1
Papermin (Mentha piperita) merupakan tanaman yang sering
digunakan sebagai bahan makanan, kosmetik dan obat-obatan (Foster,
1996). Salah satu senyawa yang terkandung dalam papermin adalah
menthol yang telah banyak dikenal karena memiliki efek yang
menimbulkan kesegaran dan sensasi dingin (Santos et al., 2011). Menurut
Sun et al. (2014) menthol dapat mengaktifkan transient receptor potential
melastatin subtype 8 (TRPM8) yang menyebabkan inhibisi jalur Rho
kinase. Rho kinase dan substrat yang dihasilkannya, myosin phosphatase
targeting subunit-1 (MYPT-1), bertanggung jawab terhadap kontraksi
pembuluh darah melalui pelepasan sinyal kalsium dan meningkatkan
sensitivitasnya. Hambatan pada kontraksi pembuluh darah akibat aktivasi
dari TRPM8 ini yang kemudian menyebabkan vasorelaksasi dan dapat
menurunkan tekanan darah. Inhibisi Rho kinase dengan memberikan
inhibitor selektif pada jalur ini telah diketahui dapat menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi (Wirth, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, diduga ekstrak daun papermin dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi karena mengandung
menthol yang menyebabkan vasorelaksasi pembuluh darah melalui inhibisi
pelepasan sinyal kalsium melalui aktivasi TRPM8. Dari uraian latar
belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh
pemberian ekstrak daun papermin terhadap tekanan darah tikus putih
model hipertensi.
V. Tujuan Penelitian
2
Untuk mengetahui apakah ada pengaruh pemberian ekstrak daun
papermin (Mentha piperita) terhadap tekanan darah tikus putih (Rattus
novergicus) model hipertensi.
3
Tekanan darah normal pada manusia didefinisikan dengan
tekanan sistolik pada 120 mmHg dan tekanan diastolik pada 80 mmHg.
Tekanan darah yang normal diperlukan agar jantung, otak dan ginjal
serta keseluruhan organ tubuh dapat berfungsi dengan efisien (WHO,
2013). Cara pengukuran tekanan darah pada manusia sesuai dengan
panduan dari British Hypertension Society (2016) adalah sebagai
berikut:
a. Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, pasien diminta
untuk beristirahat terlebih dahulu selama kurang lebih 5 menit.
b. Memposisi tangan sejajar dengan jantung, dan memastikan
tidak ada pakaian ketat yang menekan lengan.
c. Memasang manset dengan rapi dan menempatkan bagian
tengah bladder pada arteri brachialis.
d. Mengukur tekanan darah sistolik terlebih dahulu dengan cara:
1) Melakukan palpasi arteri brachialis.
2) Mengembangkan cuff sampai pulsasi tidak teraba.
3) Mengempiskan cuff dan ukur tekanan sistolik.
e. Mengembangkan kembali sampai tekanan sistolik hasil
pengukuran tadi kemudian dinaikkan sebesar 30 mmHg.
f. Menempatkan stetoskop pada arteri brachialis.
g. Mengempiskan cuff sampai pulsasi terdengar kembali (sistolik)
dan kemudian menghilang (diastolik).
h. Menentukan tekanan darah sistolik dan diastolik.
4
Pengukuran tekanan darah pada tikus dapat berupa invasif dan
non-invasif.. Metode yang digunakan pada pengukuran cara invasif
adalah dengan pembedahan dan diukur dengan intra-arterial catheter
secara langsung pada arteri seperti arteri brakhialis, arteri femoralis,
atau radialis menggunakan cannula (saline-filled cathether).
Pengukuran secara invasif ini merupakan gold standard dan lebih
akurat dibandingkan pengukuran tekanan darah secara non invasif
(Parasuraman, 2012).
Pengukuran secara non invasif bisa menggunakan blood
pressure analyzer yang diletakan pada ekor tikus (tail cuff method).
Pengukuran tekanan darah non invasif pada tikus dapat dibagi
menjadi tiga metode yaitu photoplethysmography (PPG),
piezoplethysmography dan volume pressure recording (VPR). VPR
merupakan metode non-invasif yang dinilai paling reliabel, konsisten,
dan akurat untuk mengukur tekanan darah pada binatang percobaan
(Malkoff, 2011).
