1. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mengindetifikasi hasil – hasil hidrolisa
pati (amilum ) dan untuk mengetahui aktivitas pthialin yang terdapat dalam
saliva terhadap pati.
2. Dasar Teori
Pati terdiri atas dua macam pilosakarida yang kedua – duanya adalah
polimer dari glukosa yaitu amilosa ( kira – kira 20 – 28 % ) dan sisanya
amilopektin. Amilosa terdiri atas 250 – 300 unit D–glukosa yang terikat dengan
ɑ–1,4 glikosidik, jadi molekulnya merupakan rantai lurus. Amilopektin juga
terdiri atas molekul D–glukosa dengan sebagian besar ɑ–1,4 glikosidik dan
sebagian lagi ikatan ɑ–1,6 glikosidik ini menyebabkan terjadinya cabang,
sehingga molekulnya amilopekyin berbentuk rantai lurus dan bercabang.
Sebagian dari struktur amilosa digambarkan sebagai berikut :
Amilopektin
Enzim merupakan katalis organik yang dihasilkan oleh organisme-
organisme hidup. Sebagian besar reaksi – reaksi sel hidup akan berlangsung
sangat lambat bila reaksi tersebut tidak dikatalis oleh enzim. enzim mempunyai
aktivitas katalis tertentu dan reaksi yang spesifik dengan subtract tertentu pula.
Konsentrasi enzim pada umumnya bukan dimasukkan sebagai berapa
banyak kuantitas enzim yang ada, melainkan sebagai aktivitasnya pada suatu
subtrat dan dinotasikan sebagai UNIT. Harga/besarnya 1 (satu) unit adalah
sejumlah enzim yang dapat mengkatalisa 1 mikromol subtract dalam satuan
waktu pada kondisi reaksi tertentu. Kondisi reaksi tersebut adalah pada
temoeratur reaksi arten.
4. Cara Kerja
A. Hidrolisa Pati
1. Buat larutan pati 1% sebanyak 100 mL dalam gelas kimia.
2. Tambahkan HCL pekat 3 mL dan didihkan.
3. Selang 2 menit ambil 3 mL campuran dan tambahakan 3 tetes iodine.
4. Pada waktu yang sama, ambil 3 mL campuran, tambahkan 5 mL
pereaksi fehling dalam tabung reaksi. Langkah ke 3 dan 4 ini
5. Lembaran Pengamatan
A. Hidrolisa Pati
6. Pertanyaan / Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan amilum ( pati )?
2. Terangkanlah pembagian karbohidrat berdasarkan jumlah unit gulanya
dan berikan contoh – contohnya !
3. Bagaimana perubahan warna pada pati yang dihidrolisa setelah waktu
2,4,6.8.10 menit terhadap uji iodine dan fehling
4. Terangkan prinsip pengujian pati dengan reagen iodine dan hasil
hidrolisa pati dengan reagen fehling !
5. Mengapa enzim dapat bersifat biokatalis ?
6. Tergolong kelompok apakah enzim pthialin pada saliva? terangkan !
7. Pada percobaan diatas , pati berfungsi sebagai subtract. apakah yang
dimaksud dengan subtract ?
8. Terangkanlah hiotesis lock and key serta hipotesa induced-fit dalam
mekanisme molekuler reaksi antara enzim dan subtract!
I. TUJUAN
Mempelajari reaksi identifikasi dan reaksi umum karbohidrat
3. Uji Benedict
1. 5 tetes larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
ditambahkan 15 tetes pereaksi benedict. Campurlah dengan baik.
2. Didihkan di atas api kecil selama dua menit atau dimasukkan ke dalam
pengagas air mendidih selama 5 menit.
3. Didinginkan perlahan-lahan.
4. Diperhatikan warna atau endapan yang terbentuk.
4. Uji Barfoed
1. 10 tetes larutan uji dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 10 tetes pereaksi berford. Campurkan dengan baik.
2. Kemudian dipanaskan di atas api kecil sampai mendidih selama satu
menit atau dimasukkan ke dalam penangas air mendidih selama 5
menit.
