Anda di halaman 1dari 18

BAB VI

SISTEM INTEGUMENT
Sistem integumen/sistem penutup tubuh (covering) adalah suatu sistem
penyusun tubuh suatu makhluk hidup yang berhubungan langsung dengan
lingkungan luar. Fungsinya antara lain sebagai pelindung, penerima rangsang dari
luar/eksteroreseptor, respirasi, ekskresi, termoregulasi dan osmoregulasi atau
homeostatis.
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan,
melindungi, dan menginformasika makhluk hidup terhadap lingkungan
sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang terbesar
yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya
(keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang
berarti "penutup".
Secara ilmiah kulit adalah lapisan terluar yang terdapat diluar jaringan yang
terdapat pada bagian luar yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh, kulit
merupakan organ yang paling luas permukaan yang membungkus seluruh bagian
luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia.
Cahaya matahari mengandung sinar ultra violet dan melindungi terhadap
mikroorganisme serta menjaga keseimbangan tubuh.misanya menjadi pucat,
kekuning-kunigan, kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat.Ganguan psikis
juga dapat mengakibatkan kelainan atau perubahan pada kulit misanya karna stres,
ketakutan, dan keadaan marah akan mengakibatkan perubahan pada kulit wajah.
VI.1. Struktur Sistem Integument

Gambar 6.1. Penampang Kulit


Struktur Kulit
Tiga (3) lapisan utama kulit: epidermis, dermis, dan hypodermis.
1. Epidermis (Kulit Ari)
Terdiri dari 5 lapisan yaitu sebagai berikut.
a. Stratum Korneum / Lapisan Tanduk :
 Lapisan kulit yang paling luar.
 Terdiri atas beberapa lapis sel-sel gepeng yang mati.
 Tidak berinti.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 142


 Protoplasmanya telah berubah menjadi keratin/zat tanduk.
 Terdiri dari 15-30 lapisan sel keratin.
Gambar 6.2. Lapisan Kulit
b. Statum Lusidum
 Terdapat langsung di bawah lapisan korneum.
 Lapisan sel terang.
 Lapisan sel gepeng tanpa inti.
 Protoplasma yang berubah menjadi protein (elerdin).
 Hanya ada pada kulit yang tebal, tampak lebih jelas di telapak tangan dan
kaki.
c. Stratum Granulosum/ Lapisan Keratohialin
 Terdiri dari 2-3 lapisan sel gepeng.
 Grainy (lapisan bulir padi).
 Sitoplasma berbutir kasar (keratohialin), terdapat inti diantaranya.
 Juga tampak jelas di telapak tangan dan kaki.
d. Stratum Spinosum/ Stratum Malphigi/ Pickle Cell Layer
 Terdiri dari 5-8 lapisan.
 Lapisan yang paling tebal (0,2 mm).
 Sel berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses
mitosis.
 Terdapat sel langerhans
 Lapisan ini memproduksi keratin
 Keratin merupakan protein yang tidak larut air – menjaga kelembaban kulit
e. Stratum Basale
 Lapisan epidermis yang paling dalam, berkontak dengan dermis
 Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus/kolumnar
 Terdiri dari sel pembentuk melanin yang mengandung pigmen.
 Sel-sel basal mengadakan mitosis dan berfungsi reproduktif.
2. Dermis (Kulit Jangat)
Gambar 6.3. Lapisan Dermis

Lapisan dermis/ korium, kutis vera, true skin: Berisi 3 jenis


jaringan : Kolagen dan serat elastis, Otot, Saraf.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 143


Dermis Mendapat suplai darah dan saraf. Lapisan ini merupakan lapisan di
bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Sensori aparatus:
sentuhan, tekanan, temperatur, nyeri.
Terdiri dari 2 bagian :
Pars Papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung
serabut saraf dan pembuluh darah dan Pars Retikulare yaitu banyak mengandung
jaringan ikat, folikel rambut, pembuluh darah, saraf, kolagen.

3. Hipodermis
Hipodermis adalah lapisan dibawah kulit (fasia superfisialis ) yang terdiri
atas jaringan pengikat longgar, komponennya serat longgar, elastic dan sel-sel
lemak.

