Anda di halaman 1dari 23

FISTULA VESIKOVAGINAL

A. PENDAHULUAN

Fistula merupakan saluran atau komunikasi abnormal, biasanya antara

dua organ dalam atau dari suatu organ ke permukaan tubuh. Fistula vesikovaginal

terjadi karena terbentuknya saluran abnormal yang menghubungkan kandung

kemih dengan vagina.1,2,3,4,5

Pada negara berkembang penyebab tersering fistula vesikovaginal adalah

persalinan yang memanjang (partus lama), sedangkan pada negara maju trauma

akibat pembedahan ginekologik menjadi penyebab utama terbentuknya

fistula.2,3,4,5,6

Fistula vesikovaginal merupakan kelainan yang cukup memberikan

dampak yang serius dalam kehidupan penderita. Banyak penderita diceraikan

oleh suaminya, terpisah dari kegiatan sosial dalam masyarakat, tidak dapat

senggama dengan suaminya sebagaimana mestinya.3

B. EPIDEMIOLOGI
Insidens fistula vesikovaginal tidak diketahui secara pasti karena banyak

kasus fistula yang tidak dilaporkan akibat penderita tidak berobat ke fasilitas

kesehatan, tetapi diperkirakan sebesar 0.3 – 2%. Lawson melaporkan sebanyak

97,9% fistula urogenital di Negeria disebabkan oleh kasus obstetrik dan sebagian

besar akibat partus lama, sedangkan di United Kingdom 69.9% berhubungan

1
dengan tindakan pembedahan ginekologik, sedangkan 12,6% berhubungan

dengan kasus obstetrik.2,3,7


C. ANATOMI

Vesika urinaria (buli-buli) merupakan organ berongga yang terdiri atas

tiga lapis otot detrusor yang saling beranyaman. Di sebelah dalam adalah otot

longitudinal, di tengah merupakan otot sirkuler, dan paling luar merupakan otot

longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel-sel trasisional. Pada dasar buli-buli

kedua muara ureter dan meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang

disebut trigonum buli-buli.8

Gambar 1. Anatomi vesika urinaria pada wanita.9

2
Buli-buli berfungsi menampung urin dari ureter dan kemudian

mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam

menampung urin, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal yaitu pada orang

dewasa kurang lebih 300 – 450 ml, sedangkan pada anak-anak menurut formula

dari Koff adalah:8

Kapasitas buli-buli = {umur (tahun) + 2} x 30 ml

Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan pada

saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan diperkusi. Buli-

buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf aferen dan

menyebabkan aktivasi pusat miksi di medula spinalis segmen sakral S2-4. Hal ini

akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya leher buli-buli, dan

relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.8

Vagina adalah tuba fibromuskular yang dapat berdistensi. Organ ini

merupakan jalan lahir bayi dan aliran menstrual, fungsinya adalah sebagai organ

kopulasi perempuan. Panjang vagina sekitar 8 – 10 cm. Organ ini menghadap

uterus pada sudut sekitar 450 dari vestibula genitalia ekternal dan terletak antara

kandung kemih dan uretra di sisi anterior dan rektum di sisi posterior. Dinding

vagina tersusun dari adventesia terluar, satu lapisan otot polos, dan epitelium

skuamosa bertingkat nonkeratinisasi yang dikenal sebagai lapisan vaginal. Sel-sel

pada lapisan vaginal memiliki reseptor yang terikat pada membran untuk

estrogen. Sebelum pubertas dan setelah menopause, jika konsentrasi estrogen

darah rendah, lapisan vagina menjadi tipis dan hampir seluruhnya terdiri dari sel-

