Anda di halaman 1dari 18

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmakologi atau ilmu khasiat obat adalah ilmu yang mempelajari
kemampuan obat dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun
fisikanya, kegiatan fisiologi, resorpsi dan nasipnya didalam organisme
hidup. Untuk menyelidiki semua interaksi antara obat dan tubuh
manusia khususnya, serta penggunaan pada pengobatan penyakit, disebut
farmakologi klinis. Ilmu khasiat obat ini mencakup beberapa bagian yaitu
farmakognosi, biofarmasi, farmakokinetik dan farmakodinamika, toksikologi
dan farmakoterapi.
Toksikologi adalah pengetahuan tentang efek racun dari obat
terhadap tubuh dan sebetulnya termasuk pula dalam kelompok
farmakodinamika, karena efek teraupetis obat berhubungan erat dengan
efek dosisnya. Pada hakikatnya setiap obat dalam dosis yang cukup
tinggi dapat bekerja sebagai racun dan merusak organisme (“sola dosis
facit venenum” yang artinya hanya dosis membuat racun.
Farmakologi mempunyai keterkaitan khusus dengan farmasi, yaitu
ilmu mengenai cara membuat, memformulasi, menyimpan dan
menyediakan obat. Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan
untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit/gangguan atau
menimbulkan suatu kondisi tertentu.
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari
otak. Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan
(antagonis). Dua perangkat neuron dalam komponen otonom pada sistem
saraf perifer adalah neuron aferen atau sensorik dan neuron eferen atau
motorik. Neuron aferen mengirimkan impuls ke sistem saraf pusat,
dimana impuls itu diinterprestasikan. Neuron eferen menerima impuls
(informasi) dari otak dan meneruskan impuls ini melalui medulla spinalis
ke sel-sel organ efektor. Jalur eferen dalam sistem saraf otonom dibagi
menjadi dua cabang yaitu saraf simpatis dan saraf parasimpatis. Dimana
kedua sistem saraf ini bekerja pada organ-organ yang sama tetapi

1
menghasilkan respon yang berlawanan agar tercapainya homeostatis
(keseimbangan). Kerja obat-obat pada sistem saraf simpatis dan sistem
saraf parasimpatis dapat berupa respon yang merangsang atau menekan.
Dalam dunia farmasi, sistem saraf otonom ini sangat erat
hubungannya dengan farmakologi dan toksikologi karena kita dapat
mengetahui mekanisme kerja obat yang akan mempengaruhi sistem saraf
otonom itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu:
1.2.1 Bagaimana sistem saraf
1.2.2 Pengertian sistem saraf otonom
1.2.3 Bagaimana peran dan fungsi sistem saraf otonom
1.2.4 Jelaskan macam-macam sistem saraf otonom
1.2.5 Bagaiman gangguan penyakit pada sistem saraf otonom

1.3 Tujuan Penulisan


untuk mengetahui tentang sistem saraf secara umum, sistem saraf
otonom mulai dari peran dan fungsi, macam-macam sistem saraf otonom
serta gangguan penyakit pada sistem saraf otonom.

2
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Sistem Saraf


Sistem saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem
koordinasi yang bertugas menerima rangsangan, menghantarkan
rangsangan ke seluruh bagian tubuh, serta memberikan respons terhadap
rangsangan tersebut. Pengaturan penerima rangsangan dilakukan oleh
alat indera, pengolah rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang
kemudian meneruskan untuk menanggapi rangsangan yang datang
dilakukan oleh sistem saraf dan alat indera.
Cara Kerja Sistem Saraf
Pada sistem saraf ada bagian-bagian yang disebut :
a. Reseptor:alat untuk menerima rangsang biasanya berupa alat indra
b. Efektor: alat untuk menanggapi rangsang berupa otot dan kelenjar
c. Sel Saraf Sensoris: serabut saraf yang membawa rangsang ke otak
d. Sel saraf Motorik: serabut saraf yang membawa rangsang dari otak
e. Sel Saraf Konektor: sel saraf motorik atau sel saraf satu dengan sel
saraf lain.
Skema terjadinya gerak sadar
Rangsang, reseptor, sel saraf sensorik, otak, sel saraf motorik, efektor,
tanggapan.
Sistem syaraf adalah sebuah sistem organ yang mengandung
jaringan sel-sel khusus yang disebut neuron yang mengkoordinasikan
tindakan binatang dan mengirimkan sinyal antara berbagai bagian
tubuhnya. Pada kebanyakan hewan sistem saraf terdiri dari dua bagian,
pusat dan perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang. Sistem saraf perifer terdiri dari neuron sensorik, kelompok
neuron yang disebut ganglia, dan saraf menghubungkan mereka satu
sama lain dan sistem saraf pusat. Daerah ini semua saling berhubungan
melalui jalur saraf yang kompleks. Di sistem saraf enterik, suatu subsistem
dari sistem saraf perifer, memiliki kapasitas, bahkan ketika dipisahkan dari

