Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis eksterna disebut juga swimmer’s ear atau singapore’s ear. Otitis eksterna
merupakan penyakit keradangan atau infeksi kulit pada meatus akustikus eksternus.
Angka kejadian di Amerika Serikat adalah 4 dari 1000 orang penduduk setiap tahunnya. 1-
4

Meatus akustikus eksternus secara anatomis berfungsi sebagai pelindung


benda asing dan infeksi. Meatus akustikus eksternus dari lateral ke medial mempunyai
penyempitan yang disebut isthmus, rambut-rambut pada sepertiga lateral meatus
akustikus eksternus, kelenjar sebaseum dan kelenjar apokrin sampai ke folikel rambut
dan menghasilkan serum.1-5

Otitis eksterna terjadi jika adanya gangguan fungsi proteksi dari serumen
meatus akustikus eksternus, misalnya pengikisan oleh air (aktivitas di air berkeringat,
dan kelembaban yang tinggi) atau membersihkan meatus akustikus eksternus dengan
cotton bud, pengorek besi, kuku jari, ujung pen atau pensil, dapat menyebabkan abrasi
dari epitel dan memudahkan organisme masuk ke jaringan.1,3,4

Organisme penyebab otitis eksterna 90% adalah bakteri dan 10% adalah
jamur. Bakteri yang dominan adalah Pseudomonas Aeruginosa, diikuti oleh
Staphilokokus Aureus, Staphilokokus Epidermis. Sedangkan jamur yang dominan adalah
Aspergilus dan Candida.1,3,6

Rasa penuh dan gatal pada telinga menimbulkan rasa inigin mengorak-ngorek
menjadi kebiasaan gatal korek yang disebut juga itch scratch cycle. Rasa nyeri dapat
timbul karena lapisan epitel kulit meatus akustikus eksternus terkikis dan tampak
eritema. Rasa nyeri kemudian menyebar saat mengunyah, menekan tragus atau
menggerakan aurikulum. Inflamasi menyebabkan edema sehingga menimbulkan rasa
penuh pada telinga dan gangguan pendengaran. Adanya sekret di meatus akustikus
eksternus bisa jernih atau bahkan keruh dan tidak berbau sampai dapat berupa purulen
jika keadaan bertambah berat.1,3,6

1
Otitis eksterna dibagi menjadi 2 yaitu otitis eksterna sirkumskripta dan otitis
eksterna difusa. Otitis eksterna sirkumskripta atau juga disebut furunkel meatus
akustikus eksternus merupakan radang pada sepertiga luar meatus akustikus eksternus,
sedangkan otitis eksterna difusa merupakan infeksi yang mengenai kulit meatus
akustikus eksternus didua pertiga bagian dalam.

Otitis eksterna sirkumskripta atau juga disebut furnukel meatus akustikus


eksternus adalah radang yang mengenai sepertiga luar meatus akustikus eksternus. Pada
sepertiga luar dari meatus akustikus eksternus mengandung adneksa kulit, folikel
rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen. Otitis eksterna sirkumskripta sendiri
akan dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah dikarenakan banyaknya kasus yang
ditemukan di poli THT RSD Sidoarjo, sehingga penulis ingin lebih lanjut mengetahui
bagaimana perjalanan, penyebab, maupun pengobatan yang dapat dilakukan pada
penyakit ini. Selain itu juga adapun tujuan lain dari penulisan makalah ini adalah untuk
dapat memberikan edukasi yang baik pada masyarakat tentang pencegahan terjadinya
infeksi berulang yang disebabkan oleh karena furunkel meatus akustikus eksternus.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI TELINGA

Secara anatomi telinga dibagi atas 3 yaitu telinga luar, telinga tengah, dan
telinga dalam. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan menghantarkan gelombang
bunyi ke struktur-struktur telinga tengah. Telinga luar terdiri dari aurikulum dan
meatus akustikus eksternus sampai membrane timpani. Di dalam telinga tengah
terdapat tiga tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, stapes. Telinga dalam terdiri
dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari tiga
buah kanalis semisirkularis.1-7