Warna kulit :
Warna kulit disebabkan oleh warna pigmen dan warna fisis (pembiasan,
pemantulan, penguraian cahaya) contoh sel-sel pigmen / kromatofor :
1) melanofor, pigmen melanin, warna coklat-hitam
2) xanthofor, pigmen warna kuning
3) eritrofor, pigmen warna merah
4) guanofor, disebut juga iridosit, karakteristik pada amfibi, ikan, reptil.
Gambar 6.4.Pigmen Kulit

Kuantitas melanin yang tersimpan di dalam sel epidermis merupakan


penentu dasar warna kulit. Melanosit yang memproduksi pigmen tersebar di
stratum basale epidermis yang mengubah asam amino tyrosin menjadi pigmen
melanin coklat kehitaman yang diatur oleh enzim tyrosinase. Selanjutnya
melanosit Mampu memproduksi pigmen coklat, melanin dan Melanin dapat
menyerap sinar ultraviolet (UV). Sinar UV light berisi energi tinggi foton yang
dapat merusak DNA – mutasi. Melanin dapat mencegah
kerusakan DNA, membantu mencegah kanker kulit.
Gambar 6.5. Lapisan Kulit.

Proses pembentukan melanin : Pada stratum germinativum dari epidermis


terdapat butir-butir melanin.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 144


Kelenjar pada Kulit
Terdiri dari kelenjar keringat, kelenjar sebaseus/ kelenjar minyak, dan
kelenjar mamae
1. Kelenjar keringat, terbagi atas :
a. Kelenjar keringat Ekrin
 Kelenjar kecil-kecil, letaknya dangkal, di lapisan dermis, bermuara di
permukaan kulit.
 Sekret encer ± 1,5 lt/24 jam
 Udara panas dan kering, ± 6 lt/24 jam
 Sekresi kelenjar ekrin dipengaruhi oleh stres emosional, faktor paanas dan
saraf simpatis
 Fungsinya untuk pengeluaran keringat, pengaturan suhu tubuh
 Sekresinya disebut keringat / sudor
 Secara histologis tergolong tipe tubuler bergelung dan mirokrin
 Berfungsi sebagai alat ekskresi membantu ginjal, thermoregulasi
 Pada Carnivora sudah sangat tereduksi, pada Cetacea, Sirenia, beberapa
Insectivora tidak ada.
b. Kelenjar keringat apokrin
 Terletak lebih dalam, sekresi lebih kental.
 Banyak terdapat pada axila, areola mamae, pubis, dan saluran telinga luar.
 Fungsi belum jelas.
Gambar 6.6. Kelenjar Keringat Apokrin dan Ekrin.

2. Kelenjar Sebasea (Kelenjar Minyak)


Secara histologis tergolong tipe alveolar/aciner bergelung dan holokrin
berfungsi sebagi proteksi. Hasil sekresinya disebut sebolina. Terdapat di seluruh
permukaan kulit kecuali di telapak tangan dan kaki. Terletak di samping akar
rambut, bermuara pada folikel rambut. Fungsinya sebagai pemberi lapisan lemak,

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 145


bakteriostatik, menahan evaporasi. Pada masa remaja kelenjar sabasea lebih
produktif.
3. Kelenjar Mamae
Pada mamalia terdapat kelenjar susu. Secara histologis berbentuk tubuler
majemuk dan sekresinya termasuk kelenjar apokrin. Muara kelenjar susu biasanya
berhubungan dengan pangkal rambut. Kelenjar susu pada mammalia umumnya
berkelompok pada daerah tertentu yang disebut kelenjar mammae (breast) yang
memperlihatkan adanya puting susu (teat/nipple). Kelenjar susu berdasarkan
letaknya dapat dibedakan menjadi : 1. axillar : Galeophithecus; 2. thoracal :
Manusia / Kera; 3. abdominal : Ungulata; 4. inguinal : Cetacea
Pada manusia terdapat anomali yang menggambarkan keadaan primitif
dengan adanya puting-puting ekstra seperti :
- hyperthelia : banyak sekali puting susu
- hypermatisme : kebanyakan mammae

Sistem integument terdiri dari kulit, rambut, dan kuku.


VI.1.1. Kulit
Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya
dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital
serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan.
Gambar 6.7. Struktur Kulit

Fungsi utama kulit meliputi:


1. Fungsi proteksi
Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisis atau mekanis,
misalnya tekanan, gesekan, tarikan, gangguan kimiawi terutama yang bersifat
iritan; lisol, karbol, asam dan alkali kuat, gangguan yang bersifat panas; radiasi,
sengatan UV, gangguan infeksi luar; kuman/bakteri, jamur. Hal di atas terjadi
karena adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut jaringan
penunjang yang berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis.
2. Fungsi absorbsi
Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat, tapi
cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap. Permeabilitas kulit terhadap

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 146


O2, CO2 dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi
respirasi.
3. Fungsi persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis.
Terhadap rangsangan panas diperankan oleh badan ruffini di dermis dan subkutis.
Terhadap dingin diperankan oleh badan krause yang terletak di dermis. Badan
taktil meissnerr terletak di papila dermis berperan terhadap rabaan. Terhadap
tekanan diperankan oleh badan vater paccini di epidermis.
4. Fungsi ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolisme dalam tubuh; NaCl, urea, as urat dan ammonia. Sebum yang
diproduksi melindungi kulit juga menahan evaporasi air yang berlbhan sehingga
kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat di kulit
menyebabkan keasaman kulit pd pH 5-6,5.
5. Fungsi pengaturan suhu tubuh
Kulit melakukan peranan ini dengan cara mengeluarkan keringat dan
mengerutkan otot / kontraksi pembuluh darah kulit. Kulit kaya akan pembuluh
darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup baik.
Gambar 6.8.Pengaturan Suhu pada Kulit.