3
sel basal. Selama masa reproduksi dan karena pengaruh estrogen, lapisan vaginal

menjadi tebal dan terdiri dari 40 lapisan sel basal, sel intermediet, dan sel

4
superfisial.10

5
Gambar 2. Anatomi vagina dan hubungannya dengan vesika urinaria.9

Vagina dilembabkan dan dilumasi oleh cairan yang berasal dari kapilar

pada dinding vaginal dan sekresi dari kelenjar-kelenjar sekviks. pH cairan

vaginal bergantung pada kadar estrogen. Pada masa reproduksi suasana vagina

bersifat asam (pH 3,5 – 4,0). Karena stimulasi estrogen, sel-sel mukosa

menyimpan glikogen yang akan dimetabolisme menjadi asam laktat oleh bakteri

normal vaginal. Sebelum pubertas dan setelah menopause, sedikit stimulasi

estrogen mengakibatkan sedikit akumulasi glikogen dalam sel-sel mukosa dan

pH-nya menjadi basa. Suasana yang asam dan epitelium yang tebal melindungi

6
vagina dari infeksi bakteri berbahaya. Jika kadar estrogen rendah, seperti pada

anak perempuan prepubertas dan perempuan menopause, vagina lebih rentan

terhadap infeksi. Infeksi juga sering terjadi pada perempuan dimasa reproduksi

jika bakteri normal vaginal diganggu atau dihancurkan oleh alat kontrasepsi

kimia atau antibiotik. 10

D. ETIOLOGI

Fistula vesikovaginal dapat terjadi akibat tindakan obstetri maupun

ginekologik.

1. Obstetri

a. Pada bidang obstetri penyebab tersering dari fistula vesikovaginal adalah

persalinan macet dan memanjang akibat dari panggul yang tertekan dan

malpresentasi dari janin. Leher kandung kemih dan vagina mengalami

kompresi antara tulang pubis dan kepala janin dalam waktu yang lama dan

akhirnya mengalami nekrosis. Kira-kira 5 sampai 7 hari kemudian ketika

nekrosis terlepas maka terbentuklah fistula. Kasus seperti ini banyak

terjadi pada wanita yang melahirkan pada usia muda dimana panggulnya

belum mencapai pertumbuhan yang maksimal.2,3,4,5,6,7,11

7
Gambar 3. Fistula vesikovaginal akibat persalinan macet. Uretra bagian proksimal dan leher kandung
kemih yang sudah tidak ada, tampak kateter melewati uretra.5

b. Ruptur uteri yang terjadi selama persalinan dapat melibatkan dinding

kandung kemih dan jika kerusakan ini tidak ditemukan dan diperbaiki

maka fistula akan terbentuk.2,3

c. Seksio sesarea dapat menjadi penyebab dari fistula dimana operasi yang

berulang akan meningkatkan risiko terjadinya trauma pada kandung

kemih. 2,3,5

d. Forsep dapat menyebabkan trauma kandung kemih selama rotasi pada

proses pengeluaran janin.2,3

2. Ginekologik

a. Operasi ginekologi yang paling sering menimbulkan komplikasi fistula

adalah histerektomi transabdominal, disusul oleh histerektomi

8
transvaginal, serta operasi ginekologi lainnya. Timbulnya fistula pada

tindakan histerektomi akibat dari beberapa faktor, yaitu:3

1) Kurangnya pengalaman atau kurang hati-hatinya operator dalam

membebaskan kandung kemih dari portio-vagina.

2) Kegagalan mengenal jaringan kandung kemih waktu melakukan

hemostatis pada puncak kandung kemih dengan jahitan.

3) Kegagalan mengenal adanya cedera kandung kemih waktu tindakan

operasi.