Gambar 1. Anatomi telinga10

3
Aurikulum merupakan struktur tulang rawan yang berleku-lekuk dan
dibungkus oleh kulit tipis. Lekukan-lekukan ini dibentuk oleh heliks, antiheliks,
tragus, antitragus, fossa skafoidea, fossa triangularis, konkha dan lobulus. Permukaan
lateral aurikulum mempunyai tonjolan dan daerah yang datar. Aurikulum yang
melengkung disebut tuberkulum telinga (darwn tubercle). Pada bagian anterior heliks
terdapat lengkungan yang disebut antiheliks. Bagian superior antiheliks membentuk
dua buah krura antiheliks dan bagian dikedua krura ini disebut fosa triangulari. Di atas
kedua krura ini terdapat fosa skafa. Di depan antiheliks terdapat konka, yang terdiri
atas dua bagian yaitu samba konka, yang merupakan bagian anterior superior konka
yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum konka yang terletak dibawahnya
berseberangan dengan konka, yang merupakan bagian antero superior konka yang
ditutupi oleh krus heliks dan kavum konka yang terletak dibawahnya berseberangan
dengan konka dan terletak di bawah krus heliks terdapat tonjolan kecil yang
berbentuk segitiga kecil yang disebut tragus dan terletak pada batas bawah anteheliks
disebut antitragus.1,2,7

Gambar 2. Anatomi daun telinga (aurikulum)11

Aurikulum terdiri dari potongan kartilago yang ditutupi kulit dan dihubungkan
ke tengkorak oleh otot dan ligamentum vestigial. Meatus akustikus eksternus
membentuk pipa melengkung seperti “S” yang terbentang dari aurikulum ke membran
timpani (gendang telinga). Meatus akustikus eksternus mempunyai kerangka tulang
rawan pada sisi paling laterlanya yang bersambung dengan aurikulum.1-7

4
Saluran ini dilapisi kulit yang melekat erat ke kerangka tulang rawan dan
tulang meatus akustikus eksternus. Kulit ini mengandung banyak glandula ceraminosa
dan vibrisae pada bagian terluarnya. Rangka luar dan bagian medial dibentuk oleh
pars tympanica, petrosa dan squamosa ossis temporalis. Os temporal membentuk
bagian dasar dan dinding lateral tengkorak. Telinga luar berfungsi mengumpulkan dan
menghantar gelombang bunyi ke struktur-struktur telinga tengah.1-7

Jaringan subkutan aurikulum bagian superior sangat tipis, terutama di


permukaan anterior, sehingga kulit langsung menempel pada tulang rawan. Makin ke
bawah lapisan subkutan bertambah dan berakhir di lobulus yang tidak mempunyai
rangka tulang rawan. Perdarahan aurikulum bagian posterior berasal dari cabang
posterior arteri karotis eksterna yang mendarahi juga sebagian kecil permukaan depan
aurikulum. Sebagian permukaan belakang aurikulum terutama diperdarahi oleh arteri
oksipitalis. Permukaan depan aurikulum terutama diperdarahi oleh cabang anterior
arteri temporalis superficial anterior. Persarafan aurikulum disuplai oleh cabang-
cabang aurikularis magnus dan oksipitalis minor dari pleksus servikalis, juga dari
cabang aurikulotemporal saraf trigeminal serta cabang aurikular nervus vagus.1,2

