Anda di halaman 1dari 31

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/317717590

Ikatan kovalen, struktur Lewis, hibridisasi, VSPR, kepolaran ikatan, muatan


formal, cuplikan buku non komersial, free download untuk bahan ajar

Chapter · January 2009

CITATIONS READS

0 12,690

1 author:

Adlim Adlim
Syiah Kuala University
49 PUBLICATIONS   223 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Rural Science Education View project

Local (Aceh) fisheris study View project

All content following this page was uploaded by Adlim Adlim on 21 June 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


41

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar:

Memahami konsep struktur Lewis dalam pembentukan


ikatan kovalen dan bentuk-bentuk resonansinya dalam
menggambarkan geometri molekul

INDIKATOR
Setelah proses pembelajaran ini selesai diharapkan
mahasiswa dapat :
2. Menuliskan konfigurasi elektron dan menentukan
elektron valensi.
1. Menuliskan struktur Lewis senyawa kovalen.
2. Menerangkan konsep resonansi.
3. Menjelaskan struktur Lewis yang paling stabil
berdasarkan konsep muatan formal.
4. Menggambarkan geometri molekul dan sudut
ikatan

Adlim, Kimia Anorganik,


42

Adlim, Kimia Anorganik,


43

STRUKTUR LEWIS DAN


IV IKATAN KOVALEN

4.1 Pendahuluan

Dalam ikatan kimia berkembang teori ikatan yaitu teori


ikatan valensi atau Valence Bond Theori (VBT), teori orbital
molekul atau Molecular Orbital Theory (MOT) dan teori medan
kristal atau Crystal Field Theory (CFT). Teori ikatan valensi
merupakan yang paling luas digunakan karena lebih mudah
diaplikasikan pada berbagai senyawa. Sementara MOT sering
direpotkan oleh persamaan-persamaan gelombang dan simbul-
simbul simetri orbital. Demikian juga CFT hanya lazim
digunakan untuk menjelaskan ikatan dalam senyawa koordinasi.
Teori ikatan ini akan diperkenalkan dan pokok bahasan ini
dimulai dengan VBT.

4.2 Ikatan Kovalen

Senyawa-senyawa organik seperti gas metana dalam


LNG (liquid natural gas), ammonia (bahan kimia dalam mesin
kulkas dan bahan baku pupuk), polivenil klorida (PVC, bahan
baku pipa plastik) merupakan contoh senyawa berikatan
kovalen. Ikatan kovalen biasanya dijelaskan dengan teori MOT
dan VBT.
MOT (Molecular Orbital Theory, atau teori orbital
molekul) dapat memberikan informasi yang lebih akurat pada
molekul yang kecil dan sederhana namun teori ikatan tersebut
semakin sukar digunakan untuk menerangkan ikatan pada
molekul yang besar dan kompleks. Pada teori VBT dianggap
bahwa elektron yang berperan dalam pembentukan ikatan kimia
ialah elektron valensi. Elektron valensi atau elektron pada kulit
Adlim, Kimia Anorganik,
44
terluar dari suatu atom dapat dilukiskan sebagai titik atau garis
yang mengelilingi simbol atom. Teknis penulisan ini dikenal
dengan Struktur Lewis karena G.N. Lewis sebagai pelopor
dalam sistem penulisan tersebut.
Telah diketahui sejak lama bahwa gas mulia adalah
unsur-unsur yang stabil. Kesetabilan unsur ini ditandai dengan
tidak ditemukan senyawanya di alam karena sukar bereaksi
dengan unsur lain. Saat ini dengan kemajuan teknologi beberapa
senyawa gas mulia telah berhasil disintesis. Para ahli kimia
telah sependapat bahwa ksetabilan gas mulia berhubungan
dengan konfigurasi elektron valensi yang seragam yaitu 2 atau 8
seperti pada Tabel 4.1. Fenomena ini dihubungkan dengan
konfigurasi elektron valensi unsur lain yang dikenal tidak
setabil. Ternyata unsur yang tidak stabil tersebut tidak
menyerupai konfigurasi elektron valensi gas mulia. Dengan
demikian disimpulkan bahwa atom cenderung mencapai stabil
jika elektron valensinya mencapai dua (doublet) atau delapan
(octed) sebagaimana konfigurasi gas mulia. Namun teori ini
terdapat banyak pengecualian atau disebut penyimpangan
aturan okted.

Struktur Lewis
Sebelum membahas struktur Lewis, konsep konfigurasi
elektron, elektron valensi harus dikuasai. Konsep ini sudah
banyak dibahas dalam kuliah kimia dasar mapun ikatan kimia.
Elektron valensi golongan alkali, alkali tanah serta blok p,
sesuai dengan nomor golonganya.