6. Fungsi pembentukan pigmen


Sel pembtk pigmen/melanosit terletak di lapisan basal dan sel ini berasal
dari rigi saraf. Jumlah melanosit menentukan warna kulit ras maupun individu.
Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan juga oleh
tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb dan karoten.
Gambar 6.9.Pigmen pada Kulit.
7. Fungsi keratinisasi
Proses berlangsung 14-21 hari sebagai perlindungan terhadap infeksi
secara mekanis fisiologik.
8. Fungsi pembentukan vitamin D
Dengan mengubah 7-dihidroksi kolesterol dengan bantuan sinar matahari.
Gambar 6.10. Keratinisasi.
VI.1.2. Rambut

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 147


Terdiri dari akar rambut dan batang
 Menutupi hampir seluruh permukaan tubuh
 Diproduksi oleh folikel rambut
 Terbentuk pada fetus usia 3 bulan dan merupakan derivat epidermis
Gambar 6.11. Penampang Rambut pada Kulit.

Siklus pertumbuhan rambut:


 Fase Anagen/pertumbuhan : 2-6 tahun dengan kecepataan tumbuh
0,35mm/hari
 Fase Telogen/istirahat : beberapa bulan
 Fase Katogen : fase diantara kedua fase
 Pada saat 85% mengalami fase anagen, 15 % mengalami fase telogen
Fungsi utama :
a) Isolator, thermoregulator
b) Sebagai organ indera, dengan adanya anyaman-anyaman akhiran saraf, contoh
: vibrissae / rambut sinus
Perbedaan warna rambut disebabkan :
1) terdapat vakuola dan pigmen, warna muda – tua,
2) terdapat banyak vakuola dan tidak terdapat pigmen, warna putih perak,
3) terdapat banyak sekali vakuola dan tidak terdapat pigmen, uban.
Gambar 6.12. Struktur Rambut.
VI.1.3. Kuku
 Bagian terminal lapisan tanduk yang menebal.
 Akar kuku : bagian yang terbenam kulit jari. Badan kuku : bagian di atas
jaringan lunak ujung jari.
 Tumbuh : 1 mm/minggu.
 Fungsi : melindungi jari tangan.
Gambar 6.13. Penampang Kuku.

VI.2. Jaringan Penunjang


Jaringan penunjang adalah sekumpulan sel khusus yang serupa bentuknya,
besarnya dan pekerjaannya yang berfungsi menunjang dan menyokong berbagai
susunan tubuh yang ada di sekitarnya. Terdiri dari :

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 148


a. Jaringan ikat. Jaringan yang diantara sel-selnya terdapat banyak zat
interselular yang terdiri dari serabut-serabut kenyal yang disebut kolagen.
Pada jaringan ikat bahan-bahan interselular ini dibuat sendiri oleh sel-selnya.
Bentuk dari bahan-bahan interselular ini dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu;
1. Bentuk amorfus (tanpa bentuk) berupa cairan. Seperti agar. Bersifat keras.
2. Bentuk fibrosa (bentuk benang) Bentuk ini dapat dibedakan menjadi 3 bentuk :
Benang-benang kolagen (benang-benang putih). Benang ini sifatnya sangat
lemas, kuat tetapi kurang elastis. Benang-benang retikular (benang-benang
halus). Benang-benang ini disusun seperti jala dan berfungsi untuk menahan
sel-sel jaringan ikat. Benang-benang elastis (benang-benang kuning). Benang-
benang ini bersifat elastis, dan tersusun berlapis.

Fungsi sel-sel jaringan ikat adalah :


1. Membuat bahan-bahan interselular.
2. Membuat sel-sel darah.
3. Fagositosi, memakan bakteri-bakteri atau benda asing yang msuk ke dalam
tubuh.
4. Membuat antibodi (zat kekebalan).
5. Membuat heparin yang berfungsi mencegah pembekuan darah selama di dalam
saluran-salurannya.