Pengukuran tekanan darah menggunakan metode non-invasif
VPR dipandang dapat memberikan nilai dan manfaat dalam berbagai
penelitian. Keunggulan dari metode VPR ini adalah:
a. Tidak memerlukan pembedahan.
b. Membutuhkan biaya yang lebih rendah dari metode-metode
yang lain.
c. Dapat mengukur perubahan tekanan darah setiap waktu pada
jumlah sampel yang banyak.
d. Membantu peneliti untuk mendapatkan data yang akurat dan
konsisten dalam penelitin jangka panjang (Malkoff, 2011).
B. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi merupakan suatu penyakit kardiovaskuler yang
paling umum terjadi dan sering menimbulkan kematian. Dikatakan
5
hipertensi apabila tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan/atau nilai tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg dengan
nilai normal tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan
tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg (Goyal dan Sarwate,
2014). Klasifikasi tekanan darah tinggi menurut JNC 7 untuk dewasa
(usia 18 ke atas) seperti yang ditunjukkan oleh tabel 1.
2. Epidemiologi
Angka prevalensi kejadian hipertensi di seluruh dunia
menunjukkan bahwa kurang lebih 40% penduduk dengan usia 25 tahun ke
atas telah terdiagnosis hipertensi. Jumlah penderita hipertensi juga
meningkat dari 600 juta pada tahun 1980 menjadi 1 milyar pada tahun
2008 (WHO, 2013). Menurut hasil dari Riset Kesehatan Dasar Indonesia
(Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi penderita
hipertensi pada masyarakat Indonesia dengan usia di atas 18 tahun sebesar
25,8% dengan prevalensi tertinggi di Bangka Belitung (30,9%) dan diikuti
dengan Kalimantan Selatan (30,8%).
3. Faktor Risiko
Terdapat beberapa faktor risiko hipertensi yang disebabkan oleh
gaya hidup meliputi konsumsi makanan dengan garam dan lemak yang
berlebihan, kurangnya konsumsi buah dan sayuran, konsumsi alkohol,
kurangnya aktifitas fisik dan manajemen stress yang buruk. Selain itu
6
terdapat faktor risiko metabolik berupa diabetes, hiperlipidemia dan
obesitas yang dapat menjadi faktor risiko hipertensi (WHO, 2013). Cara
paling efektif untuk mencegah hipertensi adalah dengan menghindari dan
meminalisir faktor risikonya (IFPMA, 2016).
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan
obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Obat-obatan yang
sering digunakan dalam terapi hipertensi meliputi obat-obat golongan ACE
inhibitor, ARB, beta-blocker, calcium channel blocker dan diuretik
(IFMPA, 2016). Modifikasi gaya hidup dapat dilakukan dengan membatasi
asupan garam tidak lebih dari 1/2 sendok teh (6 gram/hari), menurunkan
berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman
beralkohol. Olah raga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat
berupa jalan, lari, jogging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi
3-5 x per minggu. Penting juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan
mengendalikan stress (Pusdatin Kemenkes RI, 2015).
C. Papermin
1. Klasifikasi
Papermin (Mentha piperita) merupakan hasil hibridisasi dari water mint
(M. aquatica) dan spearmint (M. spicata). Genus Mentha sendiri terdiri dari 25
spesies dan masuk ke famili Lamiaceae (Lopez V et al.,2010). Tumbuhan ini
berasal dari Eropa dan Timur Tengah dan sekarang telah ditanam di seluruh
penjuru dunia (Maffei et al., 1989).
7
3. Kandungan
Papermin terdiri dari 1.2%-1.5% essential oil dengan menthol
sebagai komponen utamanya (30,35%), selain itu terdapat juga kandungan
menthone (21,12%), dan trans-carane (10,99%) (Tsai-Mei Lin et al.,2013).
Kandungan papermin selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.
8
Gambar 1: Rho kinase pathway (Shimokawa dan Takeshita, 2005)
Rho kinase dan substrat yang dihasilkannya, myosin phosphatase
targeting subunit-1 (MYPT-1), bertanggung jawab terhadap kontraksi
pembuluh darah melalui pelepasan sinyal kalsium dan meningkatkan
sensitivitasnya. Hambatan pada kontraksi pembuluh darah akibat aktivasi
dari TRPM8 ini yang kemudian menyebabkan vasorelaksasi dan dapat
menurunkan tekanan darah (Sun et al., 2014). Inhibisi Rho kinase dengan
memberikan inhibitor selektif pada jalur ini telah diketahui dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Wirth, 2010).