Karena keunikan anatomi aurikulum serta konfigurasi meatus akustikus


eksternus yang melengkung, maka telinga luar mampu melindungi membran timpani
dari trauma, benda asing dan efek termal. Meatus akustikus eksternus berbentuk huruf
S, dengan bagian tulang rawan pada sepertiga luar dan bagian tulang pada dua pertiga
dalam. Panjang meatus akustikus eksternus kira-kira 2,5 cm – 3 cm. Bagian yang
tersempit dari meatus akustikus eksternus adalah dekat perbatasan tulang dan tulang
rawan yang disebut dengan isthmus. Hanya sepertiga bagian luar atau bagian
kartilaginosa dari meatus akustikus eksternus dapat bergerak.1,2

Pada kulit yang normal di meatus akustikus eksternus, ada bakteri flora seperti
Micrococcus dan Corynebacterium sp. Infeksi pada meatus akustikus eksternus oleh
bakteri patogen dipengaruhi kondisi host misalnya adanya trauma lokal, adanya
perubahan sifat serumen, dermatitis, dan perubahan pH pada meatus akustikus
eksternus. Kulit yang melapisi bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian
tulang, selain itu juga mengandung folikel rambut yang banyak bervariasi antar
individu namun ikut membantu menciptakan suatu sawar dalam meatus akustikus
eksternus. Anatomi meatus akustikus eksternus bagian tulang sangat unik karena
merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh dimana kulit langsung terletak di atas
5
tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini sangat peka, dan
tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk ekspansi.1,2

Bersama dengan lapisan luar membrana timpani, meatus akustikus eksternus


membentuk suatu kantung berlapis epitel yang dapat memerangkap kelembaban,
sehingga daerah ini menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu. Kulit yang melapisi
bagian kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selian itu juga
mengandung folikel rambut yang banyaknya bervariasi antar individu namun ikut
membantu menciptakan suatu sawar dalam meatus akustikus eksternus.1,2

Anatomi meatus akustikus eksternus bagian tulang sangat unik karena


merupakan satu-satunya tempat dalam tubuh dimana kulit langsung terletak di atas
tulang tanpa adanya jaringan subkutan. Dengan demikian daerah ini akan sangat peka,
dan tiap pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk
ekspansi.1-5

Gambar 3. Membran timpani yang normal12

Meatus akustikus eksternus terjdiri dari kartilago di sepertiga lateral (yang


bersambung dengan aurikulum) dan tulang di dua pertiga bagian dalam. Kulit yang
melapisi bagian kartilago mengandung folikel rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar
serumen. Celah kecil dibagian anterior kartilago ini (fissure santorini) menjadi jalan
potensial untuk penyebaran tumor dan infeksi dari meatus akustikus eksternus ke

6
kelenjar parotis. Kulit tipis yang melapisi saluran tulang bersambung dengan lapisan
luar membrane timpani.5

Saluran limfatik merupakan bagian yang penting dalam penyebaran infeksi.


Bagian anterior dan superior dari meatus akustikus eksternus, disalurkan ke pembuluh
limfe preaurikular di kelenjar limfe servikal bagian superior.1-7

Bagain inferior disalurkan ke infra aurikuler dekat angulus mandibula. Bagian


posterior disalurkan ke kelenjar limfe postaurikuler dan kelenjar limfe servikal bagian
superior. Rangsangan pada aurikuler dan meatus akustikus eksternus berasal dari saraf
perifer dan cranial, yaiu dari saraf trigeminus (V), fasialis (VII), glosopharingeal (IX),
dan vagus (X).1,2

2.2 FISIOLOGI PENDENGARAN

Proses mendengar diawali dengan ditangkap energi bunyi oleh aurikulum


dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran
tersebut menggetarkan membran timpani diteruskan ke telinga tengah melalui
rangkaian tulang pendengaran yang mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit
tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap
lonjong. Energy getar yang telah diamplifikasi akan diteruskan ke stapes yang
menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule bergerak .
Getaran diteruskan melalui membrane Reiiner yang mendorong endolimfa, sehingga
akan menimbulkan gerak relative antara membrane basilaris dan membrane tektoria.
Proses ini menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal
ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neuron transmitte
ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf audiotorius, lalu
dilanjutkan ke nucleus auditorius lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke
korteks pendengaran (area 39 - 40) di lobus temporalis.1