4) Terputarnya kandung kemih karena mioma yang besar atau oleh

endometriosis.3

Gambar 4. Fistula vesikovaginal posthisterektomi.5

9
b. Radioterapi dapat menyebabkan fistula vesikovaginal dalam beberapa

bulan hingga 2 tahun berkaitan dengan terbentuknya jaringan yang

nekrosis. 2,3,4,5

c. Trauma akibat penusukan, kanker saluran genitalia bawah, batu kandung

kemih dan perforasi akibat alat kontrasepsi dalam rahim diketahui dapat

membentuk suatu fistula vesikovaginal.2,5

E. GEJALA KLINIS

Perembesan urin yang tidak terkontrol ke vagina merupakan gejala utama

dan penanda adanya suatu fistula genitourinaria. Pasien mungkin mengeluhkan

inkotinensia urin atau peningkatan pengeluaran sekret vagina yang terjadi setelah

operasi panggul atau radioterapi pada panggul dengan atau tanpa operasi

sebelumnya. 2,3,4,5,6,7

Waktu antara terbentuknya fistula sampai timbulnya gejala klinis

bergantung pada etiologi dari fistula vesikovaginalis. Laserasi dinding vagina

anterior berkaitan dengan fistula obstetri biasanya timbul dalam 24 jam setelah

persalinan. Kira-kira 90% fistula genitourinaria yang timbul akibat operasi

panggul menimbulkan gejala dalam 7 sampai 30 hari setelah operasi. Berbeda

dengan fistula vesikovaginalis akibat radiasi yang timbul karena nekrosis

devaskularisasi yang berkembang lambat dan biasanya tampak dalam 30 hari

sampai 30 tahun kemudian. 2,3,5,6

10
Pada fistula vesikovaginal yang lama bisa terjadi vaginitis dan timbul

ekskoriasi pada perineum akibat iritasi oleh urin. Sebagian besar fistula

vesikovaginal mempunyai ukuran yang terbesar dalam jurusan melintang,

sedangkan fistula traumatik memiliki ukuran terbesar dalam jurusan membujur.

Fistula yang besar tidak selalu lebih sulit untuk diperbaiki, yang sulit ditutup

adalah fistula yang timbul akibat nekrosis. 2,5,6

F. DIAGNOSIS
Anamnesis dan pemeriksaan ginekologik dengan spekulum dapat

menetapkan jenis dan tempat fistula yang berukuran besar. Keluhan utama pasien

dengan fistula vesikovaginal adalah perembesan urin ke vagina. Jumlah urin

yang merembes berbeda tiap pasien, tergantung dari ukuran fistula. Jumlah urin

yang keluar ketika berkemih dapat bervariasi, tergantung dari ukuran dan

volume urin yang merembes. Misalnya pada fistula vesikovaginal yang

berukuran besar, urin tidak dikeluarkan seluruhnya oleh karena adanya urin yang

merembes ke vagina. Sedangkan pada fistula vesikovaginal yang berukuran kecil

atau sangat kecil (pinpoint) perembesan/ drainase urin ke vagina dapat bersifat

intemiten yang dipengaruhi oleh posisi. Pada posisi supine, misalnya ketika tidur,

jumlah drainase urin ke vagina yang dikeluhkan oleh pasien lebih sedikit

dibandingkan dengan posisi duduk atau berdiri. 2,5,6


Pasien juga dapat mengeluh adanya gejala sistitis yang berulang, iritasi

kulit perineum karena basah, infeksi jamur, atau yang lebih jarang nyeri pelvik.

11
Nyeri pada kasus fistula vesikovaginal jarang terjadi kecuali jika terdapat iritasi

kulit atau fistula akibat terapi radiasi.2,5,6,7

Gambar 5. Fistula vesikovaginal pada pemeriksaan fisis. Fistula vesikovaginal dengan ukuran
besar tampak di apeks vagina setelah histerektomi. Fistula vesikovaginal pada gambar ini telihat
berwarna merah jambu yang kemerahan (reddish pink); menunjukkan mukosa vesika urinaria
yang menonjol ke vagina.5

Suatu cara yang sederhana membantu membuat diagnosa ialah dengan

memasukkan methylen blue sebanyak 30 ml ke dalam rongga vesika. Segera

akan terlihat methilen biru keluar dari fistula ke dalam vagina (dye test).