Misalnya fosfor mempunyai 5 elektron valensi maka struktur


Lewis fosfor ditulis sebagai berikut :

Adlim, Kimia Anorganik,


45
Tabel 4.1. Konfigurasi unsur gas mulia
Elektron
Jenis unsur Konfigurasi elektron Sifat
Valensi
2
He : 1s 2 Stabil
Ne : [He] 2s2 2p6 8 Stabil
Ar : [Ne] 3s2 3p6 8 Stabil
Gas mulia Kr : [Ar] 3d10 4s2 4p6 8 Stabil
Xe : [Kr] 4d10 5s2 5p6 8 Stabil
Rn : [ Xe] 4f14 5d10 6s2 6p6 8 Stabil
Na : [Ne] 3s1 1 Tdk stabil
Unsur lain H : 1s1 1 Tdk stabil
Br : [Ne] 3s2 3p6 7 Tdk stabil

Untuk senyawa poliatomik, garis sering digunakan untuk


melukiskan pasangan elektron ikatan dan titik atau silang untuk
elektron bebas. Ilustrasi struktur hidrogen florida ditulis sebagai
berikut :

H F

Dari struktur Lewis ini dapat dilihat bahwa ada satu pasang
elektron ikatan dan tiga pasang elektron bebas.
Prinsip utama dalam penulisan struktur Lewis ialah
kecenderungan atom mencapai elektron valensi 2 (doblet ) atau
delapan (oktet) mengikuti struktur gas mulya yang terkenal
stabil. Dalam kuliah ikatan kimia telah dijelaskan kestabilan gas
mulia berhubungan dengan orbital valensinya yang sudah penuh
yaitu 2 atau 8. Hidrogen hanya mempunyai satu elektron dan
berusaha agar elektron valensi menjadi dua dengan cara
bergabung dengan sesama atom hidrogen atau atom yang lain.
Karena itu kita kenal adanya gas H2 yang stabil dan tidak ada
gas H3. Demikian juga gas O2 yang sangat stabil dibandingkan
dengan ozon (O3). Kebanyakan unsur utama yang mempunyai
empat orbital valensi (satu type s dan 3 tipe p) cenderung
mencapai oktet (delapan elektron valensi). Sebagai contoh
oksigen yang mempunyai 6 elektron valensi cenderung
membentuk dua ikatan misalnya dengan dua atom Flour untuk
menghasilkan senyawa yang stabil, OF2.
Adlim, Kimia Anorganik,
46
Dengan pemakaian elektron bersama maka terbentuk ikatan
sehingga elektron velensi masing-masing atom sudah mencapai
delapan. Elektron ikatan adalah elektron yang dimiliki bersama
oleh kedua atom.

Elektron milik bersama;


F O F elektron ikatan

Beberapa pedoman penulis struktur Lewis

1. Senyawa yang mempunyai formula umum MXn maka M


(atom yang spesial/atom pusat) biasanya diletakkan di
tengah dan memiliki n buah ikatan M-X. Contoh ion nitrat
NO3-
O N
N O O N O O O O
O
atau tapi bukan
O

2. Hidrogen dan halogen umumnya membentuk satu


ikatan (H-, Cl-). Unsur golongan 16 (VI A) seringkali
membentuk dua ikatan (O =, -O-). Unsur golongan 15
(VA) cenderung membentuk tiga ikatan (N, -N= ).
Golongan 14 (IVA) biasanya membentuk empat ikatan
(=C=, -C ).

3. Unsur golongan 2 (IIA) dan golongan 13 (IIIA) sering


disebut unsur kekurangan elektron (elektron-dificient).
Unsur ini dalam struktur Lewis senyawa kovalennya
sering kurang dari 8 elektron dan disebut juga
penyimpangan hukum okted.

Contoh : boron dalam senyawa BF3


F

B F
F

Adlim, Kimia Anorganik,


47
B setelah bergabung dengan 3 F maka elektron
valensinya hanya 6.

3. Unsur setelah nomor atom 12 seringkali termasuk


unsur hipervelent yaitu dapat mengekspansi kulit
terluarnya hingga mengandung lebih dari 8 elektron
pada senyawa tertentu. Hal ini dapat terjadi karena
melibatkan orbital-orbital d yang masih kosong.

Contoh: P dalam PCl5 Cl


Cl Cl
P
Cl Cl

4. Senyawa berikatan berikatan rangkap dua dan tiga dapat


membentuk ikatan  (phi). Ikatan tersebut lebih effektif jika
jarak antar inti berdekatan, maka unsur seperti C, N, O, P
dan S adalah unsur golongan utama yang dapat membentuk
ikatan rangkap.

Ketentuan-ketentuan ini bukan merupakan aturan baku dan


terdapat beberapa Pengecualian. Namun konsep tersebut dapat
membantu mempermudah penulisan struktur Lewis.

Latihan : Tuliskan struktur Lewis senyawa berikut ini mulai dari


kelompok soal tingkat dasar dan kemudian lanjutkan kelompok
soal tingkat tinggi

(soal tk. dasar): CO2, H2O, CH4, CHCl3, BeF2, BCl3, PCl3
(soal tk. tinggi): CH3PF4, OSF4, XeO2F2, PF4Cl, PF3Cl2, SF3Cl

Jika anda dapat menuliskan struktur soal tingkat tinggi dengan


benar berarti anda sudah menguasai topik ini dengan sempurna.