2.3 DEFINISI FURUNKEL MEATUS AKUSTIKUS EKSTERNUS

7
Yang dimaksud dengan otitis eksterna ialah radang meatus akustikus eksternus
akut maupun kronis yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur dan virus. Istilah
otitis eksterna telah lama dipakai untuk menjelaskan sejumlah kondisi. Spektrum
infeksi dan radang mencakup bentuk-bentuk akut atau kronis. Dalam hal infeksi perlu
dipertimbangkan agen bakteri, jamur dan virus. Radang non-infeksi termasuk pula
dermatosis, beberapa diantaranya merupakan kondisi primer yang langsung
menyerang meatus akustikus eksternus. Shapiro telah menegaskan bahwa perbedaan
antara otitis eksterna yang berasal dari dermatosis dengan otitis eksterna akibat infeksi
tidak selalu jelas. Suatu dermatosis dapat menjadi terinfeksi setelah beberapa waktu,
sementara pada infeksi kulit dapat terjadi reaksi ekzematosa terhadap mekanisme
penyebab. Sekali lagi, anamnesis dan pemeriksaan yang cermat seringkali akan
memberi petunjuk ke arah kondisi primernya. 1-3

Otitis eksterna dibagi menjadi 2 bagian yaitu furunkel meatus akustikus


eksternus (otitis eksterna sirkumskripta) dan otitis eksterna difusa.

Furunkel meatus akustikus eksternus (otitis eksterna sirkumskripta)


merupakan peradangan pada sepertiga luar meatus akustikus eksternus mengandung
adneksa kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka
ditempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk furunkel.1-5

Otitis eksterna difusa biasanya mengenai kulit meatus akustikus eksternus


duapertiga dalam. Tampak kulit meatus akustikus eksternus hiperemis dan edema
yang tidak jelas batasnya.1

Kuman penyebab biasanya golongan Pseudomonas. Kuman lain yang dapat


sebagai penyebab ialah Staphylococcus albus, Escherichia colli dan sebagainya. Otitis
eksterna difusa dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis.1

Gejalanya adalah nyeri tekan tragus, meatus akustikus eksternus sangat


sempit, kadang kelenjar getah bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat
sekret yang berbau. Sekret ini tidak mengandung lendir (musin). Seperti sekret yang
ke luar dari kavum timpani pada otitis media. 1-6

8
Gambar 4. Otitis eksterna sirkumskripta13

2.4 ETIOLOGI

Penyebab furunkel meatus akustikus eksternus (otitis eksterna sirkumskripta)


yang tersering adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus. Faktor lainnya
adalah maserasi kulit liang telinga akibat sering berenang atau mandi dengan shower,
trauma, reaksi terhadap benda asing, dan akumulasi serumen. Sering terjadi super
infeksi oleh bakteri piogenik (terutama Pseudomonas atau staohylococcus) dan
jamur.1-3

Otitis eksterna rekuren biasanya disebabkan oleh pemakaian aplikator


berujung kapas yang sering atau sering berenang dalam kolam berenang berklorinasi
(atau keduanya).

Gambar 5. Salah satu penyebab otitis eksterna14

2.5 PATOGENESIS

9
Furunkel meatus akustikus eksternus (otitis eksterna sirkumskripta)
merupakan infeksi folikel rambut, bermula sebagai folikulitis kemudian biasanya
meluas menjadi furunkel. Organisme penyebab biasanya Staphylococcus. Umumnya
kasus-kasus ini disebabkan oleh trauma garukan pada meatus akustikus eksternus.
Kadang-kadang furunkel disebabkan oleh tersumbat serta terinfeksinya kelenjar
sebasea di meatus akustikus eksternus. Panas dan lembab dapat menurunkan daya
tahan kulit meatus akustikus eksternus, sehingga frekuensi penyakit ini agak
meningkat pada musim panas. 1-4

