Anda di halaman 1dari 65

Pengantar

Berkenalan Dengan Ilmu Kimia

Pernahkah Anda mendengar tentang kimia? Apa yang Anda ketahui tentang kimia? Apakah sesuatu
yang menyeramkan, menakutkan dan mengerikan karena berisi soal-soal yang sulit ataukah sesuatu
yang menyenangkan?
Sesungguhnya ilmu kimia tidak sulit, melainkan ilmu yang mudah & menyenangkan karena
dalam ilmu kimia, kalian akan dapat mempelajari berbagai macam bahan yang mempunyai
wujud dan kegunaan tertentu yang sering dijumpai dalam kehidupan setiap hari. Tanpa disadari
kalian telah berinteraksi dengan kimia (berhubungan dengan bahan-bahan kimia baik yang alami
maupun buatan). Jadi yang tergolong bahan kimia itu adalah semua bahan yang kita pegang,
lihat, cium baunya bahkan tubuh kita terdiri dari bahan kimia (tulang, ada kalsium, kolesterol,
insuin, air seni dll). Sebagian besar bahan kimia terjadi secara alamiah. Ada juga yang diproduksi
oleh makhluk hidup baik hewan, tumbuhan ataupun manusia.
Contoh : setiap hari kita “bernapas” menghirup O 2 (oksigen/udara), dapat melihat, merasa lapar,
terjadinya fotosintesis (Tumbuhan), berkendaraan. Semua hal tsb, melibatkan proses kimia yang
terjadi tanpa kita sadari. Kita dapat melihat karena terjadi suatu reaksi kimia pd kornea mata dg
adanya sinar, fotosintesis mengubah CO2 mjd tepung makanan dg energi matahari, kendaraan
bermotor terjadi reaksi pembakaran bahan bakar dg oksigen dari udara, rasa lapar karena adanya
rangsangan yg berupa penurunan kadar gula dlm darah, yg dlm suatu proses biokimia
diterjemahkan oleh otak sebagai rasa lapar.
Bahan kimia buatan ; tekstil, plastik, kertas, semen, pupuk, kapur, cat, kosmetik, obat-
obatan. Pengawet, pewarna, penyedap rasa, pemanis misalnya pada makanan, minuman & bhn
lainnya. Pada cabai ada kapsatsin (panas, dan membuat selera makan). Alat/perabot rumah
tangga, pembersih ruangan & lantai, bahan pencuci, pewangi, minyak tanah, bensin, odol,
detergen, bahkan meja,kursi, buku, dll. Hampir tidak ada kejadian tanpa adanya suatu rx kimia.
Dengan belajar ilmu kimia, sebenarnya kalian akan mendapat tambahan ilmu yang selama ini
kurang kalian pahami meskipun kalian selalu beriteraksi dengannya. Semua bahan tsb
mempunyai fungsi berbeda2. Misalnya Sampho untuk membersihkan rambut, odol untuk
membersihkan gigi, obat nyamuk untuk membasmi nyamuk, bayclin untuk pemutih pakaian
dsbnya. Apa yang menyebabkan semua bahan tsb bkerja sesuai fungsinya? Karena mengandung
suatu bahan aktif tertentu, yang ditambahkan dalam suatu produk dengan tujuan memaksimalkan
fungsi dari suatu bahan kimia shg memudahkan kita melakukan pekerjaan sesuai dengan
keperluan.
A. Ruang Lingkup Ilmu Kimia
SD : IPA (umum)
SMP : IPA (Fisika & Biologi)
SMA : IPA (Fisika, Biologi, dan kimia)
Secara Implisit, kimia sudah ada di SD dan SMP
Dalam abad modern ini, ilmu kimia memegang peranan sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan manusia.
Bidang yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat luas, shg sering dibagi menjadi 5 cabang utama,
yaitu :
1. kimia analitik, mengidentifikasi jenis zat penyusun suatu bahan serta menentukan
jumlahnya.
2. Kimia fisika, mempelajari hubungan antara konsep-konsep kimia dengan konsep-
konsep fisika.
3. Kimia organik, mmpelajari senyawa-senyawa karbon
4. Kimia Anorganik, mempelajari senyawa-senyawa anorganik seperti garam, mineral
dan logam.
5. Biokimia, mempelajari proses kimia yang berlangsung didalam tubuh MH
Ilmu kimia diperlukan di berbagai bidang pekerjaan.
Kimia tidak dapat diartikan secara pasti karena merupakan ilmu pemahaman dan rekayasa materi
(mengubah suatu materi mjd materi lain). Contoh : dari pohon kapas yang ditanam menghasilkan
kapas, dan dari kapas diolah menjadi kain, kemudian kain dibuat menjadi pakaian, dll.
Untuk dapat melakukan rekayasa tsb, para ahli perlu memahami ilmu kimia, yaitu susunan,
struktur, serta sifat-sifat materi (perubahan materi serta energi yang menyertai perubahan tsb.
Apa itu materi/zat/benda? (sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang).Wujud zat :
padat, cair, gas, larutan. Apa itu unsur (zat yg paling dasar & penyusun segala macam senyawa),
senyawa (perpaduan 2 jenis unsur/lebih dg komposisi ttn.
Susunan : apa perbedaan air & alkohol?(dapat terbakar). Dalam ilmu kimia, air & alkohol
digolongkan sbg senyawa. Air (H2O) adlh senyawa terdiri atas 2 unsur yaitu H dan O. Alkohol
(C2H5OH, etanol) terdiri dari 3 unsur, yaitu C, H, dan O. Garam dapur (NaCl). Susunan suatu zat
dinyatakan dalam rumus kimia zat tsb. Setiap zat mempunyai susunan tertentu yg berbeda dari
zat lainnya. Para ahli kimia menentukan susunan setiap zat melalui percobaan, mulai dr zat yg
sederhana hingga zat yg sangat kompleks.
Struktur : gambaran bagaimana atom2 saling terikat, misalnya H2O tda 2 atom H berikatan dg 1
atom O. Struktur berpengaruh besar pada sifat2 materi/zat.Setiap zat mempunyai sifat khas
(spesifik) yg membedakannya dr zat lain, selain itu antara berbagai zat terdapat kemiripan sifat.
Berdasarkan kemiripan sifatnya, zat kimia dapat diklasifikasikan dan hal ini sangat memudahkan
kita mempelajari ilmu kimia.
Bagian paling penting dari ilmu kimia adlh perubahan materi. Para ahli menggunakan perubahan
kimia untuk membuat bahan baru dari bahan alam yg relatif murah misalnya dlm bidang farmasi
dan penciptaan obat-obatan yg disintesis (bukan alami), plastik. Perubahan materi disertai
perubahan energi dlm jumlah yg cukup besar shg dpt digunakan utk sumber energi. Misalnya pd
reaksi pembakaran bahan bakar minyak, energi yg dibebaskan pd reaksi pembakaran itu dapat
digunakan utk memasak, menggerakkan kendaraan, ataupun menjalankan industri. Perubahan
kimia disebut juga reaksi kimia. Untuk menandai tjdnya reaksi kimia ada 4 ciri, yaitu ; adanya
perubahan suhu, warna, timbul gas, endapan, energi.
Jadi kimia adalah : cabang dari ilmu pengetahuan (sains) yang mempelajari materi (zat) dan
perubahannya. Setiap bahan kimia selain memiliki fungsi juga efek samping yang berbeda-beda.
Agar terhindar dari bahaya, kita harus mengetahui efek positif & negatif bahan kimia yang kita
pakai, karena bahan kimia pada dasarnya adalah racun. Jadi saat menggunakannya harus berhati-
hati dan sesuai petunjuk yang tertera dalam labelnya, jangan berlebihan/sembarangan/teledor.
Oleh karena itu, pada setiap bahan kimia ada komposisi/susunan zat kimianya, dan aturan
penggunaannya.
B. Peranan Ilmu Kimia dalam kehidupan IPTEK
 Pemahaman yg baik ttg alam sekitar dan berbagai porses yg berlangsung di dalamnya shg
kita dapat mengontrol perubahan tsb demi keuntungan bagi kehidupan manusia dan
lingkungan; dg belajar ttg air & alkohol berarti sudah mendapat satu pemahaman baru ttg
ilmu kimia.
 Mengubah bahan alam menjadi produk yg lebih berguna utk memenuhi kebutuhan kita;
misalnya kapas-benang……., pembuatan sabun dr minyak sawit.Selain manfaat itu, banyak
produk kimia yg terbukti menimbulkan masalah (dampak negatif).
 Pembentukan sikap ;
 Mengetahui proses2 alam yg terjadi.
Ilmu kimia dg ilmu lain dikenal sbg pusat IPA (central science) karena peranannya yg sangat
penting.
PERHITUNGAN KIMIA

I. STANDAR KOMPETENSI
Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam perhitungan kimia
II. KOMPETENSI DASAR
Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum-hukum dasar kimia melalui
percobaan, serta menerapkan konsep mol dalam menyelesaikan perhitungan kimia
III. MATERI : Perhitungan Kimia (Stoikiometri)
KONSEP MOL
Kita telah mempelajari tentang partikel-partikel materi yaitu atom, molekul, atau ion, yang
mempunyai ukuran yang sangat kecil. Ukuran yang sangat kecil itu, akan mengandung sejumlah
besar partikel. Misalnya, dalam setetes air terdiri dari sekitar 1,67 x 10 21 molekul (= 1,67 miliar
triliun). Untuk mengukur jumlah partikel yang sangat kecil tsb, dan untuk mengatasi
21
penggunaan bilangan yang sangat besar tsb (1,67 x 10 molekul = 1,67 miliar triliun),
digunakan satuan jumlah khusus yaitu mol. Jadi, mol menyatakan satuan jumlah zat. Dengan
demikian, jumlah partikel suatu zat dapat ditentukan dengan mengetahui massa zat tsb.
Kata mol digunakan sejak tahun 1896 oleh Wilhelm Ostwald. Mol berasal dari bahasa Latin,
moles yang berarti sejumlah massa. Istilah molekul merupakan bentuk lain dari kata moles yang
artinya sejumlah kecil massa
Mol didefinisikan sebagai sejumlah massa zat yang mengandung partikel sebanyak atom
yang terdapat dalam 12 gram C-12. Jadi, standar mol adalah 12 gram C-12. Melalui berbagai
23
percobaan, para ahli menemukan jumlah partikel dalam 1 mol adalah 6,0221421 x 10
23
partikel. Artinya, 1 mol zat mengandung 6,02 x 10 partikel. Dengan demikian, 1 mol = L
partikel (L = bilangan Avogadro = 6,02 x 1023 partikel/mol = 602 miliar triliun).
Bilangan 6,02 x 1023 disebut tetapan Avogadro, berasal dari 1 Faraday (muatan 1 elektron)
= 96487 Coulomb. Muatan 1 elektron = 1,602 x 10–19, sehingga bilangan Avogadro = 96487 /
1,602 x 10-19 = 6,02290 x 10 23. Pengukuran nilai tetapan Avogadro berdasarkan isotop C-12.
Nama Avogadro pada bilangan Avogadro dipilih sebagai penghormatan kepada Amadeo
Avogadro, kimiawan Italia, karena beliau adalah orang pertama yang mengusulkan perlunya
satuan jumlah partikel. Bilangan Avogadro ditemukan oleh Johann Loschmidt, fisikawan
Austria pada tahun 1865. Nama Loschmidt, diabadikan sebagai simbol bilangan Avogadro
(6,02 x 10 23), yaitu L.
Bilangan Avogadro memiliki sifat istimewa karena menghubungkan satuan gram dengan sma
23
(satuan massa atom). Contoh : sebanyak 6,02 x 10 atom C-12 memiliki massa sebesar 12
gram. Perhatikan angka 12 gram setara dengan massa atom relatif C-12, yakni 12 sma. Inilah
inti dari konsep mol yang diusulkan oleh Avogadro.
Dalam satuan mol, apapun zatnya jumlah partikelnya adalah 6,02 x 10 23. Contoh : 1 mol air
(H2O), terdiri dari 6,02 x 10 23 molekul air. 1 mol unsur besi (Fe) terdiri dari 6,02 x 10 23
atom
23
besi. 1 mol oksigen (O 2) terdiri dari 6,02 x 10 molekul oksigen. Satuan mol tidak selamanya
merupakan bilangan genap, tetapi dapat juga berupa pecahan misalnya 0,1 mol unsur
oksigen mengandung jumlah atom 6,02 x 1022 atom O (1023 menjadi 1022), atau sebaliknya 3,011
x 1023 atom C yang berarti memiliki 0,5 mol unsur C (1/2 dari 6,022).

Hubungan antara jumlah mol (n) dan jumlah partikel (x) tsb, dapat dirumuskan sebagai
berikut : jumlah partikel (x)
Jumlah mol (n) = atau x = n x L (6,02 x 10 23)
L
Contoh soal : 1). menghitung jumlah mol jika diketahui jumlah satuan.
Nyatakan dalam mol dari : 3,01 x 10 22 atom besi, dan 1,204 x 10 23 molekul air!
Jawab : Rumus x = n x L dapat ditata ulang untuk menghitung jumlah mol menjadi n = x
1. Jumlah mol dari 3,01 x 10 22 atom besi adalah : L
n = x = 3,01 x 10 22 atom = 0,05 mol
L 6,02 x 10 23 atom mol-1
2. Jumlah mol dari 1,204 x 10 23 molekul air adalah :
n = x = 1,204 x 10 23 molekul = 0,2 mol
L 6,02 x 10 23 molekul mol –1
Contoh soal : 2 ). Berapakah jumlah mol amonia yang terdapat dalam 3,01 x 10 26 molekul NH3?
Jawab : jumlah mol NH3 = 3,01 x 10 26 molekul = 500 mol
6,02 x 10 23 molekul mol –1
Jadi, 3,01 x 10 26 molekul NH3 = 500 mol.
1. Massa Molar (Mm)
1 mol didefinisikan sebagai jumlah zat yang mengandung partikel zat itu sebanyak
atom/molekul/ion yang terdapat dalam 12 gram C-12 ( a gram atom x = a / Ar x mol atom x
sehingga 12 gram atom C = 12 / 12,00 mol atom C = 1 mol atom x).
Meski jumlah molnya sama pada atom/molekul, namun massanya tentu berbeda, bergantung
23
pada jenisnya. Berapakah massa 1 mol zat? 1 mol C-12 yang terdiri dari 6,02 x 10 atom
karbon memiliki massa 12 gram. Untuk memahami penentuan massa 1 mol zat, perlu
diperhatikan kembali 2 konsep berikut ini :
1. Standar mol adalah 12 gram C-12. Artinya massa 1 mol C-12 = 12 gram.
2. Massa atom relatif (Ar) atau massa molekul relatif (Mr) merupakan perbandingan
massa antara partikel zat itu dengan atom C-12. Contoh (1). Massa atom relatif (Ar)
besi = 56, berarti massa 1 atom Fe : massa 1 atom C-12 = 56 : 12.
Oleh karena massa 1 mol C-12 = 12 gram, maka massa 1 mol Fe = 56 / 12 x 12 gram
= 56 gram. (2). Massa molekul relatif (Mr) air = 18, berarti massa 1 molekul air :
massa 1 atom C-12 = 18 : 12. Oleh karena massa 1 mol C-12 = 12 gram, maka massa
1 mol air = 18 / 12 x 12 gram = 18 gram.
Dari kedua contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa massa 1 mol suatu zat sama dengan Ar atau
Mr-nya dalam satuan gram. Jadi, Ar atau Mr zat menyatakan massa (gram) dari 1 mol zat itu.
Massa 1 mol zat disebut massa molar (Mm), dengan satuan gram/mol atau gram mol-
1
. Jadi, bilangan massa molar atom unsur sama dengan bilangan massa atom relatif, yang
membedakan hanya satuannya. Satuan masa atom relatif (Ar) adalah sma, sedangkan satuan
massa molar adalah gram/mol atau gram mol-1. Untuk senyawa, bilangan massa molarnya
identik dengan bilangan massa molekul relatif (Mr). Contoh : 1 mol air (H 2O) memiliki massa
18 gram yang merupakan jumlah massa 2 atom hidrogen dan 1 atom oksigen. Dengan demikian,
massa molar menghubungkan massa dan jumlah mol. Apabila diketahui jumlah massa, dan
massa molar, jumlah molnya dapat ditentukan, dan sebaliknya. Massa molar ditentukan
dari massa atom relatif (Ar) atau massa molekul relatif (Mr). Untuk unsur yang partikelnya
berupa atom, berlaku rumus :
Massa Molar (gram/mol) = massa atom relatif (sma), atau Mm (gram/mol) = Ar (sma)
Untuk senyawa berlaku rumus : Massa Molar (gram/mol) = massa molekul relatif (sma) atau
Mm (gram/mol) = Mr (sma).
Contoh soal :
1).Aluminium sering digunakan untuk membuat perabotan rumah tangga. Tentukan massa
molar aluminium jika diketahui Ar Al = 27. Jawab : Massa molar Al = Ar Al = 27 g mol-1
2). Asam sulfat digunakan secara luas dalam industri, seperti industri pupuk, deterjen, cat,
kertas. tentukan massa molar asam sulfat (H2SO4) jika diketahui Ar H = 1, S = 32, O = 16.
Jawab : Mr H2SO4 = (2 x Ar H) + (1 x Ar S) + (4 x Ar O) = 2 + 32 + 64 = 98. Jadi, massa molar
H2SO4 = Mr H2SO4 = 98 g mol-1.
Bagaimana perhitungan massa zat yang jumlahnya bukan 1 mol? Jumlah massa zat ini dapat
diperoleh dengan mengalikan jumlah mol dengan massa atom relatif atau massa molekul
relatifnya.
Mm = Ar gram mol-1 , atau Mm = Mr gram mol-1
a mol atom x = a Ar x gram, maka setiap atom x = a x Ar x gram = Ar x gram mol-1.
a mol
Contoh : Massa 2 mol atom = (2 x Ar) g, Massa 1 mol senyawa = (1 x Mr) g
Massa 0,6 mol atom = (0,6 x Ar) g, Massa 3 mol senyawa = (3 x Mr) g
Soal latihan : diketahui Ar Ca = 40, dan Mr CO2 = 44, maka massa 1 mol Ca (= 6,02
x 1023 atom Ca = 40 gram. Massa 1 mol CO2 (= 6,02 x 1023 molekul CO2) = 44 gram.
Untuk menghitung jumlah mol zat yang diketahui jumlah massanya, dapat menggunakan
rumusan berikut : jumlah mol = massa zat atau n = m (g)
Massa molar Mm
Dengan demikian hubungan jumlah mol (n) dengan massa zat (m), dapat ditulis sbb:
m = n x Mm, dimana m = massa, n = jumlah mol, dan Mm = massa molar.
Dalam penulisan rumus hubungan jumlah mol dan massa molar tsb, terkadang terasa rancu
akibat kemiripan huruf Mm, m, dan n. Oleh karena itu, untuk tujuan praktis lazim juga
digunakan rumusan berikut : n = m atau n = m
Ar Mr
Keterangan : Ar atau Mr = Massa relatif (nilainya sama dengan masssa molar).
Penggunaan simbol Ar dan Mr dimaksudkan untuk mempermudah perhitungan. Adapun konsep
jumlah mol yang sesungguhnya adalah massa suatu zat dibagi massa molarnya, bukan massa
molekul relatifnya. Namun, karena umumnya yang diketahui adalah massa relatif ( yang
nilainya sama dengan massa molar ), untuk kepraktisan digunakan simbol Mr atau Ar untuk
menyatakan massa molar. Jadi, janganlah bingung jika menemukan 2 macam cara penulisan ini.
Perhatikan tabel berikut ini!
Tabel. Hubungan Massa, Ar atau Mr, Jumlah Partikel zat
Zat Massa Zat (gram) Ar atau Mr Jumlah Partikel
C 12 12,00 6,02 x 1023 atom C
N2 28 28,00 6,02 x 1023 molekul N2
CO2 44 44,00 6,02 x 1023 molekul CO2

Tabel. Massa Molar Beberapa Zat


Zat Ar atau Mr Massa Molar (Mm)
C 12,00 12,00 g / mol
O2 32,00 32,00 g / mol

H2 2,00 2,00 g / mol


Fe 56,00 56,00 g / mol
H2O 18,00 18,00 g / mol

Contoh soal :
1. Berapakah jumlah mol (n) 700 g batu kapur (CaCO3) jika diketahui Ar Ca = 40, C = 12, dan
O = 16? Jawab : Mr CaCO3 = (1 x Ar Ca) + (1 x Ar C) + (3 x Ar O) = 40 + 12 = 48 = 100,
sehingga Mm CaCO3 = Mr CaCO3 dan jumlah mol CaCO3 = 700 g = 7 mol Jadi,
700 g batu kapur = 7 mol batu kapur. 100 g mol-1
2. Diketahui massa atom relatif (Ar) O = 16, N = 14, C = 12, dan H = 1. Massa (m) 0,5 mol
urea CO(NH2)2 adalah ……… Jawab : Mr CO (NH2)2 = (1 x Ar C) + (1 x Ar O) + (2 x Ar
N) + (4 x Ar H) = 12 + 16 + 28 + 4 = 60, sehingga massa (m) urea = n x Mr urea = 0,5 mol
x 60 g mol-1 = 30 gram.
3. Hitunglah jumlah partikel dalam 3,2 gram gas SO2 jika diketahui Ar S = 32, O = 16!
Jawab : Jumlah mol molekul SO2 = 3,2 gram = 0,05 mol
64 gram mol-1
Jadi, Jumlah partikel (x) = 0,05 mol x 6,02 x 1023 molekul = 3,01 x 1022 molekul SO2

Simpulan : g / Mm n x 6,02 x 1023


Massa Mol Jumlah Partikel (JP)
(g) n x Mm (n) JP
6,02 x 1023
2. Volum Molar Gas (Vm) = liter
Tidak seperti zat cair dan zat padat yang memiliki volume tetap, zat yang terbentuk gas
memiliki volume yang berubah-ubah. Volume suatu gas bergantung pada suhu, tekanan, dan
jumlah zatnya.
Pada bagian terdahulu, telah dibahas hukum Avogadro yang menyatakan bahwa gas-gas
bervolum sama mengandung jumlah molekul yang sama pula, asal diukur pada suhu dan
tekanan yang sama. Hal ini berarti gas-gas dengan jumlah molekul sama akan mempunyai
volum yang sama pula asal diukur pada suhu dan tekanan yang sama. Oleh karena 1 mol setiap
gas mempunyai jumlah molekul sama (6,02 x 1023 molekul), maka pada suhu dan tekanan yang
sama, 1 mol setiap gas akan mempunyai volum yang sama. Jadi, volum gas tidak bergantung
pada jenisnya, tetapi hanya pada jumlah mol serta suhu dan tekanan pengukuran.
Volum per mol gas disebut volum molar gas, dinyatakan dengan lambang Vm. Jadi, pada
suhu dan tekanan yang sama, volum gas hanya bergantung pada jumlah molnya.
V = n x Vm, dimana, V = volum gas, n = jumlah mol, Vm = volum molar
Volum molar gas bergantung pada suhu dan tekanan. Beberapa kondisi yang biasa dijadikan
acuan penentuan volum gas, antara lain :

1. Keadaan Standar
Kondisi dengan suhu 0oC dan tekanan 1 atm, disebut keadaan standar, dinyatakan
dengan STP (Standard Temperature and Pressure atau temperatur dan tekanan standar)
adalah tekanan suatu gas 1 atmosfer (atm) atau 76 cmHg dengan suhu 0oC (273 K). Volum
molar adalah volum 1 mol gas ideal pada keadaan standar (STP).
1 atm x Vm = 1 mol x 0,082 L atm mol-1 K-1 x 273 K
Vm = 1 mol x 0,082 L atm mol-1 K-1 x 273 K = 22,389 L = 22,4 L
1 atm
Jadi, pada keadaan STP, volum molar gas (volum 1 mol gas) adalah : 22,4 liter mol-1.
Vm (STP) = 22,4 L mol-1
Contoh : (1). volum 1 mol gas H2 pada STP = 1 mol x 22,4 L mol-1 = 22,4 L,
(2). Volum 5 mol gas CO2 pada STP = 5 mol x 22,4 L mol-1 = 112 L
(3). Volume 0,25 mol gas N2 pada STP = 0,25 x 22,4 mol-1 = 5,6 L
Secara umum, perhitungan jumlah mol gas dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jumlah mol gas x = volum gas x Volum gas x = jumlah mol gas x X VSTP
V STP
2. Keadaan Kamar
Kondisi dengan suhu 25oC dan tekanan 1 atm (suhu T oC dan tekanan P atm) disebut
keadaan kamar, dinyatakan dengan RTP (Room Temperature and Pressure). Volum molar
gas pada keadaan RTP adalah 24 liter mol-1. Vm (RTP) = 24 L mol-1
Volume molar gas pada suhu dan tekanan tertentu merupakan terhadap T/P.
R = 0,082057 L atm mol-1 K-1. Untuk gas ideal, hubungan antara volum suatu gas, suhu,
tekanan, dan jumlah zatnya dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.
Persamaan untuk sejumlah n mol gas menjadi :
Vm = nRT atau PV = nRT (Persamaan Gas Ideal),
P
dimana, P = tekanan (1 atm), n = jumlah mol gas (mol)
V = volum (L), n = jumlah mol gas (mol), T = suhu (oK) 1 atm = 76 cmHg
R = tetapan gas yaitu 0,082 L atm mol-1 K-1. = 760 mmHg
Contoh-contoh soal :
1. Berapa volum (dalam mL) 2,408 x 1021 molekul gas hidrogen?
Jumlah mol H2 = jumlah partikel H2 = 2,408 x 1021 molekul = 0,4 x 10-2 = 4 x 10-3 mol
L 6,02 x 1023 molekul mol-1
Volume H2 = n H2 x VSTP = 4 x 10-3 mol x 22,4 L mol-1 = 89,6 x 10-3 L = 89,6 mL.