Pewarnaan pada bagian distal (introitus) mengarah ke inkontinensia urin atau

fistula uretrovaginal, sedangkan pewarnaan di bagian proksimal mendukung

suatu fistula vesikovaginal. 2,3,5,6,7,12


Tes tampon (double dye test) dapat membantu diagnosis fistula traktus

urinarius. Tampon diletakkan di vagina, lalu diberikan phenazopyridine oral.

Selanjutnya dimasukkan methylen blue ke dalam vesika urinaria. Jika tampon

berubah warna menjadi kuning-jingga pada puncaknya, maka hal tersebut

mendukung suatu fistula ureterovaginal. Perubahan warna menjadi biru pada

12
bagian tengah tampon mengarah ke fistula vesikovaginal, sedangkan apabila

perubahan warna menjadi biru terjadi di bagian bawah tampon maka hal tersebut

mendukung suatu fistula uretrovaginal. 2,3,5


Pemerikasaan endoskopi dapat dilakukan pada pasien yang dicurigai

suatu fistula vesikovaginal. Fistula yang masih imatur dapat terlihat sebagai suatu

edema yang terlokalisasi tanpa adanya ostium yang jelas, sedangkan fistula yang

sudah matur memiliki ukuran ostium yang bervariasi. 3-5,9

Gambar 6. Endoskopi suatu fistula vesikovaginal. Pasien yang sama pada gambar .
fistula terlihat dari arah vesika urinaria. Fistula tersebut terlihat cukup besar untuk melihat vagina
(V) melalui vesika urinaria (B; Bladder).5

Pada beberapa kasus, banyak lubang kecil dan kavitas di sekitar dinding

vesika urinaria bagian posterior yang mengalami trauma, sehingga fistula yang

sebenarnya dengan ukuran yang kecil sulit untuk diidentifikasi. Pada kasus

demikian dapat digunakan kateter uretra sebagai panduan melewati fistula.

Visualisasi kateter pada vagina memastikan lokasi fistula yang sebenarnya baik

pada vesika urinaria maupun pada sisi genital. Sistouretroskopi tidak hanya dapat

13
menentukan ada tidaknya fistula, tetapi juga bisa menilai ukuran, ada tidaknya

fistula kolateral, dan lokasi orifisium uretra yang berhubungan dengan fistula. 3,5

Gambar 7. Konfirmasi suatu fistula vesikovaginal. Sebuah kateter uretra tampak melewati jalur
fistula pada endoskpoi ini. Fistula vesikovagina berada di dinding vesika urinaria bagian posterior
(lokasi fistula vesikovaginal yang sering setelah histerektomi). Ureter kanan tampak pada gambar
(tanda panah).5

Pemeriksaan sistografi atau sistouretrografi sebaiknya dilakukan untuk

mengevaluasi suatu fistula vesikovaginal. Sistogram secara obyektif dapat

menentukan ada tidaknya fistula serta lokasi fistula tersebut. Pada pengisian

vesika urinaria bahan kontras biasanya segera mengisi vagina dengan gambaran

opak yang menunjukkan adanya fistula vesikovaginal. Fistula vesikovaginal pada

sistografi paling baik dilihat dengan proyeksi lateral karena vesika urinaria dan

vagina tidak tampak tumpang tindih (gambar 8 ). Jalur fistula vesikovaginal yang

sebenarnya dapat terlihat dengan proyeksi lateral (gambar 9).5

14
Gambar 8 . Sistogram suatu fistula vesikovaginal. A. Proyeksi lateral dari suatu fistula
vesikovaginal post histerektomi. B. Proyeksi anteroposterior. Bahan kontras tampak opak dan
mengisi vagina yang tumpang tindih dengan vesika urinaria.5

Gambar 9. Sistografi proyeksi lateral menunjukkan jalur fistula vesikovagina.5

Hingga 12% fistula vesikovaginal akibat operasi disertai dengan cedera

ureter atau fistula ureterovaginal. Oleh karena itu penting dilakukan pemeriksaan

traktus urinarius bagian atas. Urografi intravena berperan dalam hal tersebut.