9
VIII. Kerangka Pemikiran
Keterangan:
IX. Hipotesis
Ada pengaruh pemberian ekstrak daun papermin (Mentha piperita)
terhadap tekanan darah tikus putih (Rattus novergicus) model hipertensi.
10
X. Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan
rancangan “pre test post test randomized control group design”.
C. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah tikus putih jantan (Rattus norvegicus)
karena tidak terpengaruh siklus menstruasi dan proses kehamilan, dan supaya
didapatkan latar belakang genetik yang seragam, maka digunakan tikus galur
Wistar. Tikus tersebut berusia kurang lebih 12 minggu dengan berat 200-250
gr dan diinduksi dengan NaCl 8% untuk membuat model hipertensi. Tikus
dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Penentuan jumlah sampel dapat dilakukan dengan rumus Federer,
yaitu:
(k-1)(n-1) ≥ 15
(2-1)(n-1) ≥ 15
n-1 ≥ 15
n ≥ 16
11
sampel 34 ekor dengan masing-masing kelompok sebanyak 17 ekor tikus putih
(Notoadmodjo, 2002).
Kriteria inklusi dan eksklusi dari sampel penelitian :
1. Kriteria inklusi
a. Tikus putih jantan
b. Berusia kurang lebih 12 minggu
c. Memiliki berat 200-250 gram
d. Tekanan darah diatas 140/110 mmHg (model hipertensi)
2. Kriteria eksklusi
a. Mati
b. Tidak mencapai model hipertensi setelah dilakukan induksi NaCl 8%
selama 14 hari
D. Rancangan Penelitian
Keterangan :
A : Analisis data
S : Subyek penelitian (34 ekor tikus putih jantan)
I : Induksi hipertensi menggunakan larutan NaCl 8%
D0 : Pengukuran tekanan darah setelah induksi NaCl 8%
D1 : Pengukuran tekanan darah kelompok kontrol setelah perlakuan
D2 : Pengukuran tekanan darah kelompok perlakuan setelah perlakuan
K1 : Kelompok kontrol
K2 : Kelompok perlakuan
P1 : Pemberian akuades 2,5 ml/100 g BB tikus putih jantan hipertensi
12
P2 : Pemberian ekstrak papermin 0,2 mg/100g BB tikus putih jantan
hipertensi
13
2. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah nilai dari gaya yang dihasilkan oleh aliran
darah yang menekan dinding pembuluh darah pada arteri utama. Tekanan
darah hewan uji dapat diukur dengan cara tail cuff method menggunakan
alat blood pressure analyzer. Metode ini memungkinkan peneliti untuk
mengetahui tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah hewan uji
diukur sebelum dan sesudah pemberian perlakuan dosis ekstrak daun
papermin, skala yang digunakan pada variabel ini adalah skala numerik
(rasio).
3. Variabel Perancu yang dapat Dikendalikan
a. Berat badan
Tikus dipilih yang sudah mencapai berat badan 200-250 gram.
b. Usia
Tikus dipilih yang sudah mencapai usia 12 minggu.
c. Jenis kelamin
Tikus dipilih yang memiliki jenis kelamin jantan.
d. Galur
Hipertensi dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Untuk
meminimalkan bias, digunakan tikus putih dari strain yang sama.
e. Kondisi laboratorium dan alat-alat penelitian
Kondisi laboratorium dan alat penelitian dapat mempengaruhi
sehingga untuk meminimalkan bias, laboratorium disterilisasi
menggunakan alkohol dan alat penelitian disterilisasi menggunakan
panas dari autoclave 370 C.
4. Variabel Perancu yang Tidak dapat Dikendalikan
a. Kepekaan tikus jantan terhadap zat dan obat yang digunakan
Kepekaan tikus jantan terhadap zat dan obat tidak dapat
dikendalikan karena menyangkut reaksi imunitas dari hewan uji
terhadap obat.
b. Stres
14
Stres tidak mungkin dapat dihindari pada hewan coba yang
diberi perlakuan.