Sel jaringan ikat dibedakan menjadi 6 macam :


1. Sel makrofag adalah sel jaringan ikat yang bentukya sangat besar dan dapat
memakan sel sel asing yang masuk ke dalam tubuh kita.
2. Sel mast adalah sel jaringan ikat yang dalam sitoplasmanya banyak
mengandung bintik-bintik, sel-sel ini dapat menghasilkan heparin.
3. Sel fibroblas, sel-sel jenis inilah yang paling banyak terdapat dalam jaringan
ikat.
4. Sel lemak adalah sel jaringan ikat yang berfungsi khusus untuk menyimpan
lemak.
5. Sel plasma adalah sel jaringan ikat yang bentuknya seperti bola nukleusnya
seperti roda (bulat pipih)

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 149


6. Sel pigmen adalah sel jaringan ikat yang banyak terdapat dalam kulit dan bola
mata. Jaringan ikat ini dapat dijumpai dimana saja di dalam tubuh.

Macam-macam jaringan ikat terdiri dari :


1. Jaringan ikat embrional. Jaringan ikat yang selnya berbentuk bintang dan zat
interselularnya menyerupai selai, terdapat pada embrio dan sekeliling tali
pusat.
2. Jaringan ikat areoral. Jaringan ikat yang sel-selnya satu sama lain terpisah oleh
zat selai cair yang didalamnya banyak mengandung serabut seperti jala,
fungsinya sebagai tempat penyimpanan air dan penting pada peristiwa
peradangan.
3. Jaringan ikat gembur. Jaringan ikat yang hubungan sel-selnya satu sama lain
longgar oleh karena antara jaringan tersebut banyak terdapat lubang-lubang
kecil, jaringan ikat gembur banyak terdapat di bawah kulit, banyak
mengandung lemak. Fungsinya sebagai bahan penahan, pelindung dan
cadangan makanan.
4. Jaringan ikat fibrosa. Jaringan ikat areoral yang di antara sel-selnya banyak
mengandung serabut fibrosa atau serabut kolagen, jaringan yang sifat-sifatnya
sangat kuat tetapi hanya sedikit dapat dibengkokkan pembuluh darahnya.
Fungsinya sebagai penunjang, pembungkus dan penghubung antara jaringan.
Yang termasuk jaringan ini antara lain ; - Ligamentum, yang menghubungkan
tulang dengan buku tulang. - Aponeurosis, menghubungkan otot satu sama
lainnya. - Fasia, selaput pembungkus otot, dan - Tendo, yang menghubungan
otot dengan otot atau otot dengan tulang.
5. Jaringan ikat kenyal. Jaringan ikat yang diantara sel-selnya banyak
mengandung serabuut kenyal, sifatnya elastis seperti karet, terdapat pada
dinding pembuluh darah, fungsinya memberikan kekenyalan pada jaringan. Di
samping jaringan ikat tersebut di atas ada jaringan ikat istimewa yang dapat
membuat sel darah putih yaitu jaringan RES (Retikula Endothelial system)
yang terdapat di hati dan limpa.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 150


b. Jaringan rawan (Kartilago). Jaringan yang banyak mempunyai lubang-lubang
kecil di dalamnya terdapat banyak sel-sel rawan, sifatnya lebih padat dan lebih
kuat dari pada jaringan biasa, elastis, da mudah dan mudah dibengkokkan, di
antara sel-selnya banyak terdapat pembuluh darah.
Tulang rawan adalah jaringan ikat yang lebuh dekat dari jaringan ikat
biasa; sel-selnya disebut kondrosit dan sel yang masih muda disebut kondroblas.
Macam-macam jaringan tulang rawan.
1. Kartilago hialin, banyak mengandung serabut-serabut hialin (tulang rawan
bening) warnanya kehijau hijauan dan licin, terdapat pada; ujung sendi, rawan
hidung, antara tulang rusuk dan tulang dada, badan embrio, larings, trakea dan
bronkus.
2. Kartilago elastis, banyak mengandung serabut-serabut elastis warnanya
kekuningan, terdapat di daun telinga epiglotis, tabung eustaki.
3. Kartilago fibrosa, banyak mengandung serabut-serabut fibrosa, terdapat antara
ruang tulang belakang dan simfisis. Tulang rawan mengandung zat-zat
interselular Ca CO3, sifatnya kenyal, elastis, tidak mudah patah tetapi mudah
dibengkokkan.
Fungsi jaringan rawan, terdiri dari ;
1. Penutup ujung-ujung tulang, misalnya tulang iga.
2. Pada embrio sebagai penyangga sementara yang kemudian akan berubah
menjadi tulang keras.
3. Sebagai penyangga misalnya tulang hidung, telinga.
4. Penyambung antara tulang, misalnya sendi-sendi.