Pada sebuah penelitian sebanyak 216 pasien dengan fistula vesikovaginal akibat

persalinan macet, hampir 50% didiagnosis dengan kelainan traktus urinarius

bagian atas dengan urografi intravena; kaliektasis ditemukan pada 71% kasus,

tetapi hampir 10% ditemukan dengan unit ginjal yang tidak fungsional. Jika

dicurigai suatu fistula ureterovaginal atau ureter bagian distal tidak tervisualisasi

15
dengan baik pada urografi intravena, maka dapat dilakukan pielografi retrograd

(gambar 10).5

Gambar 10 . Algoritma untuk diagnosis suatu fistula vesikovaginal (VVF; vesicovaginal fistula).

CT, computed tomography; IVU, intravenous urography; RPG, retrograde pyelography; VCUG,

voiding cystourethrography. 5

16
Gambar 11 . CT scan dari suatu fistula vesikovaginal. Setelah bahan kontras dimasukkan
intravena, tampak gambaran dengan densitas tinggi baik pada vesika urinaria maupun vagina
yang mendukung kea rah fistula vesikovaginal. Tanda panah menunjukkan adanya hubungan
fistula antara vesika urinaria bagian anterior dengan vagina bagian posterior. 5

G. PENANGANAN

Tujuan penanganan fistula vesikovaginal adalah menghentikan secara

cepat perembesan urin ke vagina dengan pengembalian fungsi urinarius dan

genital. Efek fisik dan psikis dari suatu inkontinensia urin akibat fistula

vesikovaginal sangat besar karena beban akibat kondisi basah yang terus

menerus, bau yang tidak sedap, infeksi vagina dan vesika urinaria, dan gangguan

terkait lainnya. 3,5,12

1. Penanganan Konservatif
Penanganan konservatif berupa pemasangan kateter jangka panjang

pada vesika urinaria. Penanganan ini dapat digunakan pada fistula

vesikovaginal yang berukuran kecil, vaskularisasi baik, dan tidak ada iritasi.

Kateter dipasang melalui uretra dan dilakukan drainase urin dengan

17
mempertahankan kateter selama 10 hari serta diberikan kortison 100 mg setiap

hari (Collins, 1960). Setelah 10 hari kateter dilepas, diharapkan fistula

menutup sendiri, apabila tidak menutup maka dilakukan tindakan operasi.3


Kateterisasi vesika urinaria dapat mengatasi perembesan urin ke

vagina untuk sementara sebelum penanganan definitif diberikan. Akan tetapi

kateterisasi sering tidak bisa mengatasi perembesan urin ke vagina, khususnya

pada fistula yang berukuran besar atau pada hiperaktivitas dari otot detrusor.

Selain itu, kateterisasi dapat menyebabkan iritasi dan nyeri pelvik.5


Atrofi jaringan akibat defisiensi hormon atau infeksi kronik dapat

mempengaruhi penutupan fistula secara spontan. Oleh karena itu sebagai

terapi tambahan pada kateterisasi, dapat diberikan terapi antibiotik dan terapi

pengganti estrogen untuk memfasilitasi penutupan fistula secara spontan. 2,5

2. Penanganan Operatif
a. Waktu Pembedahan

Waktu perbaikan fistula vesikovaginal yang tepat masih dalam

perdebatan. Kebanyakan ahli memakai waktu 3 – 6 bulan pasca

terbentuknya fistula. Hal ini untuk memungkinkan terjadinya resolusi dari

proses inflamasi akut dan edema jaringan. Beberapa sarjana seperti Collins,

Pents, Jones (1960) melakukan operasi reparasi fistula pada minggu ke-2

dan ke-3 (setelah penderita diberi kortison 100 mg tiap hari selama 10

hari). Hal ini dilakukan terutama untuk fistula karena trauma operasi

ginekologi. Intervensi dini (2 – 3 minggu setelah terbentuknya fistula)