3
sisa dari sistem saraf melalui sambungan primer oleh saraf vagus, untuk
berfungsi dengan mandiri dalam mengendalikan sistem gastrointestinal.
Neuron mengirimkan sinyal ke sel lain sebagai gelombang
elektrokimia perjalanan sepanjang serat tipis yang disebut akson, yang
menyebabkan zat kimia yang disebut neurotransmitter yang akan dirilis di
persimpangan yang disebut sinapsis. Sebuah sel yang menerima sinyal
sinaptik mungkin bersemangat, terhambat, atau sebaliknya dimodulasi.
Sensory neuron diaktifkan oleh rangsangan fisik menimpa mereka, dan
mengirim sinyal yang menginformasikan sistem saraf pusat negara bagian
tubuh dan lingkungan eksternal. Motor neuron, terletak baik dalam sistem
saraf pusat atau di perifer ganglia, menghubungkan sistem saraf otot atau
organ-organ efektor lain. Sentral neuron, yang pada vertebrata sangat
lebih banyak dari pada jenis lain, membuat semua input dan output
mereka koneksi dengan neuron lain. Interaksi dari semua jenis bentuk
neuron sirkuit neural yang menghasilkan suatu organisme persepsi dari
dunia dan menentukan perilaku. Seiring dengan neuron, sistem saraf
mengandung sel-sel khusus lainnya yang disebut sel-sel glial (atau hanya
glia), yang menyediakan dukungan struktural dan metabolik.
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang
bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan
direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap
dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan
luar maupun dalam.
Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus
dimiliki oleh sistem saraf yaitu:
a. Reseptor adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada
tubuh kita yang ber tindak sebagai reseptor adalah organ indera.
b. Penghantar impuls dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun
dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut
penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas.
Sel saraf disebut neuron.

4
c. Efektor adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah
diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting
pada manusia adalah otot dan kelenjar.
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi
tiga kelompok, yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf
intermediet (asosiasi).
a) Sel saraf sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke
sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang
(medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan
dengan saraf asosiasi (intermediet).
b) Sel saraf motor
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf
pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh
terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf
pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf
asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
c) Sel saraf intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat
ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi
menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau
berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem
saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor
sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.

2.2 Pengertian Sistem Saraf Otonom


Sistem saraf otonom adalah sistem saraf yang bergantung pada
sistem saraf pusat, dan antara keduanya dihubungkan urat-urat saraf
aferen dan eferen. Juga memiliki sifat seolah olah sebagai bagian sistem
saraf pusat, yang telah bermigrasi dari saraf pusat guna mencapai
kelenjar, pembuluh darah, jantung, paru-paru, dan usus. Karena sistem
saraf otonom itu terutama berkenaan dengan pengendalian organ-organ