Resonansi dan Muatan Formal


Beberapa molekul dapat mempunyai lebih dari satu
struktur Lewis. Altenatif-alternatif struktur Lewis tersebut
disebut struktur resonasi dan molekul tersebut disebut hibrida
Adlim, Kimia Anorganik,
48
resonansi (resonace hybrid). Sebagai contoh SO2 dapat ditulis
dengan dua alternatif struktur Lewis yaitu :

O S O O S O
Kedua struktur ekivalen tapi tidak identik. Struktur resonansi ini
dapat diterima dan tidak dapat ditentukan struktur mana yang
paling stabil. Sehingga struktur Lewis SO2 dapat ditulis sebagai
berikut :

S
O O
Contoh lain penulisan struktur resoansi dapat dilihat pada
benzena

Tetapi struktur struktur Lewis pada ion tiosianat tidak ekivalen


sebagaimana pada struktur resonansi SO2. Ion tiosianat (SCN-)
dapat ditulis dengan tiga struktur bentuk Lewis yaitu :

[ S C N ]- [ S C N ]- [S C N ]-

Coba perhatikan semua atom pada setiap struktur memiliki


elektron valensi okted. Jadi struktur mana yang paling stabil ?
Kita dapat menjawab dengan cara menganalisis dengan konsep
muatan formal (Formal Charge, FC).

Muatan Formal (Formal Charge, FC)


Muatan formal dapat didefinisihkan sebagai muatan
yang diberikan kepada atom dalam suatu molekul atau ion
Adlim, Kimia Anorganik,
49
dengan asumsi bahwa ikatan-ikatannya merupakan ikatan
kovalen murni. Muatan formal suatu atom dapat ditentukan
dengan rumus :
1
FC   elek Valensi   elek bebas   elek ika tan
2
FC = Formal Charge (Muatan Formal),  = Jumlah
Contoh : Tentukan muatan formal masing-masing atom pada
struktur Lewis ion tiosianat

[ S C N ]- [ S C N ]- [ S C N ]-
(a) (b) (c)

FC S = 6-4-(0,5)4= 0 FC S = 6-2-(0,5)6= +1 FC S = 6-6-(0,5)2= -1


FC C = 4-0-(0,5)8= 0 FC C = 4-0-(0,5)8= 0 FC C = 4-0-(0,5)8= 0
FC N = 5-4-(0,5)4=-1 FC N = 5-6-(0,5)2= -2 FC N = 5-2-(0,5)6= 0

Jumlah total muatan formal atom-atom sama dengan muatan


dari molekul/ionnya. Jadi total muatan formal masing-masing
struktur adalah -1 dan ini sama dengan muatan ion tiosianat.

Kriteria Kestabilan Struktur Lewis Menurut Konsep Muatan


Formal
1. Yang paling sedikit jumlah atom-atom yang bermuatan
(non zero formal charge)
2. Tidak terdapat atom yang bermuatan berdekatan
3. Muatan negatif terdapat pada atom yang mempunyai
elektronegatifitas tinggi dan muatan positif terdapat
pada atom berelektronegatifan rendah. Urutan nilai
elektrogetifitas beberapa atom yang sering membentuk
ikatan kovalen :
B < P < S < C < N < O < Cl < F

Urutan kriteria ini penting diperhatikan. Seandainya kriteria


pertama sudah terpenuhi maka kriteria berikutnya dapat
diabaikan.
Kembali ke ion tiosianat di atas, maka kriteria pertama tidak
dapat menjawab persoalan karena ketiga struktur memiliki atom
Adlim, Kimia Anorganik,
50
yang bermuatan. Menurut kriteria kedua struktur yang stabil
adalah (a) dan (c). Struktur (b) paling tidak stabil karena (b)
memiliki dua atom yang bermuatan. Namun diperlukan kriteria
ketiga untuk menilai yang paling stabil antara struktur (a) dan
(b). Menurut urutan nilai keelektronegatifan, atom N lebih
pantas bermuatan negatif dibandingkan S. Maka struktur yang
paling stabil adalah (a).
Muatan formal juga dapat digunakan untuk menilai
struktur Lewis yang memiliki elektron valensi ganjil (radikal).
Contoh nitrit oksida dapat ditulis dengan dua kemungkinan
struktur Lewis yaitu

N O N O
(a) (b)

Kalau diperhatikan struktur ini sama-sama memiliki satu atom


yang tidak okted. Struktur (a) elektron tidak berpasangan
terdapat pada atom N sedangkan struktrur (b) elektron yang
tidak berpasangan tersebut ada pada atom O. Muatan formal (a)
semuanya nol sedangkan muatan formal (b) adalah +1 dan -1,
maka (a) lebih stabil atau struktur yang Lewis yang paling dapat
diterima.
Muatan formal dapat juga digunakan untuk
memperkirakan struktur topologi molekul. Misalnya ion
fulminat, CNO- dimana N sebagai atom pusat. Garam
Pb(CNO)2 sangat reaktif digunakan sebagai bahan detonator
(bahan pemicu ledakan). Ion CNO - bereaksi dahsyat berubah
menjadi ion sianat, NCO- yang lebih stabil. Coba perhatikan
bahwa ion fulminate, CNO- dimana N sebagai atom pusat
sedangkan ion sianat, NCO-, C sebagai atom pusat. Perbedaan
kereaktifan kedua ion ini dapat diterangkan dengan konsep
muatan formal. Coba bandingkan muatan formal masing-
masing ion dan jelaskan struktur mana yang paling stabil sesuai
dengan kriteria di atas.
-
[ C N O ]
Adlim, Kimia Anorganik,
51

-
[ C N O ] [ N C O ]-
ion fulminat ion sianat

Asam nitrit, HNO2 dapat memiliki beberapa topologi molekul


yaitu

O
H N H O N O H N O O
O
(a) (b) (c)

Menurut kretaria muatan formal struktur (b) yang paling stabil


dan ternyata juga sesuai hasil eksperimen, topologi yang benar
adalah struktur (b).