H. Cara Kerja
1. Pembuatan Ekstrak Daun Papermin
Dalam proses ekstraksi, daun papermin terlebih dahulu dicuci
menggunakan akuades sebanyak 3 kali. Setelah dicuci, daun papermin
dikeringkan pada suhu kamar selama 5 hari. Daun yang telah kering
diblender agar menjadi bubuk, kemudian diekstraksi dengan methanol
menggunakan metode maserasi. Setelah melalui proses ekstraksi,
campuran disaring dengan kertas Whatman no. 1 lalu dikonsentrasikan
dengan alat Rotary Evaporator pada suhu 400 C. Setelah itu, ekstrak
tersebut dipanaskan dengan oven pada suhu 400 C selama 3 hari kemudian
didinginkan selama 2 hari. Ekstrak dapat disimpan dalam lemari pendingin
pada suhu -210 C sampai akan digunakan. Pada penelitian ini, digunakan
dosis 0.2 mg/g BB yang diberikan per sonde (Pakdeechote et al., 2014).
Pemberian ekstrak dengan teknik sonde untuk memastikan agar tidak ada
yang terbuang atau tersisa. Teknik sonde merupakan teknik pemberian
kepada hewan coba melalui rongga mulut dengan menggunakan spuit dan
jarum suntik tumpul (Laylani et al., 2013)
15
Volume cairan maksimal yang dapat diberikan per sonde pada tikus
putih adalah 5 ml/100 g BB. Penentuan takaran dosis maksimal yang
digunakan untuk penelitian tidak disarankan untuk menggunakan lebih
dari setengah volume cairan maksimal yang diberikan. Dengan demikian,
maka:
Volume cairan maksimal dengan BB 100 g = 5 ml
Setengah dari dosis maksimal = 2,5 ml
5. Langkah Penelitian
a. Pengukuran tekanan darah tikus dengan menggunakan metode tail
cuff
1) Melakukan persiapan alat (baik hardware dan software). Pada
penelitian ini menggunakan CODA Controller dan CODA
Software.
2) Suhu ruangan minimal 20 derajat celsius dan jauh dari
kebisingan.
16
3) Melakukan persiapan tikus putih yang akan diukur tekanan
darahnya.
4) Tikus diposisikan pada animal holder. Hindari menyentuh tikus
saat di dalam animal holder untuk menghindari stres. Berikan
jeda waktu kurang lebih 5 menit sebelum pengukuran untuk
menghindari hasil kenaikan tekanan darah akibat stres yang
muncul.
5) Memposisikan ekor tikus pada Occlusion Cuff, pasangkan
sedekat mungkin dengan pangkal ekor tikus.
6) Pasangkan VPR Cuff sekitar 2 mm dari Occlusion Cuff.
7) Setelah semua persiapan selesai, hubungkan cuff ke CODA
Controller dan pengukuran dapat dilakukan.
8) Tikus dianggap hipertensi bila tekanan darah terukur 140
mmHg atau lebih (Daugherty A et al., 2009).
b. Pemberian perlakuan
17
I. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun papermin (Mentha piperita)
terhadap tekanan darah tikus putih (Rattus novergicus) dapat digunakan uji T
Independen. Syarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan uji T Independen
yaitu jenis skala numerik, sebaran data normal, dan varian data homogen. Jika
pesebaran data tidak normal, dan atau varian data tidak homogen, maka data
dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney. Tingkat kemaknaan yang di
gunakan adalah 𝞪 = 0,05.
18
Minggu efektif
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Mahasiswa
1. mengirim
topik
Validasi
topik skripsi
oleh
2. validator dan
pengumuma
n hasil
validasi
Penentuan
pembimbing
3.
dan penguji
skripsi
Bimbingan
dan
4.
penulisan
proposal
Ujian
5.
proposal
Pelaksanaan
penelitian
6. dan
pengumpula
n data
Penulisan
dan
bimbingan
7.
penulisan
laporan hasil
penelitian
Ujian hasil
8.
penelitian
19
XII. Daftar Pustaka
Badal RM, Badal D, Badal P, et al. “Pharmacological action of Mentha piperita
on lipid profile in fructose-fed rats,” Iranian Journal of Pharmaceutical
Research, 2011; 10 (4): 843-848.