c. Jaringan tulang adalah jaringan ikat yang keras, yang zat-zat interselularnya
keras. Terutama mengandung banyak mineral yang mengandung zat perekat
dan zat kapur.
Fungsi jaringan tulang, terdiri dari;
1. Menjaga berdirinya tubuh.
2. Membentuk rongga untuk menyimpan (melindungi) organ-organ yang halus.
3. Membentuk persendian.
4. Sebagai tempat melekatnya ligamen-ligamen dan otot.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 151


Macam-macam tulang;
1. Berdasarkan bentuknya. Tulang panjang bentuknya panjang seperti pipa.
Contoh: Tulang humerus (tulang lengan ataas), tulang femur (tulang paha),
tulang tibia (tulang kering). Tulang pendek, bentuknya pendek dan tidak
teratur. Contoh : tulang vertebra (tulang belakang). Tulang pipih, bentuknya
lebar tetapi tipis. Contoh : Tulang penyusun tengkorak.
2. Berdasarkan strukturnya. Jaringan tulang muda yaitu jaringan yang lebih dekat
dari jaringan ikat biasa, sel-selnya disebut kondrosit dan sel yang masih muda
disebut kondroblas. Jaringan tulang keras. Bersifat sangat keras, tidak dapat
dipotong dengan pisau karena ia banyak mengandung zat kapur.
Jaringan keras ini mempunyai bagian-bagian;
1. Jaringan tulang kompaka jaringan ini terdapat di bagian tengah dari tulang
panjang (diafisis).
2. Jaringan tulang spongiosa, jaringan ini terdapat pada bagian ujung tulang
panjang (epifisis), banyak mempunyai lubang-lubang yang jelas dapat dilihat
dengan mata biasa dan bentuknya menyerupai spon (busa). Di dalam lubang-
lubang ini terdapat sum-sum tulang.
3. Jaringan ikat periosteum yang menyelubungi tiap tulang dan mempunyai
serabut-serabut kolagen.
4. Bagian tengah dari tulang panjang, terdapat ruangan yang disebut medulla
osseum flava.
5. Sumsum tulang merah terdiri dari jaringan retikular dimana terdapat: Eritroblas
yang kemudian menjadi eritrosit, Mioblast yang kemudian menjadi leukosit,
dan Osteoblast (sel tulang) serta retikulosit.
6. Antara jaringan dan sumsum tulang terdapat selaput tulang yang keras, yang
disebut endosteum.
VI.3. Suhu Tubuh
Suhu diatur oleh sistem saraf dan sistem endokrin.
a. Sistem Saraf
1) Pemanasan dan pendinginan kulit menstimulasi ujung saraf yang sensitif
terhadap suhu dengan menghasilkan respon yang tepat–menggigil untuk
kedinginan, berkeringat untuk kepanasan.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 152


2) Hipotalamus pada otak berespon terhadap suhu dari darah yang mengalir
melewati kapiler-kapilernya. Hipotalamus mengadung 2 pusat pengaturan
suhu. Hipotalamus bagian anterior berespon terhadap peningkatan suhu dengan
menyebabkan vasoladitasi dan karenanya panas menguap. Hipotalamus bagian
posterior berespon terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan
vasokontriksi dan mengaktivasi pembentukan panas lebih lanjut. Melalui
hubungan dengan otak tersebut, hipotalamus menerima stimulus dari talamus
dan dapat melewati sistem saraf otonom memodifikasi aktivitas humoner,
sekresi keringat aktivitas kelenjar dan otot-otot.
b. Sistem Endokrin
1) Medula adrenal: dingin meningkatkan sekresi adrenalin yang menstimulasi
metabolisme dan karena nya dapat meningkatkan pembentukan panas.
2) Kelenjar tyroid: dingin meningkatkan sekresi tiroksin, dengan meningkatkan
metabolisme dan pembentukan panas.

VI.3.1. Pembentukan Panas dalam Tubuh dan Faktor yang Mempengaruhi


Termoregulasi bergantung pada fungsi normal dari proses produksi panas.
Panas yang dihasilkan tubuh adalah hasil sampingan metabolisme yaitu reaksi
kimia dalam seluruh sel tubuh. Makanan merupakan sumber utama bahan bakar
untuk metabolisme. Aktivitas yang memburuhkan reaksi kimia tambahan akan
meningkatkan laju metabolik yang juga akan menambah produksi panas. Saat
metabolisme menurun, panas yang dihasilkan juga lebih sedikit. Produksi panas
terjadi saat intirahat, gerakan volunter dan termogenesis tanpa mengigil.
1. Metabolisme basal berperan terhadap panas yang dihasilkan oleh tubuh saat
istirahat total. Laju metabolisme basal atau basal metabolic rate (BMR)
biasanya bergantung pada area permukaan tubuh. BMR juga dipengaruhi oleh
hormon tiroid. Dengan merangsang penguraian glukosa dan lemak, hormon
tiroid meningkatkan reaksi kimia dalam sel tubuh. Saat hormon tiroid
disekresikan dalam jumlah besar, BMR dapat meningkat 100%. Ketiadaan
hormon tiroid akan menurunkan BMR menjadi setengahnya, sehingga terjadi
pengurangan produksi panas. Hormon seks testoteron meningkatkan BMR
sehingga pria memiliki BMR yang lebih tinggi dari pada wanita.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 153