Pada kasus dini dapat terlihat pembengkakan dan kemerahan difus didaerah
meatus akustikus eksternus bagian tulang rawan, biasanya posterior atau superior.
Pembengkakan itu dapat menyumbat meatus akustikus eksternus. Setelah terjadi
lokalisasi dapat timbul pustula. Pada keadaan ini terdapat rasa nyeri yang hebat
sehingga pemeriksaan sukar dilakukan. Biasanya tidak terdapat sekret sampai
absesnya pecah. Toksisitas dan adenopati muncul lebih dini karena sifat organisme
penyebab infeksi.1-3

2.6 FAKTOR PREDISPOSISI2

Infeksi dapat terjadi sebagai akibat faktor-faktor predisposisi tertentu sebagai berikut:

1. Perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa


2. Perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan kelembaban
3. Suatu trauma ringan seringkali karena benang atau membersihkan telinga
secara berlebihan.

2.7 GEJALA DAN TANDA1.3

 Nyeri hebat yang diikuti otore purulen.


 Nyeri tekan pada tragus dan pada tarikan aurikulum
 Gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat meatus akustikus
eksternus.
 Meatus akustikus eksternus tampak bengkak pada tempat tertentu.

2.8 DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :

1. Anamnesa9
10
- kebiasaan mengkorek telinga
- nyeri teliga (otalgi) spontan, bila tragus ditekan dan aurikulum ditarik
- bila furunkel terjadi dibagian anterior, nyeri bertambah bila membuka
mulut atau mengunyah.
- Pendengaran biasanya normal kecuali bila lumen meatus tertutup.
- Suhu badan subfebris.

2. Pemeriksaan Fisik9
Inspeksi : Pada kasus yang berat kepala penderita miring ke sisi yang sakit
(Tortikolis), karena spasme otot sternokleidomastoideus.
Oedem dan hiperemi sekitar meatus akustikus eksternus, dan
dapat menjalar ke aurikulum, dan sulkus retroaurikuler.

Palpasi : Nyeri bertambah bila diadakan manipulasi aurikulum. Bila


tragus ditekan nyeri bertambah berat.
Otoskopi : Pemeriksaan ke dalam Meatus Akustikus Eksternus dengan
mempergunakan lampu kepala terlihat lumen meatus
akustikus eksternus menyempit.

Pemeriksaan meatus akustikus eksternus, pada inspeksi tampak


meatus akustikus eksternus kemerahan, edema. Rasa nyeri juga dijumpai
terutama saat menggerakkan rahang (mengunyah), menekan tragus dan
menggerakkan aurikulum.
- Adanya inflamasi, hiperemis, edema yang terlihat pada linag
telinga luar dan jaringan lunak periaurikuler.
- Nyeri yang hebat, yang ditandai adanya kekakuan pada jaringan
lunak pada ramus mandibula dan mastoid.

- Status mental harus diperiksa. Gangguan status mental dapat


menunjukkan komplikasi intrakranial.
- Membran timpani biasanya intak.
- Demam tidak umum terjadi.
- Torticolis

3. Pemeriksaan Penunjang
Biakan dan tes sensitivitas dari sekret.

Diagnosis Banding :