Soal-Soal latihan

1. Tuliskan konfigurasi elektron O, P, Ne, Ar, Xe dan


menentukan elektron valensinya.
2. Tuliskan struktur Lewis senyawa kovalen NHF2, HCN
dan SiBr4
3. Terangkan konsep resonansi dalam struktur benzena
4. Tuliskan struktur Lewis yang paling stabil berdasarkan
konsep muatan formal untuk OCS, CNO- dan NCO-

Adlim, Kimia Anorganik,


52

Adlim, Kimia Anorganik,


53

TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetensi Dasar:

Memahami kronologis penyusunan ikatan kovalen,


kharakteristik ikatan serta konsekuensinya terhadap
kharakteristik fisik dan sifat kimia senyawa.

INDIKATOR
Setelah proses pembejaran ini selesai diharapkan
mahasiswa dapat :
1. Menjelaskan konsep hibridisasi.
2. Menjelaskan pengaruh hibridisasi terhadap
panjang ikatan
3. Menerangkan teori VSEPR.
4. Menerangkan hubungan, hibridisasi dengan
struktur molekul serta sudut ikatan berdasarkan
konsep VSEPR.
5. Memperkirakan kepolaran ikatan berdasarkan
data kelektronegatifan dan geometri
molekulnya.
6. Menjelaskan jenis-jenis gaya antar molekul
7. Menjelaskan akibat gaya antar molekul terhadap
titik didih senyawa

Adlim, Kimia Anorganik,


54

Adlim, Kimia Anorganik,


55

HIBRIDISASI, BENTUK DAN


V KEPOLARAN MOLEKUL

5.1 Hibridisasi

Atom mempunyai orbital-orbital yang memiliki tingkat


energi yang berbeda-beda. Misalnya orbital s mempunyai
tingkat energi yang rendah dibandingkan orbital p dan orbital d.
Dalam proses terbentuknya molekul atau ikatan kimia maka
sebahagian orbital atom pusat bercampur menghasilkan suatu
kumpulan orbital yang memiliki energi yang sama atau disebut
orbital terdegenerasi. Orbital yang baru ini disebut orbital
hibrida, dan akan overlap dengan orbital ligand. Proses
pencampuran orbital dikenal dengan istilah hibridisasi.
Ilustrasi hibridisasi orbital 1 orbital s dan 1 orbital p pada
sumbu-z untuk menghasilkan orbital hibrida sp dapat dilihat
pada Gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 5.1. Ilustrasi terjadinya orbital hibrida sp


Adlim, Kimia Anorganik,
56
Tabel 5.1 Beberapa orbital hibrida yang terbentuk-orbital
atom pusat
Hibridisasi
Jumlah Jumlah Jumlah Menghasilkan
orbital s orbital p orbital d orbital hibrida
1 1 0 sp
1 2 0 sp2
1 3 0 sp3
1 3 1 dsp3
1 3 2 d2sp3

Karakter orbital s ialah lebih padat dan cenderung membentuk


ikatan yang pendek dibandingkan orbital p, d dan f. Dengan
demikian orbital hibrida yang memiliki karakter s yang tinggi
cenderung lebih menghasilkan ikatan yang lebih pendek.
Contoh : orbital sp2 ; memiliki 1 orbital s dan 2 orbital p maka
kharakter s adalah 1/3 dari total orbital (3 orbital) atau 33%
(Tabel 2.2 & 2.3). Energi ikatan meningkat mengikuti urutan
orbital hibrida ;

sp < sp2 < sp3 < dsp3 < d2sp3

Ikatan antara atom karbon dan hidrogen, C-H menjadi semakin


panjang bilamana hibridisasi karbon beruba dari sp menjadi sp2
dan sp3 dimana karakter orbital semakin berkurang.

Tabel 5.2 Kharakter s pada orbital hibrida, jenis ikatan


dan panjang ikatan -C-H
Senyawa Hibridisasi %s dC-H, pm
HCCH Sp 50 105.7
2
H2C=CH2 sp 33 107.9
H3C-CH3 sp3 25 109.4

Peningkatan panjang ikatan juga terjadi ikatan antara karbon-


karbon, C-C jika karakter s berkurang

Adlim, Kimia Anorganik,


57
Tabel 5.3 Kharakter s pada orbital hibrida, jenis ikatan
dan panjang ikatan -C-C-
Senyawa Hibridisasi %s dC-H, pm
HCC-CCH Sp 50 137
2
H2C=CH-CH=CH2 sp 33 146
H3C-CH2-CH2-CH3 sp3 25 154

5.2 Bentuk Molekul

Karbon tetraklorida, ammonia dan air semuanya


mempunyai hidridisasi sp3 dan terbentuk dari unsur-unsur yang
berbeda elektronegatifitasnya. Kenyataannya molekul-molekul
tersebut berbeda kepolarannya dan memiliki memiliki sudut
ikatan yang berbeda pula. Salah satu cara memprediksi bentuk
molekul dan kepolarannya ialah dengan konsep Valence Shell
Elektron Repulsion (VSEPR) atau Konsep tolakan elektron
valensi. Pada dasarnya teori ini menjelaskan bahwa bentuk atau
geometri molekul tergantung pada tolakan-tolakan elektron-
elektron valensinya. Kekuatan tolakan elektron valensi dalam
sebuah molekul dapat diurutkan sebagai berikut :
Pasangan elektron bebas versus pasangan elektron bebas >
pasangan elektron bebas versus pasangan elektron ikatan >
pasangan elektron ikatan versus pasangan elektron ikatan.
Versus berarti lawan