2. Gerakan volunter seperti aktivitas otot pada olahraga membutuhkan energi
tambahan. Laju metabolik meningkat saat aktivitas, terkadang meningkatkan
produksi panas hingga 50 kali lipat.
3. Menginggil adalah respon tubuh involunter terhadap perbedaan suhu dalam
tubuh. Gerakan otot lurik saat menginggil membutuhkan energi yang cukup
besar. Menginggil menghasilkan produksi panas 4 sampai 5 kali lipat dari
normal. Panas ini akan membantu menyeimbangkan suhu tubuh sehingga
menginggil akan berhenti.
4. Termogenesis tanpa mengigil terjadi pada neonatus. Neonatus tidak dapat
mengigil sehingga jaringan coklat vasukuler yang ada saat lahir
dimetabolisme untuk produksi panas. Jaringan tersebut sangat terbatas
jumlahnya.
Hal-hal yang mempengaruhi Suhu Tubuh
a. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme pengaturan
suhu sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh yang drastis terhadap
lingkungan. Pastikan mereka mengenakan yang cukup dan hindari pajanan
terhadap suhu lingkungan. Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan 30 % panas
tubuh melalui kepala sehingga dia harus menggunakan tutup kepala untuk
mencegah kehilangan panas. Suhu tubuh bayi lahir berkisar antara 35,5˚C sampai
37,5˚C. Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal akan
terus menerus menurun saat seseorang semakin tua. Para dewasa tua memiliki
kisaran suhu tubuh yang lebih kecil dibandingkan dewasa muda.
b. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan
pemecahan karbonhidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga meningkatkan
metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama seperti jalan jauh dapat
meningkatkan suhu tubuh sampai 410 C.
c. Kadar hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar. Hal
ini dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus menstruasi. Kadar

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 154


progesteron naik dan turun sesuai siklus menstruasi. Saat progesterion rendah
suhu tubuh dibawah suhu dasar, yaitu sekitar 1/10”nya. Suhu ini bertahan sampai
terjadi ovulasi. Saat ovulasi, kadar progesteron yang memasuki sirkulasi akan
meningkat dan menaikan suhu tubuh ke suhu dasar atau suhu yang lebih tinggi.
Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang wanita.
Perubahan suhu tubuh juga terjadi pada wanita saat menopause. Mereka biasanya
mengalami periode panas tubuh yang intens dan perspirasi selama 30 detik sampai
5 menit. Pada periode ini terjadi peningkatan suhu tubuh sementara sebanyak 40
C, yang sering disebut hotflases. Hal ini diakibatkan ketidakstabilan pengaturan
fasomor.
d. Irama Sicardian
Suhu tubuh yang normal berubah 0,50 sampai 10 C selama periode 24 jam.
Suhu teremdah berada diantara pukul 1 sampai 4 pagi. Pada siang hari suhu tubuh
meningkat dan mencapai maximum pada pukul 6 sore, lalu menurun kembali
sampe pagi hari. Pola suhu ini tidak mengalami perubahan pada individu yang
bekerja di malam hari dan tidur di siang hari. Dibutuhkan 1 sampai 3 minggu
untuk terjadinya pembalikan siklus. Secara umum, irama suhu sircadia tidak
berubah seiring usia.
e. Stress
Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalu stimulasi
hormonal dan saraf. Perubahan fisiologis ini meningkatkan metabolisme, yang
akan meningkatkan produksi panas. Klien yang gelisah akan memiliki suhu
normal yang lebih tinggi.
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa mekanisme kompensasi
yang tepat, suhu tubuh manusia akan berubah mengikuti suhu lingkungan. Suhu
lingkungan lebih berpengaruh terhadap anak-anak dan dewasa tua karena
mekanisme regulasi suhu mereka yang kurang efisien.
g. Perubahan suhu tubuh
Perubahan suhu tubuh di luar kisaran normal akan mempengaruhi titik
pengaturan hipotalamus. Perubahan ini berhubungan dengan produksi panas
berlebihan, kehilangan panas berlebihan, produksi panas minimal, kehilangan