2. Tentukan volum dari 1 gram gas hidrogen pada ; a). keadaan standar b). k. kamar!
Volum gas bergantung pada jumlah mol dan kondisi pengukurannya : V = n x V m.
Jumlah mol hidrogen, n = m = 1g = 0,5 mol
Mm 2 g mol-1
Pada keadaan standar, Vm = 22,4 L mol-1, V = 0,5 mol x 22,4 L mol-1 = 11,2 L
Pada keadaan kamar, Vm = 24 L mol-1, V = 0,5 mol x 24 L mol-1 = 12 L
3. Tentukan volum dari 1 gram oksigen pada 27oC, 1 atm (Ar O = 16).
Jawab : Jumlah mol oksigen, n = m / Mm = 1 g / 32 g mol-1 = 0,03125 mol
V = nRT = 0,01325 mol x 0,082 L atm mol-1 K-1 x (27 + 273) K = 0,77 L
P 1 atm
3. Hubungan Jumlah Mol dan Koefisien Reaksi
Jumlah mol berbanding lurus dengan jumlah partikel, dapat dirumuskan sebagai berikut :
Perbandingan jumlah mol zat sesuai dengan perbandingan jumlah partikel.
Hubungan jumlah mol suatu gas dengan volumenya, jumlah mol suatu gas berbanding lurus
dengan volumenya. Berdasarkan Hukum Avogadro, dapat disimpulkan bahwa pada P dan T
yang sama berlaku ; perbandingan volume gas sesuai dengan perbandingan jumlah molekul
dan perbandingan koefisien reaksi.
Untuk gas, pada suhu dan tekanan yang sama berlaku ; perbandingan jumlah mol sesuai
dengan perbandingan jumlah partikel, perbandingan volume, dan perbandingan koefisien
reaksi.
Berdasarkan ketentuan tersebut, jumlah mol suatu zat dalam reaksi kimia dapat ditentukan
dengan rumusan berikut :
Jumlah mol = koefisien zat yang dicari x jumlah mol yang diketahui
Koefisien zat yang diketahui
Contoh : Terdapat 4,48 L gas hidrogen pada keadaan STP yang tepat bereaksi dengan gas
oksigen menghasilkan air. 1). Tentukan volume dan massa gas oksigen yang bereaksi pada
keadaan STP 2). Massa air yang dihasilkan (diketahui Ar H = 1, O = 16)!
Jawab : a). Persamaan reaksi ; 2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l),
Jumlah mol H2 = volume H2 = 4,48 L = 0,2 mol
volume molar STP 22,4 L mol-1
Jumlah mol O2 = koefisien O2 x jumlah mol H2 = 1 x 0,2 mol = 0,1 mol
Koefisien H2 2
Volume O2 = n O2 x VSTP = 0,1 mol x 22,4 L mol-1 = 2,24 L
Massa O2 = n O2 x Mr O2 = 0,1 mol x 32 g mol-1 = 3,2 g
Perhitungan volume O2 juga dapat dilakukan dengan menerapkan Hukum Gay –Lussac:
Volume O2 = koefisien O2 x volume H2 = 1 x 4,48 L = 2,24 L
koefisien H2 2
b. Jumlah mol H2O = jumlah mol H2 = 0,2 mol (karena koefisiennya sama), maka Massa
H2O = n H2O x Mr H2O = 0,2 mol x 18 g mol-1 = 3,6 g.

4. Hubungan Hukum Gay-Lussac dan Jumlah Mol


Perbandingan volume gas-gas sesuai dengan perbandingan koefisien reaksinya. Secara
umum, perbandingan koefisien reaksi sesuai dengan perbandingan mol. Pada suhu dan
tekanan yang sama, perbandingan volume gas-gas sesuai dengan perbandingan jumlah
molnya sehingga berlaku hubungan : V1 = n1
V2 n2
Ket : V1 = volume gas1, V2 = volume gas2, n1 = jumlah mol gas1, n2 = jumlah mol gas 2
Contoh : Berapakah volume (L) 6,4 g gas metana (CH4) jika pada keadaan yang sama 1 L
gas nitrogen memiliki massa 1,4 g? Diketahui Ar N = 14, C = 12, H = 1.
Jawab : m 6,4 g
Mr 16 g mol-1
CH4
VCH4 = nCH4 = = VCH4 =
V N2 n N2 m 1L 1,4 g
Mr N2 28 g mol-1
VCH4 = 6,4 g x 28 g mol-1 x 1 L = 8 L
16 g mol-1 1,4 g

5. Kemolaran Larutan (M)


Campuran homogen dari dua jenis atau lebih zat disebut larutan. Contoh ; teh manis dan air
laut. Banyak sedikitnya zat terlarut menentukan kepekatan larutan. Larutan yang
mengandung banyak zat terlarut disebut larutan pekat, sedangkan yang mengandung sedikit
zat terlarut disebut larutan encer. Salah satu cara menyatakan kepekatan larutan yang
digunakan dalam ilmu kimia adalah kemolaran larutan (M). Kemolaran menyatakan jumlah
mol zat terlarut dalam tiap liter larutan, atau jumlah mmol zat terlarut dalam tiap mL larutan.
M = n , dimana M = kemolaran larutan, n = jumlah mol zat terlarut,
V V = Volume larutan
Satuan kemolaran : mol L-1 atau mmol nL-1. Misalnya, larutan NaCl 0,2 M berarti dalam tiap
liter larutan itu terdapat 0,2 mol (11,7 gram) NaCl atau dalam tiap mL larutan terdapat 0,2
mmol (11,7 mg) NaCl. Salah satu keuntungan yang diperoleh jika konsentrasi larutan
dinyatakan dalam kemolaran adalah kemudahan untuk mengetahui jumlah mol zat terlarut
dalam volum tertentu larutan. Untuk tujuan itu, rumus kemolaran di atas dapat ditata ulang
menjadi : n = V x M, Jika V dalam liter, maka n dalam mol dan jika V dalam mL maka
n dalam mmol. Contoh : hitunglah jumlah mol dan massa urea (Mr = 60) yang terdapat
dalam 200mL larutan urea 0,4 M. Jawab : massa zat bergantung pada jumlah molnya. Jadi
menentukan jumlah mol zat terlarut n = V x M

STOIKIOMETRI SENYAWA
Rumus kimia merupakan penggambaran suatu tertentu dengan menggunakan simbol- simbol
atom. Rumus kimia sangat membantu dalam mengelompokkan dan membedakan suatu zat
dengan zat lain sehingga kita dapat mempelajari sifat-sifat dari zat tsb.
Perhatikan pengertian penulisan rumus kimia berikut.
2H artinya, 2 atom H
2H2 artinya, 2 molekul hidrogen (H2)
3S8 artinya, 3 molekul belerang (S8)
8Na artinya, 8 atom natrium
H2O artinya, 1 molekul air (H2O) yang terdiri dari 2 atom H dan 1 atom O
3NH3 artinya, 3 molekul amoniak (NH3)
H2SO4 artinya 1 molekul asam sulfat (H2SO4) yang terdiri dari 2 atom H, 1 atom S, dan 4 atom
O. Penulisan rumus kimia dapat dilakukan dengan cara penulisan rumus empiris, rumus
molekul, dan rumus struktural.
Kajian dalam kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif zat-zat yang terlibat dalam
reaksi, baik sebagai zat pereaksi (reaktan) atau sebagai zat hasil reaksi disebut stoikiometri atau
perhitungan kimia. Perhitungan kimia meliputi ; perhitungan komposisi zat, massa atau volume
pereaksi dan hasil reaksi, berdasarkan pengetahuan tentang banyaknya salah satu pereaksi atau
hasil reaksi. Perhitungan kimia dilaksanakan sesuai dengan keragaman sasaran perhitungan,
serta wujud pereaksi dan hasil reaksi yang berupa padatan (s), larutan (aq), cairan (l), dan gas
(g).
Rumus molekul suatu senyawa menyatakan jenis dan jumlah atom-atom unsur dalam satu
molekul senyawa itu, sedangkan rumus empiris menyatakan perbandingan paling sederhana dari
atom-atom unsur penyusun senyawa. Rumus molekul merupakan rumus molekul itu sendiri dan
merupakan kelipatan bulat dari rumus empirisnya. Rumus struktural adalah suatu rumus yang
menggambarkan bagaimana struktur suatu molekul, dengancara penulisan ikatan kimia yang
menghubungkan antara tiap-tiap atom dalam molekul. Misalnya, CH4, H2O, CH2CH2,
CH3COOH. Penulisan rumus struktur juga dapat dilakukan dengan cara penggambaran model
ikatan garis, batang, dan bola, serta model pengisian ruang. Perhatikan perbandingan penulisan
ketiga rumus kimia berikut.
Metana Air Asetilena Asam
Cuka
Rumus empiris CH4 H2O CH2 CH2O
Rumus molekul CH4 H2O C2H4 C2H4O2
Rumus struktural CH4 H2O CH2CH2 CH3COOH
H H H H O
Model ikatan garis H C H H O H C=C H C C O H
H H H H
Model batang dan bola

Model pengisian-ruang

Contoh : rumus molekul dan rumus empiris asam asetat. Setiap molekul asam asetat terdiri dari
2 atom karbon (C), 4 atom hidrogen (H), dan 2 atom oksigen (O). Oleh karena itu, rumus
molekul asam asetat adalah C2H4O2 atau CH3COOH. Dengan demikian, perbandingan jumlah
atom C : H : O dalam asam asetat = 2 : 4 : 2 atau 1 : 2 : 1. Jadi, rumus empiris asam asetat
adalah CH2O. Rumus molekul dan rumus empiris dari beberapa senyawa dapat dilihat pada
tabel. Dari tabel tsb, dapat dilihat bahwa ada senyawa yang mempunyai rumus empiris sama
dengan rumus molekulnya.
Tabel. Hubungan antara Rumus Molekul dan Rumus Empiris
Nama Zat Rumus Molekul Rumus Empiris
Etuna C2H2 CH
Benzena C6H6 CH
Etana C2H6 CH3
Etena C2H4 CH2
Air H2O H2O
Rumus kimia suatu senyawa menyatakan stoikiometri atau komposisi senyawa itu. Misalnya,
rumus kimia air, yaitu H2O menyatakan bahwa air tersusun dari hidrogen dan oksigen dengan
perbandingan atom H : O = 2 : 1.
Penentuan rumus empiris dan rumus molekul suatu senyawa berdasarkan data persentase
massa unsur-unsur yang membentuk senyawa itu. Jika perbandingan massa unsur diketahui,
maka perbandingan jumlah mol unsur-unsur tsb dapat diketahui juga. Perbandingan mol
dipergunakan untuk menentukan perbandingan jumlah atom penyusun senyawa.
1. Penentuan Rumus Empiris
Menentukan rumus empiris suatu senyawa berarti menghitung jumlah mol unsur-unsur
penyusun senyawa tsb, kemudian membandingkannya. Dalam penentuan itu, diperlukan
sejumlah data sebagai berikut :
 Jenis unsur penyusun senyawa ; ditetapkan melalui suatu analisis kualitatif
 Massa unsur ; perbandingan massa unsur dalam senyawa atau persentase massa unsur
yang menyusun senyawa, ditentukan melalui analisis kuntitatif.
 Massa atom relatif (Ar) unsur tersebut.
Contoh : Dari analisis kualitatif, diketahui suatu senyawa mengandung unsur karbon,
hidrogen, dan oksigen. Dari analisis kuantitatif, diketahui dalam 3 gram senyawa itu
terdapat 1,2 gram karbon, 0,2 gram hidrogen, dan sisanya oksigen. Tentukan rumus empiris
senyawa tsb (Ar H = 1, C = 12, dan O = 16).

Jawab : langkah-langkah yang harus dilakukan adalah :


 Menentukan jumlah mol masing-masing unsur ( n = m / Mm )
 Menentukan perbandingan mol atom unsur-unsurnya
Jumlah mol C = 1,2 g = 0,1 mol, Jumlah mol H = 0,2 g = 0,2 mol
12 g mol-1 1 g mol-1
Massa O = 3 - (1,2 + 0,2) gram = 1,6 gram, Jumlah mol O = 1,6 g = 0,1 mol
16 g mol-1
Perbandingan mol C : H : O = 0,1 : 0,2 : 0,1 = 1 : 2 : 1
Rumus empiris senyawa tersebut adalah CH2O.
2. Penentuan Rumus Molekul
Dalam penentuan rumus molekul, perlu ditentukan terlebih dahulu rumus empirisnya,
kemudian dengan menggunakan data massa molekul relatif (Mr), senyawa dapat ditentukan
rumus molekulnya. Beberapa senyawa dikenal dengan rumus empiris CH2O adalah :
 formaldehida, HCHO atau (CH2O) ; Mr = 30
 asam asetat, CH3OOH atau (CH2O)2 ; Mr = 60, dan
 glukosa, C6H12O6 atau (CH2O)6 ; Mr = 180.
Ketiga senyawa tsb, dapat dinyatakan sebagai (CH2O)n, dengan n = 1 untuk formaldehida,
n = 2 untuk asam asetat, dan n = 6 untuk glukosa. Secara umum, jika rumus empiris
senyawa adalah RE, maka rumus molekulnya dapat dinyatakan sebagai (RE)n. Adapun
harga n bergantung pada massa molekul relatif (Mr) dari senyawa yang bersangkutan.
Contoh : cairan yang tidak berwarna, NO2 memiliki massa molekul relatif (Mr) = 92.
Tentukan rumus molekulnya! Jawab : Rumus molekul senyawa dapat ditulis sebagai (RE)n.
Nilai n ditentukan berdasarkan nilai massa molekul relatif (Mr)nya. ( Ar N = 14, O = 16 ).
Diketahui rumus empiris senyawa adalah NO2.
Berarti rumus molekul senyawa adalah (NO2)n Mr (NO2)n = 92
(1 x 14) + (2 x 16) = (14 + 32)n = 92
46 n = 92, n = 2
Jadi, rumus molekul senyawa tersebut adalah (NO2)2 atau N2O4.
3. Penentuan Kadar Unsur dalam Senyawa
Rumus empiris senyawa dapat ditentukan jika kadar unsur-unsurnya diketahui, sebaliknya
kadar unsur-unsur dapat ditentukan berdasarkan rumus empiris atau rumus kimia senyawa.
Kadar zat dalam senyawa merupakan banyaknya komponen zat tersebut dalam sejumlah
total senyawanya. Biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (%) zat. Rumus kimia
senyawa menyatakan perbandingan mol atom unsur penyusunnya. Dari perbandingan atom
dapat ditentukan perbandingan massa dan kadar (% massa) unsur-unsur penyusun senyawa.
Contoh : sukrosa, rumus molekulnya C12H22O11, maka kadar unsur-unsur penyusun senyawa
tsb dapat ditentukan sebagai berikut :

 Rumus kimia senyawa : C12H22O11


Perbandingan mol atom unsur C : H : O = 12 : 22 : 11 (tidak perlu disederhanakan)
 Perbandingan massa unsur, C : H : O = (12x12) : (22 x 1) : (11 x 16) = 144 : 22 : 176
 Jumlah perbandingan = 144 + 22 + 176 = 342 = Mr C12H22O11
 Kadar C = 144 x 100% = 42,1%, Kadar H = 22 x 100% = 6,4%,
Kadar O = 176 x 100% = 51,5%
 Dari contoh di atas, dapat ditulis rumus untuk menghitung kadar unsur dalam suatu
senyawa sebagai berikut : Kadar = x X Ar x 100%
Mr
x adalah jumlah atom unsur dalam 1 molekul senyawa = indeks dari unsur yang
bersangkutan dalam rumus kimia senyawa.
Hukum Proust menyatakan bahwa perbandingan massa unsur-unsur penyusun senyawa
selalu tetap. Setelah memahami konsep Ar dan Mr, dapat ditentukan perbandingan massa
unsur dalam suatu senyawa yang telah diketahui rumus kimianya. Sebagai contoh, untuk
senyawa XmYn berlaku persamaan berikut.
m x Ar x
Massa x = x massa XmYn
Mr XmYn

Perbandingan massa unsur dalam senyawa juga dapat dinyatakan dalam persen (%).
m x Ar x
%x = x % XmYn
Mr XmYn
Untuk unsur dalam senyawa, persentase senyawanya adalah 100%.
Contoh : 1). Tentukan massa Al, S, dan O dalam 171 kg senyawa Al 2(SO4)3, jika diketahui Ar Al
= 27, S = 32, dan O = 16. Jawab : Mr Al2(SO4)3 = (2 x 27) + (3 x 32) + (12 x 16) = 342
Massa Al = 2 x Ar Al x massa Al2(SO4)3 = 54 g mol-1 x 171 kg = 27 kg
Mr Al2(SO4)3 342 g mol-1
Massa S = 3 x Ar S x massa Al2(SO4)3 = 96 g mol-1 x 171 kg = 48 kg
Mr Al2(SO4)3 342 g mol-1.
Massa O = 12 x Ar O x massa Al2(SO4)3 = 192 g mol-1 x 171 kg = 96 kg
Mr Al2(SO4)3 342 g mol-1.

4. Penentuan Senyawa Hidrat (Air Kristal)


Senyawa hidrat adalah senyawa yang mengikat beberapa molekul air sebagai bagian dari
struktur kristalnya. Molekul air yang terikat tersebut dinamakan molekul hidrat. Beberapa
senyawa yang mengandung molekul hidrat, adalah :

 Cr2O3.3H2O (senyawa yang mengikat 3 molekul hidrat)


 Mn(NO3)2.6H2O (senyawa yang mengikat 6 molekul hidrat)
 Terusi, CuSO4.5H2O : tembaga (II) sulfat pentahidrat (mengikat 5 molekul hidrat)
 Gipsum, CaSO4.2H2O : kalsium sulfat dihidrat (mengikat 2 molekul hidrat)
 Garam Inggris, MgSO4.2H2O (mengikat 2 molekul hidrat)
 Soda hablur, Na2CO3.10H2O : natrium karbonat dekahidrat (mengikat 10 molekul hidrat)
Ada 2 sifat hidrat yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah molekul air dari suatu
hidrat, yaitu :
 Jika suatu hidrat dipanaskan, sebagian atau seluruh air kristalnya dapat lepas (menguap)
 Jika suatu hidrat dilarutkan dalam air, maka air kristalnya akan lepas.
Dengan demikian, penentuan jumlah molekul hidrat yang terikat dilakukan dengan cara
memanaskan garam terhidrat (mengandung air) menjadi garam anhidrat (tidak mengandung
air. Perhatikan contoh penentuan molekul hidrat berikut.
1. Pemanasan 31,2 g garam magnesium sulfat hidrat menghasilkan 24 g magnesium
anhidrat. Jika diketahui Ar Mg = 24, S = 32, o = 16, dan H = 1, tentukan jumlah molekul
hidrat yang terikat dan rumus senyawa terhidratnya!
Jawab : MgSO4.xH2O MgSO4 + x H2O
Massa H2O = massa MgSO4.xH2O – massa MgSO4 = 31,2 g – 24 g = 7,2 g
Jumlah mol MgSO4 = massa MgSO4 = 24 = 0,2 mol
Mr MgSO4 120 gmol-1
Jumlah mol H2O = massa H2O = 7,2 g = 0,4 mol
Mr H2O 18 gmol-1
Jumlah mol MgSO4 : jumlah mol H2O = koefisien MgSO4 : koefisien H2O
0,2 : 0,4 = 1 : x
0,2 x = 0,4
x = 2
Jadi, jumlah molekul hidrat = 2, rumus senyawa tersebut adalah MgSO4.2H2O
2. Sebanyak 10 gram hidrat besi (II) sulfat dipanaskan sehingga semua air kristalnya
menguap. Massa zat padat yang tersisa adalah 5,47 gram. Bagaimana rumus hidrat?
(Ar H = 1, O = 16, S = 32, dan Fe = 56)
Jawab : selisih massa yang ada adalah massa air kristal. Misal jumlah air kristalnya
adalah x, jadi rumus hidrat itu adlah FeSO4.xH2O. Massa FeSO4.xH2O = 10 gram, massa
FeSO4 = 5,47 gram, dan massa air = 10 – 5,47 gram = 4,53 gram.
FeSO4xH2O (s) FeSO4 (aq) + xH2O (g)
10 gram 5,47 gram 4,53 gram
jumlah mol FeSO4 = 5,47 g = 0,036 mol, jumlah mol H2O = 4,53 g = 0,252 mol
152 gmol-1. 18 gmol-1.
Mol FeSO4 : mol air = 0,036 : 0,252 = 1 : 7, berarti 1 molekul FeSO 4 mengikat 7
molekul air, dengan rumus hidrat adalah FeSO4.7H2O.