3. Diperhatikan warna atau endapan yang terbentuk.
5. Uji Seliwanoff
V. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Molisch
NO. ZAT UJI HASIL UJI MOLISCH KARBOHIDRAT (+/-)
1. Amilum 1%
2. Dekstrin 1%
3. Sukrosa 1%
4. Maltosa 1%
5. Galaktosa 1%
6. Fruktosa 1%
7. Glukosa 1%
8. Arabinosa 1%
2. Uji Iodium
NO. ZAT UJI HASIL UJI IODIUM POLISAKARIDA (+/-)
1. Amilum 1%
2. Dekstrin 1%
3. Sukrosa 1%
4. Maltosa 1%
5. Galaktosa 1%
6. Fruktosa 1%
7. Glukosa 1%
3. Uji Benedict
NO ZAT UJI HASIL UJI BENEDICT GULA REDUKSI (+/-)
1. Amilum 1%
2. Dekstrin 1%
3. Sukrosa 1%
4. Maltosa 1%
5. Galaktosa 1%
6. Fruktosa 1%
7. Glukosa 1%
8. Arabinosa 1%
4. Uji Barfoed
NO. ZAT UJI HASIL UJI BARFOED MONOSAKARIDA (+/-)
1. Sukrosa 1%
2. Maltosa 1%
3. Galaktosa 1%
4. Fruktosa 1%
5. Glukosa 1%
6. Arabinosa 1%
5. Uji Seliwanoff
HASIL UJI
NO. ZAT UJI KETOSA (+/-)
SELIWANOFF
1. Sukrosa 1%
2. Galaktosa 1%
3. Fruktosa 1%
4. Glukosa 1%
5. Arabinosa 1%
1. Sukrosa
2. Maltosa
3. Galaktosa
4. Glukosa
7. Hidrolisis Pati
HIDROLISIS
NO HASIL UJI IODIUM HASIL
(MENIT)
1. 3
2. 6
3. 9
4. 12
Hasil akhir dengan uji Benedict : Terbentuk endapan merah bata
8. Hidrolisis Sukrosa
PERLAKUAN UJI HASIL UJI
5 tetes larutan Benedict (dipanaskan)
5 tetes larutan Seliwanoff
5 tetes larutan Barfoed (dipanaskan)
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar kasein yang
terdapat dalam susu cair “Indomilk” dan susu bubuk “Dancow”.
Kadar kasein pada protein susu mencapai 80%. Kasein terdiri atas
beberapa fraksi seperti alpha-casein, betha-casein, dan kappa-casein. Kasein
merupakan salah satu komponen organik yang berlimpah dalam susu bersama
dengan lemak dan laktosa. Kasein penting dikonsumsi karena mengandung
komposisi asam amino yang dibutuhkan tubuh. Dalam kondisi asam (pH
rendah), kasein akan mengendap karena memiliki kelarutan (solubility) rendah
pada kondisi asam. Susu adalah bahan makanan penting, karena mengandung
kasein yang merupakan protein berkualitas juga mudah dicerna (digestible)
saluran pencernaan.
V. HASIL PERCOBAAN
A. Hasil Pengamatan
No. LangkahPercobaan Pengamatan
1. Tujuan Percobaan
Percobaan bertujuan untuk menentukan kadar Glukosa dalam darah
2. Teori Percobaan
Sebagian besar monosakarida setelah melalui proses penyerapan
melalui dinding usus halus dibawa oleh aliran darah kehati. Di dalam hati,
monosakarida mengalami proses sintesis menghasilkan glikogen,oksidasi,
CO2 dan H2O atau dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah kebagian
tubuh yang memerlukannya. Sebagian lain monosakarida dibawa langsung
ke sel jaringan organ tertentu mengalami proses metabolism lebih lanjut.
Karena berbagai pengaruh factor dan hormon insulin yang dihasilkan oleh
kelenjar pangkreas, hati dapat mengatur glukosa dalam darah. Bila kadar
glukosa dalam darah meningkat sebagai akibat naiknya proses pencernaan
dan penyerapan karbohidrat. Sintesis glikogen oleh hati akan naik.