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 155


panas minimal, atau kombinasi hal di atas. Sifat perubahan akan mempengaruhi
jenis masalah klinis yang dialami klien.
VI.3.2. Pembuangan Panas dari dalam Tubuh
Struktur kulit dan pajanan terhadap lingkungan mengakibatkan kehilangan
panas normal yang konstan melalui radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi.
1. Radiasi adalah transfer panas dari permikaan suatu objek ke permukaan objek
lainnya tanpa kontak langsung antara keduanya. Panas pada 80% area luas
permukaan tubuh diradiasikan ke lingkungan.
2. Konduksi adalah transfer panas dari dan melalui kontak langsung antara dua
objek. Benda padat, cair dan gas mengonduksikan panas melalui kontak. Saat
kulit yang hangat menyentuh objek yang lebih dingin, panas akan hilang.
3. Konveksi adalah transfer panas melalui garakan udara, contohnya adalah kipas
angin. Kehilangan panas konveksi meningkat jika kulit yang lembab terpapar
dengan udara yang bergerak.
4. Evaporasi adalah transfer energi panas saat cairan berubah menjadi gas. Tubuh
kehilangan panas secara continue melalui evaporasi. Sekitar 600-900 cc air
tiap harinya menguap dari kulit dan paru-paru sehingga terjadi kehilangan air
dan panas.

VI.3.3. Pengaturan dan Terjadinya Peningkatan Suhu Tubuh


Gambar 6.14. Penjalaran Sinyal Suhu pada Sistem Saraf
Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang terletak diantara dua hemisfer
otak. Fungsi hipotalamus adalah seperti termostart. Suhu yang nyaman merupakan
set point untuk operasi sistem pemanas. Penurunan suhu lingkungan akan
mengaktifkan pemanas, sedangkan peningkatan suhu akan mematikan sistem
pemanas tersebut. Pada umumnya penjalaran sinyal suhu hampir selalu sejajar,
namun tidak persis sama seperti sinyal nyeri. Sewaktu memasuki medulla spinalis,
sinyal akan menjalar dalam traktus lissaueri sebanyak beberapa segmen diatas
atau di bawah dan selanjutnya akan berakhir terutama pada lamina I, II, III radiks
dorsalis sama seperti untuk rasa nyeri. Sesudah ada percabangan satu atau lebih
neuron dalam medulla spinalis maka sinyal akan menjalarkan keserabut termal
asenden yang menyilang ke traktus sensorik anterolateral sesi berlawanan dan

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 156


akan berakhir di (1) area retikular batang otak dan (2) kompleks vetro basal
thalamus. Setelah dari thalamus sinyal di hantarkan ke hipotalamus. Di
hipotalamus mengandung dua pusat pengaturan suhu. Hipotalamus bagian
anterior berespon terhadap peningkatan suhu dengan menyebabkan vasodilatasi
dan karenanya panas menguap. Sedangkan hipotalamus bagian posterior berespon
terhadap penurunan suhu dengan menyebabkan vasokontriksi dan mengaktivasi
pembentukan panas lebih lanjut.

VI.4. Hubungan Sistem Reproduksi dengan Sistem Integument


Ujung saraf di kulit dan subkutan berespon terhadap stimulus erotik dan
berkontribusi terhadap kepuasan seksual. Gerakan menghisap bayi pada puting
susu ibu menstimulasi ujung saraf di kulit dan menyebabkan keluarnya ASI.
Kelenjar susu (modifikasi dari kelenjar keringat) memproduksi ASI. Kulit
mengalami pelebaran (hiperplasia) selama kehamilan terkait pertumbuhan fetus.
Hormon-hormon seks mempengaruhi distribusi rambut, sel adiposa dan
perkembangan kelenjar payudara. Jika seorang wanita tidak menghasilkan
estrogen dan progesteron antara lain kulit menjadi kering, menipis, keriput, kuku
rapuh, gatal-gatal, mata kering, selaput lendir pada mulut kering dan mudah
terjadi luka, mukosa vagina menjadi kering sehingga sakit saat berhubungan.
Pada masa kehamilan, hormon melanotropik yang bersirkulasi meningkat
selama kehamilan akibat peningkatan produksi molekul prekursor POM-C. MSH
meningkatkan warna kulit menjadi lebih gelap di daerah pipi (kloasma/topeng
kehamilan) dan warna yang lebih gelap pada darah linea alba, yaitu suatu garis
yang sedikit berpigmen pada kulit dari umbilikus sampai pubis. Rambut juga
dapat mengalami kerontokan akibat sinkronisasi siklus pertumbuhan folikel
rambut selama kehamilan. Hubungan sistem reproduksi dengan sistem integumen
juga dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron. Gangguan yang dapat
terjadi pada sistem integumen jika seorang wanita tidak menghasilkan estrogen
dan progesteron antara lain kulit menjadi kering, menipis, keriput, kuku rapuh,
gatal-gatal, mata kering, selaput lendir pada mulut kering dan mudah terjadi luka,
mukosa vagina menjadi kering sehingga sakit saat berhubungan. Rambut menipis
dan tumbuh bulu diatas bibir.