18
dilakukan dengan pertimbangan dampak sosial dari perembesan urin yang

berkepanjangan akibat fistula vesikovaginal.3,5,13

Kontraindikasi perbaikan dini fistula vesikovaginal adalah fistula

akibat radiasi, trauma obstetri, atau fistula yang gagal diperbaiki

sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh karena jaringan yang nekrosis

memerlukan waktu beberapa bulan untuk tenang. Perbaikan fistula juga

ditunda hingga beberapa bulan setelah perbaikan fistula yang sebelumnya

gagal agar terjadi resolusi dari proses inflamasi setelah operasi. 5,12

b. Persiapan Operasi
1)Keadaan umum penderita diperbaiki, termasuk persiapan fisik maupun

mental untuk menjalani operasi.


2)Daerah genitalia eksterna dan fistula dirawat, bila ada tanda-tanda

radang diberikan antibiotik oral atau lokal.


3)Sebelum operasi dilakukan pemeriksaan untuk menentukan ukuran,

lokasi, dan mobilisasi dari fistula, jika perlu dalam anestesi.


4)Pemeriksaan urograf untuk mengetahui ada tidaknya hidronefrosis

atau hidroureter.

c. Pilihan Cara Operasi

Pertimbangan utama dalam memlih pendekatan abdominal atau

vagina dalam reparasi fistula vesikovaginal adalah kenyamanan

operator. Untuk memperbaiki fistula vesikovaginal umumnya dilakukan

operasi melalui vagina (transvaginal), karena lebih mudah dan

mempunyai komplikasi kecil untuk penderita, seperti dikemukakan oleh

19
Moir. Di bagian Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo umumnya

operasi dikerjakan transvaginal. Hanya satu kali dikerjakan operasi

transvesikal pada penderita yang dikirim dari Langsa Aceh. Fistula yang

dihadapi tersebut tinggi sekali dan perlekatan-perlekatan menyulitkan

medan operasi. Kasus tersebut terjadi sesudah tindakan dengan

cunam.3,12

Pendekatan abdominal dipertimbangkan apabila diperlukan

prosedur abdominal tambahan misalnya sistoplasti untuk vesika urinaria

yang tidak bisa meregang, perbaikan cedera ureter, atau keadaan

patologi yang lain di abdomen. 2,3,12

d. Prinsip Reparasi Fistula


1) Lubang fistula harus dapat dilihat secara keseluruhan dengan

membuat beberapa jahitan penunjang pada tepi fistula.


2) Dilakukan insisi pada pinggir fistula lalu dibebaskan dinding

vagina dari mukosa sejauh 1 cm atau lebih.


3) Pelepasan mukosa vagina dari dasarnya pada daerah fistula

sepanjang 1 – 2 cm dari pinggir fistula tersebut sehingga fistula

menjadi cukup mobile dari jaringan sekitarnya.


4) Dilakukan penjahitan submukosa vesiko dengan benang Dexon

atau Vikryl no. 3.0, begitu pula dengan lapisan otot, lalu mukosa

vagina dengan benang Dexon atau Vikryl no. 1.


5) Hindari timbulnya ketegangan jaringan dalam penjahitan.3
e. Teknik Operasi

20
Penderita dalam posisi litotomi dan Tredelenburg, lalu labium

majus kanan dan kiri dibuka dengan melakukan fiksasi sementara pada

kain duk yang dipakai untuk menutup daerah sekitar lapangan operasi.

Kemudian dipasang spekulum Sims dan cahaya lampu operasi

diarahkan ke dalam liang vagina sehingga dengan mudah seluruh fistula

dan sekitarnya dapat dilihat dengan jelas. Dibuat empat jahitan

penunjang kira-kira ½ cm dari pinggir fistula.3,12


Dilakukan insisi pada pinggir fistula, melingkari fistula tersevut.

