Referat Tiroiditis Hashimoto
Referat Tiroiditis Hashimoto
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah :
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Tiroid
3
yaitu tiroksin (T4) yang kemudian berubah menjadi bentuk aktifnya yaitu
triyodotironin (T3). Iodium nonorganik yang diserap dari saluran cerna
merupakan bahan baku hormon tiroid. Zat ini dipekatkan kadarnya menjadi
30-40 kali sehingga mempunyai afinitas yang sangat tinggi di dalam jaringan
tiroid. T3 dan T4 yang dihasilkan ini kemudian akan disimpan dalam bentuk
koloid di dalam tiroid. Sebagian besar T4 kemudian akan dilepaskan ke
sirkulasi sedangkan sisanya tetap di dalam kelenjar yang kemudian
mengalami daur ulang. Di sirkulasi, hormon tiroid akan terikat oleh protein
yaitu globulin pengikat tiroid (thyroid binding globulin, TBG) atau
prealbumin pengikat albumin (thyroxine binding prealbumine, TBPA).
Hormon stimulator tiroid (thyroid stimulating hormone, TSH) memegang
peranan terpenting untuk mengatur sekresi dari kelenjar tiroid. TSH dihasilkan
oleh lobus anterior kelenjar hipofisis. Proses yang dikenal sebagai negative
feedback sangat penting dalam proses pengeluaran hormon tiroid ke sirkulasi.
Dengan demikian, sekresi tiroid dapat mengadakan penyesuaian terhadap
perubahan-perubahan di dalam maupun di luar tubuh.
2.3 Definisi Tiroiditis Hashimoto
Tiroiditis berasal dari kata tiroid yaitu kelenjar tiroid sedangkan –itis
menandakan adanya proses peradangan (inflamasi) dengan beragam
penyebab. Bila dilihat dari aspek waktu kejadian maka tiroiditis dibagi
menjadi tiroiditis akut (muncul mendadak atau durasi penyakit singkat),
tiroiditis subakut (antara akut dan kronik) dan tiroiditis kronik (durasi
penyakit lama). (1)(8)
Berdasarkan penyebabnya, tiroiditis dibagi menjadi tiroiditis karena
infeksi, tiroiditis autoimun, tiroiditis pasca persalinan, tiroiditis karena obat-
obatan dan tiroiditis Riedel. Berdasarkan ada atau tidaknya nyeri, dibagi
menjadi tiroiditis dengan nyeri dan tiroiditis tanpa nyeri. Tiroiditis yang paling
sering ditemukan adalah tiroiditis Hashimoto dan tiroiditis postpartum (timbul
setelah melahirkan). (1)(8)
2.4 Epidemiologi
Tiroiditis Hashimoto merupakan penyebab tersering kejadian
hipotiroidisme di Amerika Utara. Insidens puncak dari TH terjadi pada dekade
6
ketiga sampai kelima dari kehidupan. Rasio kejadian antara wanita dan pria
dari Tiroiditis Hashimoto ini adalah 10-15 : 1 dan mengenai kurang lebih 2 %
populasi dari seluruh wanita.6,11 Umur rata-rata didiagnosis TH adalah 60
tahun dan prevalensi dari hipotiroidisme yang jelas meningkat sesuai dengan
umur. Hipotiroidisme subklinis ditemukan pada 6-8 % wanita (10% pada usia
lebih dari 60 tahun) dan 3% pada laki-laki. Resiko tahunan dari perkembangan
hipotiroidisme klinis adalah sekitar 4% ketika hipotiroidisme subklinis
berhubungan dengan antibodi TPo yang positif.
2.5 Etiologi Tiroiditis Hashimoto
Tiroiditis Hashimoto adalah tiroiditis yang disebabkan oleh proses
autoimun dan berdasarkan waktu kejadian termasuk tiroiditis kronik. Jika
jaringan tiroid yang mengalami tiroiditis diperiksa dibawah mikroskop maka
akan tampak gambaran peradangan berupa infiltrasi sel-sel limfosit. (1)(5)(8)
Tiroiditis autoimun yang terserang terutama wanita berusia antara 30 –
50 tahun dan dicirikan dengan adanya kelenjar tiroid yang keras, membesar
difus, tak nyeri. Pasien biasanya eutiroid atau hipotiroid dan jarang
hipertiroid. Hipotiroid terjadi jika hormon tiroid yang diproduksi tidak
mencukupi kebutuhan tubuh. Kelenjar tiroid juga bisa membesar membentuk
goiter. (4)(5)
2.6 Patofisiologi Tiroiditis Hashimoto
Patogenesis dari TH ini melibatkan infiltrasi dari sel T dan sel B dari
kelenjar tiroid yang reaktif terhadap antigen tiroid. Sel B yang teraktivasi
mengeluarkan autoantibodi tiroid, termasuk diantaranya antibodi terhadap
tiroglobulin (anti-TG), tiroid peroksidase (Anti-TPo) dan tirotropin. Sel T
sitotoksik secara luas bertanggung jawab terhadap kerusakan dari parenkim
tiroid, yang berakibat pada terjadinya tirotoksikosis yang akhirnya menjadi
hipotiroidisme. Proses inflamasi ini berakibat pada tampilan histopatologis
dari TH ini, yang mana termasuk diantaranya berupa aggregasi limfosit
dengan sentral germinal, folikel-folikel tiroid kecil dengan koloid yang jarang,
perubahan oksifilik pada sel-sel epitel dan fibrosis yang bervariasi. Beberapa
mekanisme lainnya telah diusulkan sebagai patogenesis dari TH. Patogenesis-
patogensis ini termasuk hipotesis terbaru bagi semua penyakit autoimun
7
sering mengantuk, jadi pelupa, kesulitan belajar, kulit kering dan gatal, rambut
dan kuku yang rapuh, wajah bengkak, konstipasi, nyeri otot, penambahan
berat badan, peningkatan sensitivitas terhadap banyak pengobatan, menstruasi
yang banyak, peningkatan frekuensi keguguran pada wanita yang hamil.