Contoh :
pasangan elektron bebas
H NH
pasangan elektron H
ikatan
atom pusat
Beberapa senyawa ABn memiliki tolakan elektron
elektron yang berimbang sehingga sudut-sudut ikatannya
seragam. Geometri seperti ini dikenal dengan bentuk standard
atau ideal untuk struktur molekul linier, segi tiga planar,
Adlim, Kimia Anorganik,
58
tetrahedral, primidal, trigonal bipiramidal dan oktahedral.
Adanya tolakan elektron pasangan elektron bebas menyebabkan
bentuk standard berubah atau terdistorsi sehingga sudut ikatan
juga berubah dibandingkan dengan struktur standardnya.
Contoh-contoh geometri molekul yang memiliki tolakan
pasangan elektron berimbang sebagai berikut:

1. Atom pusat yang mempunyai dua elektron valensi (misalnya


AB2) Berillium hidrida (BeH2)
Elektron valensi Be adalah 2 dan H adalah 1, maka struktur
Lewis BeH2 adalah
H-Be-H, hibridisasi atom pusat Be adalah sp dengan
demikian elektron ikatan H-Be dan Be-H saling tolak
menolak dan tolakan tersebut beimbang sehingga sudut
ikatannya 180oC. Geometri molekul ini adalah linier.
2. Atom pusat yang mempunyai tiga elektron valensi,
(misalnya AB3, B disini bukan
Boron tapi huruf B)

contohnya : Boron tetraiodida (BI3).


Elektron valensi B adalah 3 dan I adalah 7, hibridisasi atom
pusat B ialah sp2 maka struktur Lewis BI3 adalah
I
I
120o
B B
I I
I I
Juga dalam struktur ini tolakan pasangan-pasangan elektron
berimbang sehingga sudut ikatan sama yaitu 360/3 = 120o.
Geometri molekulnya adalah segitiga planar. Planar artinya
berada pada suatu bidang datar.

3. Atom pusat yang mempunyai empat elektron valensi


(misalnya AB4)

contohnya : Metana (CH4).


Adlim, Kimia Anorganik,
59
Elektron valensi C adalah 4 dan H adalah 1, hibridisasi
atom pusat C iaitu sp3 maka struktur Lewis CH4 adalah
H H

H C H C 109.5o

H H
H
H

Karena tolakan elektron ikatan berimbang maka sudut ikatannya


seragam iaitu 109,5oC.

4. Atom pusat yang mempunyai lima elektron valensi


(misalnya AB5)

contohnya : Pospor pentaflorida (PF5).


Elektron valensi P adalah 5 dan F adalah 7, hibridisasi dsp3
maka struktur Lewis PF5 adalah

F F
90o F
F F
P F P 120o

F F F

Sama seperti beberapa contoh di atas bahwa tolakan elektron-


elektron berimbang menyebabkan sudut ikatan pada bidang
datar adalah 120oC iaitu identik dengan sudut trigonal planar.
Sedangkan pada bidang horizontal sudut ikatannya 90 o dan
geometri ini disebut trigonal bipiramidal.

5. Atom pusat yang mempunyai enam elektron valensi


(misalnya AB6) contohnya : Sulfur heksaflorida (SF5).

Elektron valensi S adalah 6 dan F adalah 7, hibridisasi atom


pusat S adalah d2sp3 .
Struktur molekul ini merupakan geometri oktahedral dengan
sudut ikatan yang seragam iaitu 90o baik vertikal maupun

Adlim, Kimia Anorganik,


60
horizontal. Hal ini disebabkan terjadinya tolakan yang
berimbang dari semua pasangan elektron.

maka struktur Lewis SF6 adalah


F
F F
S
F F

Tolakan yang tidak berimbang menyebab menyebabkan


perubahan dari bentuk ideal misalnya pada molekul SF4. Pada
molekul NH3 terdapat satu pasang elektron bebas di atom pusat
N. Elektron ini menolak elektron ikatan yang lain (ingat tolakan
elektron bebas versus elektron ikatan > elektron ikatan versus
elektron ikatan) akibatnya sudut ikatan berkurang dari 109,5o
(untuk geometri tetrahedral yang ideal dengan hibridisasi yang
sama iaitu sp3) berkurang menjadi 107,3o.