1. Otomikosis

11
Infeksi jamur di meatus akustikus eksternus dipermudah oleh
kelembaban yang tinggi di daerah tersebut. Yang tersering ialah
pityrosporum, Aspergilus. Kadang-kadang ditemukan juga candida
albicans atau jamur lain. Pityrosporum menyebabkan terbentuk sisik yang
menyerupai ketombe dan merupakan predipossisi otitis eksterna
bakterialis.
Sebagai salah satu penyebab kegagalan pada pengobatan Otitis
Eksterna. Penyakit ini banyak dijumpai di daerah tropis, karena adanya
kelembaban yang terjadi pada Meatus Akustikus Eksternus. Penyakit ini
dapat pula disebabkan oleh penggunaan tetes telinga yang mengandung
antibiotika.
Jamur yang banyak dijumpai Aspergillus Niger dan Candida
Albicans. Keluhannya adanya rasa gatal yang hebat daripada Otitis
Eksterna yang bukan akibat jamur. Selain itu juga disertai cairan yang
keluar dari telinga.
Pada pemeriksaan terdapat adanya massa yang berwarna abu-abu
putih, yang kadang-kadang dapat disertai dengan adanya darah sedikit.
Pada infeksi dengan Aspergillus Niger tampak sekret kehitaman.
Untuk pengobatan meatus akustikus eksternus dibersihkan sampai
kering, karena kondisi meatus akustikus eksternus yang basah atau lembab
akan menghambat infeksi jamur. Setelah itu dapat diberikan obat jamur
misalnya Nistatin, Amphotericin B, dapat dalam bentuk tetesan atau cream
selama paling sedikit 1 minggu. Selain itu dapat dipakaikan Salicyl 2%
dalam alkohol kecuali bila ada perforasi membran timpani obat ini tidak
boleh digunakan.9

Gejala biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh ditelinga, tetapi
sering pula tanpa keluhan.1

Gambar 6. Otomikosis15

12
2. Mastoiditis Akut

Mastoiditis akut merupakan infeksi akut yang mengenai


mukosa sel mastoid yang merupakan kelanjutan dari proses otitis media
akut supuratif yang tidak teratasi. Kriteria diagnosa dari anamnesa dapat
ditemukan nyeri dan rasa penuh dibelakang telinga, otore terus menerus
selama lebih dari 6 minggu, febris atau sub febris, pendengaran
biasanya menurun dan didapatkan nyeri tekan pada planum mastoid.

Gambar 7. Mastoiditis akut16

Pada pemeriksaan dengan otoskop ditemukan adanya perforasi


membran timpani yang bersifat “reservoir sign” atau apabila sekret
dikeluarkan akan muncul lagi. Untuk memastikan dapat dilakukan x-foto
mastoid (Schuller).8

Pada pemeriksaan dengan foto Schuller didapatkan adanya


opasifikasi sel-sel udara mastoid oleh cairan dan hilangnya trabekulasi
normal dari sel-sel tersebut. Terapi yang dapat dilakukan adalah
mastoidektomi simpel (Scwharte).2

3. Otitis Eksterna Difusa

Otitis eksterna difusa merupakan radang pada kulit meatus


akustikus eksternus yang bersifat kumat-kumatan, yang ditandai dengan
rasa gatal dan otore. Biasanya disebebakan oleh karena infeksi kuman,
jamur maupun virus. Bisa juga disebakan oleh alergi ataupun penyakit
kronis seperti diabetes melitus.

13
Dari anamnesa ditemukan adanya gatal pada daerah meatus
akustikus eksterna, otore, pendengaran dapat normal ataupun sedikit
menurun. Bila infeksi hebat dapat disertai rasa nyeri dan febris. Pada
pemeriksaan dengan otoskop ditemukan meatus akustikus eksternus odem,
hiperemi meatus akustikus eksternus dan kadang-kadang sampai ke
membran timpani. Dapat ditemukan berbagai macam sekret diantaranya
serous yang disebabkan oleh alergi, purulen disebabkan oleh karena infeksi
kuman, keabu-abuan akibat dari infeksi jamur. 8

Gambar 8. otitis eksterna difusa17

2. 9 KOMPLIKASI

Terdapat beberapa penyulit pada otitis eksterna sirkumskripta antara


lain erisepelas, limfadenitis regional, perikondritis aurikularis.8

1. Limpfadenitis regional

Keradangan atau pembesaran kelenjar limfa regional, yang


disebabkan oleh bakteri dari penyakit Furunkel meatus akustikus
eksternus. Penegakan diagnosa dapat dijumpai, seperti : kelenjar getah
bening yang membesar/membengkak (tampak benjolan), lunak, sakit,
tampak kulit yang hiperemi dan hangat, demam, kadang-kadang
tampak abses. Hal ini bisa mengindikasikan gangguan serius lainnya
seperti limfoma (kanker sel darah putih) atau tuberkulosis.
Penatalaksanaan dapat dilakukan biopsi, dan simptomatik, istirahat
yang cukup dan higiene yang cukup.