Barbalho SM, Damasceno DC, Spada APM, et al. “Metabolic profile of offspring
from diabetic wistar rats treated with Mentha piperita (papermint),”
Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, vol. 2011.
Daugherty A, Rateri D, Hong L, et al. “Measuring Blood Pressure in Mice using
Volume Pressure Recording, a Tail-cuff Method,” Journal of Visualized
Experiments, 2009.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
Indonesia (Riskesdas). 2013.
Foster S, “Peppermint: Mentha piperita,” American Botanical Council – Botanical
Series, 1996, 306: 3-8.
Gardiner, P., “Peppermint (Mentha piperita). Longwood Herbal Task Force”:
http://www. mcp. edu/herbal (2000)
Girme AS, Bhalke RD, Ghoghare PB, et al. “Comparative in-vitro anthelmintic
activity of Mentha piperita and Lantana camara from western India,”
Dhaka Univ. J. Pharm. Sci. (2006) 5: 5-7.
Gracindo, L. A. M. B.(2006). “Chemical characterization of Mint (Mentha spp.)
germplasm at Federal District, Brazil. In: III International Symposium:
Breeding Research on Medicinal and Aromatic Plants,” II Latin American
Symposium on the Production of Medicinal and Aromatic Plants and
Condiments. Campinas, SP,Brazil: Abstracts. p. A01-5.
Hartle A, McCormack T, Carlisle J, et al., “The measurement of adult blood
pressure and management of hypertension before elective surgery,”
Anaesthesia, 2016; 71: 326-337.
International Federation of Pharmaceutical Manufacturers & Associations,
Hypertension: putting the pressure on the silent killer, IFPMA Publication,
2016.
20
Jang S, Jang B-H, Ko Y, et al. “Herbal Medicines for Treating Metabolic
Syndrome: A Systematic Review of Randomized Controlled Trials”.
Evidence-based Complementary and Alternative Medicine. 2016; 2016:
5936402.
Johns C, Gavras I, Handy D E, et al. “Models of experimental hypertension in
mice,” Hypertension. 1996; 28: 1064-1069.
Johnson C D, Melanaphy D, Purse A et al., “Transient receptor potential
melastatin 8 channel involvement in the regulation of vascular tone,”
American Journal of Physiology, 2009 Jun; 296(6): H1868–H1877.
Lopez V, Martin S, Gomez-Serranillos MP, Carretero ME, Jager AK, Calvo MI.
“Neuroprotective and neurochemical properties of mint extracts”.
Phytother Res 2010; 24: 869-874.
Malkoff, J, “Non-invasive blood pressure for mice and rats,” Animal Lab News,
2011.
National Heart, Lung, and Blood Institute, The Seventh Report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment
of High Blood Pressure, NIH Publication, 2003.
Notoatmodjo,S. “ Metodologi Penelitian Kesehatan” , Rineka Cipta, Jakarta
(2002)
Parasuraman S, Raveendran R. “Measurement of invasive blood pressure in
rats”.J Pharmacol Pharmacother 2012;3:172-177
Santos M R V, Moreira F V, Fraga B P, et al., “Cardiovascular effects of
monoterpenes: a review,” Brazilian Journal of Pharmacognosy, Jul/Aug.
2011, 21(4): 764-771.
Shimokawa H dan Takeshita A, “Rho-Kinase Is an Important Therapeutic Target
in Cardiovascular Medicine,” Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular
Biology, 2005; 25: 1767-1775.
Sun J, Yang T, Wang P, et al., “Activation of cold-sensing transient receptor
potential melastatin subtype 8 antagonizes vasoconstriction and
hypertension through attenuating rhoa/rho kinase pathway,” Hypertension,
2004, 63: 00-00.
21
Williams College, “Compare the cardiovascular parameters of a rat vs. a mouse,”
http://web.williams.edu/Biology/Faculty_Staff/sswoap/site/ratmousepic.ht
m, (2002).
Wirth A, “Rho kinase and hypertension,” Biochim Biopshy Acta, 2010, 1802:
1276-1284.
World Health Organization, A Global Brief on Hypertension: Silent Killer, Global
Public Health Crisis, WHO Publication, Geneva (2013).
World Health Organization, Comparative Quantification of Health Risks, WHO
Publication, Geneva (2004).
22