DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bahasa Indonesia istilah disiplin kerap kali terkait dan menyatu dengan istilah tata
tertib dan ketertiban. Dengan demikian, kedisiplinan hal-hal yang berkaitan dengan ketaatan atau
kepatuhan seseorang terhadap peraturan atau tata tertib yang berlaku. Kedisiplinan adalah suatu
kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-
nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban (Prijodarminto 1994:23). Salah
satu unsur pokok disiplin adalah peraturan. Peraturan adalah ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan untuk menata tingkah laku seseorang dalam suatu kelompok, organisasi, institusi atau
komunitas. Tujuanya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi
tertentu (Hurlock, 1999: 85). Contoh sikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari antara lain bangun
pagi, berangkat sekolah sebelum bel masuk berbunyi, belajar pada waktu malam hari, dan lain
sebagainya. Dari penerapan kedisiplinan maka akan membantu dalam perkembangan karakter anak.
Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi,
karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu.
Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui
pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu.
Pada zaman sekarang yang sering terjadi di kehidupan kita adalahbudaya terlambat, waktu
akan menjadi mundur dari yang sudah ditentukan. Budaya terlambat semakin hari semakin parah saja.
Maka beberapa orangtua sudah menerapkan disiplin waktu terhadap anak-anaknya sejak dini
dengan harapan supaya kedepannya anak-anaknya bisa berkembang menjadi anak yang tepat waktu
dan memiliki karakter yang baik dengan cara mereka mengajarkan supaya kita menghargai betul dan
benar-benar memanfaatkan waktu walupun hanya satu detik.
Perlu diperhatikan yaitu bahwa disiplin dilakukan secara rela dan bukan merupakan
paksaan dari pihak manapun. Namun dengan diberlakukannya disiplin waktu oleh orangtua
terhadap anak-anaknya, belum tentu anak merasa senang, karena dengan diberikannya
disiplin waktu oleh orangtua dalam melakukan aktivitasnya bisa saja merasa dibatasi, karena
setiap apa yang dilakukannya diberi waktu, dari merasa dibatasi itupun lama kelamaan dapat
menimbulkan rasa tertekanan dan dapat menimbulkan dampak-dampak negatif pada
perkembangan karakternya, namun ada juga anak yang merasa biasa saja karena penerapan
disiplin waktu sejak dini menjadi sebuah kebiasaan terhadap jam aktivitas yang dijalaninya.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana perkembangan karakter seorang anak
yang orangtuanya menerapkan disiplin waktu di kehidupannya.
4
BAB 2
. TINJAUAN PUSTAKA
Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan menandai
semua jenis disiplin yang otoriter. Tekniknya mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan
memenuhi standar dan sedikit, atau sama sekali tidak adanya persetujuan, pujian atau tanda-tanda
penghargaan lainnya bila anak memenuhi standar yang diharapkan.
Disiplin permisif sebenarnya berarti sedikit disiplin atau tidak disiplin. Biasanya disiplin
permisif tidak membimbing ke pola perilaku yang disetujui secara sosial dan tidak menggunakan
hukuman. Dalam hal ini tidak diberi batas-batas atau kendala yang mengatur apa saja yang boleh
dilakukan, mereka diijinkan untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka
sendiri.
5
2.3 Pola Asuh Orang Tua dalam Perkembangan Karakter Anak
Berikut empat tipe pola asuh yang dikembangkan pertama kali oleh Diana Baumrind (1967) :
pola asuh demokratis, pola suh otoriter, pola asuh permisif atau pemanjaan, dan pola asuh
penelantara.
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi
tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu
mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis
terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang
tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan,
dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
Pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya
dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak
bicara. Orang tua tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak
mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum
anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu
arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai
anaknya.
Pola asuh ini biasanya meberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan
pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung
tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga
seringkali disukai oleh anak.
4. Tipe Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada
anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan
juga kadangkala biayapun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah
perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya
tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.
6
BAB 3
TAHAP PELAKSANAAN
Menurut Sugiyono, metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu. Teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2012:7). Metode ini disebut metode kuantitatif
karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Selain itu metode
penelitian kuantitatif dikatakan sebagai metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara
obyektif terhadap fenomena sosial. Tujuan utama dati metodologi ini ialah menjelaskan suatu masalah
tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi dalam
suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu.
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur
dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden(Iskandar, 2008:77)
Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Lokasi penelitian berlangsung di SMA Swasta Methodist 1 Medan, Jalan Hang Tuah No. 4
Medan. Waktu penenlitiannya yaitu 09 April 2019.
7
BAB 4
Lokasi penelitian berlangsung di SMA Swasta Methodist 1 Medan, Jalan Hang Tuah No. 4
Medan. Waktu penenlitiannya yaitu 09 April 2019.
8
DAFTAR PUSTAKA
Rimm, Sylvia.(2003.Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
9
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.Rado Simarmata
2.Lisa Andriani
10
3.Fahrur Rozi
Identitas Diri
11