14
Gambar 9. lymphadenitis regional18

2. Erisepelas

Suatu keradangan pada kulit yang sering kali didahului oleh


lesi yang terjadi pada kulit Meatus Akustikus Eksternus atau
Aurikulum dan disertai dengan sekunder infeksi oleh kuman
Streptococcus.9

Secara klinis terjadi pembengkakan Aurikulum, berwarna


merah, nyeri hebat, infeksi dapat berlanjut sampai perbatasan kulit
telinga dan kulit wajah. Keadaan umum penderita lemah, febris tinggi,
dan nadi yang meningkat.

Penatalaksanaan dapat diberikan kompres larutan burowi untuk


menimbulkan rasa dingin. Untuk medikamentosa dapat diberikan
antibiotika, antiinflamasi, dan dapat juga diberikan untuk gejala
simtomatik yaitu analgetika dan antipiretik.8,9

15
Gambar 10. Erisepelas19

3. Perikondritis Aurikula

Perikondritis aurikula adalah suatu keradangan pada


perinkondrium, yang dapat diikuti dengan terbentuk nanah ataupun
cairan serous diantara perikondrium dan kondrium. Penyakit ini dapat
terjadi akibat kartilago yang terbuka karena pembedahan, luka bakar
ataupun trauma yang diikuti oelh infeksi sekunder. Infeksi yang terjadi
karena aspirasi pada othematoma yang dilakukan secara tidak steril.
Gejala klinis yang didapatkan pada penyakit ini dapat berupa rasa nyeri
pada telinga yang makin lama makin meningkat, odem pada daun
telinga yang menyeluruh, hiperemi/biru, terasa keras dan terdapat nyeri
tekan. Pada penyakit ini yang khas adalah pada bagian lobulus tidak
terkena infeksi.

Gambar 11. Perikondritis aurikula20

Terapi yang dilakukan adalah apabila tidak disertai abses


dilakukan kompres daun telinga. Namun apabila ada abses, perlu
mengeluarkan nanah dengan cara diinsisi. Tindakan insisi ini dilakukan
bila ada tanda-tanda abses yang fluktuasi, karena apabila dilakukan
16
tanpa belum adanya tanda abses akan mengakibatkan perluasan infeksi
itu sendiri.

Pada waktu melalukan insisi hal-hal yang perlu diperhatikan


adalah apakah cartilago terjadi nekrosis atau tidak. Apabila ditemukan
cartilago yang nekrosis dapat berupa warna yang kehitaman, maka
diperlukan tindakan eksisi untuk mengangkat cartilago yang nekrosis
disertai dengan cartilago yang sehat disekitarnya. Untuk pengobatan
medikamentosa perlu diberikan antibiotika dosis tinggi dan analgetika
dan pernderita perlu untuk dirawat dirumah sakit. Pada tingkatan yang
ringan penyakit ini dapat sembuh tanpa meninggalkan bekas. Pada
yang berat didapatkan nekrosis tulang rawan yang luas, jaringan
penyangga telinga yang rusak, adanya deformitas pada telinga, telinga
menjadi kecil dan menggelantung (cauli flower).