tolakan ps e bebas vs ps e ikatan


N
H
H
H
o
107.3

Agar jumlah ligan dan elektron bebas pada atom pusat dapat
digunakan sebagai acuan untuk menentukan hibridisasi, dan
struktur Lewis dan geometri molekul serta sudut ikatannya
maka hubungan-hubungannya dapat dijelaskan dalam Tabel 5.4.
Sejumlah contoh bentuk-bentuk ideal geometri molekul
yang tidak mempunyai elektron bebas di atom pusat telah
dijelaskan di atas dan gambar model molekul tiga dimensi
tertera pada Gambar 5.2. Sedangkan geometri molekul yang
menggandung pasangan elektron bebas di atom pusat, struktur
molekulnya dipengaruhi oleh jumlah pasangan elektron bebas.
Adlim, Kimia Anorganik,
61
Penempatan elektron bebas dalam struktur molekul diatur
sedemikian hingga tolakan ke semua bidang berimbang. Pada
Gambar 5.3 berikut ini digambarkan posisi pasangan elektron
bebas yang semestinya dalam menggambarkan geometri suatu
molekul. Bulatan yang ada di tengah merupakan posisi atom
pusat sedangkan bulatan yang berbentuk balon terpilin
merupakan pasangan elektron bebas di atom pusat. Pada
geometri linier, segitiga planar (datar) dan tetrahedral,
penggambaran posisi elektron bebas dapat pada sembarang
sumbu (yang seharusnya ditempati oleh atom) karena semua
posisi tersebut akan menghasilkan tolakan yang berimbang.
Lain halnya dengan geometri segitiga bipiramidal dan
oktahedral, posisi elektron harus berada pada sumbu tertentu
untuk menghasilkan tolakan yang berimbang seperti yang
diilustrasikan pada Gambar 5.3. Sepasang elektron bebas pada
geometri segitiga bipiramidal misalnya harus ditempatkan pada
posisi bidang horizontal dan bukan pada sumbu vertikal. Sebab
pada posisi horizontal hanya dua atom yang terimbas kuat oleh
tolakan elektron bebas sedangkan jika pada posisi vertikal
elektron bebas akan menolak 3 atom.
Contoh soal 2.1
Tuliskan struktur Lewis, gambarkan geometri molekul dan
perkirakan sudut ikatan untuk molekul SF4.
Elektron valensi S adalah 6 dan F adalah 7,

F
F
S
F
F
Dari struktur Lewis SF4 (contoh soal 2.1) dapat terlihat bahwa
terdapat 4 ligand dan 1 pasang elektron bebas di atom pusat.
Maka sistem yang sesuai iaitu AB4E dan memiliki hibridisasi
atom pusat dsp3. Geometri molekul sesuai dengan
hibridisasinya dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan ilustrasi
geometri molekulnya digambarkan pada Gambar 5.2 dan 5.3.

Adlim, Kimia Anorganik,


62
Tabel 5.4 Prediksi model VSEPR untuk Sistem ABxEy
(UNTUK ATOM PUSAT)
Geometri Molekul Pre-
Jml Jml
Tot- diksi
ps ps Hibri- Contoh
al Sistem Ideal (tanpa pengaruh Sudut
EI EB disasi
e bebas) tolakan EB ikatan

1 1 2 AB2 sp Linier linier 180o CO, CN-


2 0 2 AB2 sp linier linier 180o BeCl2, CO2
3 0 3 AB3 sp2 Segitiga Segitiga 120o CO32-, BF3
planar planar
2 1 3 AB2E sp2 Segitiga Angular <120o SnCl2,
planar (bersudut) NO22-
4 0 4 AB4 sp3 Tetrahedral Tetrahedral 109.5o N(CH3)4+,
CH4
3 1 4 AB3E sp3 Tetrahedral Piramidal <109. P(CH3)3,
5o NH3
2 2 4 AB2E2 sp3 Tetrahedral Angular <109. H2O, H2S,
(bersudut) 5o H2Se
5 0 5 AB5 dsp3 Trigonal Trigonal 90o, PCl5,
bipiramidal bipiramidal 120o Fe(CO)5
4 1 5 AB4E dsp3 Trigonal Tetrahedral <90o, SF4
bipiramidal terdistorsi <120o
3 2 5 AB3E2 dsp3 Trigonal Bentuk T <90o BrF3, ClF3
bipiramidal
2 3 5 AB2E3 dsp3 Trigonal Linier 180o ICl2-, XeF2
bipiramidal
6 0 6 AB6 d2sp3 Oktahedral Oktahedral 90o SF6
5 1 6 AB5E d2sp3 Oktahedral Piramida <90o BrF5
segiempat
4 2 6 AB4E2 d2sp3 Oktahedral Segiempat 90o ICl4-
planar
3 3 6 AB3E3 d2sp3 Oktahedral Bentuk T <90o ?
2 4 6 AB2E4 d2sp3 Oktahedral Linier 180o ?
EI = electron ikatan; EB = electron bebas di atom pusat;
IR = ikatan rangkap di atom pusat

Jika terdapat ikatan rangkap maka dihitung sebagai ikatan tunggal ;


contoh : X=M=Y, jumlah ikatan = 2

Pada kolom sistem;


A adalah simbol untuk atom pusat, B ; simbol ligand,
E adalah simbol pasangan elektron bebas di atom pusat.
Indek x, dan y menunjukkan jumlah pasangan elektron ikatan dan jumlah
pasangan elektron bebas di atom pusat.