STOIKIOMETRI REAKSI
Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa, koefisien reaksi merupakan perbandingan
jumlah partikel zat-zat yang terlibat dalam reaksi. Oleh karena 1 mol setiap zat mengandung
jumlah partikel yang sama, maka koefisien reaksi juga merupakan perbandingan jumlah mol
zat yang terlibat dalam reaksi. Dengan pengertian tsb, jumlah mol setiap zat yang terlibat
dalam reaksi dapat ditentukan jika mol salah satu zat diketahui.
Menghitung jumlah suatu zat yang diperlukan atau dihasilkan dalam suatu reaksi di mana
jumlah salah satu zat dalam reaksi itu diketahui, digolongkan sebagai hitungan kimia
sederhana. Hitungan kimia sederhana dapat diselesaikan menurut 4 langkah sebagai berikut :
 Menuliskan persamaan reaksi setara
 Menyatakan jumlah mol zat yang diketahui,
 Menentukan jumlah mol zat yang ditanya berdasarkan perbandingan koefisien reaksi
 Menyesuaikan jawaban dengan pertanyaan.
Contoh :1)Berapa volum gas H2O yang terbentuk, jika digunakan 2 gram NH3 (Ar N = 14, H = 1)
Jumlah mol NH3 = 2 g = 0,12 mol, jumlah mol H2O = 6 x 0,12 mol = 0,18 mol
17 gmol-1 4
Volum H2O = n x Vm = 0,18 x 22,4 L = 4,03 liter.
2).Reaksi gas H2 dengan gas O2 menghasilkan 10 molekul H2O. berapakah mol gas O2 yang
diperlukan dalam reaksi ini? Jawab : tulislah persamaan reaksinya : 2H2 + O2 H2O
jumlah molekul gas H2 yang diperlukan, H2 = 2 / 2 x 10 = 10 molekul. Molekul gas O 2 yang
diperlukan : jumlah molekul gas O2 = ½ x 10 = 5 molekul O 2. X = n. L, maka n = x / L,
sehingga jumlah mol O2 yang diperlukan, n = 5 / 6,02 x 1023 = 0,83 x 1023.
Pereaksi Pembatas
Reaksi kimia secara stoikiometri, berlangsung jika semua pereaksi habis bereaksi. Ini terjadi
jika perbandingan mol sama dengan perbandingan koefisien. Perhatikan reaksi ini :
2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l) N2 (g) + 3H2 (g) 2NH3 (g)
0,4 mol 0,2 mol 0,5 mol 1,5 mol
Penentuan jumlah mol hasil reaksi (H2O atau NH3), dapat dihitung berdasarkan jumlah mol
pereaksi yang mana saja (H2 atau O2) dan (N2 atau H2). Jadi, tidak ada pereaksi pembatas.
Adapun reaksi nonstoikiometri, berlangsung dengan adanya zat pereaksi yang bersisa.
Seringkali zat-zat pereaksi dicampurkan tidak dalam jumlah yang ekivalen, artinya tidak sesuai
dengan perbandingan koefisien reaksinya. Dalam hal seperti itu salah satu pereaksi akan habis
lebih dahulu, sementara pereaksi lainnya bersisa. Jumlah hasil reaksi akan bergantung pada
jumlah pereaksi yang habis lebih dahulu. Oleh karena itu, pereaksi yang habis lebih dahulu
disebut pereaksi pembatas. Perhatikan reaksi antara aluminium dengan oksigen membentuk
aluminium oksida berikut ini. 4Al (s) + 3O 2 (g) 2Al 2O3 (s). Persamaan reaksi
menunjukkan bahwa perbandingan mol aluminium dengan oksigen adalah 4 : 3. Jika jumlah
mol aluminium dan oksigen yang direaksikan sesuai dengan perbandingan itu, maka kedua
pereaksi itu akan habis, tidak ada yang bersisa.
Campuran seperti itu disebut ekivalen. Tetapi, jika jmlah mol aluminium dan oksigen yang
direaksikan tidak 4 : 3, maka salah satu pereaksi akan habis lebih dahulu, sedangkan pereaksi
lainnya bersisa. Penentuan jumlah mol zat hasil reaksi, harus berdasarkan pada jumlah mol zat
pereaksi yang habis bereaksi. Pereaksi yang habis bereaksi menjadi patokan (pereaksi
pembatas) untuk menghitung jumlah mol zat hasil reaksi dan jumlah mol zat pereaksi yang
berlebih (bersisa). Perhatikan contoh reaksi berikut.
1. HCl (aq) + NaOH (aq) NaCl (aq) + H2O (l)
0,1 mol 0,2 mol
Perhatikan koefisien pada pereaksi. Jumlahnya sama, yaitu 1 HCl dan 1 NaOH, sedangkan mol
pereaksi berbeda (0,1 mol HCl dan 0,2 mol NaOH). Jadi, pereaksi yang habis bereaksi
(pereaksi pembatas) adalah pereaksi yang memiliki jumlah mol terkecil, yaitu HCl. Jadi,
jumlah mol zat hasil reaksi (NaCl atau H2O) dihitung berdasarkan jumlah mol HCl. Mol NaCl
= mol H2O = mol HCl = 0,1 (koefisiennya sama).
2. 2H2 (g) + O2 (g) 2H2O (l)
0,5 mol 0,5 mol
Perhatikan koefisien pada pereaksi (H2 dan O2). Jumlahnya berbeda, yaitu 2 H2 dan 1 O2,
sedangkan mol pereaksi jumlahnya sama (0,5 mol). Pereaksi yang habis bereaksi adalah yang
memiliki koefisien besar, yaitu H2. Jumlah mol zat hasil reaksi (H 2O) dihitung berdasarkan mol
H2. Karena koefisien H2O dan H2 sama, maka mol H2O = mol H2 = 0,5 mol.
3. CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O
2 mol 3 mol ? mol ? mol
Dalam reaksi ini, jumlah mol dan koefisien zat pereaksi (CH4 dan O2) memiliki angka yang
berbeda. Untuk menghitung jumlah mol CO2 atau jumlah mol H2O yang dihasilkan, harus
mengetahui lebih dahulu zat mana yang habis bereaksi, CH 4 atau O2. Zat yang habis bereaksi
dapat ditentukan dengan cara membagi jumlah mol dengan koefisien reaksinya, kemudian
memilih nilai yang paling kecil. Perhatikan contoh penentuan pereaksi pembatas dlam reaksi
berikut. CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O
Jumlah mol zat = 2 = 2 mol 3 = 1,5 mol
Koefisien 1 2
Harga terkecil perbandingan jumlah mol terhadap koefisiennya adalah 1,5 mol. Jadi,
kesimpulannya bahwa zat yang habis bereaksi adalah oksigen sehingga oksigen menjadi
pereaksi pembatas. Oksigen digunakan sebagai standar untuk menentukn jumlah mol zat yang
bereaksi, jumlah mol zat hasil reaksi, dan jumlah mol pereaksi yang bersisa.
Jumlah mol CO2 = koefisien CO2 x n O2 = 1 / 2 x 3 mol = 1,5 mol
koefisien O2
Oleh karena koefisien H2O dan O2 sama, maka mol H2O = jumlah mol O2 = 3 mol.
Jumlah mol CH4 yang bereaksi = koefisien CH4 x n O2 = 1 /2 x 3 mol = 1,5 mol
Koefisien O2
Jumlah mol CH4 sisa = n CH4 awal - n CH4 reaksi = 2 mol – 1,5 mol = 0,5 mol
IV. RANGKUMAN
Skema pengubahan antar besaran dalam stoikiometri
Massa
1 1
X X
Mr L
Volume larutan Jumlah Mol Jumlah Partikel
P
X
Volume Gas RT
- Koefisien reaksi = perbandingan volume
sifat
Gas - STP volume = 22,4 Lmol-1
- Bukan STP PxV=nxRxT
- Pada P dan T yang sama V 1 = n1
V2 n2
Massa unsur, perbandingan massa
Menentukan memerlukan unsur, atau persentase massa unsur
Rumus Empiris data Massa Atom Relatif
Massa Molekul relatif
Menentukan Rumus Molekul memerlukan data
Rumus Empiris

Rumus kristal air ditentukan berdasarkan molekul air yang terikat (senyawa hidrat) dan
tidak mengikat air (anhidrat)
Kadar zat X dalam senyawa X2Y = jumlah atom X x Ar X x 100%
Mr X2Y
Cara menentukan pereaksi pembatas adalah : nyatakan zat yang diketahui dalam mol ; bagi
jumlah mol masing-masing dengan koefisiennya ; pereaksi yang hasil pembaginya paling
kecil merupakan pereaksi pembatas.
V. TEST FORMATIF (PILIHAN GANDA)
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D, dan E di depan jawaban yang menurut Anda
paling benar!
1. Jika diketahui tetapan Avogadro adalah L dan Ar Cl = 35,5, maka jumlah
molekul yang terdapat dalam 1 gram klorin adalah……………….
A. 35,5 L B. 71 L C. L D. 1/35,5 L E.
1/71 L
2. Jika diketahui Ar Mg = 24, Ca = 40, Cu = 63,5, Zn = 65,5 dan Ba = 137, di
antara spesi berikut yang mengandung jumlah atom terbanyak per gram adalah
…………
A. CaSO4 B. MgSO4 C. ZnSO4 D. BaSO4 E.
CuSO4
3. Massa 750 mL gas SO 3 (Mr = 80) yang diukur pada suhu 127 oC dan tekanan 114 cmHg
adalah…………………
A. 2,74 gram C. 8,23 gram E. 54,9 gram
B. 5,49 gram D. 27,4 gram
4. Jika 38 gram garam MgSO4.xH2O dipanaskan, dihasilkan 20 gram garam anhidrat sesuai
dengan persamaan reaksi : MgSO4.xH2O MgSO4 + xH2O. Jika diketahui Mr
MgSO4 = 120 dan Mr H2O = 18, maka nilai x adalah ………..
A. 2 B. 3 C. 4 D. 5 E. 6
5. Aluminium larut dalam asam klorida membentuk aluminium klorida dan gas hidrogen :
2 Al (s) + 6 HCl (aq) 2 AlCl 3 (aq) + 3 H2 (g) Jika massa aluminium yang
dilarutkan 5,4 gram, maka volume gas H2 yang dapat terbentuk, diukur pada keadaan
standar adalah……………………..
A. 1,12 liter C. 3,36 liter E. 6,72 liter
B. 2,24 liter D. 4,48 liter
VI. JAWABAN PILIHAN GANDA
1. D 2. D 3. A 4. D
5. E
VII. DAFTAR PUSTAKA
-----PURBA, M. 2006.KTSP, KIMIA IA. PENERBIT ERLANGGA. JAKARTA.
-----ROKHMAD. 2004., STRATEGI SUKSES UAN SMA/MAN KIMIA. PENERBIT
ANDI. YOGYAKARTA.
-----SANTOSA, S.J, SUDIONO, S, PRANOWO, D. 2004., KIMIA IA, EDISI 2004.
PENERBIT INTAN PARIWARA. JAKARTA.
-----SUTRESNA NANA, DHOLEHUDIN DINDIN. 2004., KIMIA IA, PENERBIT
GRAFINDO MEDIA PRATAMA. BANDUNG.
-----ANSHORY IRFAN, ACHMAD HISKIA. 1996., KIMIA SMU, PENERBIT
ERLANGGA. BANDUNG.
-----SUDARMO UNGGUL. 2004., KIMIA. SERI MADE SIMPLE, PENERBIT
ERLANGGA. BANDUNG.
LARUTAN ELEKTROLIT-NON ELEKTROLIT
DAN KONSEP REDOKS

I. STANDAR KOMPETENSI
Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi
II. KOMPETENSI DASAR
1. Mengidentifikasi sifat larutan non elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil
percobaan.
2. Menjelaskan perkembangan konsep reaksi oksidasi-reduksi dan hubungannya
dengan tata nama senyawa serta penerapannya.
III. MATERI : Larutan Elektrolit dan Konsep Redoks
DAYA HANTAR LISTRIK LARUTAN (ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT)
Air laut tersusun atas komponen-komponen ; air, garam, dan senyawa-senyawa lainnya,
sedangkan air sungai tersusun atas komponen-komponen ; air, sedikit garam, tanah, dan
senyawa-senyawa lainnya. Jika diperhatikan, komponen-komponen penyusun air laut dan air
sungai tidak tampak lagi. Bagaimana pendapat Anda, apakah air laut dan air sungai termasuk
larutan, atau zat pelarut, atau zat terlarut?
Bahan yang lazim dapat menghantarkan listrik (konduktor listrik) adalah logam. Meskipun
demikian, pada tekanan rendah dan tegangan tinggi, gas juga dapat menghantar listrik.
Bagaimana halnya dengan zat cair, apakah cairan dapat menghantar listrik? Apa yang terjadi
ketika memasang bohlam lampu atau memasukkan kabel alat elektronik, tangan dalam keadaan
basah? Tentu dapat menyebabkan tersengat arus listrik. Benarkah air dapat menghantarkan arus
listrik?Bagaimana cara arus listrik mengalir?Apakah semua cairan bersifat menghantar arus
listrik? Arus listrik timbul karena adanya aliran elektron, yaitu suatu partikel bermuatan negatif.
Elektron-elektron ini mengalir melalui suatu bahan yang disebut konduktor, seperti besi, dan
kawat tembaga. Anda telah mempelajari cara menentukan apakah suatu bahan padat, termasuk
konduktor atau nonkonduktor pada semester 1 (pada materi pembelajaran; membedakan unsur
logam dan nonlogam).
 LARUTAN
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen dua macam zat tunggal/lebih dengan
bermacam-macam perbandingan komposisi, tidak memiliki bidang batas antara komponen-
komponennya dan mempunyai sifat-sifat yang sama di seluruh bagiannya (serba sama). Larutan
dapat berupa padat, cair, dan gas. Pada umumnya larutan berada dalam bentuk cair dan
pelarutnya air. Contoh : 1) padat (solid = s) ; campuran logam-logam (peleburan) disebut alloy
atau aliase seperti kuningan (seng dengan tembaga), stinnless steel (besi, nikel, krom), emas 22
karat (91.2/3 % emas dan 8.1/3 % tembaga). 2) cair (liquid = l) ; campuran antar alkohol
dengan air atau garam dengan air. 3) gas (g).
Tabel. Jenis-Jenis Larutan
Zat Terlarut
Zat Pelarut
Padat (s) Cair (l) Gas (l)
Padat (s) Ss Sl Sg
Cair (l) Ls Ll Lg
Gas (g) Gs Gl Gg

Larutan (solution) terdiri atas zat terlarut (solute) dan zat pelarut (solvent). Pada umumnya, zat
pelarut dalam larutan jumlahnya lebih banyak dari zat terlarut. Air merupakan zat pelarut karena
larutan sebagian besar zat pelarutnya adalah air. Ketika menyebutkan suatu larutan tanpa ada
penjelasan dibelakangnya, berarti pelarutnya adalah air. Jika pelarutnya bukan air, biasanya
diberi penjelasan pada bagian belakangnya. Contoh : larutan NaOH, berarti pelarutnya air,
sedangkan larutan CCl4 dalam kloroform, berarti pelarutnya kloroform. Zat-zat terlarut yang
tidak larut dalam air menggunakan zat pelarut yang sesuai dengan sifat zat terlarutnya, misalnya
alkohol murni, aseton, bensin, dan minyak tanah.
Proses pelarutan dimulai dari tahap ekspansi baik partikel zat terlarut maupun pelarut.
Selanjutnya, partikel-partikel tersebut berinteraksi. Partikel zat terlarut akan dikelilingi oleh
partikel pelarut. Tahap ini disebut solusi yang menghasilkan larutan.

Tabel. Zat Terlarut dan Zat Pelarut Beberapa larutan


Larutan Zat Terlarut Zat Pelarut
Alkohol 30% Alkohol murni = 30 bagian volume Air = 70 bagian volume
Garam dapur 5% Garam dapur = 5 gram Air = 95 gram air
sirop Gula dan zat pewarna Air
Tinta spidol (tidak permanen) Zat pewarna Air
Tinta spidol (permanen) Zat pewarna Alkohol murni

 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON-ELEKTROLIT


Ada larutan yang dapat menghantar arus listrik dengan baik, kurang baik, dan ada larutan
yang tidak dapat menghantar arus listrik. Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan dapat
dibedakan ke dalam larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat menghantar arus listrik dan
larutan nonelektrolit, yaitu larutan yang tidak dapat menghantar arus listrik. Larutan yang dapat
menghantar arus listrik, memberikan gejala berupa menyalanya lampu pijar pada rangkaian alat
uji atau adanya suatu perubahan (timbul gelembung gas dalam larutan) pada salah satu atau
kedua elektrodenya. Larutan yang tidak menunjukkan gejala tsb, berarti tidak dapat
menghantarkan arus listrik. Perhatikan tabel yang memuat data hasil pengujian beberapa contoh
larutan!
Tabel. Pengujian Daya Hantar Listrik Beberapa Larutan
Nyala Lampu Gelembung Gas
Larutan
Ada Tidak ada Ada Tidak ada
Larutan urea - √ - √
Larutan amonia - √ √ -
Larutan HCl √ - √ -
Larutan cuka - √ √ -
Air aki √ - √ -
Larutan alkohol - √ - √
Air laut √ - √ -
Larutan H2S - √ √ -
Air kapur √ - √ -
Larutan glukosa - √ - √

Dari data hasil pengujian larutan pada tabel di atas, apakah yang dapat disimpulkan?
Larutan mana saja yang dapat menghantarkan arus listrik dan mana yang tidak? Perhatikan
kembali data larutan yang bersifat elektrolit! Ternyata, ada larutan elektrolit yang memberikan
gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji dan ada pula yang tidak. Namun, semuanya
menimbulkan gejala hantaran listrik berupa adanya gelembung gas. Larutan elektrolit yang
memberikan gejala berupa lampu menyala dan membentuk gelembung gas, termasuk elektrolit
kuat. Contoh, larutan HCl, air aki, air laut, dan air kapur. Adapun larutan elektrolit yang tidak
memberikan gejala lampu menyala, tetapi menimbulkan gelembung gas, termasuk elektrolit
lemah. Contoh, larutan amonia, cuka, dan larutan H2S. Mengapa larutan elektrolit dapat
menghantar arus listrik, sedangkan larutan nonelektrolit tidak. Larutan elektrolit kuat terbentuk
dari terlarutnya senyawa elektrolit kuat dalam pelarut air. Senyawa elektrolit kuat dalam air
dapat terurai sempurna dalam larutan membentuk ion positif (+) atau kation, dan ion negatif (-)
atau anion. Arus listrik merupakan arus elektron.
Pada saat dilewatkan ke dalam larutan elektrolit kuat, elektron tersebut dapat dihantarkan
melalui ion-ion dalam larutan, seperti dihantarkan oleh kabel. Akibatnya, lampu pada alat uji
elektrolit akan menyala. Contoh lain elektrolit kuat adalah larutan HBr, HI, HNO 3, H2SO4,
HClO4, NaOH, KOH, dan NaCl. Elektrolit kuat dapat menghasilkan nyala lampu dengan terang,
sedangkan elektrolit lemah memberikan nyala lampu yang redup (contoh larutan CH 3COOH).
Bagaimana larutan elektrolit kuat atau elektrolit lemah dapat menimbulkan gejala berupa
adanya gelembung gas? Larutan elektrolit mengandung partikel-partikel yang bermuatan (kation
dan anion).
Berdasarkan percobaan Michael Faraday, kimiawan dan fisikawan Inggris (1791-1876),
diketahui bahwa jika arus listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit akan terjadi proses
elektrolisis yang menghasilkan gas.