2.8 Diagnosis Tiroiditis Hashimoto
2.8.1 Anamnesis
Penderita TH bisa tidak menunjukkan tanda-tanda maupun gejala
penyakit ini pada awalnya, atau bisa juga ditemukan pembengkakan di leher
depan (goiter). biasanya menunjukkan tanda dan gejala meliputi kelelahan dan
kelesuan, sering mengantuk, wajah bengkak, konstipasi, nyeri otot.
2.8.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan Puffy face dan edema periorbital,
kulit dingin, kasar, dan kering, edema perifer pada tangan dan kaki, biasanya
tipe nonpitting edema, thickenned dan brittle nails, kehilangan rambut yang
difus di daerah kepala, bulu mata, kulit, alat genital dan wajah, bradikardi
karena menurunnya kontraktilitas dan denyut jantung, Kenaikan tekanan
darah biasanya berupa hipertensi diastolic, suara serak dan bicara lambat,
Sindroma Carpal Tunnel, Kelenjar thyroid biasanya membesar, keras, kenyal,
tanpa adanya lembut, atau bruit. Ukurannya dapat normal bahkan tidak teraba
sama sekali.
2.8.3 Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan hormon tiroid pemeriksaan darah dapat
mendeteksi jumlah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid dan
kelenjar pituitari. Jika kelenjar tiroid kurang aktif, kadar dari hormon
tiroid akan rendah. Pada saat yang sama, kadar TSH akan meningkat
karena kelenjar pituitari akan mencoba merangsang kelenjar tiroid
untuk memproduksi lebih banyak hormon tiroid. Sedangkan pada
pemeriksaan antibodi tiroid, karena TH merupakan sebuah kelainan
autoimun sebagai akibatnya akan memproduksi antibodi yang
abnormal. Pemeriksaan darah akan mengkonfirmasi adanya antibodi
melawan tiroid peroksidase (antibodi TPo), sebuah enzim yang
11
C. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan yang aman karena
tidak menggunakan radiasi ionisasi dan tidak menyebabkan kerusakan
jaringan. Tidak ada persiapan khusus ataupun penghentian obat-obatan
untuk pemeriksaan ini. Ultrasonogafi tiroid secara konvensional
digunakan dalam evaluasi nodul pada tiroid dan selama biopsi aspirasi
jarum halus (FNAB). Tiroid dan nodul dapat diukur dengan akurat
dengan pemeriksaan ini. Ekhogenisitas dan kalsifikasi serta bagaimana
polanya juga dapat dideteksi dengan mudah dengan pemeriksaan USG
ini. Pada USG, kelenjar tiroid yang menderita TH khasnya akan
memberikan gambaran perubahan parenkim yang luas. Kelenjar tiroid
umumnya akan tampak membesar dan hipoekhoik dengan ekhostruktur
yang heterogen dan septasi yang ekhogenik. Penurunan ekogenisitas
terjadi sebagai akibat dari infiltrasi limfosit dan sering berhubungan
(1),(3)
dengan kejadian hipotiroidisme.
13
A B
Temuan lain yang juga sering pada USG tiroid adalah gambaran
lesi kistik kecil yang bisa digambarkan sebagai gambaran “swiss
cheese” pada parenkim kelenjar tiroid. Lesi kistik difus ini biasanya
berukuran 2-3 mm.(5)
Gambar 2.8 USG lobus kiri tiroid dari pasien dengan TH. Fibrosis
telah berkembang dengan bentuk menyerupai lembaran-lembaran
dengan lapisan jaringan ikat melintasi parenkim tiroid yang
hipoekhoik. (5)
dari nodul-nodul pada latar belakang TH difus dan pada yang tidak
difus, TH nodular yang disertai dengan TH difus tampaknya memiliki
gambaran yang lebih solid, lebih hiperekhoik, memiliki halo yang tipis,
sedikit kalsifikasi, dan tampil sebagai sebuah nodul soliter. Sementara
di sisi lain, TH nodular tanpa adanya TH difus tampaknya lebih
memiliki elemen kistik dan mempunyai kalsifikasi pada kulit
perifernya. (1)
sebelumnya pada nodul jinak dan ganas apada pasien tanpa TH difus.