Adlim, Kimia Anorganik,


63

90o
180o

linier segitiga
bipiramidal
120o

120o

segitiga 90o
planar
(datar)
oktahedral
90o
109,5o
tetrahedral

Gambar 5.2 Geometri molekul (ideal) tanpa pasangan elektron bebas di


atom pusat

Adlim, Kimia Anorganik,


64

Sesuai dengan Tabel 5.4 sudut ikatannya < 120o untuk bidang
horizontal dan < 90o untuk bidang vertikal. Bentuk geometri
molekul adalah tetraderal terdistorsi. Sebenarnya posisi elektron
bebas dapat saja di posisi atas atau bawah bidang datar namun
posisi tersebut tidak menyebabkan tolakan yang berimbang
seperti gambar berikut ini.

F
F S

F
F
menyebabkan tolakan pasangan elektron yang tidak
berimpang, maka bukan geometri molekul yang benar

2-3 Kepolaran Ikatan


Suatu senyawa yang atom-atomnya memiliki perbedaan
elektronegativitas yang tinggi maka akan ada momen dipole
sehingga bersifat polar. Pada senyawa HCl selisih
elektronegatifitas (3,16-2,20 = 0,96), Cl mempunyai
elektronegatifitas yang lebih tinggi dari pada H sehingga Cl
cenderung menarik elektron yang dipakai bersama terhadapnya
Cl akhirnya Cl bermuatan negatif. Atom H sudah kekurangan
elektron maka H menjadi bermuatan positif. Dengan demikian
ada momen dipole dan senyawa ini bersifat polar.
“ Makin besar selisih keelektronegatifan antara dua atom,
makin besar pula kepolarannya tetapi molekul tersebut tidak
memiliki titik pusat simetri, atau distribusi muatannya tidak
simetris”.
Suatu ikatan kovalen disebut non polar (tidak berkutup)
jika pasangan elektron yang dipakai bersama tertarik sama kuat
ke semua atom. Contoh : H2 dan Cl2 yang mempunyai selisih
ektronegatifitas nol merupakan senyawa non polar.
xx

H x H Cl x Cl x
x
xx

Adlim, Kimia Anorganik,


65
Dalam molekul CH4 dan CO2 sebenarnya terdapat perbedaan
elektronegatifas C dan H serta C-O yang tinggi namun tarikan
elektron antar atom berimbang karena struktur memiliki titik
pusat simetri dengan kata lain terbagi secara rata pada semua
sisi.
H
x
x
O x C xx O Hx C xH
x
H

Lain halnya dengan molekul air (H2O) yang simetris tetapi tidak
mempunyai titik pusat simetri. Tarikan terhadap elektron
menjadi tidak berimbang sehingga O cenderung bersifat
elektronegatif dan H cenderung bermuatan positif. Sehingga
terdapat momen dipole dan senyawa ini bersifat polar.

O
x x
H H
Contoh soal :
Nilai elektronegatifitas F, Cl, Br dan I masing-masing 4,0; 3,0;
2,8 dan 2,5 tentukan di antara senyawa halogen ini IBr, BrCl,
ICl, BrF Mana yang paling polar ?

Senyawa ionik yang bersifat polar biasanya tersusun dari unsur-


unsur yang mempunyai perbedaan keelektronegatifan yang
tinggi. Banyak molekul yang tersusun dari unsur yang
mempunyai perbedaan keelektronegatifan tinggi namun bersifat
non polar seperti yang terlihat dalam Tabel 5.5 berikut ini:

Adlim, Kimia Anorganik,


66
Tabel 5.5 Selisih  dan kepolaran senyawa
Senyawa Elektrogenatifitas Selisih  Kepolaran
H = 2,20;
HCl 0,96 polar
Cl = 3.16
P = 2,19;
PCl5 0,97 Non polar
Cl = 3.16
Be = 1,97;
BeCl2 1,19 Non polar
Cl = 3.16
C = 2,55;
CF4 1,43 Non polar
F = 3.98

Penyebab ketidakpolaran molekul-molekul tersebab ialah


karena tolakan elektron yang berimbang sehingga tidak terdapat
kutup yang lebih positif atau lebih negatif melainkan sama atau
berimbang sehingga momen dipolenya cenderung nol.

Latihan:
Lukiskan struktur Lewis dan geometri molekul CO2, N+(CH3)4,
CO32-, NO2-, H2CO, COCl2, COF2, PH3, PCl3, H2S, H2O.

Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan konsep hibridisasi.
2. Jelaskan mengapa ikatan tunggal lebih panjang
dibandingkan dengan ikatan rangkap.
3. Terangkan teori VSEPR.
4. Menuliskan struktur molekul COF2 berdasarkan konsep
VSEPR.
5. Jelaskan mengapa CCl4 bersifat non polar berdasarkan
teori VSEPR
6. Bagaimana kofigurasi elektron : Pb2+, Pb4+, Mn2+, Mn3+,
Sb3+, Sc3+, Ti2+.
7. Gambarkan struktur Lewis yang memenuhi aturan okted
untuk molekul H2S, C3H8 dan CO, Cl2, SO2, SO2, OF2,
SnH4, C2H4, SCl2, Cl-, S2-, ClO-, ClO4-, SO32- & SeO42-,
NO3-, NO+, NO2-, CO32-.
8. Gambarkan struktur Lewis : ICl3, AsCl5, ICl2-, ICl4- dan
XeF4.

Adlim, Kimia Anorganik,


67
9. Mana berikut ini tidak memenuhi aturan okted ditinjau
dari muatan formal
ClF3, OF2, SF4, SO2, IF7, NO2, BCl3 ?