Gelembung gas initerbentuk karena ion positif mengalami reaksi reduksi dan ion negatif
mengalami reaksi oksidasi. Contoh, pada larutan HCl terjadi reaksi elektrolisis yang
menghasilkan gas hidrogen sebagai berikut.
HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq).
Reaksi reduksi: 2H+(aq) + 2e- H2(g)
Reaksi oksidasi : 2Cl-(aq) Cl2(g) + 2e-
 DAYA HANTAR SENYAWA IONIK DAN SENYAWA KOVALEN
Zat-zat terlarut dalam air yang membentuk larutan elektrolit, dinamakan zat-zat elektrolit.
Zat-zat elektrolit dapat berupa senyawa ion atau senyawa kovalen (polar). Pada semester 1,
Anda sudah mempelajari bahwa sebagian besar unsur-unsur di alam terdapat dalam bentuk
senyawa, bukan unsur bebas. Senyawa itu terbentuk karena unsur-unsur saling berikatan. Cara
unsur-unsur ini berikatan berbeda-beda, bergantung pada jenis unsurnya. Jika unsur logam
bereaksi dengan unsur nonlogam, ikatan yang terjadi adalah ikatan ionik. Adapun antarunsur
nonlogam saling bereaksi membentuk ikatan kovalen dengan cara menggunakan bersama-sama
pasangan elektron yang dimilikinya.
Pada tahun 1887, Svante August Arrhenius (Swedia) berhasil menjelaskan hantaran arus
listrik melalui elektrolit dengan teori ionisasi. Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dapat
menghantar listrik karena mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas. Dengan demikian,
jika senyawa ionik dilarutkan dalam air, ion-ion tsb akan terurai menjadi ion positif (+) dan ion
negatif (-) dan bergerak bebas. Ion-ion itulah yang menghantar arus listrik, melalui larutan yang
menyebabkan lampu pada alat uji elektrolit dapat menyala. Semakin banyak jumlah ion, maka
semakin kuat daya hantarnya. NaCl, HCl, NaOH dan CH3COOH tergolong elektrolit, dimana
zat-zat ini dalam air terurai menjadi ion-ion sebagai berikut :
NaCl (s) Na+(aq) + Cl-(aq) NaOH(s) Na+(aq) + OH-(aq)
HCl(g) H+(aq) + Cl-(aq) CH3COOH(l) CH3COO-(aq) + H+(aq)
Adapun zat nonelektrolit dalam larutan tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap berupa
molekul. Contoh : C2H5OH(l) C2H5OH(aq) CO(NH2)2(s) CO(NH2)2(aq)
Berdasarkan data pengamatan tersebut, zat-zat elektrolit dapat digolongkan menjadi asam, basa,
dan garam, sehingga larutan elektrolitnya berupa larutan asam, larutan basa, dan larutan garam.
Tabel Larutan Asam, Basa, dan Garam.
Larutan Asam Larutan Basa Larutan Garam
HCl NaOH NaCl
H2SO4 KOH KCl
CH3COOH Ba(OH)2
HNO3 NH3

Menurut Boyle (1680), asam mempunyai kemampuan untuk mengendapkan belerang dari
larutan alkali, mengubah unsur nabati dari warna biru menjadi merah. Contoh : tanah berkapur
akan menimbulkan gelembung udara jika dimasukkan cuka pelarut (asam cuka). Boyle
berpendapat bahwa garam berasal dari gabungan asam dan basa sehingga basa dapat
didefinisikan sebagai spesies yang bereaksi dengan asam untuk membentuk garam. Pendapat
Boyle ini diperkuat oleh Roulle.
Menurut Svante Arhenius, asam adalah senyawa jika dilarutkan dalam air dapat melepaskan
ion H+. Contoh : ionisasi,
HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq), H2SO4(aq) 2H+(aq) + SO42-(aq)
Basa adalah senyawa jika dilarutkan dalam air dapat melepaskan ion OH-. Contoh : ionisasi
KOH(aq) K+(aq) + OH-(aq) Ba(OH)2(aq) Ba2+(aq) + 2OH-(aq)
Garam adalah suatu senyawa yang tersusun dari ion logam dan ion sisa asam yang terjadi dari :
1) suatu asam yang semula ion H + diganti dengan ion logam. Contoh ; HCl, jika H + diganti
dengan K+ menjadi KCl. 2). Suatu basa yang semula OH - dari basa diganti ion sisa asam.
Contoh ; NaOH, jika OH- diganti Cl- menjadi NaCl.
Garam terjadi karena reaksi antara asam dan basa, yaitu gabungan kation (dari basa) dan anion
(dari asam). Jika 1 mol basa monoasam direaksikan dengan 1 mol asam monobasa maka gugus
OH- dari basa bergabung dengan ion H+ dari asam yang menghasilkan garam dan air. L+
OH- + H+ A- LA + H2O
Basa Asam Garam Air
Garam dapat terbentuk dari reaksi antara sembarang basa dengan sembarang asam dengan
syarat banyaknya gugus OH dari basa sama dengan banyaknya atom H+ dari asam.
L(OH)x + xHyA LyAx + xyH2O
Basa Asam Garam Air
Senyawa ionik yang berwujud padat (dalam kristal), ion-ionnya tidak dapat bergerak bebas
seperti dalam bentuk larutan, melainkan diam pada tempatnya. Akibatnya, padatan senyawa ion
tidak dapat menghantarkan listrik. Akan tetapi jika senyawa ion dilelehkan/dilarutkan, maka
ion-ionnya dapat bergerak bebas sehingga lelehan dan larutan senyawa ion dapat menghantar
arus listrik. Contoh : padatan NaCl(s), KCl(s), dan CaO(s) tidak dapat menghantar arus listrik.
Adapun lelehan NaCl(l), KCl(l) dan CaO(l) dapat menghantar arus listrik. Senyawa kovalen
terdiri dari atom-atom atau molekul-molekul (bukan ion) yang berikatan secara kovalen.
Padatan dan lelehan senyawa kovalen tidak
dapat menghantar arus listrik karena molekul kovalen tidak mengandung ion-ion. Namun,
dalam bentuk larutannya, ada senyawa kovalen yang dapat mengahantar arus listrik, yaitu
larutan senyawa-senyawa kovalen yang bersifat polar. Oleh karena bersifat polar maka air
disebut pelarut polar.
Berbagai zat dengan molekul polar, seperti HCl dan CH 3COOH, jika dilarutkan dalam air,
dapat mengalami ionisasi sehingga larutannya dapat menghantar listrik. Hal itu terjadi karena
antarmolekul polar tsb terdpat suatu gaya tarik menarik yang dapat memutuskan ikatan-ikatan
tertentu dalam molekul tsb. Perhatikan kembali ionisasi HCl dan CH 3COOH berikut. HCl(g)
H+(aq) + Cl-(aq) CH3COOH(l) CH3COO-(aq) + H+(aq)

Meskipun demikian, tidak semua molekul polar dapat mengalami ionisasi dalam air (tidak
semua senyawa kovalen polar tergolong elektrolit). Molekul nonpolar sebagaimana dapat
diduga, tidak ada yang bersifat elektrolit. Perbedaan antara elektrolit senyawa ion dengan
senyawa kovalen polar disimpulkan sebagai berikut.
Daya Hantar Padatan Lelehan Larutan
Jenis elektrolit
Senyawa Ion nonkonduktor konduktor konduktor
Senyawa kovalen nonkonduktor nonkonduktor konduktor

 ELEKTROLIT KUAT DAN ELEKTROLIT LEMAH


Dari daya hantar listrik larutan HCl 1 M dan CH3COOH 1 M, ternyata larutan HCl 1 M
lebih baik daripada larutan CH3COOH 1 M. Perbedaan ini menunjukkan bahwa larutan HCl
mengandung lebih banyak ion daripada larutan CH3COOH, meskipun kemolarannya sama.
Fakta ini menunjukkan bahwa molekul HCl lebih banyak yang mengion daripada molekul
CH3COOH, sehingga HCl disebut elektrolit yang lebih kuat.
Perbedaan elektrolit kuat dan elektrolit lemah dijelaskan dengan gambar berikut, dimana
kedua larutan masing-masing mengandung 10 molekul terlarut. Dalam elektrolit kuat, sebagian
besar atau seluruh molekul terurai menjadi ion, sedangkan dalam elektrolit lemah, hanya
sebagian kecil molekul yang mengion.

a larutan magnesium b larutan asam asetat


klorida (MgCl2) (CH3COOH)
= Mg2+ = H+ = CH3COO-
= Cl- = CH3COOH
Gambar. Perbedaan antara elektrolit kuat dan elektrolit lemah
a. larutan magnesium klorida merupakan elektrolit kuat. Zat terlarut mengion sempurna
b. larutan asam cuka adalah elektrolit lemah. Zat terlarut mengion sebagian kecil.
Banyak sedikitnya elektrolit yang mengion dinyatakan dengan derajat ionisasi atau derajat
disosiasi (α), yaitu perbandingan antara jumlah zat yang mengion dengan jumlah zat yang
dilarutkan. α = Jumlah zat yang mengion
Jumlah zat mula-mula

Contoh : sebanyak 0,1 mol asam asetat dilarutkan dalam 1 liter air. Jika 0,001 mol asam itu
mengion, maka derajat ionisasi (α)nya adalah :
α = 0,001 mol / 0,1 mol = 0,01
Jika semua zat yang dilarutkan mengion, maka derajat ionisasinya = 1, sebaliknya jika tidak ada
yang mengion maka derajat ionisasinya = 0. Jadi, batas-batas nilai derajat ionisasi adalah 0 ≤ α
≤ 1. Zat elektrolit yang mempunyai derajat ionisasi besar (mendekati 1) disebut elektrolit kuat;
mempunyai daya hantar relatif baik meskipun konsentrasinya relatif kecil, sedangkan derajat
ionisasinya kecil (mendekati 0) disebut elektrolit lemah ; mempunyai daya hantar relatif buruk,
meskipun konsentrasinya relatif besar. Pada konsentrasi yang sama, elektrolit kuat mempunyai
daya hantar lebih baik daripada elektrolit lemah.
KONSEP REDOKS (REAKSI REDUKSI-OKSIDASI)
Reaksi dengan oksigen lazim disebut reaksi oksidasi, sebaliknya reaksi pelepasan oksigen
disebut reaksi reduksi. Reduksi dan oksidasi berlangsung secara stimulan (bersamaan), sehingga
penamaan yang lebih tepat adalah reaksi reduksi-oksidasi atau redoks.
Reaksi redoks banyak terjadi dan ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam
industri. Misalnya, reaksi fotosintesis, respirasi, metabolisme, korosi, pembakaran, perkaratan
logam, proses pengolahan logam dari bijihnya, reaksi pembusukan, dll.
Konsep reaksi redoks mengalami perkembangan dari konsep pengikatan dan pelepasan oksigen,
kemudian pelepasan dan penangkapan elektron (serah - terima elektron), dan perubahan bilangan
oksidasi (kenaikan dan penurunan biloks).
Dalam sub-bab ini akan dibahas, pengertian redoks menurut 3 konsep tersebut, kemudian
membahas salah satu penerapan redoks, yaitu pengolahan limbah dengan metode lumpur aktif.
 Perkembangan Konsep Reduksi dan Oksidasi
1. Reaksi Redoks berdasarkan Penggabungan dan Pelepasan Oksigen
Awalnya, pengertian oksidasi dan reduksi dikaitkan dengan oksigen. Oksidasi adalah
pengikatan oksigen, dan reduksi adalah pelepasan oksigen. Sumber oksigen pada reaksi
oksidasi disebut oksidator. Jadi, oksidasi adalah suatu reaksi penggabungan suatu unsur
dengan oksigen, dan dari reaksi tersebut diperoleh suatu zat yang disebut oksida. Dengan
demikian, reaksi oksidasi dapat didefinisikan sebagai reaksi yang terjadi antara suatu zat
dengan oksigen sehingga membentuk senyawa yang mengandung oksigen. Perhatikan
contoh reaksi oksidasi berikut.
a. Perkaratan logam, misalnya besi (besi / Fe mudah bereaksi dengan oksigen dan uap air
menghasilkan senyawa yang mengandung oksigen (Fe2O3.2H2O) yang disebut karat).
4Fe(s) + 3O2(g) 2Fe2O3(s)
b. Pembakaran gas alam (CH4) ; reaksi gas metana dengan oksigen menghasilkan panas
yang dapat digunakan untuk memasak.
CH4(g) + 2O2(g) CO2(g) + 2H2O(g)
c. Oksidasi glukosa dalam tubuh ; C6H12O6(aq) + 6O2(g) 6CO2(g) + 6H2O(l)

d. Oksidasi belerang oleh KClO3 ; 3S(s) + 2KClO3(s) 2KCl(s) + 3SO2(g)


Pada contoh 1,2,3 di atas, oksidator yang digunakan adalah udara, sedangkan pada
contoh 4 oksidatornya adalah KClO3.
Contoh lainnya ; 1).perubahan minyak goreng menjadi tengik (minyak goreng mengandung
asam lemak, jika asam lemak bereaksi dengan oksigen, minyak tsb akan teroksidasi
sehingga berbau tidak sedap dan tidak baik dikonsumsi). 2). Pembakaran (pembakaran
kertas, lilin, minyak tanah atau gas elpiji dalam rumah tangga, dan pembakaran glukosa
dalam tubuh).
Reaksi reduksi merupakan kebalikan dari reaksi oksidasi, yaitu reaksi pelepasan /
pengurangan oksigen dari suatu zat yang mengandung oksigen (oksida). Zat yang menarik
oksigen pada reaksi reduksi disebut reduktor.
Contoh reaksi reduksi :
1. Reduksi bijih besi (Fe2O3, hematit) oleh karbon nomoksida (CO)
Fe2O3(s) + 3CO(g) 2Fe(s) + 3CO2(g)
2. Reduksi kromium (III) oksida oleh aluminium
Cr2O3(s) + 2Al(s) Al2O3(s) + 2Cr(s)
3. Reduksi tembaga (II) oksida oleh hidrogen ; CuO(s) + H2(g) Cu(s) + H2O(g)
Reduktor yang digunakan pada contoh di atas adalah CO, Al, dan H2.
4. 2SO3(g) 2SO2(g) + O2(g), 2KClO3(s) 2KCl(s) + 3O2(g)
(terjadi pengurangan/reduksi jumlah oksigen yang terikat, dari SO 3 menjadi SO2 dan
dari KClO3 kehilangan seluruh oksigennya menjadi KCl.
Contoh lainnya ; 1). Fotosintesis ; 6CO2(g) + 6H2O(l) C 6H12O6(s) + 6O2 pada
reaksi fotosintesis, tumbuhan menggunakan karbon dioksida, air, dan matahari untuk
menghasilkan zat gula dan oksigen. 2). Pengolahan bijih besi ; bijih besi mengandung atom
oksigen (Fe2O3). Untuk memisahkan oksigen dari bijih besi, bijih besi tsb direaksikan
dengan karbon dan dipanaskan. Oksigen bereaksi dengan karbon membentuk CO 2, sehingga
dihasilkan besi murni (Fe) menurut persamaan reaksi ;
2Fe2O3(s) + 3C(s) 4Fe(s) + 3CO2(g)
Pada reaksi ; Fe2O3(s) + 3CO(g) 2Fe(s) + 3CO2(g),
Fe2O3 melepaskan oksigen yang terikat hingga berubah menjadi unsur Fe.
Reaksi Fe2O3 mengalami reduksi. CO dalam reaksi ini mengikat oksigen dan berubah
menjadi CO2. Ini berarti CO mengalami oksidasi.
2. Reaksi Redoks berdasarkan Serah Terima Elektron
Dalam bab ikatan kimia, telah kita pelajari bahwa reaksi antara unsur logam dengan
unsur nonlogam terjadi dengan cara serah terima elektron. Berdasarkan konsep ini, reaksi
redoks merupakan reaksi yang berlangsung melalui mekanisme serah terima elektron. Tidak
semua reaksi kimia melibatkan oksigen.

Berdasarkan pelajaran ikatan kimia dijelaskan bahwa unsur logam tembaga dengan
unsur belerang nonlogam, jika bereaksi akan membentuk senyawa dengan ikatan ion.
Belerang bernomor atom 16 memiliki susunan elektron 2 8 6. Enam elektron valensi
belerang akan menangkap 2 elektron membentuk ion S2- untuk mencapai konfigurasi
elektron oktet. Pada reaksi Cu dan S, Cu melepaskan 2 elektron terluarnya, seperti reaksi
antara Cu dan O. Cu melepas 2 elektron yang ditangkap oleh O. Kedua reaksi tersebut
menangkap elektron baik S maupun O. Cu selalu melepas elektron sehingga dapat disusun
konsep reaksi redoks. Dalam hal ini, Cu melepas elektron menjadi Cu 2+ yang merupakan
proses oksidasi. Cu Cu 2+ + 2 e-, sebaliknya, reduksi adalah reaksi
penangkapan elektron. O + 2e- O2- , S + 2e- S 2-. Konsep ini
menunjukkan bahwa reaksi oksidasi dapat terjadi serentak dengan reaksi reduksi.

Cu Cu2+ + 2e- (oksidasi) Cu Cu2+ + 2e- (oksidasi)


S + 2e- S2- (reduksi) O + 2e- O2- (reduksi)
Cu + S CuS (redoks) Cu + O CuO (redoks)
Perhatikan contoh reaksi pembentukan senyawa Na2O berikut. Untuk membentuk
ion positif (Na+), atom Na harus melepas elektronnya.
Na Na+ + e- …………(1) ke mana elektron yang dilepas oleh Na tersebut?
Ternyata, elektron ini ditangkap oleh oksigen untuk membentuk ion negatif.
O2 + 4e- 2O 2- ………….(2). Agar jumlah elektronnya setara, persamaan (1)
dikalikan dengan faktor 4, kemudian ion Na + dan O2- bereaksi membentuk senyawa Na2O.
Reaksi oksidasi natrium bersamaan dengan reaksi reduksi oksigen. Setelah elektron dilepas
natrium, elektron tsb akan langsung diterima oksigen.
4Na 4Na+ + 4e- (oksidasi) 2Na 2Na+ + 2e- (oksidasi)
O2 + 4e- 2O2- (reduksi) Cl2 + 2e- 2Cl- (reduksi)
4Na + O2 2Na2O (redoks) 2Na + Cl2 2NaCl (redoks)
Dari contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa reaksi penerimaan/penyerapan
elektron disebut reaksi reduksi, sedangkan reaksi penyerahan/pelepasan elektron disebut
reaksi oksidasi. Pada reaksi oksidasi dan reduksi tidak harus melibatkan oksigen.
Pelepasan/penangkapan elektron terjadi secara simultan, artinya jika suatu spesi
melepaskan elektron berarti ada spesi lain yang menyerapnya. Hal ini berarti bahwa setiap
oksidasi disertai reduksi. Jadi, tidak ada reaksi reduksi yang tidak menyebabkan reaksi
oksidasi atau sebaliknya. Hal ini disebabkan tidak mungkin ada atom yang menerima
elektron jika tidak ada yang melepasnya. Inilah yang dimaksud dengan mekanisme serah-
terima elektron. Dengan demikian, reaksi yang melibatkan oksidasi – reduksi selanjutnya
disebut reaksi redoks (singkatan dari reduksi-oksidasi).

Pereduksi atau reduktor adalah zat yang dapat menyebabkan zat lain mengalami
reaksi reduksi (pereduksinya sendiri mengalami reaksi oksidasi). Pengoksidasi atau
oksidator adalah zat yang dapat menyebabkan zat lain mengalami reaksi oksidasi
(pengoksidasinya sendiri mengalami reaksi reduksi).

Oksidator = menangkap elektron ; mengalami reduksi


Reduktor = melepas elektron ; mengalami oksidasi
Ca + S Ca2+ + S 2-

reduktor oksidator hasil oksidasi hasil reduksi


Oksidasi

reduksi

Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu
reduktor oksidator hasil oksidasi hasil reduksi
oksidasi

reduksi
.
Atom Zn bertindak sebagai pereduksi yang mereduksi ion Cu2+, sedangkan atom Zn sendiri
mengalami reaksi oksidasi. Ion Cu2+ bertindak sebagai pengoksidasi yang mengoksidasi
atom Zn, sedangkan ion Cu2+ sendiri mengalami reaksi reduksi.
Perhatikan contoh reaksi berikut.
reaksi reduksi
+3 0

Fe2O3 + 3CO 2Fe + 3CO2


+2 +4
reaksi oksidasi

Pada reaksi di atas, CO merupakan pereduksi dan Fe2O3 merupakan pengoksidasi.


reaksi oksidasi
+5 +7

Br2 + KIO3 + 2OH 2KBr + KIO4 + H2O


0 -1
reaksi reduksi

Pada reaksi di atas, KIO3 sebagai , sedangkan Br2 sebagai pengoksidasi.


3. Reaksi Redoks berdasarkan Perubahan Bilangan Oksidasi
Pada semester 1, Anda sudah mempelajari bilangan oksidasi/tingkat oksidasi, yang
merupakan nilai muatan suatu atom unsur dalam suatu molekul / ion yang dibentuknya.
Lazimnya bilangan oksidasi disebut biloks atau disingkat b.o ini dapat berharga positif atau
negatif. Ada atom yang hanya memiliki 1 biloks, ada pula yang lebih dari 1 biloks. Untuk
menentukan biloks suatu atom dalam senyawa/ionnya, harus terlebih dahulu mengetahui
biloks atom unsur lainnya yang bersifat umum.

Atom-atom dalam suatu senyawa, mengemban muatan listrik tertentu. Hal itu sangat
jelas dalam senyawa ion. Misalnya, dalam senyawa NaCl terbentuk dari ion Na bermuatan
positif (Na+) dan ion Cl bermuatan negatif (Cl-). Biloks unsur Na adalah +1 dan Cl adalah –1
dalam senyawa NaCl. Biloks atom unsur Cu adalah +2 dan oksigen adalah –2 dalam
senyawa CuO.
Dalam senyawa kovalen, atom-atom juga mengemban muatan listrik parsial karena
adanya polarisasi ikatan. Misalnya, dalam HCl, atom hidrogen mengemban muatan positif,
klorin muatan negatif ( ingat ! keelektronegatifan klorin > keelektronegatifan hidrogen).
Besarnya muatan yang diemban oleh suatu atom dalam suatu senyawa, jika semua elektron
ikatan didistribusikan kepada unsur yang lebih elektronegatif, disebut bilangan oksidasi.
Perhatikan bebrapa contoh berikut.
1. Berapakah biloks H dan O dalam H2O?
Rumus Lewis H2O adalah
+
H H -2

O
+
H H

Oleh karena O lebih elektronegatif daripada H, maka elektron ikatan didistribusikan


pada atom O. Jadi, biloks O = -2, sedangkan H masing-masing = +1.
2. Berapakah bilangan oksidasi H dan O dalam H2O2 (hidrogen peroksida)?
Rumus Lewis H2O2 : + +

H O O H H O O H
(1) (2) (3)

Elektron ikatan (1) didistribusikan pada atom O, begitu juga elektron ikatan (3).
Elektron ikatan (2) adalah netral karena ditarik oleh atom sejenis. Jadi, masing-masing
atom H kehilangan 1 elektron dan masing-masing atom O mendapat 1 elektron. Dengan
demikian, biloks H = +1, dan O = -1.
3. Berapa biloks Na dan H dalam NaH?
NaH adalah senyawa ion dengan rumus Lewis Na+( H)-. Jadi, biloks Na=+1, H= -1
4. Berapakah biloks O dan F dalam OF2?
-
Rumus Lewis OF2 adalah ; F F +2

O O
-
F F
Oleh karena F lebih elektronegatif daripada , maka elektron ikatan didistribusikan
kepada atom F. Jadi, biloks F = -1, dan O = +2.
Dengan mempertimbangkan keelektronegatifan unsur, dapat disimpulkan suatu
aturan/ketentuan untuk mempermudah dalam menentukan/menetapkan biloks sbb :

1. Biloks unsur bebas baik berupa atom-atom atau molekul homoatomik adalah 0 (nol).
Contoh : He, Ne, Ar, Kr, Xe, Rn, C, Fe, Cu, Ag, Au, sebagai unsur bebas.
H2, N2, O2, F2, Cl2, Br2, I2, P4, As4, S8, sebagai molekul homoatomik.
2. Fluorin, unsur yang paling elektronegatif dan membutuhkan tambahan 1 elektron
mempunyai biloks –1 pada semua senyawanya.
3. Atom unsur logam selalu memiliki biloks positif sesuai dengan nomor golongannya,
kecuali untuk atom transisi yang memiliki lebih dari satu biloks.
 Biloks atom Li, Na, K, Rb, dan Cs adalah +1.
 Biloks atom Be, Mg, Ca, Sr, Ba, dan Ra adalah +2.
 Biloks atom Al adalah +3
 Biloks atom transisi Fe, Co, dan Ni adalah +2 dan +3, Cu adalah +1 dan +2, Mn
adalah +2, +3, +4, +5, dan +7, dan Cr adalah +2, +3, dan +5.
4. Biloks ion monoatomik adalah sama dengan muatannya.
Contoh : biloks unsur-unsur pada Li+, Na+, K+, Ag+, adalah +1, biloks unsur-unsur
pada Mg2+, Ca2+, Cu2+, Fe2+ adalah +2, biloks unsur-unsur pada F-, Cl-, Br-, I- adlah -1
dan biloks unsur-unsur pada S2- adalah –2.
5. Jumlah biloks atom-atom unsur dalam ion poliatomik sama dengan besarnya muatan ion
poliatomik tsb. Ion poliatomik adalah ion-ion yang terdiri atas 2 atau lebih atom-atom
unsur yang berikatan dan memiliki muatan negatif / positif. Misalnya OH - (ion
hidroksida), SO42- (ion sulfat), dan NH4+ (ion amonium).
Contoh : pada ion OH- biloks O ditambah biloks H = -1, pada ion SO42- biloks S
ditambah 4 kali biloks O = -2, pada ion NH4+ biloks N ditambah 4 kali biloks H = +1.
6. Jumlah biloks semua atom unsur yang terdapat dalam sebuah senyawa adalah 0.
Contoh : senyawa NaCl, biloks Na dan Cl harus sama dengan nol (biloks Na dalam
NaCl = +1, dan Cl dalam NaCl = -1, maka jumlah kedua biloks +1 + -1 = 0).