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 157


Perubahan pada kulit ibu hamil, terjadi karena terdapat hormon khusus.
Perubahan kulit dalam bentuk hiperpigmentasi dan hiperemi dibeberapa tempat
dapat dijabarkan sebagai berikut.
Kulit Bentuk Perubahan Keterangan
Muka Kloasma gravidarum atau mask of Bentuk seperti kupu-
pregnancy disebabkan oleh kombinasi kupu, simetris pada sisi
: kanan dan kiri.
- Hormon seks Hiperpigmentasi
- Melanocyte stimulating hormon
(MSH) yang dikeluarkan oleh
hipofisis anterior. Andeng-andeng
dapat bertambah hitam.
Abdomen Striae lividae/nigra disebabkan oleh Hiperpigmentasi di garis
kombinasi : tengah kulit abdomen.
- Melanocyte stimulating hormon Hiperpigmentasi kulit
- Estrogen dan progesteron abdomen bagian bawah
- Hormon adrenokortikotropik di atas simfisis pubis.
Mamae Puting susu dan areola mamae Salah satu tanda awal
bertambah hitam, kelenjar kehamilan khususnya
Minogomery makin menonjol. pada kehamilan pertama.
Ketiganya, disebabkan oleh
kombinasi peningkatan hormon
seperti di atas.
Spider Semakin jelasnya pembuluh darah Spider angioma sulit
angioma kapiler dengan titik di tengahnya di terlihat pada orang
beberapa tempat seperti yang Indonesia disebabkan
dijumpai pada sirosis hepatis. warna kulitnya sawo
Pembuluh darah tampak semakin jelas matang.
keduanya disebabkan oleh
peningkatan estrogen.
Eritema Kulit telapak tangan merah dan Jarang terjadi pada
palmans kadang-kadang mengelupas. wanita Indonesia karena

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 158


Peningkatan estrogen menyebab-kan kulit telapak tangan
jaringan ikat merenggang. menebal akibat
pekerjaannya.
Rambut Fase anagen/pertumbuhan rambut Sering dijumpai bahwa
berlangsung selama 2-6 tahun dan setelah persalinan rambut
selanjutnya beristirahat. yang rontok semakin
Fase telogen berlangsung selama 3 banyak, namun tumbuh
bulan. Pada fase ini sebagian rambut kembali.
rontok kemudian tumbuh kembali Situasi ini dipengaruhi
yang normalnya sekitar 15-20%. Fase oleh tingginya
telogen turun menjadi 10% pada akhir estrogen/progenteron
kehamilan.
Tabel Perubahan Kulit pada Ibu Hamil
Pada reproduksi pria, terdapat perbedaan kulit pada penis yang di
sirkumsisi dan yang tidak di sirkumsisi. Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi),
kulit depan (preputium) membentang mulai dari korona menutupi glans penis.
Selain itu, saat memasuki usia pubertas terjadi perubahan pada sistem integumen
diantaranya tumbuhnya rambut pada daerah aksila dan pubis, serta terdapat kumis,
jenggot, bulu dada, dan bulu kaki yang lebih lebat. Hal ini dipengaruhi oleh
hormon testosteron dan genetik.
Testosteron menigkatkan ketebalan kulit di seluruh tubuh dan
meningkatkan kesasaran jaringan subkutan.Testosterone juga meningkatkan
kecepatan sekresi beberapa atau mungkin semua kelenjar sebasea tubuh.Yang
paling penting adalah kelebihan sekresi oleh kelenjar sebasea wajah, karena hal
tersebut dapat menyebabkan akne. Oleh karena itu, akne merupakan salah satu,
gambaran umum dari remaja pria ketika tubuh pertama kali mengenali
peningkatan sekresi testosteron.
Baik pada anak laki-laki maupun perempuan mengalami perubahan kulit,
kelenjar minyak menjadi lebih aktif, yang menyebabkan jerawat dan bintik hitam.
Kelenjar keringat menghasilkan keringat lebih banyak yang menyebabkan bau
badan. Pembuluh-pembuluh darah kulit berdilatasi sebagai respon terhadap
rangsangan emosional, yang menyebabkan blusing (kemerahan).

D-4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palembang | Sistem Integumen 159

Anda mungkin juga menyukai