5
dalam secara tidak sadar, kadang-kadang disebut juga susunan saraf
tidak sadar.
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari
otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang
bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-
masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk
ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat
saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat
saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom berfungsi untuk mempertahankan keadaan
tubuh dalam kondisi terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem
saraf otonom bekerja secara otomatis tanpa perintah dari sistem saraf
sadar. Sistem saraf otonom juga disebut sistem saraf tak sadar, karena
bekerja diluar kesadaran
Struktur jaringan yang dikontrol oleh sistem saraf otonom yaitu otot
jantung, pembuluh darah, iris mata, organ thorakalis, abdominalis, dan
kelenjar tubuh. Secara umu, sistem saraf otonom dibagi menjadi dua
bagian, yaitu sistem saraf simpatis dan sistem saraf parasimpatis.
Sistem saraf otonom merupakan sistem saraf yang bekerja tanpa
disadari atau tanpa perintah sistem saraf pusat. Sistem saraf otonom
merupakan gabungan saraf sensorik dan saraf motorik. Gangguan pada
sistem saraf otonom dapat mempengaruhi setiap bagian atau proses
tubuh. Gangguan saraf otonom mungkin reversibel atau progresif.
Setelah sistem saraf otonom menerima informasi tentang tubuh
dan lingkungan eksternal, maka sistem saraf otonom akan meresponnya
dengan merangsang proses tubuh, biasanya melalui saraf simpatik, atau
menghambat proses tubuh, biasanya melalui saraf parasimpatis.
Jalur saraf otonom melibatkan dua saraf. Satu sel terletak dibatang
otak atau sumsum tulang belakang yang dihubungkan dengan serabut
saraf ke sel lain, yang terletak di gugusan sel saraf (disebut ganglion
otonom). Serabut saraf dari ganglia ini terhubung dengan organ – organ
internal. Sebagian besar ganglia untuk saraf simpatik terletak di luar

6
sumsum tulang belakang pada kedua sisinya. Ganglia untuk saraf
simpatik terletak didekat atau organ dimana terdapat saraf parasimpatitik
tersebut.

2.3 Peran dan Fungsi Sistem Saraf Otonom


Peran system saraf otonom adalah untuk terus menyempurnakan
fungsi orgn dan system organ sesuai dengan rangsangan baik internal
maupun eksternal. System saraf otom membantu untuk mempertahankan
homeostasis (stabil internal dan keseimbangan) melalui koordinasi
berbagai kegiatan seperti hormon, sirklasi, respirasi, pencernaan dan
eksresi. System saraf otonom selalu ’on’ dan berfungsi secara tidak sadar,
jadi kita tidak menyadari tugas pentingnya yang dilakukan setiap bangun
(dan tidur) setiap menit dan setiap hari.
Sistem saraf otonom adalah bagian dari system yang memasok
organ internal, termaksud pembuluh darah, lambung, usus, hati, ginjal,
kandung kemih, paru-paru, pupil, jantung, keringat, ludah dan kelenjar
pencernaan.
Sistem saraf otonom adalah system saraf yang mengontrol gerakan
tak sadar dan mengatur fungsi tubuh seperti;
a) Tekanan darah
b) Denyut jantung dan pernapasan
c) Suhu tubuh
d) Pencernaan
e) Metabolisme (sehingga mempengaruhi berat badan)
f) Keseimbagan air dan electron (seperti sodium dan kalsium)
g) Produksi cairan tubuh (air liur,keringat,dan air mata)
h) Buang air kecil dan besar
i) Respon pupil,dan gairah seksual

7
2.4 Macam - Macam Sistem Saraf Otonom
Sistem saraf otonom dibagi menjadi dua :
a. Saraf parasimpatis: terbagi dalam dua bagian yang terdiri atas saraf
otonom kranial dan saraf otonom sakral. Sistem Parasimpatis
berkaitan dengan pertahanan tubuh dan perbaikan sumber-sumber
tubuh antara lain penurunan denyut jantung, peningkatan aktivitas
gastrointestinal dan absorbsi makanan.
b. Saraf simpatis: terletak di depan kolumna vertebra dan berhubungan
serta bersambung dengan sumsum tulang belakang melalui serabut-
serabut saraf. Sistem Simpatis yang mempunyai aktivitas
perangsangan, responnya antara lain adalah peningkatan denyut
jantung, peningkatan kekuatan jantung, gula darah dan tekanan
darah.
Contoh fungsi saraf simpatik dan saraf parasimpatik antara lain:
Saraf simpatik mempercepat denyut jantung, memperlambat proses
pencernaan, merangsang ereksi, memperkecil diameter pembuluh arteri,
memperbesar pupil, memperkecil bronkus dan mengembangkan kantung
kemih, sedangkan saraf parasimpatik dapat memperlambat denyut
jantung, mempercepat proses pencernaan, menghambat ereksi,
memperbesar diameter pembuluh arteri, memperkecil pupil, mempebesar
bronkus dan mengerutkan kantung kemih.
Seperti diungkapkan diatas bahwa sistem saraf tepi manusia terdiri
dari saraf kranial dan saraf spinal. Pada sistem saraf tepi Manusia
terdapat 12 pasang saraf kranial, berikut ini adalah daftar saraf kranial
pada manusia dan fungsinya.