Kemudian mukosa vagina dilepaskan dari dasarnya mulai dari pinggir

insisi tadi sejauh 1 cm atau lebih. Bila pembesaran ini berhasil maka

akan terlihat lubang dari fistula tersebut lebih kecil dari semula. Perlu

diperhatikan bahwa pada pelepasan mukosa vagina dari dasarnya jangan

sampai melukai mukosa vesika urinaria karena menimbulkan

perdarahan yang difus sehingga dapat menimbulkan bekuan darah yang

akan mempersulit drainase urin pasca operatif.3


Submukosa vesika urinaria ditutup dengan dengan Dexon no. 3.0

secara interuptus. Jahitan selalu dimulai dari pinggir lateral kanan atau

kiri lebih dulu agar lebih mudah mengetahui bahwa fistula tersebut telah

tertutup dengan baik. Setelah itu dilanjutkan dengan benang Dexon

jahitan/ lapisan kedua, yaitu tunika muskularis juga secara interuptus.

Lalu vesika urinaria diisi dengan cairan methylen blue sebanyak 100 –

150 cc untuk mengetahui masih adanya kebocoran atau tidak. Apabila

21
tidak ada kebocoran, mukosa vagina dijahit dengan Dexon no. 3.0 atau

Vicryl no. 3.0.3


Vesika urinaria dikosongkan dengan memasang kateter yang

khusus digunakan untuk fistula (kateter warna putih, apabila diisi maka

dapat dilihat cairan didalamnya) yang telah dilubangi beberapa lubang

di ujungnya. Kateter ini difiksasi pada labium majus dengan jahitan dan

dihubungkan dengan “water suction” selama 10 hari.3,12


f. Interposisi Jaringan
Interposisi jaringan dapat digunkan pada fistula akibat radiasi

atau kualitas jaringan yang tidak baik setelah perbaikan. Sebuah

penelitian (Evans, dkk) melaporkan penggunaan flap pada perbaikan

transabdominal. Pada penggunaan flap angka keberhasilan mencapai

100% dibandingkan dengan yang tidak menggunakan flap

(keberhasilannya hanya 64%). Pada pendekatan abdominal interposisi

biasanya dilakukan dengan menggunakan omentum. Sedangkan pada

pendekatan vaginal dapat digunakan flap Martius (bulbocavernosus

flap), peritoneum, labium, gluteal, dan grasilis.2,14


g. Perawatan Pasca Operasi
Perawatan pasca operasi tidak kalah pentingnya dari teknik

operasi damalm keberhasilan penatalaksanaan reparasi fistula. Penderita

sebaiknya tidur berbaring dan vesika urinaria dikosongkan dengan

memasang kateter melali uretra yang dihubungkan dengan “water

suction”. Kateter dipertahankan selama 12 – 15 hari, penderita diberi

minum 2,5 – 3 liter per hari.3

22
Keberhasilan cara tersebut kurang kebih 98% (Moir, 1956). Akan

tetapi Keettel dan Sehring (1978) mempunyai keberhasilan mencapai

94,2% dengan cara memasang kateter selama 10 hari dan penderita

boleh jalan-jalan (ambulans) dan dijaga agar jangan ada retraksi pada

daerah reparasi fistula. Selama perawatan pasca operasi penderita diberi

makanan lunak tanpa serat dan tidak melakukan pemeriksaan dalam

selama perawatan. Penderita dilarang melakukan senggama selama

kurang lebih 2 bulan pasca operasi. Beberapa sarjana selain memasang

kateter melalui uretra juga melalui suprapubik dan dilepas pada hari ke-

7. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo perawatan pasca operasi pada

pasien dengan fistula vesikovaginal dilakukan dengan memakai metode

Moir. Selain itu diberikan pula antibiotik oral (untuk mencegah infeksi

saluran kemih) dan kontrasepsi oral selama 1 – 2 bulan sebelum dan

sesudah reparasi. Hasil yang dicapai 92,8% berhasil dengan satu kali

reparasi.3

23

Anda mungkin juga menyukai