PSIKOLOGI PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU:
PROF.Dr ROSMALA DEWI M.pd
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadiran tuhan yang maha Esa karena atas berkat rahmat nya lah
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas- tugas perkembangan peserta didik yang berjudul “
Critical journal review” penulis berterimaksi kepada dosen yang bersangkutan yang sudah
memberikan bimbingan nya
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan , dan penulis juga mengharapkan kritik dan
saran yang membangun guna kesempurnaan tugas saya ini.
Akhir Kata
Penulis ucapkan terima kasi semoga dapat bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan bagi
pembaca
Judul 1. SISTEM PEMILIHAN PROGRAM STUDI
BERDASARKAN BAKAT, MINAT DAN KECERDASAN
CALON MAHASISWA BERBASIS ONLINE
2. Education for the Gifted" and "Talent Development": What
Gifted Education Can Offer Education Reform in Hong Kong
Jurnal 1.umj.ac.id/index.php/semnastek
2. Education Journa
Volume dan halaman 1.Vol 2,No 1
2. Vol. 28, No.2,
Tahun 1. 2017
2. Winter 2000
Penulis 1. Safitri Jaya1*, Chaerul Anwar2, Hendi Hermawan3
2. DAVID W. CHAN
Review ENDANG KUSUMA
Tanggal 1-2 November
ISSN p-ISSN : 2407 – 1846
e-ISSN : 2460 – 8416
I.PENGANTAR
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai
kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ngalim
Purwanto (1986:28) bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata
aptitude yang berarti kecakapan, yaitumengenaikesanggupan-kesanggupantertentu.”
bakat dan minat sering diujikan kepada calon peserta ujian dengan tujuan untuk
membantu merencanakan dan membuat keputusan mengenai sebuah pilihan. Melalui
hasil tes, dapat diperoleh bagaimana tingkat kesiapan calon peserta untuk mengikuti
pendidikan serta mengetahui sedini mungkin bakat-bakat yang mereka miliki. Dalam
proses penerimaan calon mahasiswa saat ini, Universitas Pembangunan Jaya hanya
mengacu kepada hasil prestasi belajar, sehingga tidak diketahui apa yang menjadi minat
serta bakat dari calon mahasiswa.
5. Usaha (Enterpreneur)
6. Konvensional (Conventional)
Tipe model ini pada umumnya memiliki kecenderungan terhadap kegiatan verbal, ia
menyenangi bahasa yang tersusun baik, numerical (angka) yang teratur, menghindari situasi
yang kabur, senang mengabdi, mengidentifikasikan diri dengan kekuasaaan.
METODE
Pada penelitian ini Penelitian ini dibangun dengan menggunakan metode sekuensial linear
yang terdiri dari empat tahapan, yaitu : analisis, desain, kode dan tes.
Aplikasi tes bakat, minat dan kecerdasan calon mahasiswa berbasis online dapat
dilihat pada url: http://seleksiprodi.com . Dibutuhkan kurang lebih 2 jam untuk
menyelesaikan tes minat dan bakat pada aplikasi ini. Total pengerjaan tes minat adalah 15
menit, dengan ketentuan semua pertanyaan harus terjawab, sedangkan sisanya 1 jam 45
menit digunakan untuk menjawab tes bakat. Berbeda dengan tes minat, pada tes bakat
diperbolehkan untuk tidak menjawab pertanyaan. Pada halaman awal, setiap peserta
diminta untuk memasukkan no peserta yang diperoleh saat melakukan pendaftaran ke
UPJ. Pengujian kotak hitam dilakukan untuk mengetahui hasil tes bakat, minat dan
kecerdasan atas nama Safitri. Pada saat mengisi formulir pendaftaran, pilihan pertama
yang diinginkan adalah Prodi Akuntansi, dan pilihan kedua adalah Psikologi.
III.KEUNGGULAN PENELITIAN.
pada penelitian ini penulisan nya relevan dan penulisan pada jurnal lengkap disertai dengan
tujuan, masalah,kemudian disertai dengan gambar dan hasil penelitian mudah untuk di pahami
dan mudah untuk di mengerti
ORIENTASI TEMUAN
Berdasarkan hasil tes minat terhadap semua komponen Holland, diperoleh skor tertinggi ada
pada domain C (Conventional) yang berarti secara minat, Safitri cocok untuk memilih Prodi
Akuntansi sesuai dengan isian pada formulir manual. Jika dilihat hasil skor tertinggi berikutnya
ada pada domain S (Social) yang berarti secara minat, selain cocok dengan Prodi Akuntansi,
calon mahasiswa atas nama Safitri juga memiliki kecocokan secara minat dengan Prodi
Psikologi. Langkah berikutnya adalah menguji kemampuan bakat dan tingkat kecerdasan pada
tes kedua. Tes kedua adalah tes bakat Howard yang
Jurnal ini i tidak dicantumkan alat dan bahan yg di lakukan untuk mahasiswa, selain itu ada beberapa
kata bahasa nya kurang untuk di mengerti.