Nodul jinak pada TH tampak lebih hiperekhoik, memiliki halo tipis dan
reguler, dan kurang kalsifikasi. Nodul ganas pada pasien dengan TH difus
tampaknya lebih isoekhoik ataupun sangat hipoekhoik dibandingkan
dengan nodul jinak.
Penentuan nodul jinak ataupun ganas pada pasien dengan TH
ditentukan dengan biopsi .(19)
hormon ini biasanya akan berlangsung selama seumur hidup pada pasien
TH. Dosis terapi hormon akan disesuaikan berdasarkan pemeriksaan rutin
dari hormon TSH yang dilakukan secara berkala sekali dalam setahun.
Tindakan berupa pembedahan (tiroidektomi atupun lobektomi tiroid)
dan kemoterapi maupun radiasi dipertimbangkan pada penderita TH yang
disertai dengan kejadian karsinoma tiroid maupun limfoma. (3)(11)
BAB IV
PEMBAHASAN
Tiroiditis Hashimoto
23
Karakter lainnya dari tampilan TH pada USG adalah untaian garis yang
ekhogenik, atau septa. Untaian-untaian garis ini dideskripsikan sebagai septa tipis
ekhogenik yang melintasi jaringan tiroid, terkadang memberi gambaran yang
berlobulasi. Gambaran ini diperkirakan terjadi akibat fibrosis di dalam kelenjar.
Fibrosis ini juga bisa terjadi di dalam pseudonodul, mengubah gambaran dari
hipoekhoik menjadi hiperekhoik.
24
Sebagai tambahan dari bentuk difus TH ini, dapat juga terbentuk nodul
tersendiri di dalam parenkim yang berubah ataupun di dalam parenkim tiroid yang
tampak normal secara USG. Bentuk kedua dari TH juga dikenal sebagai TH nodular,
tiroiditis limfositik fokal, ataupun pseudotumor memiliki insidensi sekitar 5%
diantara nodul-nodul yang dibiopsi pada penelitian terbaru.
Tiroiditis de Quervain
Pada fase awal dari penyakit ini, gambaran USG menunjukkan daerah
hipoekhoik dengan batas yang tidak tegas dan ireguler, terutama di daerah
subkapsular. Kemudian pada fase berikutnya, pseudonodul dapat terlihat di daerah
sentral dari kelenjar tiroid. Vaskularisasi pada fase awal mungkin tampak
berkurang.24-28
25
Penyakit Graves
Penyakit Graves’ merupakan kelainan difus umum pada kelenjar tiroid dan
biasnya secara biokimia ditandai dengan hiperfungsi kelenjar (tirotoksikosis).
26
Pemeriksaan USG tiroid pada penyakit ini mungkin menunjukkan ekhostruktur yang
lebih inhomogen dibandingkan pada goiter difus yang pada dasarnya akibat
pembuluh darah intraparenkim yang banyak jumlahnya. Lebih lanjut lagi, khususnya
pada pasien yang lebih muda, parenkim akan tampak lebih hipoekhoik yang luas
akibat dari infiltrasi limfosit atau karena sebagian besar kandungan selular pada
parenkim, yang mana akan hampir menjadi substansi koloid Pemeriksaan USG color
Doppler seringnya akan menunjukkan pola hipervaskularisasi yang dikenal dengan
istilah thyroid inferno. Pemeriksaan USG spektral Doppler akan selalu menunjukkan
Peak systolic velocity (PSV) melebihi 70 cm/sec yang merupakan kecepatan yang
paling tinggi pada kelainan tiroid. Tidak ada hubungan antara derajat hiperfungsi
kelenjar tiroid dari pemeriksaan laboratorium dan perluasan hipervaskularisasi
ataupun kecepatan aliran darah.27
A B
Volume 6-15 cm3 me↓, normal, me↑ 6-15 cm3 me↓, normal, me↑
BAB V
PENUTUP
4.1 Simpulan
28
4.2 Saran
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas maka kita sebagai dokter
muda diharapkan dapat memahami penyebab terjadinya, patofisiologi, serta
bagaimana mendiagnosis Tiroiditis Hashimoto, bagaimana penanganannya
serta membedakan gambaran USG dari diagnosis banding Tiroiditis
29
Hashimoto sehingga diharapkan nantinya bila kita menemukan kasus ini kita
dapat memberikan penanganan yang tepat kepada penderita.
DAFTAR PUSTAKA