7. Biloks atom H umumnya adalah +1, kecuali dalam senyawanya dengan logam alkali dan
alkali tanah, biloks H = -1. Contoh : biloks H dalam HCl, H2O, NH3, HF, H2SO4, HNO3,
CH4 = +1. Biloks H dalam NaH, BaH2, KH, MgH2, CaH2 = -1.
8. Biloks atom O umumnya adalah –2. Contoh : biloks O dalam H2O, MgO, CO2, SO2,
H2SO4, KClO3 = -2. Kecuali, dalam F2O biloks O = +2, dalam peroksida seperti H2O2
biloks O = -1, dalam superoksida seperti KO2 biloks O = -1/2.
Catatan : O2- = oksida, O22- = peroksida, O2- = superoksida, O22- = O O
9. Biloks unsur-unsur halogen dalam senyawanya adalah –1, kecuali Cl, Br dan I dalam
senyawa-senyawa oksihalogen memiliki biloks +1, +3, +5, atau +7. Contoh : biloks Cl,
Br, I dalam semua senyawa yang tidak mengandung oksigen seperti HCl, HBr, HI,
NaCl, KBr, AgI, CCl4, CHI3 adalah –1; biloks Cl, Br, I dalam senyawa NaClO, NaBrO,
dan NaIO adalah +1; biloks Cl dalam HClO 2, adalah +3; biloks Cl, Br, I dalam senyawa
NaClO3, NaBrO3, dan KIO3, adalah +5; biloks Cl dalam senyawa HClO4 adalah +7.
10. Penentuan biloks unsur-unsur lain dalam berbagai senyawa berdasarkan aturan-aturan di
atas. Contoh ; penentuan biloks C pada CO2 berdasarkan jumlah biloks unsur-unsur sbb :
Biloks CO2 adalah 0 (nol) dan biloks O adalah –2. Jadi, biloks C pada O adalah +4;
biloks C pada CaCO3 dapat ditentukan : biloks Ca = +2, O = -2 dan biloks C pada
CaCO3 = +4.
Setelah mempelajari biloks unsur dalam suatu senyawa, berikut dapat dipelajari
konsep reaksi redoks berdasarkan perubahan biloks. Adanya pelepasan dan penerimaan
elektron dalam suatu reaksi redoks menyebabkan perubahan biloks unsur-unsur yang terlibat
di dalamnya. Perhatikan contoh reaksi redoks berikut ini.
Zn Zn2+ + 2e- (reaksi oksidasi)
Cu2+ + 2e Cu (reaksi reduksi)
Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu (reaksi redoks)
a. Reaksi Oksidasi
Atom Zn yang memiliki biloks 0 dapat berubah menjadi ion Zn 2+ yang memiliki biloks
+2. Perubahan biloks Zn dari 0 menjadi +2 menunjukkan peningkatan biloks Zn. Jadi,
dalam reaksi oksidasi terjadi peningkatan biloks.
b. Reaksi Reduksi
Ion Cu2+ yang memiliki biloks +2 berubah menjadi atom Cu yang memiliki bilks 0.
Perubahan biloks Cu dari +2 menjadi 0 menunjukkan bahwa biloks Cu menurun. Jadi,
pada reaksi reduksi terjadi penurunan biloks.
Oksidasi = peningkatan biloks
Reduksi = penurunan biloks
Jika dikaitkan dengan perubahan biloks, maka oksidator dan reduktor dalam reaksi tsb
adalah : Oksidator = mengalami penurunan biloks
Reduktor = mengalami peningkatan biloks
c. Reaksi Redoks
Perhatikan skema reaksi redoks.
Biloks berkurang
+2 0

Zn + CuSO4 ZnSO4 + Cu
0 +2

Biloks bertambah

Suatu reaksi redoks dikatakan berlangsung jika dalam reaksi tersebut, terjadi
peningkatan dan penurunan biloks.
Perhatikan reaksi pengolahan bijih besi ; Fe2O3(s) + 3CO(g) 2Fe(s) + 3CO2(g)
Biloks sebelum dan sesudah reaksi dapat ditentukan sebagai berikut.

Tabel. Biloks Sebelum dan Sesudah Reaksi


Sebelum Reaksi Sesudah Reaksi
Senyawa/ Atom Senyawa/ Atom Keterangan
Biloks Biloks
Unsur Unsur Unsur Unsur
Fe +3 Biloks Fe turun,
Fe2O3 Fe Fe 0
0 -2 +3 menjadi 0
C +2 C +4 Biloks C naik,
CO CO2
O -2 0 -2 +2 menjadi +4
Berdasarkan perubahan biloks atom unsur Fe dan C dalam senyawanya pada
persamaan reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa Fe mengalami reduksi dari biloks +3
menjadi 0 dan C mengalami oksidasi dari biloks +2 menjadi +4. Oksidator pada reaksi
tersebut adalah Fe2O3 dan reduktornya adalah gas CO.
Perhatikan diagram perubahan biloksnya sebagai berikut.
Fe2O3(s) + 3CO(g) 2Fe(s) + 3CO2(g)
Biloks +3 –2 +2 –2 0 +4 -2

Biloks C naik 2 satuan


Biloks Fe turun 3 satuan C mengalami oksidasi
Fe mengalami reduksi CO sebagai reduktor
Fe2O3 sebagai oksidator
Mengapa logam besi dapat berubah menjadi karat? Pada kehidupan sehari-hari sering
dijumpai besi berubah menjadi karat besi. Hal tersebut disebabkan logam besi
berinteraksi dengan udara. Proses perubahan tersebut dinamakan proses korosi atau
perkaratan. Persamaan reaksi pembentukan karat besi dan perubahan biloksnya sebagai
berikut.
4Fe(s) + 3O2(g) + 2xH2O(l) 2Fe2O3.xH2O(s)
biloks 0 0 +3 -2

biloks Fe naik 3 satuan O mengalami reduksi


Fe mengalami oksidasi O2 sebagai oksidator
Fe sebagai reduktor
Penulisan Bilangan Oksidasi
Penulisan biloks di kanan atas lambang unsur yang bersangkutan (superskrip).
Untuk membedakan dengan muatan ion, penulisan tanda positif dan negatif pada biloks
di depan bilangan relatif besarnya kontribusi muatan. Contoh penulisan biloks dan
muatan ion dapat dilihat pada tabel.

Tabel. Contoh Penulisan Biloks


Lambang Unsur Penulisan Ion
Penulisan Bilangan Oksidasi
2+
Fe Fe Fe+2
3+
Fe Fe+3
O O2- O-2
Na Na+ Na+1
Penunjukkan biloks setiap atom unsur dalam rumus kimia suatu senyawa dapat
dituliskan seperti contoh berikut pada tabel. Penulisan ini berguna untuk memudahkan
penentuan perubahan bilangan oksidasi suatu unsur pada suatu reaksi kimia.
Tabel. Penulisan Biloks dalam Rumus Kimia
Senyawa Rumus Kimia Penulisan Bilangan Oksidasi
Natrium klorida NaCl Na+1 Cl-1
Asam sulfat H2SO4 H2+1 S+6 O4-2
Kalium klorat KClO3 K+1 Cl+5 O4-2
Aluminium sulfat Al2(SO4)3 Al2+3 (S+6 O4-2)3
 Reaksi Disproporsionasi dan Reaksi Konproporsionasi
Reaksi disproporsionasi adalah reaksi redoks yang oksidatornya dan reduktornya merupakan zat
yang sama. Jadi, sebagian dari zat itu mengalami oksidasi dan sebagian lagi mengalami
reduksi. Dengan kata lain, suatu reaksi disebut autoredoks atau reaksi disproporsionasi jika
terdapat satu zat yang mengalami reaksi reduksi sekaligus reaksi oksidasi. Jadi, zat tersebut
mengalami penambahan sekaligus pengurangan biloks. Perhatikan reaksi berikut, reaksi antara
klorin dengan larutan NaOH :
0 -1 +1
Cl2(g) + 2NaOH(aq) NaCl(aq) + NaClO(aq) + H2O(l)
Reduksi (biloks berkurang)
Oksidasi (biloks bertambah)
Sebagian dari gas Cl2 (biloks = 0) mengalami reduksi menjadi NaCl (biloks Cl = -1) dan
sebagian mengalami oksidasi menjadi NaClO (biloks Cl = +1).
biloks bertambah
Contoh lain : +2 +4

2Na2S2O3 + 4HCl 2S + 2SO2 + 2H2O + 4NaCl


+2 0
biloks berkurang

Pada reaksi tersebut, biloks atom S pada senyawa Na 2S2O3 mengalami dua jenis perubahan
biloks, yaitu penambahan dan pengurangan. Jadi, atom S tersebut mengalami reaksi reduksi
sekaligus reaksi oksidasi atau disebut juga reaksi autoredoks.
Reaksi konproporsionasi merupakan kebalikan dari reaksi disproporsionasi, yaitu reaksi redoks
yang mana hasil reduksi dan oksidasinya sama.

Contoh : reaksi antara hidrogen sulfida dengan belerang dioksida menghasilkan belerang dan
air. –2 +4 0
2H2S + SO2 3S + 2H2O
oksidasi

reduksi

Pada contoh reaksi tersebut, hasil reduksi dan hasil oksidasinya merupakan zat yang sama,
yaitu belerang.
IV. RANGKUMAN
Larutan elektrolit terbagi atas 2 bagian, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. elektrolit kuat : lampu menyala dan ada gelembung-gelembung gas
2. elekrolit lemah : lampu tidak menyala tetapi ada gelembung-gelembung gas
Larutan non elektrolit memiliki ciri-ciri : lampu tidak menyala, dan tidak ada gelembung gas.
Berdasarkan daya hantar listriknya larutan terbagi atas larutan elektrolit dan non elektrolit. Yang
termasuk larutan elektrolit kuat : larutan garam dapur, HCl, dan NaOH
Yang termasuk larutan elektrolit lemah : larutan asam cuka
Yang termasuk larutan non elektrolit : larutan gula, larutan urea.
Suatu larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik disebabkan karena lerutan
mengandung ion-ion. Senyawa ion adalah senyawa yang terbentuk atas ion-ion melalui ikatan
ionik, tersusun dari ion positif dan ion negatif. Senyawa ini jika dilarutkan ke dalam air, akan
terionisasi dan bergerak bebas sehingga dapat menghantarkan arus listrik.
Senyawa kovalen polar adalah senyawa yang terdiri atas atom-atom yang berikatan secara
kovalen. Jika senyawanya adalah kovalen polar, maka senyawa ini dalam air akan membentuk
kutub positif dan kutub negatif sehingga dapat menghantarkan arus listrik.
Konsep redoks berdasarkan :
1. penggabungan dan pelepasan oksigen :
- oksidasi : reaksi terikatnya suatu zat dengan oksigen membentuk senyawa yang
mengandung oksigen (perkaratan, tengiknya minyak, pembakaran)
- reduksi : reaksi pelepasan oksigen dari suatu zat yang mengandung oksigen (fotosintetis,
pengolahan bijih besi).
2. serah terima elektron :
- oksidasi : reaksi pelepasan/penyerahan elektron
- reduksi : reaksi penangkapan/penerimaan elektron
3. perubahan bilangan oksidasi :
- oksidasi : terjadi kenaikan bilangan oksidasi
- reduksi : terjadi penurunan bilangan oksidasi
Suatu reaksi mengalami redoks, jika terjadi perubahan biloks yaitu terjadi kenaikan atau
penurunan biloks. Reaksi autoredoks terjadi, jika pereaksi yang sama mengalami reaksi
oksidasi sekaligus reduksi.

Oksidator adalah pereaksi yang mengalami reduksi atau penyebab terjadinya reaksi oksidasi,
sedangkan reduktor adalah pereaksi yang mengalami oksidasi atau penyebab terjadinya reaksi
reduksi.
Larutan elektrolit dan konsep redoks yang dapat memecahkan masalah lingkungan adalah
lumpur aktif.
V. TEST FORMATIF (PILIHAN GANDA)
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D, dan E di depan jawaban yang menurut Anda
paling benar!
1. Dari hasil eksperimen daya hantar listrik beberapa larutan, diperoleh data sebagai
berikut :
Pengamatan
Larutan
Nyala Lampu Gelembung Gas
1. Terang Ada
2. Tidak menyala Tidak ada
3. Tidak menyala Ada
4. Tidak menyala Tidak ada
5. menyala Ada
Berdasarkan data tersebut, larutan yang termasuk non elektrolit adalah nomor ……..
B. 1 dan 5 B. 2 dan 3 C. 2 dan 4 D. 1 dan 4 E. 3 dan 5
2. Berikut ini pernyataan yang benar tentang elektrolit adalah …………
A. zat-zat yang jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion negatif dn ion positif
B. zat-zat yang jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi molekul-molekul
C. zat-zat yang jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi atom-atom
D. zat-zat yang jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi unsur-unsur
E. zat-zat yang jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi gas-gas tertentu
3. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena dalam larutannya terdapat
dalam bentuk …………………
A. kation C.kation dan anion E. pelarut
B. anion D. molekul
4. Senyawa berikut yang termasuk elektrolit lemah adalah ………..
A. C6H12O6 C. NH4OH E. H2SO4
B. HNO3 D. CaO
5. Sistem berikut yang dapat menghantarkan arus listrik adalah………….
A. NaCl (s) C. C6H12O6 (aq) E. NaBr (l)
B. KCl (s) D. CaO (s)
6. Reaksi berikut yang termasuk reaksi oksidasi adalah ………………
A. 2 Na2O 4 Na + O2 D. Cu2O + H2 2 Cu + H2O
B. 2 BaO2 2 BaO + O2 E. 2 Na2O2 2 Na2O + O2
C. 2 K + O2 2 K2O

7. Bilangan oksidasi nitrogen (N) dalam NH4NO3 adalah ………….


A. –3 b. +1 c. +5 d. –3 dan +5 e. –4 dan +6
8. Nama dari senyawa P2O3 adalah…………..
A. fosfor oksida C. difosfor trioksida E. trifosfor
oksida
B. fosfor trioksida D. trifosfor dioksida
9. Elektrolit yang digunakan dalam sel aki adalah ……………..
A. HNO3 B. CH3COOH C. H2SO4 D. NaOH E. NaCl
10.Pengolahan air limbah organik dengan proses lumpur aktif melibatkan…………..
A. senyawa kaporit C. mikroorganisme pengurai E. batu
kapur
B. unsur radioaktif D. tanah liat
VI. JAWABAN PILIHAN GANDA
1. C 2. A 3. C 4. C
5. E
6. A 7. E 8. C 9. C 10.C
VII. DAFTAR PUSTAKA
-----PURBA, M. 2006.KTSP, KIMIA IA. PENERBIT ERLANGGA. JAKARTA.
-----ROKHMAD. 2004., STRATEGI SUKSES UAN SMA/MAN KIMIA. PENERBIT
ANDI. YOGYAKARTA.
-----SANTOSA, S.J, SUDIONO, S, PRANOWO, D. 2004., KIMIA IA, EDISI 2004.
PENERBIT INTAN PARIWARA. JAKARTA.
-----SUTRESNA NANA, DHOLEHUDIN DINDIN. 2004., KIMIA IA, PENERBIT
GRAFINDO MEDIA PRATAMA. BANDUNG.
-----ANSHORY IRFAN, ACHMAD HISKIA. 1996., KIMIA SMU, PENERBIT
ERLANGGA. BANDUNG.
-----SUDARMO UNGGUL. 2004., KIMIA. SERI MADE SIMPLE, PENERBIT
ERLANGGA. BANDUNG.

HIDROKARBON DAN MINYAK BUMI

I. STANDAR KOMPETENSI
Memahami sifat-sifat senyawa organik atas dasar gugus fungsi dan senyawa makromolekul
II. KOMPETENSI DASAR
1. Mendeskripsikan kekhasan atom karbon dalam membentuk senyawa
hidrokarbon
2. Menggolongkan senyawa hidrokarbon berdasarkan strukturnya dan hubungannya
dengan sifat senyawa
III. MATERI : Senyawa Hidrokarbon
Menguji Keberadaan Atom C, H, dan O dalam Senyawa Karbon
Nama senyawa hidrokarbon diberikan karena unsur utama penyusun senyawanya adalah
karbon dan hidrogen , (CxHy). Unsur-unsur yang dapat membentuk senyawa dengan atom
karbon adalah H, O, N, dan S,. Untuk mengetahui adanya atom karbon, hidrogen, atau oksigen
dalam suatu senyawa karbon dapat dilakukan dengan cara berikut.
1. Cara sederhana (dalam kehidupan sehari-hari).
*. Jika dibakar plastik atau karet maka hasil akhirnya adalah zat berwarna hitam (arang),
yangmana arang tsb merupakan karbon. Ini berarti dalam plastik atau karet mengandung
atom/unsur karbon.
*. Jika gula pasir atau bahan makanan tumbuhan lainnya dipanaskan terus menerus, akan
menghasilkan arang (gosong). Hal ini menunjukkan dalam bahan makanan tumbuhan
juga terdapat atom/unsur karbon.
*. Ikan, daging atau bahan makanan dari hewan, jika dipanggang terlalu lama akan
berubah menjadi arang.
2. Reaksi Pembakaran.
Pada pembakaran sempurna suatu senyawa hidrokarbon (CxHy) atau senyawa karbon
(CxHyOz) akan menghasilkan gas pada karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O).
CxHy(g) + O2(g) CO2(g) + H2O(g)
CxHyOz(g) + O2(g) CO2(g) + H2O(g)
Keberadaan atom/unsur karbon (C) dapat ditunjukkan dengan terbentuknya gas
karbon dioksida (CO2), yang dapat diamati dengan mereaksikan dalam larutan kalsium
hirdroksida atau air kapur (Ca (OH)2). Reaksi tsb akan menghasilkan endapan berwarna
putih (air kapur menjadi keruh) karena terbentuknya kalsium karbonat (CaCO3).
CO2(g) + Ca(OH)2(aq) CaCO3(s) + H2O(g)
Atom/unsur H dalam senyawa hidrokarbon dapat ditunjukkan dengan terbentuknya
uap air (H2O). Terjadinya uap air dibuktikan dengan kertas kobalt. Uap air akan
mengubah warna kertas kobalt dari biru menjadi merah. Kertas kobalt dapat dibuat
dengan cara mencelupkan kertas saring pada larutan kobalt (II) klorida. Kertas saring tsb
kemudian dikeringkan hingga berwarna biru. Adanya atom oksigen (O) secara tidak
langsung ditunjukkan dengan terbentuknya CO2 dan H2O.

Massa C dalam senyawa karbon dapat dihitung dari massa CO 2 yang dihasilkan.
Massa C dalam senyawa karbon sama dengan massa C dalam CO 2 dan dapat dihitung
dengan rumusan berikut. Massa C = Ar C x massa CO2
Mr CO2
Begitu juga massa H dalam senyawa karbon sama dengan massa H dalam H 2O. Massa
hidrogen ini dapat dihitung dengan rumusan berikut.
Massa H = 2 x Ar H x massa H2O
Mr H2O
Adapun massa O dalam senyawa karbon dapat dihitung dengan menerapkan Hukum
Kekekalan Massa sehingga diperoleh persamaan berikut.
Massa O = massa senyawa karbon - (massa C + massa H)
Contoh :
Pada pembakaran suatu senyawa hidrokarbon, dihasilkan 6,6 gr gas karbon dioksida dan
2,7 gr uap air. Jika diketahui Mr senyawa hidrokarbon tsb adalah 42, tentukan rumus
molekulnya. (Diketahui Ar C = 12, H = 1, dan O = 16).
Jwb : reaksi pembakaran hidrokarbon berlangsung sbb : CxHy + O2 CO2 + H2O
Berdasarkan HKM, diperoleh sbb:
Massa atom C dalam senyawa CxHy = massa atom C dalam senyawa CO2.
Massa atom H dalam senyawa CxHy = massa atom H dalam senyawa H2O

Massa atom C dalam senyawa CO2 = Ar C x massa CO2 = 12 x 6,6 gr = 1,8 gr


Mr CO2 44
Massa atom H dalam senyawa H2O = 2 x Ar H x massa H2O = 2 x 2,7 gr = 0,3 gr
Mr H2O 18
Jumlah mol C : Jumlah mol H = massa atom C : massa atom H
Ar C Ar H
= 1,8 gr : 0,3 gr = 0,15 : 0,3 = 1 : 2

Rumus empiris = CH2, maka rumus molekulnya = Mr (CH2)n = 42, (14)n = 42 n =


42/14 = 3 Jadi, rumus molekul hidrokarbon tersebut (CH2)3 = C3H6
Dengan demikian, keberadaan unsur oksigen dalam sampel organik biasanya tidak
ditunjukkan secara khusus, tetapi dapat diketahui dari selisih massa antara sampel dengan
jumlah massa karbon, hidrogen, dan unsur lainnya. Contoh : suatu sampel sebanyak 2,3
gram dianalisis sehingga diketahui mengandung 1,2 gr karbon dan 0,3 gr hidrogen. Sampel
tersebut tidak mengandung unsur-unsur lain (selain C, H, dan O). Massa karbon + hidrogen
= 1,2 + 0,3 = 1,5 gram. Jadi, dapat dipastikan bahwa sampel tersebut mengandung
oksigen sebanyak 2,3 gr – 1,5 gr = 0,8 gram.

