada satupun
darinya melainkan padanya ada syetan yang menyeru kepadanya”. Beliau lalu membaca
ayat: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah
dia; dan jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu akan
mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya”. (Qs. Al An’am ayat 153)
Yang dimaksud istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus (benar)
dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup pelaksanaan
semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan meninggalkan semua bentuk
larangan-Nya. Inilah pengertian istiqomah yang disebutkan oleh Ibnu Rajab Al
Hambali. Di antara ayat yang menyebutkan keutamaan istiqomah adalah firman
Allah SWT:
علَ ْي ِه ُم ْال َم َلئِ َكةُ أ َ هَل تَخَافُوا َو ََل تَحْ زَ نُوا َوأ َ ْبش ُِروا ِب ْال َجنه ِة ِإ هن الهذِينَ قَالُوا َربُّنَا ه
َ َّللاُ ث ُ هم ا ْستَقَا ُموا تَتَن هَز ُل
َعدُونَ اله ِتي ُك ْنت ُ ْم تُو
Yang dimaksud dengan istiqomah di sini terdapat tiga pendapat di kalangan ahli
tafsir:
11
Istiqomah di atas tauhid, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakr Ash Shidiq
dan Mujahid,
Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah, sebagaimana
dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Al Hasan dan Qotadah,
Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput, sebagaimana
dikatakan oleh Abul ‘Aliyah dan As Sudi.
f. Pembahasan
Sikap istiqomah menunjukkan kekuatan iman yang merasuki seluruh jia, sehingga
seseorang tidak akan mudah goyah dan cepat menyerah pada tantangan dan tekanan.
Contoh saat kita melakukan sholat tahajud terus menerus untuk meminta
pertolongan kepada sang maha kuasa untuk dijalankan urusan dunianya. Dan
merekapun tidak pernah gampang menyerah walaupun do’a yang dipanjatkan belum
terkabul.
Mereka yang memiliki jiwa istiqomah adalah tipe manuisia yang merasakan
tekanan luar biasa walau penampakkannya diluar bagai seorang yang gelisah. Mereka
tentram karena apa yang dilakukan merupakan rangkaian ibadah sebagai bakti mahabah.
Tidak ada rasa takut apa lagi keraguan.
Dengan demikian istiqomah bukanlah berarti sebuah sikap yang jumud, tidak mau
adanya perubahan, namun sebuah kondisi yang tetap konsisten menuju arah yang
diyakininya dengan tetap terbuka terhadap gagasan inovatif yang akan menunjang atau
memeberikan kontribusi positif ubtuk mencapai tujuannya.
Menutut Dr. Nurcholis Madjid kesalahan itu timbul antara lain akibat persepsi
bahwa istiqomah mengandung makna yang statis. Istiqomah memang mengandung arti
kemantapan, tetapi tidak berarti kemandekkan, namun lebih dekat kepada arti stabilitas
yang dinamis.
12
Pribadi yang profesional dan berakhlak memiliki sikap konsisten yaitu
kemampuan untuk bersikap pantanga menyerah mampu mempertahankan prinsip serta
komitmennya. Walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya.
Mereka mampu mengendalikan dan mengelola emosinya secara efektif. Sikap konsisten
telah melahirkan kepercayaan diri yang kuat dan memiliki integritas dan mampu
mengelola stres dengan tetap penuh gairah. Seorang yang istiqomah tidak mudah
berbelok arah betapapun godaannya untuk mengubah tujuan begitu memikatnya. Dia
tetap pada niat yang semula.
Maka dari itu kita senantiasa meningkatkan iman dan memohon kepada Allah agar
bisa istiqomah dalam beramal shaleh. Terlebih dalam dua hal, yaitu istiqomah dalam
keikhlasan mengikuti ajaran Allah dan Rasul.
13
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Kerja keras merupakan akhlak terpuji yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang,
terutama bagi seorang pelajar dalam proses pendidikan.
Istiqomah adalah tegak dihadapkan Allah Swt atau tetap pada jalan yang lurus
dengan tetap menjalankan kebenaran dan memenuhi janji, baik yang berkaitan dengan
ucapan, perbuatan sikap dan niatatau pendek kata yang dimaksud dengan istiqomah
adalah menempuh jalan yang lurus dengan tidak menyimpang dari ajaran tuhan.
Istiqomah juga bisa diartikan dengan tidak goncang gancing dalam menghadapi
kehidupan dengan tetap bersandar dengan tetap perpegang pada tali Allah st dan sunnah
Rasul.
3.2. SARAN
Atas ijin Allah yang maha kuasa, kami dapat menyelesaikan dan mewujudkan
makalah ini sebagaimana niat pertama yakni untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
pengampu Agama 4. Dalam makalah ini tentu masih ada kekurangan dan mungkin
terdapat kekeliruan atau ketidakcocokan di hati pembaca. Maka dari itu, diperlukan
ungkapan kritik dan juga saran dari para pembaca demi kualitas makalah yang lebih
baik lagi.
Dari makalah ini penulis selalu berharap semoga apa yang ada di dalam makalah
ini bisa bermanfaat dan berguna untuk pembaca supaya bisa diaplikasikan dalam
kehidupan yang nyata. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami selaku penulis meminta maaf. Selamat membaca.
14
DAFTAR PUSTAKA
I. Suar,Teja. 2004. Islam Saja! Bekal bagi pemuda Muslim. Bandung : Kalam Upi Press.
II. Ibrahim dan Darsono. 2009. Membangun Akidah dan Akhlak. Solo: PT. Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri.
III. Multahim, dkk. 2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Yudistira.
IV. Anwar, Rasihon. 2009. Akhlak Tasawuf. Bandung Pustaka Media.
15