Saraf Kranial Fungsi


Nervus Olfactorius (N I) Penciuman
Nervus Optikus (N II) Penglihatan
Nervus Oculomotorius (N III) Mengangkat kelopak mata atas dan
konstriksi pupil
Nervus Trochlearis (N IV) Gerakan mata kebawah dan

8
kedalam
Nervus Trigeminus (N V) Gerakan Mengunyah, Sensasi kulit,
mukosa dan lain-lain.
Nervus Abducens (N VI) Gerakan mata ke lateral
Nervus Facialis (N VII) Ekspresi wajah, lakrimasi,
pengecapan
Nervus Vestibulocochlearis (N VIII) Keseimbangan dan pendengaran
Nervus Glossopharyngeus (N IX) Menelan, refleks muntah, salvasi,
pengecapan.
Nervus Vagus (N X) Menelan, refleks muntah

Nervus Accessorius (N XI) Gerakan kepala dan bahu


Nervus Hippoglossus (N XII) Pergerakan Lidah

Sistem simpatis terdiri atas serangkaian urat kembar yang


bermuatan ganglion-ganglion. Urat-urat itu bergerak dari dasar tengkorak
yang terletak di depan kolumna vertebra, lantas berakhir dalam pelvis di
depan koksigis, sebagai ganglion koksigeus. Ganglion-ganglion itu
tersusun berpasangan dan disebarkan dari daerah-daerah :
a. Daerah leher : tiga pasang ganglion servikal
b. Daerah dada : sebelas pasang ganglion torakal
c. Daerah pinggang : empat pasang ganglion lumbal
d. Daerah pelvis : empat pasang ganglion sakral
e. Di depan koksigis : ganglion koksigens
Ganglion-ganglion ini bersambung erat dengan sistem saraf pusat
melalui sumsum tulang belakang, dengan mempergunakan cabang
cabang penghubung, yang bergerak keluar dari sumsum tulang belakang
menuju ganglion, dan dari ganglion masuk menuju sumsum tulang
belakang.
Ganglion simpatis lainya berhubungan dengan dua rangkaian besar
ganglia ini, dan bersama serabut-serabutnya membentuk pleksus-pleksus
simpatis.

9
1. Pleksus kardiak terletak dekat dasar jantung serta mengarahkan
cabang-cabangnya ke situ dan ke paru paru
2. Pleksus seliaka terletak di sebelah belakang lambung, dan melayani
organ-organ dalam rongga abdomen
3. Pleksus mesenterikus (pleksus hipogatilus) terletak di depan sakrum
dan melayai organ organ dalam pelvis.
Adapun fungsi dari sistem simpatis :
 Mensarafi otot jantung
 Mensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar
 Mempersarafi semua alat dalam seperti lambung, pancreas dan
usus
 Melayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar keringat
 Serabut motorik pada otot tak sadar dalam kulit
 Mempertahankan tonus semua otot sadar
Sistem parasimpatis. Saraf kranial otonom adalah saraf kranial
ketiga, ketujuh, kesembilan, kesepuluh. Saraf saraf ini merupakan
penghubung, tempat serabut-serabut parasimpatis lewat dalam
perjalanannya keluar dari otak menuju organ-organ yang sebagian
dikendalikan olehnya. Serabut-serabut yang mencapai serabut-serabut
otot sirkular pada iris merangsang gerakan-gerakan yang menentukan
ukuran pupil mata menggunakan saraf kranial ketiga, yaitu saraf okulo-
motorik.
Serabut-serabut otot motorik sekretorik mencapai kelenjar ludah
melalui saraf ketujuh, fasial, serta saraf kesembilan, glosofaringeus.
Saraf vagus atau saraf kranial kesepuluh adalah serabut saraf
otonom terbesar. Daerah layanannya luas, serta serabut-serabutnya
disebarkan ke sejumlah besar kelenjar dan organ. Penyebaran ini sejalan
dengan penyebaran serabut simpatis.
Saraf parasimpatis sakral keluar dari sumsum tulang belakang
melalui daerah sakral. Saraf-saraf ini membentuk urat-urat saraf pada
alat-alat dalam pelvis, dan bersama saraf simpatis membentuk pleksus
yang melayani kolon, rektum, dan kandung kencing.

10
Adapun fungsi dari sistem parasimpatis :
 Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis,
submandibularis dan kelenjar-kelenjar dalam mukosa rongga
hidung
 Mensarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung
 Menpersarafi kelenjar ludah
 Mempersarafi parotis
 Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru-paru,
GIT, ginjal, pancreas, lien, hepar dan kelenjar suprarenalis
 Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria
dan alat kelamin
 Miksi dan defekasi

Sistem pengendalian ganda (simpatis dan parasimpatis) hanya


sebagian kecil organ dari kelenjar yang memiliki satu sumber pelayanan,
yaitu simpatis dan parasimpatis. Sebagian besar organ dan kelenjar
pelayanan ganda, yaitu menerima beberapa serabut dari sistem simpatis
di samping beberapa serabut dari saraf otonom sakral atau kranial.
Keaktifan organ dirangsang sekelompok urat saraf, sementara di lain
pihak di lambatkan atau di berhentikan sekelompok urat saraf lain, dengan
kata lain masing masing kelompok bekerja berlawanan. Dengan demikian,
penyesuaian tepat antara aktivitas dan istirahat tetap di pertahankan,
sementara ritme kegiatan halus organ-organ dalam, kelenjar, pembuluh
darah, serta otot tak sadar juga dipertahankan.
Dengan demikian, jantung menerima serabut akselerator dari saraf
simpatis, dan serabut inhibitor (penghambat) dari vagus.
Pembuluh darah mempunyai vaso-konstritor dan vaso-dilator.
Saluran pencernaan memiliki urat saraf akselerator dan inhibitor,
yang mempercepat dan memperlambat gerakan peristaltik berturut turut.
Apabila sebuah organ memiliki otot sfingter, serabut saraf yang
menyebabkan organnya berkontraksi akan menghambat sfinkter, dan
sebaliknya. Hal-hal seperti itu terjadi pada lambung dalam sfingter pilorik,

11
usus dalam spingfer ileokolik, dan kandung kencing dalam spingfer uretra
interna. Sebagai contoh, pada kegiatan mikturisi, sfingter uretra di
kendurkan, sementara otot pada dinding kandung kencing berkontraksi,
sehingga memungkinkan kandung kencing di kosongkan
Sistem saraf tak sadar menyebabkan gerakan yang tidak disadari
atau gerak refleks. Gerak refleks merupakan suatu reaksi yang bersifat
otomatis atau tanpa disadari. Impuls saraf pada gerak refleks melalui alur
impuls pendek. Alur impuls dimulai dari reseptor sebagai penerima
rangsangan, kemudian dibawa oleh neuron ke sumsum tulang belakang,
tanpa diolah oleh pusat saraf. Kemudian tanggapan dikirim oleh saraf
motorik menuju ke efektor. Alur impuls pada gerak refleks disebut
lengkung refleks.
Ada dua macam gerak refleks yaitu :
Refleks otak, adalah gerak refleks yang melibatkan saraf perantara
yang terletak di otak, misalnya berkedipnya mata, refleks pupil mata
karena rangsangan cahaya.
Refleks sumsum tulang belakang, adalah gerak refleks yang
melibatkan saraf perantara yang terletak di sumsum tulang belakang,
misalnya sentakan lutut karena kaki menginjak batu yang
runcing.
1. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf
Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun
tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya
perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada
waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan
kutubnegatif terdapat di bagian dalam sel saraf. Diperkirakan bahwa
rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya pembalikan
perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial
ini (depolarisasi)terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan
perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai
dengart 120 m per detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau
tidaknyaselubung mielin.

12
Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak
dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali
seperti semula (potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali
diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik.
Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang
dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf.
Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak
akan menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi
bila kekuatannya di atas ambang maka impuls akan dihantarkan sampai
ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls
yang lebih besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang
lemah.
2. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis
Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron
lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk
tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur
kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebutvesikula
sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-
sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk
sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron,
maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis.
Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitterberupa asetilkolin.
Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat
menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis.
Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang
terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik,
dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian
berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada reseptor yang
terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada
reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin
sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim
asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran post-sinapsis.