Kekhasan Atom Karbon


Jumlah senyawa karbon sangat banyak, jauh melampaui jumlah senyawa yang tidak
mengandung karbon. Keistimewaan unsur karbon yang tidak dimiliki unsur lainnya adalah
letaknya dalam SPU, karbon (z=6) pada periode ke-2 golongan IVA.
Sifat-sifat khas atom karbon yang menyebabkan terbentuknya senyawa karbon :
1. atom karbon mampu membentuk 4 ikatan kovalen (elektron valensi : 4), sehingga
untuk mencapai kestabilan oktet karbon memerlukan 4 elektron atom lain dengan
membentuk 4 ikatan kovalen. Karbon membentuk ikatan kovalen dengan berbagai
unsur non logam, terutama dengan H, O, N, dan halogen (F, Cl, Br, I) bahkan dengan
beberapa unsur logam seperti magnesium. Misalnya : CH4 (metana), CH3OH
(metanol), CHCl3 (kloroform), CH3NH2 (metilamina).
2. Atom karbon relatif kecil

Letak atom karbon pada periode ke-2, berarti atom karbon mempunyai 2 kulit atom. Hal ini
menunjukkan bahwa jari-jari karbon relatif kecil sehingga ikatan kovalen yang dibentuk
relatif kuat, dan ikatan-ikatan karbon relatif stabil sehingga dapat membentuk ikatan
rangkap 2 maupun rangkap 3. Semakin besar jari-jari atom, semakin lemah ikatan yang
dibentuknya. Sementara itu, ikatan rangkap hanya dapat dibentuk oleh atom yang relatif
kecil yaitu unsur periode ke-2 dan beberapa unsur periode ke-3, sedangkan unsur periode
ke-4 tidak dapat membentuk ikatan rangkap.
3. Atom karbon mampu membentuk rantai karbon
Senyawa karbon dapat membentuk rantai yang sangat panjang, karena atom C memiliki
kemampuan mengikat 1,2,3 atau bahkan 4 atom C lainnya.
Perhatikan ikatan senyawa-senyawa karbon berikut ini !
C5H12 : H H H H H
H – C – C – C – C - C – H disingkat CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3 atau
H H H H H CH3 – (CH2)3 – CH3
Bentuk : H H H H
Lain H–C–C–C–C-H disingkat CH3–CH–CH2– CH3 atau CH3-CH(CH3)-CH2-CH3
H CH3 H H CH3
Bentuk : H CH3 H CH3
Lain H–C–C–C–H atau CH3 – C – CH3
H CH3 H CH3
Selain karbon dapat membentuk ikatan tunggal, ikatan rangkap 2 atau rangkap 3, karbon
dapat juga membentuk rantai lingkar (siklik). Kemampuan membentuk berbagai jenis rantai
karbon, lurus maupun bercabang inilah yang menyebabkan senyawa karbon berjumlah sangat
banyak. Perhatikan beberapa contoh senyawa berikut :

H H
H H H H H C - C
H–C–H H–C–C–H C=C H–C=C–H H C H
H H H H H H H
Metana etana etena etuna siklopropana
Gambar. Berbagai macam bentuk ikatan dan rantai karbon dalam senyawa karbon
Atom karbon dapat membentuk senyawa rantai panjang yang mengandung jumlah atom C
sangat banyak. Senyawa karbon dengan jumlah atom C yang sama, dapat mempunyai
struktur yang berbeda. Contoh : H H H H
H–C–C–C–H H3C – C – CH
H H CH3
H -C- H
H
Susunan rantai bercabang ini mempunyai sifat yang berbeda dengan senyawa yang
mempunyai struktur rantai tidak bercabang.
4. Jenis Atom Karbon
Berdasarkan jumlah atom karbon yang diikatnya, atom karbon dengan 4 ikatan kovalen
tunggal dibedakan atas :
a. atom C primer (1o) adalah atom C yang hanya mengikat satu atom C lainnya.
Pada senyawa hidrokarbon jenuh, atom C primer mengikat 3 atom H (-CH3).
Perhatikan tanda bintang yang menandai atom C primer pada contoh-contoh
senyawa berikut ini.

*CH3 - *CH3 (terdapat 2 atom C primer), *CH3 – CH - *CH3 (terdapat 3 atom C primer)
CH3
b. atom C sekunder (2o) adalah atom C yang mengikat 2 atom C lainnya. Pada suatu
senyawa hidrokarbon jenuh, atom C sekunder mengikat 2 atom H (-CH 2-). Contoh
:
CH3 - *CH2 – CH3 (terdapat 1 atom C sekunder)
CH3 - *CH2 - *CH2 - *CH2 – CH3 (terdapat 3 atom C sekunder)
CH3 - *(CH2)10 – CH3 (terdapat 10 atom C sekunder)
c. atom C tersier (3o) adalah atom C yang mengikat 3 atom C lainnya. Pada senyawa
hidrokarbon jenuh, atom C hanya mengikat 1 atom H (-CH-). Contoh :
CH3 - *CH – CH3 CH3 - *CH - *CH – CH2 – CH3
CH3 CH3 CH3
1 atom C tersier 2 atom C tersier
d. atom C kuartener (4o) adalah atom C yang mengikat 4 atom C lainnya. Pada
senyawa hidrokarbon jenuh, atom C kuartener tidak mengikat atom H. Contoh :
H H H H
CH3 - *C – CH3 (1 atom C kuartener) CH3 - *C - *C - *C – CH3 (3 atom C kuar-
CH3 CH3 CH3 CH3 tener)

5. Pembentukan ikatan karbon


Untuk memenuhi kaidah oktet, antaratom karbon dapat saling berikatan membentuk :
a. 4 ikatan kovalen tunggal : terdapat pada senyawa C 2H6, ada 2 atom C dan 6 atom
H. Setiap atom C berikatan kovalen dengan 3 atom H dan antaratom C juga
berikatan kovalen. Contoh : CH4 H H H C2H6
H–C–H H–C–C-H
H H H
b. 1 ikatan kovalen rangkap 2 dan 2 ikatan kovalen tunggal. Contoh : C 2H4. Setiap
atom C mengikat 2 atom H dengan ikatan kovalen. Untuk mengikuti kaidah oktet,
antaratom C membentuk 2 ikatan kovalen sehingga terdapat ikatan kovalen
rangkap 2. H H
C = C
H H
c. 2 ikatan kovalen rangkap 2, contohnya: CO2, O=C=O
d. 1 ikatan kovalen rangkap 3 dan 1 ikatan kovalen tunggal. Contohnya :C 2H2, terdapat 2
atom C dan 2 atom H. Setiap atom C mengikat 1 atom H dengan ikatan kovalen. Untuk
mengikuti kaidah oktet, 6 elektron dari 2 atom C membentuk 3 pasang elektron terikat
sehingga terdapat ikatan rangkap tiga, H – C = C - H
6. Jenis Senyawa Karbon
Berdasarkan jenis ikatan antaratom karbonnya, senyawa karbon dapat dikelompokkan
menjadi :
1. senyawa karbon jenuh adalah senyawa karbon yang hanya memiliki ikatan
tunggal antaratom C atau tidak memiliki ikatan rangkap antaratom C.
Contoh : C2H6, CH3 – CH3 C3H8, CH3 – CH2 – CH3
2. senyawa karbon tak jenuh adalah senyawa karbon yang memiliki ikatan rangkap
antaratom C, dapat berupa ikatan rangkap 2 dan rangkap 3
Contoh : C3H4, CH2 = CH2 C2H2, CH = CH

Sifat senyawa organik dan senyawa anorganik :


1. senyawa organik kurang stabil terhadap pemanasan. Umumnya senyawa organik
sudah terurai pada 700oC. Berdasarkan hasil percobaan, sampel organik mudah
(menjadi gosong). Karena senyawa organik tersebut berikatan kovalen yang relatif
lebih lemah dibanding ikatan ion yang sering terdapat dalam senyawa anorganik.
2. Titik cair dan titik didih : senyawa organik umumnya mempunyai titik cair dan titik
didih yang relatif rendah. Banyak di antaranya yang berupa gas atau cairan pada suhu
kamar. Senyawa anorganik terutama yang merupakan senyawa ion, mempunyai titik
cair dan titik didih yang relatif tinggi.

3. Kelarutan : senyawa organik lebih mudah larut dalam pelarut yang nonpolar (seperti
kloroform) daripada dalam pelarut polar (seperti air), sedangkan senyawa anorganik
lebih mudah larut dalam pelarut polar.
4. Kereaktifan : reaksi-reaksi senyawa organik umumnya berlangsung lebih lambat
daripada reaksi senyawa anorganik, kecuali reaksi pembakaran. Banyak dari senyawa
organik yang mudah terbakar, tetapi kurang reaktif terhadap pereaksi lain. Plastik
sebagai contoh tidak bereaksi dengan asam, basa, bahkan dengan akuaregia
sekalipun. Sebagai perbandingan, perhatikan sifat benzena (mewakili senyawa
organik) dan natrium klorida (mewakili senyawa anorganik) pada tabel.
Tabel. Perbandingan Sifat Senyawa Organik (benzena) dengan Senyawa Anorganik (natrium
klorida)
Sifat Benzena Natrium Klorida
Rumus kimia C6H6 NaCl
Kelarutan dalam air Tidak larut Larut
Kelarutan dalam bensin Larut Tidak larut
Dapat terbakar Dapat Tidak dapat
Titik cair 5,5oC 801oC
Titik didih 80oC 1.413oC
Kerapatan 0,88 g cm-3 2,7 g cm-3
Tipe ikatan kovalen ionik

Penggolongan Hidrokarbon
1. Penggolongan berdasarkan struktur molekul (bentuk rantai karbon)
a. Senyawa Hidrokarbon Alifatik (rantai terbuka), adalah senyawa hidrokarbon
dengan struktur rantai karbon terbuka. Senyawa yang temasuk hidrokarbon
alifatik, yaitu :
1. Alkana : metana(CH4), etana (C2H6), propana (C3H8), dstnya (terdapat dalam
minyak bumi).
2. Alkena : etena (C2H4), propena (C3H6), butena (C4H8), dstnya
3. Alkuna : etuna (C2H2), propuna (C3H4), butuna (C4H6), dstnya.
Contoh : H H H H
H C C C C H 2-metilbutana
H H H
H C H
H
b. Senyawa Hidrokarbon Siklik (rantai tertutup/melingkar/cincin), adalah senyawa

hidrokarbon yang memiliki struktur rantai karbon tertutup/melingkar/cincin. Terdiri dari :


1. Homosiklik, senyawa hidrokarbon yang lingkarnya hanya mengandung atom-atom C
dan H. Terdiri dari :
a. Senyawa Hidrokarbon Alisiklik : senyawa alifatik melingkar dengan ujung rantai
karbon tertutup (bukan inti benzena). H H
Contoh : CH2 CH2 CH2 H C C H
CH2 CH2 CH2 CH2 H C C H
Siklopropana (C3H6) Siklobutana (C4H8) H H
b. Senyawa Hidrokarbon Aromatik : senyawa hidrokarbon yang memiliki rantai
karbon tertutup dan mengandung 2 atau lebih ikatan rangkap yang letaknya
berselang-seling (bersifat konjugat). Atau, senyawa yang lingkarnya terdapat inti
benzena paling sedikit satu atau turunannya.
Contoh : senyawa hidrokarbon aromatik, yaitu benzena dan toluena
H H
C C
H C C H H C C H
H C C H H C C H
C C
H CH3
Benzena (C6H6) Toluena (C6H5CH3)
Senyawa hidrokarbon siklik yang tidak termasuk aromatik, digolongkan ke dalam
hidrokarbon alisiklik. Hidrokarbon alisiklik dan aromatik mempunyai sifat-sifat
yang berbeda nyata. Sifat hidrokarbon alisiklik lebih mirip dengan hidrokarbon
alifatik. Nama alifatik menyatakan adanya rantai melingkar (siklik), tetapi sifatnya
menyerupai senyawa alifatik.
2. Heterosiklik : senyawa yang lingkarnya mengandung atom-atom selain C dan H
2. Penggolongan berdasarkan jenis ikatan
1. Senyawa hidrokarbon jenuh (ikatan tunggal) ; memiliki ciri antaratom C berikatan
tunggal (C-C). Senyawa yang termasuk ke dalam kelompok ini, adalah :
a. Rantai C lurus : CH3 – CH3 (etana, C2H6) CH3 – CH2 – CH3 (propana, C4H8)
butana (C4H10) ; H H H H
b. Rantai C bercabang ; dekana (C10H22) C1 C1
C1 C3 C2 C4 C2 C2 C1
C1
C1 atom C primer (5 buah) : atom C yang mengikat 1 atom C lain
C2 atom C sekunder (3 buah) : atom C yang mengikat 2 atom C lain
C3 atom C tersier (1 buah) : atom C yang mengikat 3 atom C lain
C4 atom C kuartener (1 buah) : atom C yang mengikat 4 atom C lain

2. Senyawa hidrokarbon tak jenuh (ikatan rangkap) : memiliki ciri antaratom C ada yang
berikatan rangkap 2 (C=C) atau rangkap 3 (C=C). Terdiri dari :
a. ikatan rangkap 2 ; menggunakan 2 pasang elektron milik bersama.
Contoh : golongan alkena, CH2 = CH2 (etena, C2H4)
H H H
H C C C H (propena, C3H6)
H
b. ikatan rangkap 3 ; menggunakan 3 pasang elektron milik bersama
Contoh : golongan alkuna, CH = CH (etuna, C2H2) H
H C C C H (propuna, C3H4)
H
Golongan aromatik : benzena (C6H6) CH
CH CH
CH CH
CH
Tata Nama Senyawa Hidrokarbon
1. Alkana ; merupakan hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu hidrokarbon dengan rantai karbon
terbuka dan semua ikatan karbon-karbonnya merupakan ikatan tunggal. Bersifat kurang
reaktif dibandingkan alkena dan alkuna, sehingga senyawa ini dikenal juga dengan nama
parafin (berasal dari bahasa latin Parum Afinis yang artinya daya gabung kecil atau
afinitasnya kecil terhadap unsur-unsur lain.
Rumus Lewis, Rumus Bangun, Rumus Molekul, serta Model dan Nama dari 3 anggota
pertama alkana diberikan pada tabel berikut ini :
Tabel. Tiga Suku Pertama Alkana
Rumus Rumus Nama
Rumus Bangun Model dengan Molymod
Elektron Molekul Alkana
H H
H C H H C H CH4 Metana
H H
C2H6
H H H H
H C C H H C C H Etana
H H H H
C3H8
H H H H H H
H C C C H H C C C H Propana
H H H H H H

a. Rumus Umum Alkana


Pada tabel di atas, perhatikan bahwa setiap penambahan 1 atom C berarti penambahan 1
gugus CH2. Urutan suatu golongan senyawa hidrokarbon berdasarkan perbedaan jumlah
gugus CH2 yang teratur, disebut deret homolog. Perbandingan jumlah atom C dengan
atom H dalam alkana selalu sama dengan n = (2n + 2). Oleh karena itu, alkana dapat
dinyatakan dengan rumus umum : CnH2n+2
Minyak bumi dan gas alam, banyak mengandung senyawa alkana.
b. Deret Homolog
Suatu kelompok senyawa karbon dengan rumus umum yang sama dan sifat yang mirip,
disebut suatu homolog (deret sepancaran). Alkana merupakan suatu homolog :
CH4 = CH2x1+2 C2H6 = C2H2x2+2 C3H8 = C3H2x3+2

Tabel. Rumus Molekul dan Nama Alkana dengan jumlah atom C1 – C10.
Jumlah Atom C Rumus Molekul Nama
1 CH4 Metana
2 C2H6 Etana
3 C3H8 Propana
4 C4H10 Butana
5 C5H12 Pentana
6 C6H14 Heksana
7 C7H16 Heptana
8 C8H18 Oktana
9 C9H20 Nonana
10 C10H22 Dekana
Metana merupakan salah satu deret alkana yang paling sederhana yaitu terdiri atas 1
atom C yang mengikat 4 atom H.
c. Tata Nama Alkana
1. Tata Nama menurut aturan IUPAC (Jenewa, 1982)
@. Penamaan alkana rantai lurus sesuai dengan jumlah atom C yang dimiliki dengan
memberi awalan n (n=normal), artinya tidak bercabang.
Contoh : CH3 – CH2 – CH2 – CH3 n –butana
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3 n –pentana, dst…….
@. Penamaan alkana rantai bercabang dengan langkah-langkah berikut :
1. Menentukan rantai karbon terpanjang sebagai rantai utama/induk (alkana)
Contoh : CH3 – CH – CH2 – CH2 – CH3 (rantai terpanjang 5/rantai utama)
CH3 (cabang)

2. Memberi nomor urut pada rantai utama atom C, dimulai dari atom C yang
terdekat dengan cabang, sehingga posisi cabang mendapat nomor terkecil.
Contoh : 1 2 3 4 1 2 3 4 5
CH3 – CH – CH - CH3 CH3 – CH2 – CH2 – CH – CH3
CH3 CH3
1 2 3 4 6 5 4 3
CH3 – CH – CH – CH – CH3 CH3 – CH – CH2 – CH – CH2 – CH3
CH3 CH2 CH2 5 7 CH2 CH2 CH2 2
CH3 CH3 6 8 CH3 CH3 CH3 1
3. Bila terdapat lebih dari 1 cabang sejenis, nama cabang disebut sekali saja
dengan diberi awalan yang menyatakan jumlah cabang, misalnya 2 = di, 3
= tri, 4 = tetra, 5 = penta, 6 = heksa, 7 = hepta, 8 = okta, 9 = nonana, 10 =
deka. Contoh : 3 4 5 6 CH3
CH – CH2 – CH2 – CH3 CH3 – C – CH2 – CH – CH3
CH3 – C - CH3 CH3 CH2 5
CH3 CH3 6
(dimetilheksana) (trimetilheksana)
4. Cabang-cabang yang terikat pada rantai utama, diberi nama alkil, yaitu sama
dengan nama alkana yang sesuai, tetapi akhir “ana” diganti “il”. Jika satu
atom H pada alkana berkurang, maka dihasilkan suatu gugus yang disebut
gugus alkil/radikal ( R ), yaitu kehilangan 1 atom H-nya.
Rumus Alkil = - CnH2n+1 Contoh : alkana alkil
CH4 (metana) CH3 (metil)
C2H6 (etana) C2H5 (etil)
5. Bila terdapat lebih dari 1 jenis cabang, maka cabang-cabang tersebut ditulis
sesuai dengan urutan abjad, misalnya etil harus ditulis lebih dulu dari metil.
Contoh : 1 2 3 4 5 6
CH3 – CH2 – CH – CH2 – CH2 – CH3
CH3 C CH3
CH3
3-etil-2,2-dimetilheksana (cabang-cabang induk)
Senyawa tersebut mempunyai 2 rantai terpanjang dengan C-6 :
1. yang dalam garis, mempunyai 3 cabang
2. yang dalam garis putus-putus, mempunyai 2 cabang.
Dalam hal seperti itu, rantai induk adalah rantai karbon terpanjang yang
mempunyai cabang terbanyak. 6 5 4 3
CH3 – CH – CH2 – CH – CH2 – CH3
4-etil-3,6dimetiloktana CH2 CH2 CH2 2
CH3 CH3 CH3 1

5. Penulisan nama dimulai dari nomor posisi terikat gugus alkil dan diikuti
tanda pemisah strip (-), kemudian nama alkil dan nama rantai utama (alkana).
Contoh : 1 2 3 4
CH3 – CH – CH – CH3 butana 2-metilbutana
CH3 metil
nomor cabang – nama cabang (alkil) rantai utama (alkana)
2 - metil butana
2. Tata Nama Alkana yang bersifat umum (nama trivial/lazim)
@. Untuk rantai karbon yang lurus dan tidak memiliki cabang , diberi awalan normal
atau disingkat n.
@. Jika pada ujung rantai karbon terdapat cabang metil sehingga membentuk posisi
siku, diberi awalan “iso”-
Contoh : CH3 – CH – CH3 CH3 – CH – CH2 – CH3
CH3 CH3
(isobutana) (isopentana)
@. Pada struktur molekul berikut, berlaku pemberian awalan “neo”.
Contoh : CH3
CH3 C CH3 (neopentana)
CH3
@. Gugus alkil diberi nama umum sebagai berikut :
CH3 – CH - (isopropil) CH3 – CH – CH2 – (isobutil)
CH3 CH3
CH3 – CH2 – CH - CH3
CH3 CH3 – C – (t-butil)
Sekunder butil (s-butil) CH3
d. Sumber dan Kegunaan Alkana
Alkana tidak asing dalam kehidupan sehari-hari. Alkana merupakan komponen utama
dari gas alam dan minyak bumi. Pada bagian akhir bab ini, akan dibahas bagaimana
bensin, minyak tanah, dan fraksi lainnya dipisahkan dari minyak bumi.
Kegunaan alkana dalam kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai :
1. Bahan bakar, seperti LPG (elpiji), kerosin, bensin, solar, dan minyak tanah.
2. Pelarut, berbagai jenis hidrokarbon seperti petroleum eter dan nafta,
digunakan sebagai pelarut dalam industri dan pencucian kering (dry
cleaning)
3. Sumber hidrogen, gas alam, dan gas petroleum (dalam industri, misalnya
industri amonia dan pupuk).
4. Pelumas, merupakan alkana suku tinggi (jumlah atom karbon tiap
molekulnya cukup besar, misalnya C18H38).