V.IMPLIKASI TERHADAP :
TEORI
B. Teori Bakat Howard Gardner Teori Bakat Howard Gardner memunculkan konsep dimana
manusia memiliki kecerdasan yang berbeda-beda, diantaranya adalah :
5. Kecerdasan ruang bidang (spatial), yaitu kemampuan yang berkaitan dengan persepsi visual.
6. Kecerdasan interpersonal, yaitu kemampuan berhubungan dan memahami orang.
1. Aplikasi tes online dibuat untuk memberikan kemudahan bagi UPJ untuk melakukan
penelusuran terhadap bakat minat dan kecerdasan yang dimiliki oleh calon mahasiswa;
2. Memberikan kemudahan bagi calon mahasiswa untuk menentukan pilihan terhadap Program
Studi yang ada di UPJ berdasarkan bakat, minat dan kecerdasan;
3. Aplikasi online terdiri dari 2 menu yaitu tes minat dengan 3 sub test dan tes bakat yang
dikolaborasikan dengan tingkat kecerdasan calon mahasiswa dengan 7 sub test;
4. Mekanisme skoring dilakukan dengan menghitung jawaban ya/setuju dan benar dari masing-
masing sub test pada tes minat, bakat dan kecerdasan;
5. Berdasarkan hasil analisa aplikasi dibandingkan dengan hasil analisa ahli, dapat disimpulkan
bahwa aplikasi tes online memiliki fungsionalitas yang baik dengan menghasilkan informasi
yang akurat, tepat waktu dan relevan.
2.SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, beberapa saran dapat diberikan untuk
pengembangan aplikasi selanjutnya, yaitu :
1. Aplikasi perlu dikembangkan tidak hanya untuk proses skoring tetapi juga dapat mencetak
hasil tes yang dapat diberikan kepada calon mahasiswa;
2. Dalam melakukan implementasi dibutuhkan penyesuaian lebih lanjut dengan aturan yabg
berlaku di UPJ
JURNAL KEDUA
While critics have often stated that gifted education has not received due emphasis in Hong
Kong as a British colony, the long tradition of valuing and nurturing gifted and talented children
in imperial China has often been overlooked by educators in Hong Kong. Government officials
in regional municipalities were to identify and recommend these gifted and talented children or
"shen tong" for public examination in "tong zi ke" (children division). There were stated formal
regulations regarding age, examinations (including subject content, method, procedures, and the
passing standards), and subsequent education or appointment to official posts in the empire.
The emphasis on literary abilities as the hallmark of excellence continued in colonial Hong
Kong although it was recognized that a student might excel in abilities not readily manifested in
academic achievement. The 1970s and 1980s witnessed society's concern for equity, as
educational opportunities for all students from preschool to college years were expanded,
cumulating to the promotion of equal access to educational opportunities for all students through
the implementation of nine-year free education up to Secondary Three.
The Hong Kong Education Commission (1990) defined gifted children as those
with exceptional achievement and/or potential in one or more of the following areas:
While IQ tests are typically employed in identification procedures, they are not
sufficient when one would like to know about a student's creative potential or creativity,
as creativity and general intelligence are not strongly correlated, and perhaps correlated
only at the lower levels below some moderate threshold. With multiple criteria for
identification of gifted students based on multiple talents or gifted domains, it can be
anticipated that not only 2 to 3 percent of the student population but a larger percentage
of students might be identified to be able to benefit from gifted education services.
The particular definition of giftedness may also have great implications for issues
of possible charges of discrimination in the identification process against special
populations, availability of opportunities for different types of gifts or talents in different
programming practices, and the positive or adverse effects of being labeled gifted.
The complexity of the selection procedures will multiply when multiple criteria
and multiple measures on multiple talents are involved. Thus, when it comes down to the
eventual admission of gifted students into specific programs, the complicated procedures
go beyond mere identification.
While in pre-1997 Hong Kong, the concern was on equity in terms of providing equal
opportunity to access education for all students, the overriding concern in post-1997 has been on
excellence and quality education for all students. In this connection, "education for the gifted,"
especially for a small group of identified gifted students with talents in specific domains, may
invoke charges of elitism.
The concern for excellence for a selected group of gifted students does not go against and
should be extended to the concern for excellence for all students. In this view, equity can be
interpreted to imply providing individual students with equal opportunities to pursue his or her
individual goals toward excellence.
If we accept the dual roles of gifted education, our goal in gifted education should aim to find
ways to develop the talents and special aptitudes of as many students as possible, while
recognizing the special needs of highly gifted and talented students for learning experiences at a
level and pace appropriate to their abilities.
While these models differ in their emphases and implementation, their programming approaches
commonly address different types or levels of services and activities, ranging from a broadly inclusive
anay of activities designed to suit all or a majority of students to a particular set of services crafted to
respond to the talents demonstrated by a small number of students. The provision of such activities and
services is entirely consistent with, and supportive of, many fundamental principles of effective
schooling.