5.4 Gaya Antar Molekul

Gaya van der Waals


Senyawa kovalen terdiri dari molekul-molekul dan
ikatan antara atom-atom dalam molekul tersebut diikat oleh
ikatan kovalen. Ikatan antar molekul-molekul senyawa kovalen
diikat oleh gaya yang disebut gaya van der Waals. Johannes
Diderik (1837-1923) van der Waas dari belanda menemukan
gaya antar molekul yang lemah dan kemudian disebut Gaya
Van der Waals.
Ada beberapa macam gaya van der Waals tetapi yang
terpenting ialah :
(a) Gaya antardipol, yaitu tarik menarik antar molekul
dalam senyawa kovalen polar,
(b) Gaya London, yaitu gaya tarik menarik antarmolekul
dalam senyawa kovalen non polar.
Ilustrasi gaya antar molekul dapat diluskis sebagai berikut

+ - + - + -

+ - +

- + -

Pada molekul polar, elektron tertarik ke salah satu atom


sehingga distribusi elektron dalam molekul tidak merata maka
terjadi dua kutup + dan -.
Adlim, Kimia Anorganik,
68
Gaya tarik menarik antar molekul polar ini disebut gaya
antardipol. Dalam molekul non polar tidak ada kutup yang
permanent tetapi dinamika elektron yang kadang-kadang lebih
mengarah ke salah satu atom menyebabkan adanya kutup
sesaat. Dengan demikian terjadi gaya tarik menarik antar kutup
juga walaupun dalam waktu yang singkat. Gaya inilah yang
disebut gaya London yang ditemukan oleh Fritz London (1928).
Gaya-gaya ven der Waals, baik gaya antardipol maupun gaya
London menentukan nilai titik lebur dan titik didih senyawa-
senyawa kovalen. Makin besar massa molekul relatif (Mr) suatu
senyawa kovalen makin besar gaya van der Waalsnya sehingga
titik lebur dan titik didihnya makin tinggi.

Ikatan Hidrogen

Pada beberapa senyawa golongan IVA (14) seperti CH4,


SiH4, GeH4, SnH4 titik didih meningkat dengan meningkatnya
berat molekul relatifnya (dari CH4 ke SnH4). Fakta ini sesuai
teori di atas bahwa kenaikan massa molekul relatif
menyebabkan kenaikan gaya ven der Waals dan akibatnya titik
didih meningkat. Tetapi senyawa golongan VA (15), VIA (16)
dan VIIA (17) ternyata memiliki titik didih jauh lebih besar dari
dari gol IV walaupun berat molekul relatif hampir sama.
Kenaikan titik didih tidak lagi sejalan kenaikan berat molekul
relatif, gejala ini dikenal dengan istilah anomali seperti yang
terlihat pada table berikut ini.

Bahkan senyawa-senyawa NH3, H2O, HF yang memiliki Mr


kecil ternyata mempunyai titik didih yang tinggi bahkan titik
didih H2O luar biasa tingginya. Kenaikan titik didih disebabkan
adanya gaya tarik-menarik molekul yang cukup kuat dan lebih
kuat dari gaya van der Waals.

Adlim, Kimia Anorganik,


69
Atom-atom F, O dan N memiliki elektrogetifitas
tertinggi di antara semua jenis atom. Akibatnya ujung molekul
HF beratom F cenderung menarik sisi molekul HF yang
beratom H atau disingkat H---F. Demikian juga dengan O---H
pada H2O dan N---H pada NH3 seperti ilustrasi pada gambar
berikut ini. Ikatan tersebut sangat polar karena selisih nilai
elektronegatifasnya cukup besar.

H F H FF H F

F H F H F H

IKATAN HIDROGEN

Ikatan antarmolekul berupa gaya tarik-menarik oleh atom yang


elektronegatifitas sangat besar (F, O atau N) terhadap atom H
dari molekul lain disebut ikatan hidrogen.
Ikatan hidrogen ada yang bersifat intramolekul (terjadi
dalam satu molekulnya sendiri) dan intermolekul (terjadi antar
dua molekul atau lebih). Ikatan hidrogen pada orto-nitrofenol
merupakan contoh ikatan koven intramolekul.
O
N
O

O H
Orto-nitofenol

Adlim, Kimia Anorganik,


70
Pertanyaan dan Soal-Soal

1. Jelaskan perbedaan konsep ikatan kovalen dengan


kovalen koordinasi.
2. Tarik kesimpulan kaitan struktur elektron gas mulia
dengan kesetabilan unsure-unsur tersebut.
3. Mengapa struktur elektron senyawa yang lain
cenderung mengikuti elektron valensi gas mulya.
4. Tenuliskan struktur Lewis ion NO3-, SCN-, CHCl3
dan NH3
5. Jelaskan konsep ikatan ionik
6. Urutkan kepolaran ikatan senyawa berikut ini : AX, AY,
AZ, AS, AQ, jika diketahui X > Y > Z > S > Q.
Bandingkan pula untuk X-A-X, X-A-Y, AX4, AX3Y.
7. Menjelaskan mengapa etanol lebih tinggi titik didihnya
dibandingkan dietileter padahal berat molekulnya sama
besar.
8. Jelaskan perbedaan ikatan hidrogen dengan gaya van der
Waals dan gaya London.

Adlim, Kimia Anorganik,

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai