Presus Plasenta Previa Ghina Athirah
Presus Plasenta Previa Ghina Athirah
PLASENTA PREVIA
Pembimbing
dr. Adi Rachmanadi, Sp.OG
Disusun oleh :
Ghina Athirah
1710221034
NRP : 1710221034
Disetujui oleh:
Pembimbing,
Ditetapkan di : Ambarawa
Tanggal Presentasi :
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini yang
berjudul “Plasenta Previa”. Laporan Kasus ini kami susun untuk melengkapi tugas
kepaniteraan Ilmu Kandungan dan Kebidanan RSUD Ambarawa. Penulis
mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar besarnya kepada dr. Adi
Rahmanadi, Sp.OG dan dr. Hary Purwoko, Sp.OG,KFER yang telah membimbing
dan membantu kami dalam melaksanakan kepaniteraan dan dalam menyusun
laporan kasus ini.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan dan masih banyak yang perlu diperbaiki. Oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna menambah ilmu dan
pengetahuan penulis dalam ruang lingkup ilmu kandungan dan kebidanan,
khususnya yang berhubungan dengan laporan kasus ini.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
BAB II LAPORAN KASUS
II.1 Identitas Pasien ............................................................................................ 2
II.2 Anamnesis ................................................................................................... 2
II.3 Pemeriksaan Fisik ........................................................................................ 3
II.4 Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 5
II.5 Diagnosis ..................................................................................................... 6
II.6 Terapi dan Planning .................................................................................... 6
II.7 Prognosis ..................................................................................................... 6
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Definisi ........................................................................................................ 7
III.2 Faktor Predisposisi ...................................................................................... 7
III.3 Klasifikasi ................................................................................................... 7
III.4 Manifestasi Klinik ....................................................................................... 8
III.5 Diagnosis ..................................................................................................... 8
III.6 Diagnosis Banding ...................................................................................... 9
III.7 Penatalaksanaan .......................................................................................... 10
III.8 Komplikasi .................................................................................................. 12
III.9 Prognosis ..................................................................................................... 12
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan
indikator keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan. Menurut World
Health Organization Angka Kematian Ibu di Indonesia pada tahun 2015 tercatat
126 per 100.000 kelahiran hidup angka tersebut jauh lebih tinggi jika dikaitkan
dengan target Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia tahun 2030 yaitu
menurunkan AKI hingga 90 per 100.000 kelahiran hidup dan menurunkan AKB
hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup.1
Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang
berbahaya. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya
dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu
penanganan yang cukup berbeda.2 Plasenta previa adalah plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim dan menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum. Angka kejadian plasenta previa adalah 0,4–0,6% dari
keseluruhan persalinan. Dengan penatalaksanaan dan perawatan yang baik,
mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup.2
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan
plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
seperti kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan
anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada
kelainan plasenta.2
Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara
klinis biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa
dan solusio plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya. Perdarahan
anterpartum terjadi kira-kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta
previa, solusio plasenta dan perdarahan yang belum jelas penyebabnya.2
v
BAB II
LAPORAN KASUS
II.2 Anamnesis
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh keluar darah dari jalan lahir.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien G3P1A1 hamil 30 minggu datang ke IGD RSUD Ambarawa dengan
keluhan keluar darah dari jalan lahir ± 6 jam yang lalu. Pada pagi hari ini
darah yang keluar dari jalan lahir cukup banyak, terjadi secara tiba-tiba
ketika pasien bangun tidur dan berwarna merah seperti darah menstruasi.
Ketika pasien datang ke RSUD Ambarawa, darah yang keluar dari jalan
lahir masih mengalir dan pasien sudah ganti pembalut sebanyak 1 x. Darah
yang keluar tanpa disertai gumpalan maupun lendir. Pasien mengatakan 1
bulan sebelumnya pasien sempat dirawat di RSUD Ambarawa karena
keluhan yang sama yaitu perdarahan dari jalan lahir. Keluhan disertai badan
lemas. Pasien masih merasakan gerakan bayi aktif pada perut bagian kanan.
Keluhan kencang-kencang disangkal, nyeri perut diakui pada bagian bawah
perut, riwayat terjatuh disangkal. Mual, muntah, pusing disangkal. Pasien
terakhir berhubungan dengan suami 2 minggu sebelumnya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
vi
Riwayat keluhan yang sama pernah dialami 1 bulan sebelumnya. Hipertensi,
DM, asma, alergi disangkal.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluhan yang sama, hipertensi, DM, asma, dan gemelli disangkal.
e. Riwayat Obstetri
• Anak I, laki-laki usia 11 tahun, keadaan umum baik, lahir aterm
dengan berat badan lahir 2900 gr secara normal dan ditolong oleh
bidan.
• Anak II, perempuan, usia 5 tahun, keadaan umum baik, lahir aterm
dengan berat badan lahir 2800 gr secara sectio caesar atas indikasi
plasenta letak rendah ditolong oleh dokter.
• Anak III, hamil saat ini
f. Riwayat Reproduksi
• Menarche usia 15 tahun
• Siklus haid : 28 hari
• Lama haid : 7 hari
• Hari pertama haid terakhir : 2 September 2018
• Hari taksiran lahir : 9 Juni 2019
• Pernikahan ke-2, sudah 3 tahun
g. Riwayat KB
Pasien memakai KB IUD selama 5 tahun
h. Riwayat Ante Natal Care
Pasien ANC rutin di bidan + 9x sejak awal kehamilan.
i. Riwayat Sosial Ekonomi
Pendidikan terakhir pasien SMU sebagai ibu rumah tangga.
vii
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital
TD : 110/80 mmHg Nadi : 88 kali/menit, regular
Suhu : 36.9°C RR : 20 kali/ menit
Saturasi O2 : 98%
Kepala : Cloasma gravidarum (-), Mata konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (-/-)
Leher : KGB tidak teraba pembesaran
Thoraks : Pembesaran mammae dengan areola hiperpigmentasi
Inspeksi : Simetris saat statis dan dinamis, retraksi (-)
Palpasi : Vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Sonor pada kedua hemithoraks
Auskultasi : Suara nafas vesikular, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat,
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
Perkusi : - Batas jantung kanan atas SIC II linea parasternalis dextra
- Batas jantung kanan bawah SIC IV linea parasternalis dextra
- Batas jantung kiri atas SIC II linea parasternalis sinistra
- Batas jantung kiri bawah SIC IV linea media clavicularis sinistra
- Batas pinggang jantung SIC III, linea parasternal sinistra
Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Cembung, striae gravidarum (+), linea alba (+), piscaseck
sign (+ kanan) bekas SC (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani di semua kuadran abdomen
Palpasi : HIS (-)
Ekstremitas : akral hangat, capirally refill test < 2 detik, Oedem (-)/(-)
Status Obstetrik
a. Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Cembung, striae gravidarum (+), linea alba (+), piscaseck
viii
sign (+ kanan) bekas SC (+)
Palpasi : Supel (+), nyeri tekan (-), tidak teraba massa dalam abdomen
- TFU : 27 cm
- DJJ : 138x/menit, regular
- Letak : membujur
- Leopold I : lunak , kesan bokong
II : Punggung kanan
III : keras, kesan kepala
IV : Konvergen
b. Pemeriksan Dalam/vaginal toucher
- Pemeriksaan Luar
Inspeksi : PPV (+), keputihan (-), lendir (-)
- Pemeriksaan Dalam
Vagina toucher : tidak dilakukan
SGPT 15 0 – 35 IU/dl
Gol Darah O
ix
HbsAg Non reaktif
Pemeriksaan USG
II.5 Diagnosis
Diagnosis kerja :
• Perdarahan antepartum e.c plasenta previa totalis
• G3P1A1 hamil 30 minggu preterm
II.7 Prognosis
a. Ad vitam : dubia
b. Ad fungsionam : dubia
c. Ad sanasionam : dubia
x
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Definisi
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutup sebagian
atau seluruh pembukaaan jalan lahir (ostium uteri internum). Angka kejadian
plasenta previa adalah 0,4 – 0,6 % dari keseluruhan persalinan. 2.8 : 1000
kehamilan tunggal dan 3.9 : 1000 kehamilan gemeli. Dengan penatalaksanaan
yang baik, mortalitas perinatal adalah 50 per 1000 kelahiran hidup.3
III.3 Klasifikasi
Klasifikasi plasenta previa tidak didasarkan pada keadaan anatomik
melainkan fisiologik. Seiring dengan perkembangan kehamilan, pendataran serta
pembukaan servix, klasifikasi plasenta previa dapat berubah. Secara umum plasenta
previa diklasifikasikan menjadi:
a Plasenta previa totalis atau komplit, yaitu bila plasenta menutupi seluruh
ostium uteri internum.
b Plasenta previa parsialis, bila plasenta menutupi sebagian ostium uteri
internum.
c Plasenta previa marginalis, bila tepi plasenta berada pada pinggir ostium
uteri internum.
xi
d Plasenta letak rendah, bila tepi bawah plasenta berada pada jarak lebih
kurang 2 cm dari ostium uteri internum
III.5 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan adanya gejala-gejala klinis dan beberapa
pemeriksaan, antara lain:
1. Anamnesis
Gejala pertama yang membawa pasien ke dokter atau rumah sakit ialah
perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut
(trimester III), puncak insidens pada kehamilan 34 minggu. Sifat
perdarahannya tanpa sebab (causeless), tanpa nyeri (painless), dan berulang
(recurrent). Perdarahan timbul tanpa sebab apapun. Kadang-kadang
xii
perdarahan terjadi sewaktu bangun tidur ; pagi hari tanpa disadari tempat
tidur sudah penuh darah. Perdarahan cenderung berulang dengan volume
yang lebih banyak sebelumnya.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan luar Inspeksi
Dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau sedikit,
darah beku dan sebagainya. Kalau telah berdarah banyak maka ibu akan
kelihatan anemis.
Palpasi
Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah. Sering
dijumpai kelainan letak janin. Bagian terbawah janin belum turun, apabila
letak kepala biasanya kepala masih goyang atau terapung (floating) atau
mengolak di atas pintu atas panggul. Bila cukup pengalaman, dapat
dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim terutama pada ibu yang
kurus. Pemeriksaan dalam sangat berbahaya sehingga kontraindikasi untuk
dilakukan kecuali fasilitas operasi segera tersedia.
3. Pemeriksaan dengan Alat
a) Pemeriksaan inspekulo, adanya darah dari ostium uteri eksernum
b) Pemeriksaan USG
• Transvaginal Ultrasonografi dengan keakuratan dapat mencapai
100% identifikasi plasenta previa
• Transabdominal ultrasonografi dengan keakuratan berkisar 95 %
• MRI dapat digunakan untuk membantu identifikasi plasenta akreta,
inkreta, dan plasenta perkreta.
xiii
dapat menyebabkan ruptur pembuluh darah yang mengancam janin. Pada
pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput ketuban.
Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah
terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak
beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau
beberapa saat setelah selaput ketuban pecah.
III.7 Penatalaksanaan
Prinsip penanganan awal pada semua pasien dengan perdarahan antepartum
adalah mencegah keadaan syok karena pendarahan yang banyak, untuk itu harus
segera diperbaiki keadaan umumnya dengan pemberian cairan atau tranfusi darah.
Selanjutnya dapat dilakukan penanganan lanjutan yang disesuaikan dengan
keadaan umum, usia kehamilan, jumlah perdarahan, maupun jenis plasenta previa.
a. Penanganan pasif/penanganan ekspektatif
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis.
Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif.
Kriteria : Umur kehamilan < 37 minggu, perdarahan sedikit, belum ada
tanda-tanda persalinan, keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Penanganan berupa :
- Rawat inap, tirah baring mutlak, berikan antibiotik profilaksis
- Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia
kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin
- Infus D5% dan elektrolit
- Spasmolitik. Tokolitik (bila ada kontraksi: MgSO4 4 g IV dosis awal
dilanjutkan 4 g setiap 6 jam, Nifedipin 3×20 mg/hari, Betamethason 24
mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin), plasentotrofik,
roboransia.
- Pematangan paru pada janin 28-34 minggu
- Persiapan transfusi autologus bila Hb ibu < 11g%
- Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut
jantung janin
xiv
- Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu, plasenta masih berada
disekitar ostium uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi
jelas, sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk
menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat
- Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 minggu masih
lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila
rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai rumah sakit lebih
dari 2 jam).
b. Penanganan aktif
Kriteria: umur kehamilan 37 minggu, BB janin 2500 gram, perdarahan
banyak 500 cc atau lebih, ada tanda-tanda persalinan, keadaan umum pasien
tidak baik, ibu anemis (Hb < 8 gr%).
1. Persalinan spontan pervaginam
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara
dan anak sudah meninggal atau prematur. Jika pembukaan serviks sudah
agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi) jika his lemah,
diberikan oksitosin drips. Bila perdarahan masih terus berlangsung,
dilakukan SC.
2. Sectio Caesarea
Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk
hidup, tindakan ini tetap dilakukan. Tujuan SC :
- Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera
berkontraksi dan menghentikan perdarahan. Tempat implantasi
plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga serviks uteri
dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu,
bekas tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan
karena adanya vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus
uteri
- Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada serviks uteri,
jika janin dilahirkan pervaginam
Indikasi Seksio cesarea :
xv
2) Plasenta previa totalis
3) Plasenta previa pada primigravida.
4) Plasenta previa janin letak lintang atau letak sungsang
5) Anak berharga dan fetal distress
6) Profuse bleeding, perdarahan sangat banyak dan mengalir
dengan cepat.
7) Plasenta previa lateralis jika :
• Pembukaan masih kecil dan perdarahan banyak.
• Sebagian besar OUI ditutupi plasenta.
• Plasenta terletak di sebelah belakang (posterior).
III.8 Komplikasi
Perdarahan dan syok, infeksi, laserasi serviks, plasenta akreta, prematuritas
atau lahir mati, prolaps tali pusat dan prolaps plasenta.
III.9 Prognosis
Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan
morbiditas ibu dan bayi tinggi, mortalitas ibu mencapai 8-10 % dan mortalitas janin
50-80 %. Sekarang penanganan relatif bersifat operatif dini, maka angka kematian
dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,2 -5%
terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena
tindakan. Kematian perinatal juga turun menjadi 7-25 %, terutama disebabkan oleh
prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli, dan persalinan buatan. Dengan
penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karena plasenta rendah sekali
atau tak ada sama sekali.
xvi
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham GF, Leveno JK, Bloom LS, Hauth CJ, III Gilstrap L,
Wenstrom DK. Williams Obstetrics 22nd ed. 2015 .
xvii