5. Bahan baku untuk senyawa organik lain. Minyak bumi dan gas alam
merupakan bahan baku utama untuk mensintesis berbagai senyawa organik
seperti alkohol, asam cuka, metil klorida (CH 3Cl), karbon tetraklorida (CCl4),
dan metanol (CH3OH).
6. Bahan baku industri. Berbagai produk seperti plastik, deterjen, karet sintesis,
minyak rambut, dan obat gosok, dibuat dari minyak bumi atau gas alam).
2. Alkena : merupakan senyawa hidrokarbon alifatik tak jenuh yang mengandung satu ikatan
.rangkap 2 antara dua atom C yang berurutan ( - C = C - ). Alkena mempunyai atom H lebih
sedikit (berkurang 2 atom H) dibanding alkana.
Contoh ; H H
Etana (C2H6) H–C–C–H
H H
Etena (C2H4) H H
C=C
H H
Tabel.Struktur Lewis,Rumus Struktur,Rumus Molekul,Nama dari Lima Suku Terendah Alkana
Nama Struktur Lewis Rumus Struktur Rumus Molekul
Etena H H H H C2H4
C C C C CH2=CH2
H H H H
C3H6
Propena H H H H H H
CH3-CH=CH2
C C C H C C C H
H H H H

a. Rumus Umum Alkena


Jumlah atom H yang diikat adalah 2 x jumlah atom C. Jika terdapat n atom C, maka jumlah
atom H adalah 2 n, sehingga rumus umum senyawa alkena CnH2n.
Contoh : etena/etilena (C2H4), propena (C3H6), butena (C4H8), Pentena (C5H10), Heksena
(C6H12), Heptena (C7H14), Oktena (C8H16), Nonena (C9H18), Dekena (C10H20).
Jika diperhatikan rumus molekul alkana dengan rumus molekul alkena, terlihat bahwa jumlah
atom H pada alkena 2 atom lebih sedikit dari alkana. Agar ikatan pada alkena memenuhi
oktet, senyawa tersebut harus membentuk rangkap 2.

b. Tata Nama Alkena


Nama alkena diturunkan dari nama alkana yang sesuai (jumlah atom karbonnya sama) dengan
mengganti akhiran “ana” menjadi “ena”. Contoh : C2H4 etena, C3H6 propena. Seperti halnya
penamaan alkana, pemberian nama IUPAC alkena juga perlu memperhatikan pemilihan rantai
induk, penomoran, dan cara penulisan nama.

1. Memilih rantai induk terpanjang yang terdapat ikatan rangkap 2 (C=C). Senyawa
alkena diberi nama sesuai dengan jumlah atom C terpanjang dan diberi akhiran –
ena.
2. Penomoran pada rantai induk dimulai dari atom C yang terdekat dengan ikatan
rangkap dan diberi nomor terkecil.
3. Penulisan cabang-cabang sama seperti pada alkana, hanya pemberian nama alkena
dengan mencantumkan angka yang menunjukkan letak ikatan rangkap dua.
Contoh : 6 5 4 3 2 1 5-metil-2-heksana induk
Induk CH3 – CH – CH2 – CH = CH – CH3 posisi posisi
CH3 cabang cabang ikt.rangkap

2 3 4 5
CH3 – CH2 – C – CH2 – CH – CH3 induk 2-etil-4-metil-1-pentena induk
cabang 1 CH2 CH3 cabang cabang-cabang
c. Sumber dan Kegunaan
Dalam industri, alkena dibuat dari alkana melalui pemanasan dengan katalis, yaitu dengan
proses yang disebut perengkahan atau cracking. Alkena, khususnya suku-suku rendah, adalah
bahan baku industri kimia yang sangat penting, seperti pipa (PVC : polivinilklorida), karet
sintetik, palstik, dan teflon. Etena/etilena merupakan senyawa yang paling sederhana berupa
gas dan berbau menyengat, diperoleh dari pengolahan minyak bumi. Khusus etena digunakan
pada pemeraman buah dan bahan pembuat zat-zat kimia lainnya seperti alkohol, etanol,
etilena glikol dan etil eter.
3. Alkuna : merupakan senyawa hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan 1 ikatan karbon rangkap 3
( - C=C - ). Senyawa yang mempunyai 2 ikatan karbon rangkap 3, disebut alkadiuna,
sedangkan senyawa yang mempunyai 1 ikatan karbon rangkap, dan ikatan karbon rangkap 3,
disebut alkenuna.
Tabel. Nama, Rumus Lewis, Rumus Struktur, dan Rumus Molekul dari Beberapa Alkuna
Nama Rumus Lewis Rumus Struktur Rumus Molekul
Etuna H C C H H - C = C H C2H2
Propuna H C C C H - C = C - C - H C3H4
H
C4H6
1-Butuna H C C C H H
H–C=C–C–C–H
H H
a. Rumus Umum Alkuna
Perhatikan nama dan rumus molekul senyawa alkuna yang dimulai dari 2 atom C, yaitu :
Etuna (C2H2), propuna (C3H4), butuna (C4H6), pentuna (C5H8), heksuna (C6H10), heptuna
(C7H12), oktuna (C8H14), nonuna (C9H16), dekuna (C10H18).
Dengan jumlah atom C yang sama, terlihat bahwa jumlah atom H senyawa alkuna 4 atom
lebih sedikit daripada senyawa alkana atau 2 atom lebih sedikit daripada senyawa alkena.

Hal ini disebabkan pada alkuna terdapat 1 ikatan rangkap tiga (-C=C-) antara 2 atom C
yang berurutan. Jadi, jika jumlah atom C pada senyawa alkuna adalah n, maka jumlah atom
H-nya adalah 2n-2, sehingga rumus umum senyawa alkuna : Cn H2n-2.
Contoh : C2H2 H C C H atau H – C = C – H disingkat CH = CH
H H
C3H4 H C C C H atau H – C = C – C – H disingkat CH = C – CH3
H H
Atom C membentuk ikatan rangkap tiga sehingga ikatan pada senyawa alkuna memenuhi
kaidah oktet.
b. Tata Nama Alkuna
Penamaan alkuna sama seperti alkana atau alkena. Akhiran ana atau ena diganti una.
Pemberian nama IUPAC pada alkuna baik rantai lurus maupun bercabang sama seperti
pada alkena. Contoh :
1 2 3 3 4 5 6 7 8
CH3 = C - CH - CH3 CH3 – CH – C = C – CH – CH2 – CH3
CH3 4 2 CH2 CH2
3-metil-1-butuna 1 CH3 CH3
posisi cabang posisi ikatan rangkap 6-etil-4-metil-4-oktuna
c. Sumber dan Kegunaan Alkuna
Khusus etuna (C2H2) mempunyai nilai ekonomis penting, digunakan pada pengelasan
logam. Nama lain etuna adalah asetilena merupakan alkuna yang sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam industri, asetilena dibuat dari gas metana melalui reaksi
pembakaran tidak sempurna : 4CH4(g) + 3O2(g) 2C2H2(g) + 6 H2O(g)
Dalam jumlah sedikit, asetilena dapat dibuat dari reaksi batu karbit (kalsium karbida)
dengan air : CaC2(s) + 2 H2O (l) Ca (OH)2 (aq) + C2H2 (g)
Di beberapa daerah, terutama pedesaaan karbida digunakan untuk memeram buah-buahan
seperti pisang dan mangga.
Hubungan Titik Didih Senyawa Hidrokarbon Dengan Massa Molekul RelatifF (Mr) Dan
Strukturnya
Apa gejala yang ditunjukkan oleh air yang sedang mendidih? Bagaimana suatu senyawa
dikatakan mendidih? Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhinya? Suatu senyawa disebut
mendidih jika tercapai kesetimbangan antara fase cair dan gas. Dengan demikian, ketika suatu
senyawa mendidih, terjadi perubahan wujud zat dari cair menjadi gas. Perhatikan data Mr
senyawa alkana, titik didih, dan titik leleh pada tabel berikut.

Tabel. E. Mr, Titik Leleh dan Titik Didih Beberapa Senyawa Alkana
Nama Alkana Rumus Molekul Mr Titik Leleh (oC) Titik Didih (oC) M.Jenis (r ) Wujud suhu Kmr
Metana CH4 16 -183 -162 Gas
Etana C2H6 30 -172 -88,5 Gas
Propana C3H8 44 -187 -42 0,493 Gas
n-Butana C4H10 58 -138 0 0,573 Gas
Isobutana C4H10 58 -159 -12
n-pentana C5H12 72 -130 36 0,621 Cair
Isopentana C5H12 72 -160 28
Neopentana C5H12 72 -17 9,5
Heksana C6H14 86 -95 69 0,655 Cair

Heptana C7H16 100 -90,5 98 0,680 Cair


Oktana C8H18 114 -57 126 0,698 Cair
Nonana C9H20 128 -54 151 0,714 Cair
Dekana C10H22 142 -30 174 0,726 Cair
Undekana C11H24 156 -26 196
Dodekana C12H26 170 -10 216
Tridekana C13H28 184 -6 234
Tetradekana C14H30 198 5,5 252
Pentadekana C15H32 212 10 266
Heksadekana C16H34 226 18 280
Heptadekana C17H36 240 22 292
Oktadekana C18H38 254 28 308 Padat
Nonadekana C19H40 268 32 326
Eikosana C20H42 280 36 -
Berdasarkan tabel, dapat diketahui bahwa :
1. Jika Mr semakin besar/jumlah atom C semakin banyak, maka titik leleh dan titik
didih semakin besar.
2. Senyawa alkana yang memiliki rantai cabang (misalnya isobutana dan isopentana)
memiliki titik didih dan titik leleh yang lebih kecil daripada senyawa alkana yang
memiliki rumus molekul sama tetapi memiliki rantai lurus dan tidak bercabang.
Suatu zat yang memiliki titik didih kurang dari 25oC pada keadaan standar (25oC, 1 atm) zat
tersebut berwujud gas. Adapun zat yang memiliki titik leleh kurang dari 25 oC dan titik didih di
atas 25oC, dalam keadaan standar zat tersebut berwujud cair. Jika suatu zat memiliki titik leleh di
atas 25oC, dapatkah memperkirakan wujud zat tersebut pada keadaan standar? Berdasarkan tabel
tersebut, dapat disimpulkan bahwa senyawa alkana memiliki wujud :

1. gas : dari metana sampai isobutana


2. cair : dari n– pentana sampai heptadekana
3. padat : dari oktadekana sampai hektana
Data hubungan titik didih dan titik leleh dengan Mr tersebut dapat juga dibuat dalam bentuk
grafik seperti ditunjukkan gambar berikut. Berdasarkan gambar tersebut,
dapat diketahui bahwa pada keadaan standar :
 dari CH4 hingga C4H10, berwujud gas
 dari C5H12 hingga C17H36, berwujud cair
 dari C18H38 dan seterusnya
Keisomeran Hidrokarbon
Senyawa hidrokarbon dapat membentuk isomer (isomer berasal dari bahasa Yunani, yaitu iso
yang berarti sama, dan meros yang berarti bagian). Jadi, isomer berarti senyawa yang memiliki
rumus molekul yang sama (jumlah atom sama) tetapi struktur molekulnya berbeda.
Contoh : dikenal 2 jenis senyawa dengan rumus molekul C 4H10, yaitu butana dan metil butana
atau isobutana. Meski rumus molekul sama, kedua senyawa itu mempunyai sifat-sifat yang
berbeda. Misalnya, butana mempunyai titik didih 0,5oC sedangkan isobutana 10oC. Perbedaan
sifat terjadi karena perbedaan struktur, yaitu dalam cara atom-atom saling mengikat. Rantai
karbon dalam butana merupakan rantai lurus, sedangkan pada isobutana merupakan rantai
bercabang.

H H H H H H H
H–C–C–C–C–H H–C–C–C–H
H H H H H H
n-butana (t.d = -0,5oC) H C H
H isobutana (t.d = -10oC)
Terdapat 4 jenis isomer senyawa hidrokarbon, yaitu :
1. Isomer rangka adalah senyawa dengan rumus molekul sama, namun rangka (bentuk)
atom karbon berbeda.
2. Isomer posisi adalah senyawa dengan rumus molekul dan gugus fungsional berbeda.
Isomer rangka dan isomer posisi sering juga disebut isomer struktur.
3. Isomer fungsional adalah senyawa dengan rumus molekul sama, namun jenis gugus
fungsional berbeda.
4. Isomer geometri adalah senyawa dengan rumus molekul, gugus fungsional, dan posisi
gugus fungsional sama, namun bentuk geometri (struktur ruang) berbeda. Isomer
geometri terdiri atas isomer cis-trans dan isomer optik.
Senyawa alkana hanya memiliki isomer rangka karena golongan alkana tidak memiliki gugus
fungsional. Golongan alkena memiliki semua jenis isomer, dan golongan alkuna memiliki isomer
rangka, fungsional, dan posisi. Setiap senyawa yang berisomer, memiliki sifat-sifat (fisik dan
kimia) yang berbeda.

1. Keisomeran Alkana
Keisomeran pada alkana tergolong keisomeran struktur, yaitu cara atom-atom saling
berikatan. Keisomeran dapat terjadi karena perbedaan kerangka (rantai induk) atau perbedaan
posisi cabang-cabangnya. Perhatikan kembali keisomeran pada butana dan pentana di atas,
semakin panjang rantai karbon maka semakin banyak pula kemungkinan isomernya.
Pertambahan jumlah isomer ini tidak ada aturannya, selain itu juga perlu disebutkan bahwa
tidaklah berarti semua kemungkinan isomer itu eksis (ada pada kenyataannya). Sebagai
contoh ada 18 kemungkinan isomer dari C8H8 tetapi tidak berarti ada 18 senyawa dengan
rumus molekul C8H18. Keisomeran rangka senyawa alkana dimulai dari senyawa butana
(C4H10). Senyawa CH4, C2H6, dan C3H8 tidak memiliki isomer. Mengapa?
Perhatikan keisomeran pada senyawa-senyawa berikut beserta sifat-sifatnya :
1. Senyawa butana (C4H10) memiliki 2 isomer dengan sifat fisik yang berbeda.
CH3 – CH2 – CH2 – CH3 titik didih = -0,4oC
n-butana titik beku = -139oC

CH3 – CH – CH3 titik didih = -12oC


CH3 titik beku = -160,9oC
isobutana
2. Senyawa pentana (C5H12) memiliki 3 isomer dengan sifat fisik berbeda
CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3 titik didih = 36oC
n-pentana titik beku = -129,9oC
CH3 – CH – CH2 – CH3 titik didih = 27,9oC
CH3 titik beku = -160,5oC
Isopentana

CH3 titik didih = 9,6oC


CH3 – C – CH3 titik beku = -20oC
CH3 neopentana
Jumlah isomer pada alkana dapat ditentukan dengan cara :
1. Mula-mula tentukan rantai C terpanjang (tanpa cabang)
2. Satu atom C dikurangi untuk membentuk satu cabang metil, kemudian cabang metil
ini dipindahkan secara teratur mulai dari atom C bernomor kecil ke atom C
berikutnya. Penomoran ini dapat dilakukan dari ujung kiri maupun ujung kanan rantai
karbon.
3. Kurangi 2 atom C untuk membentuk 2 cabang metil atau 1 cabang etil. Secara
sistematis, kedua cabang metil ini ditempatkan pada atom C bernomor kecil secara
bersamaan.
4. Secara bertahap, satu cabang digeser ke atom C berikutnya sedangkan cabang metil
yang lain tetap, kemudian buatlah cabang metil baru yang masih memungkinkan.
Dstnya..

Satu cara sistematis untuk mencari jumlah kemungkinan isomer alkana adalah sebagai berikut.
Sebagai contoh C6H14 :
1. mulailah dengan isomer rantai lurus : CH3 - CH2 - CH2 - CH2 - CH2 - CH3 n-heksana
2. kurangi rantai induknya dengan satu atom karbon dan jadikan cabang, lalu tempatkan
cabang itu mulai dari atom karbon nomor 2, kemudian nomor 3, dstnya hingga semua
kemungkinan habis. Hanya ada 2 kemungkinan yang terjadi :
1 2 3 4 5
CH3 – CH – CH2 – CH2 – CH3 2-metilpentana
CH3
CH3 – CH2 – CH – CH2 – CH3 3-metilpentana
CH3
Sebagaimana Anda lihat, cabang metil tidak dapat ditempatkan pada atom karbon nomor 4
sebab sama saja dengan penempatan di nomor 2 (dihitung dari sebelah kanan)
3. Kurangi lagi rantai induknya, kini 2 atom karbon dijadikan cabang yaitu sebagai metil
dan etil. Sebagai contoh, isomer dengan 2 cabang metil ada 2 kemungkinan sebagai
berikut :
CH3
CH3 – C – CH2 – CH3 2,2-dimetilbutana
CH3
CH3 – CH – CH – CH3 2,3-dimetilbutana
CH3 CH3
Isomer dengan cabang etil untuk C6H14 tidak dimungkinkan karena sama :
CH3 – CH – CH2 – CH3 dengan CH3 – CH2 – CH – CH2 – CH3
CH2 CH3
CH3 3-metilpentana
Jadi, C6H14 mempunyai 5 isomer.
2. Keisomeran Alkena
Ikatan rangkap 2 yang terdapat pada alkena yaitu antara 2 atom karbon berurutan yang tidak
dapat mengalami perputaran (rigrid) sehingga alkena mempunyai isomer tertentu :
1. Isomer struktur, dapat terjadi karena perbedaan posisi ikatan rangkap, posisi
cabang atau karena perbedaan kerangka atom karbon. Keisomeran mulai
ditemukan pada butena (C4H8) dengan 3 isomer (*)
Ada 2 isomer struktur, yaitu :
a. isomer rantai atau rangka adalah isomer yang letak ikatan atom C-nya
berbeda. Contoh : senyawa butena (C4H8)
(*) CH3 – CH2 – CH = CH2 atau (*) CH3 – CH = CH – CH3 rantai lurus
1-butena 2-butena
Kedua senyawa tersebut berisomer rangka dengan senyawa berikut ini ;
(*) CH3 – C = CH2 rantai bercabang
CH3 2-metil-1-propena

b. Isomer Posisi adalah isomer yang letak ikatan rangkap 2 atom C-nya berbeda.
Contoh : senyawa 1-butena dan 2-butena di atas. Kedua senyawa tersebut
memiliki rangka atom C yang sama (rantai lurus) tetapi posisi ikatan
rangkapnya berbeda, sehingga keduanya berisomer posisi.
Senyawa alkana juga berisomer fungsional dengan senyawa sikloalkana (golongan
senyawa alkana yang memiliki rantai karbon berbentuk siklik). Perhatikan senyawa
butena (C4H8) berisomer fungsional dengan senyawa siklobutana (C4H8) di bawah ini.
CH2 = CH – CH2 – CH3 CH2 – CH2 siklobutana
1-butena CH2 – CH2
2. Isomer Geometri adalah keisomeran yang terjadi karena perbedaan penempatan
gugus-gugus sekitar ikatan rangkap. Dengan kata lain, senyawa karbon dapat
mempunyai isomer geometri jika atom C yang berikatan rangkap mengikat 2
gugus yang berbeda. Senyawa alkena memiliki isomer geometri berupa isomer cis
dan trans. Bentuk geometri cis mengandung gugus-gugus yang sama atau sejenis
(sama ringan sama berat) dan terletak pada satu sisi yang sama. Bentuk geometri
trans mengandung gugus-gugus yang sama dan terletak bersebrangan. Contoh :
senyawa 2-butena dikenal 2 jenis, yaitu cis-2-butena (t.d = 4oC) dan trans-2-
butena (t.d = 1oC). Keduanya mempunyai struktur yang sama, tetapi berbeda
konfigurasi (orientasi gugus-gugus dalam ruang). Pada cis-2-butena, kedua gugus
metil terletak pada sisi yang sama dari ikatan rangkap, sebaliknya pada trans-2-
butena kedua gugus metil itu bersebrangan. CH3 CH3
CH3 H
C=C C=C
H H H CH3
Cis-2-butena (t.d = 4oC) trans-2-butena (t.d = 1oC)
Keisomeran geometri terjadi karena kekakuan ikatan rangkap. Atom karbon yang
berikatan rangkap tidak dapat berputar satu terhadap yang lainnya. Oleh karena itu, posisi
gugus-gugus yang terikat pada atom karbon yang berikatan rangkap tidak dapat berubah
tanpa memutuskan ikatan. Perlu disebutkan bahwa tidak semua senyawa yang berikatan
karbon-karbon rangkap (C=C) mempunyai keisomeran geometri. Kedua atom karbon
yang berikatan rangkap itu, masing-masing harus mengikat 2 gugus yang berbeda
sehingga jika gugus-gugus yang terikat pada satu atom karbon dipertukarkan tempatnya,
bentuknya menjadi berbeda. Perhatikan contoh senyawa 2-butena (CH3 – CH = CH –
CH3 berikut ini :
H H H CH3
R R R B
C=C C=C
CH3 B CH3 B CH3 B H R

o o
Cis-2-butena (t.d = 4 C) trans-2-butena (t.d = 1 C
Perhatikan gugus R (ringan/kecil) yang terikat pada garis putus-putus (------) berarti
mengarah ke belakang, dan gugus B (berat/besar) yang terikat pada garis utuh yang
mengarah ke depan (____). Perhatikan gugus R yang terikat pada garis putus-putus
bersebrangan dengan gugus R yang terikat pada garis utuh. Demikian dengan gugus B
yang bersebrangan dengan gugus B lainnya. Bagaimana jika salah satu gugus metil
diganti dengan gugus etil, misalnya pada senyawa 2-pentena : CH 3-CH=CH-CH2-CH3?
H H H C2H5
R R R B
C = C C = C
CH3 C2H5 CH3 H
B B B R

Cis-2-pentena trans-2-pentena
Bagaimana jika atom H diganti dengan gugus metil, misalnya senyawa 3-metil-2-pentena
: CH3 – CH = C (CH3) (C2H5)? Untuk menentukan kedudukannya bersebrangan atau
tidak, bukan berdasarkan kesamaan gugus-gugusnya melainkan pada bobot molekul
gugus tersebut. Anda dapat menentukan suatu gugus termasuk gugus ringan atau berat
dengan memperhatikan atom atau gugus atom yang terikat pada tiap-tiap C ikatan
rangkap. Perhatikan contoh berikut :
H CH3 H C2H5
R R R B
C = C C = C
CH3 C2H5 CH3 CH3
B B B R