Sebaliknya nilai kadar glukosa menurun, umpamanya akibat latihan
olahraga, glikogen diuraikan menjadi glukosa selanjutnya mengalami
proses katabolisme menghasilkan energi ( dalam bentuk energy kimia , ATP
) yang dibutuhkan oleh kegiatan olahraga tersebut.
Kadar glukosa dalam darah merupakan faktor yang sangat penting
untuk kelancaran kerja tubuh. Kadar normal glukosa dalam darah adalah 70-
90 mg / 100 mL. keadaan dimana kadar glukosa dibawah 70-90 mg / mL
disebut hipoglisemia,sedangkan diatas 90 mg/100 mL disebut
hiperglisemia.
Hasil reduksi ion kupri oleh glukosa dalam suasana basa dengan
arsenmonolibdat memberikan warna biru( molybdenum blue ) yang
kekuatan intensitasnya sesuai dengan konsentrasi glukosa. Absorban dari
larutan ini diukur pada panjang gelombang tertentu( 600 nm ) dengan
3 .Percobaan
( Konsentrasi ) mg per mL
1. Tujuan Percobaan
Percobaan ini bertujuan untuk mengisolasi asam emak dari berbagai
jenis sabun dan menentukan besar angka penyabunan dalam lemak minyak.
2. Dasar teori.
Asam lemak yang ditemukan di alam biasanya merupakan asam – asam
monokarboksilat dengan rantai yang tidak bercabang dan mempunyai jumlah
atom karbon genap. Asam –asam lemak yang ditemukan dialam dapat dibagi
menjadi dua golongan yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.
Asam lemak mempunyai jumlah atom C genap dari C2 sampai C10 dan dalam
bentuk bebas atau ester dengan gliserol. Asam lemak dengan atom C lebih dari
12 tidak larut dalam air dingin maupun air panas.
Garam dari asam lemak berantai panjang disebut sabun. sabun dapat
dihidrolisis oleh asam, dan melepaskan kembali asam lemaknya.
H2COCOR H2COH
lemak/minyak akali sabun gliserol
Dari reaksi diatas dapat dilihat 1 mol alkali diperlukan untuk setiap
mol ester yang dihasilkan pada reaksi penyabunan. Jumlah alkali yang
diperlukan untuk menghidrolisis sempurna suatu lipida tergantung dari
jumlah ikatan ester yang terkandung dalam lipida tersebut.
Angka penyabunan didefenisikan sebagai mg KOH yang diperlukan
untuk menyabunkan 1 gram lemak/minyak. bilangan ini juga menyatakan
indeks berat molekul suatu minyak. jika asam lemak yang terdapat dalam
minyak mempunyai berat molekul yang rendah ( rantai pendek ) maka
jumlah gliseridanya semakin banyak. hal ini menyebabkan bilangan
penyabunan meningkat. hasil reaksi berupa campuran sabun dan gliserol,
mudah larut dalam air dan alkohol.
4. Cara Kerja
a. Isolasi Asam Lemak
1. Siapkan 20 mL berbagai larutan sabun ( bukan deterjen ) lakukan
sejenuh mungkin dalam gelas kimia 500 mL
2. Tambahkan HCl pekat sambil diaduk hingga larutan bersifat asam (
ph < 6 ). asam lemak akan terpisah kepermukaan.
3. Panaskan sampai timbul zat seperti minyak pada permukaan.
buang airnya sebagian .
4. Segera dinginkan dalam air, lapisan air asam lemak akan
menggumpal, pindahkan kedalam gelas kimia 100 mL yang berisi
air
5. Ulangi pemanasan dan pemisahan lapisan minyak seperti diatas,
akan menghasilkan asam lemak murni.