13
Gerak refleks terjadi secara otomatis terhadap rangsangan tanpa
kontrol dari otak sehingga dapat berlangsung dengan cepat. Gerak refleks
terjadi tidak disadari terlebih dahulu atau tanpa dipengaruhi kehendak.
Contoh gerak refleks seperti mengangkat tangan ketika terkena api,
mengangkat kaki ketika tertusuk duri, berkedip ketika ada benda asing
yang masuk ke mata, bersin dan batuk.
Stimulus pada organ reseptor, sel saraf sensorik, sel penghubung
(asosiasi) pada sumsum tulang belakang, sel saraf motorik, respon pada
organ efektor.

2.5 Penyakit Gangguan Sistem Saraf Otonom


a. Stroke, merupakan penyakit yang timbul karena pembuluh darah di
otak tersumbat atau pecah sehingga otak menjadi rusak. Penyebab
penyumbatan ini ialah adanya penyempitan pembuluh darah
(arteriosklerosis). Selain itu, bisa juga karena penyumbatan oleh
suatu emboli. Ciri yang tampak dari penderita stroke misalnya
wajah yang tak simetris.
b. Neuritis, merupakan gangguan sistem saraf yang disebabkan
tekanan, pukulan, patah tulang, dan keracunan/kekurangan vitamin
B. Adanya penyakit ini menjadikan penderita sering kesemutan.
c. Amnesia, merupakan gangguan yang terjadi pada otak karena
disebabkan goncangan batin atau cidera. Ciri gangguan ini yakni
hilangnya kemampuan seseorang mengenali dan mengingat
kejadian masa lampau dalam kurun waktu tertentu.
d. Transeksi, merupakan gangguan pada sistem saraf terutama
medula spinalis karena jatuh atau tertembak. Akibat yang timbul
yakni penderita akan kehilangan segala rasa (mati rasa).
e. Parkinson, merupakan penyakit yang terjadi karena kekurangan
neurotransmiter dopamine pada dasar ganglion. Secara fisik,
penderita ini memiliki ciri tangan gemetaran saat istirahat, gerak
susah, mata sulit berkedip, dan otot kaku sehingga salah satu
cirinya adalah langkah kaki menjadi kaku.

14
f. Epilepsi, merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya luka,
infeksi, tumor, atau lainnya terutama pada jaringan-jaringan otak,
sehingga terjadi letusan-letusan listrik (impuls) pada neuronneuron
di otak.
g. Poliomielitis, ialah penyakit yang menyerang neuron-neuron
motorik sistem saraf pusat terutama otak dan medula spinalis oleh
infeksi virus

15
BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari
otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang
bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-
masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk
ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat
saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat
saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom berfungsi untuk mempertahankan keadaan
tubuh dalam kondisi terkontrol tanpa pengendalian secara sadar. Sistem
saraf otonom bekerja secara otomatis tanpa perintah dari sistem saraf
sadar. Sistem saraf otonom juga disebut sistem saraf tak sadar, karena
bekerja diluar kesadaran

3.2 Saran
Demikian makalah ini kami susun dengan segala kemampuan dan
keterbatasan kami. Kami menyadari bahwa banyak kekurangan pada
makalah ini dan maka dari itu, kritik dan saran selalu kami tunggu demi
perbaikan yang menjadi baik. Dan semoga makalah ini mudah di pahami
dan bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bermanfaat di masa yang
akan datang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Evelyn C.Pearce. 2012. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta


Gramedia Pustaka Utama.
Jan Tambayong. 2001. Farmakologi untuk keperawatan. Jakarta Widya
Medika.
Priyanto. 2008. Farmakologi Dasar Untuk Mahasiswa Farmasi Dan
Keperawatan. Lembaga studi dan Konsultasi Farmakologi.
Richard A.Harvey, Pamela C.Champe. 2009. Farmakologi Ulasan
Bergambar. Jakarta Buku Kedokteran

17
18

Anda mungkin juga menyukai