Trans-3-metil-2-pentena Cis-3-metil-2-pentena
Atom C1 mengikat atom H dan gugus metil (CH 3). Oleh karena gugus metil lebih berat
dari atom H, maka gugus metil diberi tanda B dan atom H diberi tanda R. Perhatikan
atom C2 yang mengikat gugus metil dan etil (C2H5). Oleh karena gugus C2H5 lebih berat
maka diberi tanda B sehingga gugus CH3 diberi tanda R. Pada isomer cis, gugus yang
sama (gugus B atau R) terletak pada posisi bersebrangan. Senyawa yang memiliki
bentuk trans bersifat lebih stabil karena memiliki tolakan sterik antargugus samping
yang lebih kecil. Sebaliknya, senyawa yang memiliki bentuk cis bersifat kurang stabil.
Mengapa?
3. Keisomeran Alkuna
Senyawa alkuna mempunyai isomer :
1. isomer rantai atau rangka
Contoh : CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – C = CH rantai lurus (1-heksuna)
CH3 – C = C – CH – CH3 rantai bercabang
CH3 (4-metil-2-pentuna)
2. isomer posisi
Contoh : CH3 – CH2 – C = CH 1-butuna
CH3 – C = C – CH3 2-butuna
Senyawa alkuna berisomer fungsional dengan senyawa alkadiena (senyawa yang memiliki
2 ikatan rangkap) misalnya senyawa butuna (C4H6) berisomer dengan senyawa alkadiena
(CH2 = CH – CH = CH 2). Isomer pada senyawa alkuna dimulai dari butuna (C 4H6).
Perhatikan isomer pada senyawa C4H6 dan C5H8 berikut ini.
*. Senyawa butuna (C4H6) mempunyai 2 isomer, yaitu :
1. CH = C – CH2 – CH3 1-butuna
2. CH3 – C = C – CH3 2-butuna
*. Senyawa pentuna (C5H8) mempunyai 3 isomer, yaitu :
1. CH = C – CH2 – CH2 – CH3 1-pentuna
2 2. CH3 – C = C – CH2 – CH3 2-pentuna
3. CH = C – CH – CH3 3-metil-1-butuna
CH3
Sifat-Sifat Hidrokarbon
1. Sifat-Sifat Fisis, mencakup keadaan fisik zat tersebut seperti wujud, titik leleh, titik
didih, warna, aroma, dan kekentalan.
2. Sifat-Sifat Kimia, mencakup reaksi-reaksi yang dapat dialami zat tersebut.
@ Sifat- Sifat Fisis
ALKANA, sifat-sifat fisis dapat dibedakan berdasarkan jumlah atom karbon dan massa
molekul relatifnya, seperti titik didih, titik leleh, massa jenis dan wujud zat pada suhu kamar.
Pada suhu kamar (25oC), C1 – C4 berwujud gas, suku-suku berikutnya berwujud cair,
sedangkan suku-suku tinggi mulai dari C18H38 berwujud padat. Di antara senyawa-senyawa
yang berisomer, ternyata isomer bercabang mempunyai titik leleh dan titik didih yang lebih
rendah. Perhatikan contoh :
Senyawa Kerangka Atom KArbon T.Leleh T. Didih
n-butana C–C–C–C -138oC -0,5oC
isobutana C–C–C * -145oC -10oC
C
n-pentana C–C–C–C–C -130oC +36oC
isopentana C–C–C–C * -160oC +28oC
C
neopentana C -200oC +9oC
C - C - C *
C
Berdasarkan Tabel. E, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak jumlah atom karbon dan
massa molekul relatifnya, maka titik didih, titik leleh, dan massa jenisnya semakin tinggi.
Semua hidrokarbon merupakan senyawa nonpolar sehingga tidak larut dalam air. Jika suatu
hidrokarbon bercampur dengan air, lapisan hidrokarbon selalu di atas sebab massa jenisnya
lebih kecil 1.
Pelarut yang baik untuk hidrokarbon adalah pelarut nonpolar seperti CCl atau eter. Alkana
mudah larut dalam pelarut organik seperti alkohol dan eter. Kelarutan alkana semakin
berkurang dengan bertambahnya massa molekul relatif. Untuk hidrokarbon yang berisomer
9jumlah atom C sama banyak) titik didih semakin tinggi apabila rantai C semakin panjang
(bercabang sedikit).
ALKENA, sifat fisis pada umumnya mirip alkana. Semakin besar massa molekul relatif
alkena, semakin tinggi titik didihnya. Sama halnya dengan alkana, senyawa alkena larut dalam
pelarut-pelarut organik dan sukar larut dalam air.
Perhatikan Tabel. Sifat-sifat Fisis Alkena
Rumus Titik Titik Massa Jenis Wujud pada
Nama Mr
Molekul Didih (oC) Leleh (oC) (p), 20oC Suhu Kamar
Etena C2H4 28 -104 -169 Gas
Propena C3H6 42 -48 -185 Gas
1-butena C4H8 56 -6 -185 0,505 Gas

1-pentena C5H10 70 30 -165 0,589 Cair


1-heksena C6H12 84 63 -140 0,643 Cair
1-heptena C7H14 98 93 -119 0,675 Cair
oktena C8H16 112 122 -102 0,693 Cair
nonena C9H18 126 146 0,716 Cair
1-dekena C10H20 140 171 0,731 Cair

ALKUNA, sifat-sifat fisisnya sama dengan senyawa alkana dan alkena. Perhatikan tabel !
Tabel. Sifat-Sifat Fisis Alkuna
Rumus Titik Titik Massa Jenis Wujud pada
Nama Mr
Molekul Didih (oC) Leleh (oC) (p), 20oC Suhu Kamar
Etuna C2H2 26 -84 -81 Gas
Propuna C3H4 40 -23 -103 Gas
1-butuna C4H6 54 -9 -126 0,650 Gas
1-pentuna C5H8 68 40 -106 0,689 Cair
1-heksuna C6H10 82 72 -132 0,710 Cair
1-heptuna C7H12 96 99 0,733 Cair
1-oktuna C8H14 110 126 0,747 Cair
1-nonuna C9H16 124 151 0,763 Cair
1-dekuna C10H18 138 182 0,770 Cair
@. Sifat-Sifat Kimia
1. Reaksi-Reaksi Alkana
@. Reaksi Oksidasi yang terjadi pada golongan hidrokarbon merupakan reaksi
pembakaran. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
CxHy + O2(g) CO2(g) + H2O(g). Reaksi pembakaran sempurna senyawa
hidrokarbon akan menghasilkan gas karbon monoksida dan air (jelaga atau partikel
karbon). Terjadinya pembakaran sempurna atau tidak sempurna tergantung pada
perbandingan antara konsentrasi (kadar) senyawa hidrokarbon dengan konsentrasi
(kadar) oksigen.
1 CxHy(s) + (x + ¼ y) O2(g) x CO2(g) + ½ y H2O(l) + energi
Contoh : Reaksi pembakaran propana : C3H8 + 5 O2 3CO2 + 4 H2O
Reaksi pembakaran metana : CH4 (g) + 2 O2 (g) CO2 (g) + 2 H2O (l)
@. Reaksi Substitusi/pergantian adalah reaksi penggantian atom atau gugus atom
suatu molekul (senyawa karbon) oleh atom atau gugus atom lain. Misalnya, reaksi
substitusi dalam pembentukan senyawa haloalkana (alkil halida). Dalam reaksi ini,
atom hidrogen (H) diganti dengan halogen sehingga reaksi ini disebut juga reaksi
halogenasi. Jadi, reaksi halogenasi senyawa alkana ini menghasilkan senyawa
senyawa haloalkana. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa senyawa haloalkana
adalah senyawa yang terbentuk dari hasil substitusi atom H pada alkana oleh atom
halogen. Secara umum, reaksi pembentukan haloalkana dapat digambarkan : R –
H + X–X R–X + H–X
Alkana Halogen Haloalkana Asam Halida
Halogen (X2) yang digunakan harus bersifat reaktif, misalnya F 2, Cl2, dan Br2
sedangkan Iodin (I2) tidak digunakan dalam reaksi ini karena bersifat kurang

reaktif. Reaksi berikut merupakan contoh reaksi halogenasi dengan klorin


(klorinasi : penggantian atom H dengan klorin) yang hasilnya merupakan mono, di,
tri, tetrasubstitusi.
Sinar UV
CH4 (g) + Cl2 (g) CH3Cl (g) + HCl (l) monosubstitusi
Klorometana (metil klorida)
Sinar UV
CH3Cl (g) + Cl2 (g) CH2Cl2 (l) + HCl (l) disubstitusi
Diklorometana (metil enklorida)
Reaksi halogenasi alkana tersebut berlangsung pada suhu tinggi atau dapat juga
pada suhu 25oC (suhu ruangan) dengan bantuan sinar ultraviolet yang berenergi
tinggi. Tanpa adanya sinar UV, reaksi tersebut tidak dapat berlangsung. Hasil reaksi
dapat juga merupakan senyawa campuran , bergantung pada perbandingan jumlah
alkana dan halogen yang direaksikan. Contoh reaksi halogenasi yang hasil
reaksinya berupa campuran : CH3
Sinar UV
CH3 – CH – CH3 + Cl CH3 – CH – CH2 – Cl + CH3 – C – CH3
CH3 CH3 CH3
2-metilpropana klorin (63%)1-kloro-2-metilpropana 2-kloro-2-metilpropana(37%)
Bagaimana jika unsur halogennya diganti? Jika pada reaksi ke-2, klorin (Cl 2) diganti
dengan bromin (Br2), ternyata diperoleh hasil reaksi sebagai berikut :
CH3 CH3 Br
Sinar UV
CH3 – CH – CH3 + Br2 CH3 – CH – CH2 + Br + CH3 – C – CH3
(sangat sedikit) CH3 (>99%)

@. Reaksi Perengkahan (Cracking) adalah pemutusan rantai karbon menjadi potongan-


potongan yang lebih pendek. Perengkahan dapat terjadi bila alkana dipanaskan
pada suhu dan tekanan tinggi tanpa oksigen. Reaksi ini menyebabkan terjadinya
pemutusan rantai karbon pada alkana atau reaksi pembentukan senyawa tidak
jenuh (alkena atau alkuna).
Contoh ; C16H34 (l) C8H18 (l) + C8H16 (l)
Heksadekana oktana oktena
2. Reaksi-Reaksi Alkena
Alkena lebih reaktif dibanding dengan alkana, disebabkan adanya ikatan rangkap
– C = C – Reaksi alkena terutama terjadi pada ikatan rangkap.
@. Reaksi Pembakaran, seperti halnya alkana, alkena suku rendah mudah terbakar.
Jika dibakar di udara terbuka, alkena menghasilkan jelaga lebih banyak daripada
alkana karena alkena mempunyai kadar karbon lebih tinggi daripada alkana,
sehingga pembakrannya menuntut lebih banyak oksigen. Pembakaran sempurna
alkena menghasilkan gas CO2 dan uap air (H2O).
Reaksi pembakaran lain dapat terjadi pada senyawa golongan alkena, yaitu reaksi
dengan ozon (O3) pada kondisi terdapat gas hidrogen (H2) atau air (H2O). Reaksi ini
dikenal dengan reaksi ozonolisis, digambarkan sebagai berikut :
R – CH = CH – R’ + O3 + H2 R – C + R’ – C + H2O
@. Reaksi Adisi (penambahan = penjenuhan), terjadi penambahan jumlah atom yang
diikat oleh atom yang semula berikatan rangkap. Reaksi ini terjadi pada senyawa
yang memiliki ikatan rangkap (dua atau tiga) sehingga senyawa tersebut
berubah menjadi senyawa yang tidak memiliki ikatan rangkap. Jadi, reaksi adisi

merupakan reaksi penjenuhan suatu ikatan rangkap. Ikatan rangkap yang terdapat
dalam suatu senyawa dapat berupa ikatan C = C, C = C, C = O, atau C = N. Secara
umum, reaksinya dapat digambarkan :
-C = C - + x y -C–C–
x y
1. Reaksi Adisi Alkena oleh hidrogen, disebut reaksi hidrogenasi
digambarkan :
Pt / Ni
R – CH = CH – R’ + H2 R – CH2 – CH2 – R’
Alkena Alkana
Pt / Ni
CH3 – CH = CH2 + H2 CH3 – CH2 – CH3
Propena Propana
Pt / Ni merupakan katalisator, yaitu zat yang berfungsi mempercepat reaksi
tetapi tidak ikut bereaksi.
2. Reaksi Adisi Alkuna olh hidrogen
Secara umum dapat digambarkan ; R–CH = CH–R’ + H2 R–CH2–CH2– R’
Alkuna Alkana
Contoh : CH3 – C = C – CH3 + 2 H2 Pt CH3 – CH2 – CH2 – CH3
2-butuna n-butana
3. Reaksi Adisi Alkena oleh halogen
Jika halogennya bromin disebut reaksi brominasi. Reaksi ini dapat digambarkan
sebagai berikut : R – CH = CH – R’ + X2 R – CH – CH – R’
X X
Alkena halogen Vic-dihalida
Vic = Vicinal : menggambarkan 2 substituen yang terikat pada atom-atom
karbon yang berdekatan. Kata Vicinal diturunkan dari kata Latin yaitu Vicinalis
yang artinya bertetangga. 1,2-dibromopropana

Contoh : CH3 – CH = CH2 + Br2 CH3 – CH – CH2


Propena Bromin Br Br
4. Reaksi Adisi Alkena oleh Asam Halida (Hx)
Reaksi adisi oleh asam halida disebut reaksi hidrohalogenasi, dapat
digambarkan sbb : R – CH = CH – R’ + H – X R – CH – CH – R’ alkil
Alkena asam halida H X halida
Contoh : CH2 = CH2 + HCl CH3 – CH2 – Cl
Etena asam klorida kloroetana
CH3 – CH = CH – CH3 + HBr CH3 – CH – CH – CH3 2-bromobutana
2-butena asam bromida H X
Alkena yang digunakan dalam reaksi-reaksi tersebut merupakan alkena dengan
struktur yang simetris. Jadi, atom halogennya terikat pada atom C ikatan
rangkap yang manapun ( di kiri atau kanan ikatan), hasilnya akan tetap sama.
Namun, jika alkena yang digunakan tidak simetris, dalam hal ini berlaku aturan
Markovnikov sebagai berikut :
1. Ikatan rangkap merupakan kumpulan elektron
2. Gugus alkil merupakan gugus pendorong elektron. Semakin besar gugus
alkil, daya dorong elektronnya semakin kuat. Hal ini dapat digambarkan
sebagai berikut : - H < - CH3 < - C2H5 < - C3H7
3. Gugus elektronegatif merupakan gugus penarik elektron. Semakin
elektronegatif suatu gugus, daya tarik elektronnya semakin kuat.
5. Reaksi Polimerisasi adalah penggabungan molekul-molekul sederhana/kecil
(monomer) menjadi molekul besar (polimer). Pada reaksi ini, molekul alkena
saling menjenuhkan. Contoh : polietena merupakan hasil polimerisasi etena
/etilena, n CH2 = CH2 -CH2 – CH2 – CH2 – CH2 – (-CH2 – CH2 -)n
3. Reaksi-Reaksi Alkuna, mirip dengan alkena. Untuk menjenuhkan ikatan rangkapnya,
alkuna membutuhkan pereaksi 2x lebih banyak dibandingkan dengan alkena.
Contoh : Alkuna dengan hidrogen membentuk alkana H H
H – C = C – H – 2 H2 H–C–C–H
Etuna H H Etana

IV. RANGKUMAN
Perbandingan senyawa organik dan senyawa anorganik
Senyawa organik Senyawa anorganik
1.pada umumnya tidak tahan panas 1.pada umumnya tahan panas
(terurai pada suhu rendah) (terurai pada suhu tinggi)
2.sebagian besar tidak larut dalam air 2. sebagian besar larut dalam air
3. Semuanya berikatan kovalen 3. ada yang berikatan ion maupun
kovalen
4. reaksi berjalan lambat 4. reaksi berjalan cepat
5. jika dibakar, menghasilkan karbon 5. jika dibakar, tidak menghasilkan
(arang) atau gas CO2 karbon (arang) atau gas CO2

Sampel jika dibakar hingga hangus menghasilkan CO2 dan H2O. Bukti adanya CO2 jika
dialirkan dalam air kapur, air kapur menjadi keruh. Bukti adanya uap air, jika dengan kertas
kobalt, kertas kobalt menjadi biru.
Atom karbon mampu membentuk 4 ikatan kovalen, ikatan-ikatan atom karbon realtif stabil
dan membentuk ikatan rangkap 2, dan 3. Atom karbon mampu untuk berikatan dengan
atom karbon lain dalam jumlah yang besar, baik rantai lurus maupun rantai cabang
(kemampuan ini tidak dimiliki atom lain).
Atom C primer, atom C mengikat 1 atom C lainnya, atom C sekunder adalah atom C yang
mengikat 2 atom C lain, atom C tersier adalah atom C yang mengikat 3 atom C lainnya,
atom C kuartener adalah atom C yang mengikat 4 atom C lainnya.
Berdasarkan kejenuhan ikatannya, senyawa karbon terbagi atas : senyawa karbon
jenuh/ikatan tunggal (alkana), senyawa karbon tak jenuh/ikatan rangkap 2 dan 3 (alkena
dan alkuna). Rumus umum alkana : CnH2n+2. Aturan tata nama alkana ; penamaan senyawa
Hidrokarbon rantai lurus sesuai dengan jumlah atom C dengan memberi awalan n- (normal).
Untuk rantai cabang : tentukan rantai C terpanjang, memberi nomor urut, diusahakan rantai
cabang mempunyai nomor terkecil mungkin.
Cabang diberi nama alkil (sesuai nama alkananya), kemudian penulisan nama dimulai

dari nomor posisi terikat gugus alkil dan diikuti nama alkil (menurut abjad) dan diikuti rantai
utama. Jika ada gugus alkil yang sama pada nomor yang sama, nomornya ditulis dalam
penomorannya.
Tata nama alkena, tentukan rantai utama (rantai terpanjang) yang dilalui ikatan rangkap
dua dan berikan penomoran dan diusahakan ikatan rangkap punya nomor sekecil mungkin.
Dalam penulisannya tulis lebih dahulu nomor tempat gugus alkil diikuti nama alkil, nomor
ikatan rangkap dan diakhiri nama rantai utama sesuai dengan nama alkana tapi akhiran ana
diganti ena (propana menjadi propena).

Tata nama alkuna, tentukan rantai utama yang dilalui ikatan rangkap 3, berikan nomor dan
usahakan ikatan rangkap mempunyai nomor sekecil mungkin. Dalam penulisannya, tulis
lebih dahulu nomor tempat gugus alkil diikuti nama alkil, nomor ikatan rangkap dan diakhiri
nama rantai utama sesuai nama alkan tapi alhiran ana menjadi una.
Makin besar harga Mr maka titik didih makin tinggi. Struktur rantai lurus mempunyai titik
didih lebih tinggi daripada rantai cabang dengan jumlah molekul yang sama.
Untuk alkana, hanya terjadi isomer struktur dimana senyawa dengan rumus molekul sama
dapat mempunyai struktur berbeda-beda. Semakin besar molekulnya (n makin banyak)
maka isomernya yang akan terbentuk juga semakin banyak, sedangkan pada alkena dapat
terjadi isomer geometris atau isomer cis-trans, dimana isomer geometris terjadi pada
senyawa alkena jika atom C yang memiliki ikatan rangkap mengikat 2 atom atau gugus
yang berbeda.Cis jika mengandung gugus sama ringan atau berat pada satu sisi yang
sama, sedangkan trans jika mengandung gugus yang sama ringan atau berat pada sisi
yang bersebrangan.
Hasil oksidasi (pembakaran) senyawa hidrokarbon adalah CO2 dan H2O,
CxHy + O2 CO 2 + H2O. Reaksi oksidasi golongan alkena yaitu reaksi dengan
ozon (O3) pada kondisi terdapat gas H2 atau H2O (reaksi ozonolisis). Reaksi substitusi
adalah reaksi penggantian atom atau gugus atom suatu molekul oleh atom atau gugus atom
yang lain, R – H + X – X R–X + H–X
Alkana halogen haloalkana asam halida
Reaksi adisi adalah reaksi penambahan yang terjadi pada senyawa ikatan rangkap dua
atau tiga menjadi senyawa jenuh. Reaksi adisi dapat berupa adisi oleh hidrogen, adisi oleh
halogen, adisi oleh asam halida.
Reaksi eliminasi terjadi pada senyawa jenuh (alkana) yang berubah menjadi senyawa tak
jenuh (alkena/alkuna).
V. TEST FORMATIF (PILIHAN GANDA)
Berilah tanda silang (x) pada huruf A, B, C, D, dan E di depan jawaban yang menurut Anda
paling benar!
1. Di antar pernyataan berikut yang benar tentang senyawa organik jika
dibandingkan dengan senyawa anorganik adalah……… ……..
A. lebih mudah larut dalam air D. lebih stabil terhadap pemanasan
B. mempunyai titik didih lebih tinggi E. lebih mudah terbakar
C. lebih reaktif
2. Berikut ini adalah beberapa suku dari suatu homolog : C 4H4, C5H6, C6H8, C7H10.
Rumus umum homolog itu adalah…… …………
A. CnHn B. CnHn+1 C. CnHn+2 D. CnHn+3 E. CnH2n-4

3. Salah satu penamaan berikut tidak sesuai aturan IUPAC adalah …………………
A. 2-metilpropana C. 3-metilpentana E. 3-metil
heksana
B. 2-metilbutana D. 3-metilbutana
4. Berikut ini termasuk senyawa karbon organik adalah ………..
A. CaCO3 C. CH3CH2OH E. H2CO3
B. CO2 D. CaC2
5. Senyawa golongan alkena merupakan ………………….
3 A. hidrokarbon aromatik C. hidrokarbon tak jenuh E. aromatik
4 B. hidrokarbon jenuh D. organik jenuh

VIII. JAWABAN PILIHAN GANDA


1. E 2. E 3. D 4. C
5. C
IX. DAFTAR PUSTAKA
-----PURBA, M. 2006.KTSP, KIMIA IA. PENERBIT ERLANGGA. JAKARTA.
-----ROKHMAD. 2004., STRATEGI SUKSES UAN SMA/MAN KIMIA. PENERBIT ANDI.
YOGYAKARTA.
-----SANTOSA, S.J, SUDIONO, S, PRANOWO, D. 2004., KIMIA IA, EDISI 2004.
PENERBIT INTAN PARIWARA. JAKARTA.
-----SUTRESNA NANA, DHOLEHUDIN DINDIN. 2004., KIMIA IA, PENERBIT GRAFINDO
MEDIA PRATAMA. BANDUNG.
-----ANSHORY IRFAN, ACHMAD HISKIA. 1996., KIMIA SMU, PENERBIT ERLANGGA.
BANDUNG.
-----SUDARMO UNGGUL. 2004., KIMIA. SERI MADE SIMPLE, PENERBIT ERLANGGA.
BANDUNG.

Anda mungkin juga menyukai