6. Keringkan asam lemak yang diperoleh diatas kertas saring dan
timbang beratnya
7. Usahakan untuk mendapatkan asam lemak, paling sedikitnya dari
dua macam sabun .
b. Penetapan Angka Penyabunan
1. Timbang 2,5 gram lemak/minyak dalam elenmeyer 250 mL
2. Tambahkan 50 mL KOH Alkoholis refluks selama 30 menit diatas
penangas uap ( jangan sekali kali menggunakan api bekas ) sampai
penyabunan sempurna
3. Ujilah penyabunan sempurna sebagai berikut :
Teteskan hasil refluks kedalam tabung berisi air, bila campuran ini
bening berarti hanya 1 fasa, maka penyabunan yang dilakukan tadi
sudah sempurna.
4. Buat blangko sebagai berikut :
5. Lembar Pengamatan
Dst
Balanko 1.
2.
Blanko 1.
2.
6. Pertanyaan/Tugas
1. Terangkan tentang
a. Bilangan iodine
b. Bilangan asam
c. Bilangan peroksida
2. Jelaskan sifat sifat sisika dan kimia lipida!
3. Apa yang dimaksud denagn lipida tak tersabunkan ?
4. Carilah data tentang angka penyabuann beberaoa lemak dan minyak.
bandingkan hasilnya !
1. Tujuan Percobaan
Untuk menentukan kadar protein metode biuret
2. Dasar Teori
Protein mengandung gugus CO (karboksilat) dan –NH ( amina) pada
rantai peptidanya. Dalam suasna basa gugus ini dapat membentuk kompleks
ion Cu²⁺dan memberikan warna violet. Intensitas warna larutan sesuai dengan
kadar protein yang membentuk kompleks.
Untuk menentukan kadar protein secara kuantitatif dilakukan dengan
pengukuran serapan cahaya oleh ikatan kompleks yang berwarna ungu
(violet)tersebut, hal ini dapat dibenarkan karena menurut hukum Lambeert-
Beer bahwa
A-ε.b.C
Dimana A= absorban( serapan cahaya ), ε=ekstinsi mola larutan ,
b=tebal kuvet ,C=konsentrasi
Menunjukkan serapan cahaya berbanding lurus dengan konsentrasi.
Pembentukan kompleks protein ini dapat dilakukan dengan dua metode
yaitu metode Biuret dan metode Lowry. Pada metode Biuret dikomplekskan
dengan Cu²⁺ alkalis saja, sedangkan metode Lowry, setelah terbentuk
kompleks seperti pada metode Biuret dilanjutkan dengan penambahan reagen
fosfomolibdat untuk memperkuat intensitas. Oleh karena itu metode Lowry
masih baik digunakan untuk menentukan kadar protein antara 5 sampai 100µg
per mL larutan.
Pada metode ini kadar ditentuan dengan cara bantuan kurva standar.
Kurva standar untuk masing-masing dibuat dengan menggunakan protein
murni.
4. Cara kerja
1. Pembuatan larutan standar
- Sediakan 5 tabung reaksi yang bersih kemudian 1 ml larutan protein
standar dengan kadar 1,2,3,5,7,mg per ml protein
- Tambahkan 4 ml reagen biuret kedalam masing-masing tabung
sambil dikocok
- Diamkan selama 30 menit pada suhu kamar
2. Pembuatan larutan blanko
- ambil 1 tabung reaksi yang bersih tambahkn 1 mL aquades,
tambahkan 40 mL reagen Biuret lalu kocok. Setelah otu diamkan
selama 30 menit.
3. Pembuatan sampel
- lakukan seperti pembuatan standar tetapi 1 ml protein standar diganti
dengan 1 mL sampel “unknown”
5. Lembaran Pengamatan
6. Tugas
1. Buatlah kurva kalibrasi standar konsentrasi versus absorban dengan
mempergunakan persamaan regresi linear.
(A )
0
1 2 3 4 5 6 7
( Konsentrasi ) mg/ ml
7 . Pertanyaan
PRAKTIKUM MANDIRI
1. Pembuatan Tempe
2. PembuatanTapai ( UbidanBijiNangka )
3. PembuatanMinyakSecaraFermentasi
Nur, M, A, dkk. 1983. Kimia Dasar II. Bagian Kimia. Bogor : IPB