Gambar 12. Telinga Cauli flower21

TABEL 1. PERBEDAAN ANTARA FURUNKEL MAE DAN MASTOIDITIS AKUTA9

Furunkel Mastoiditis Akuta

Anamnesa :

17
Otore - Tidak ada - Beberapa minggu

Nyeri - Bertambah bila


tragus ditekan, daun - Tidak nyeri pada
telinga ditarik, tindakan tersebut
mengunyah/
membuka mulut
Pemeriksaan : - Oedem dan - Oedem dan
hiperemi difus hiperemi pada
Inspeksi
daerah mastoid
- Aurikulum
- Aurikulum
terdorong ke depan
terdorong ke
depan dan ke
bawah

Palpasi - Nyeri bila tragus - Tidak nyeri


ditekan/ aurikulum
ditarik - Tulang mastoid
- Tragus ditekan
ditekan makin
makin lama, nyeri
lama makin sakit
berkurang
- Tidak ada
- Pembesaran
pembesaran
kelenjar getah
bening teraba
Otoskopi - Tidak ada secret di - Ada mukopus di
MAE MAE
- Oedem terjadi - Oedem pada
disemua bagian bagian
MAE posterosuperior
Foto rontgen Mastoid - Normal - Sel-sel mastoid
rusak (kabur)

2.10 PENATALAKSANAAN

Prinsip-prinsip penatalaksanaan yang dapat diterapkan pada semua tipe otitis


eksterna antara lain :2

18
1. Membersihkan liang telinga dengan pengisap atau kapas dengan berhati-hati
2. Penilaian terhadap sekret, edema dinding kanalis, dan membrana timpani
bilamana mungkin keputusan apakah akan menggunakan sumbu untuk
mengoleskan obat
3. Pemilihan pengobatan lokal

Pengobatan :9

1. Istirahat, makanan lunak

2. Lokal : MAE dimasuki tampon pita yang telah dibasahi dengan sol.Burowi
(liquor aluminium sub asetat). Tampon dibiarkan didalam lumen
selama 2X24 jam dan selalu di tetesi dengan sol. Burowi agar tetap
basah. Diganti setiap 2 hari.

Maksud pemberian tampon dan tetes sol. Burowi adalah;

- Menyebabkan rasa dingin, menghilangkan oedem dan


mengurangi rasa sakit

- Tekanan tampon pada furunkel dapat mengurangi oedem.

- Sol. Burowi menghancurkan sisa-sisa debris

3. Pemberian analgetika

4. Antibiotika (Penicillin dan Ampicillin) hanya diberikan pada kasus yang


berat, atau bila ada komplikasi

TABEL 2. OBAT-OBATAN TOPIKAL UNTUK TERAPI OTITIS EKSTERNA2

NAMA OBAT SPEKTRUM ORGANISME

Kolistin Pseudomonas aeruginosa


GolonganKlebsiella-
Enterobacter
Escherichia coli

19
Polimiksin B Pseudomonas aeruginosa
GolonganKlebsiella-
Enterobacter
Escherichia coli

Neomisin Staphylococcus
aureusdanS.albus
Escherichia coli
Golonganproteus

Kloramfenikol Staphylococcus
aureusdanS.albus
GolonganKlebsiella-
Enterobacter
Escherichia coli

Nistatin
Klotrimazol Organisme jamur
Mikonazol
Tolnafat
Karbol-fuhsin

Timol/alcohol Terutama organism jamur namun


Asamsalisilat/alcohol dapat pula efektif pada infeksi
Asamborat/alcohol bakteri dengan cara merendahkan
Asamasetat/alcohol
pH kulit liang telinga

M-kresilasetat Umumya antiseptic


Mertiolatakueus

2.10 PROGNOSIS8

Baik

 Umumnya sembuh setelah diobati secara adekuat.


 Dapat kambuh, terutama pada perenang, karena pemakaian ear plug dan
kebiasaan korek-korek telinga.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Furunkel meatus akustikus eksternus (otitis eksterna sirkumskripta)


merupakan peradangan pada sepertiga luar liang telinga mengandung adneksa
20
kulit, seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen, maka
ditempat itu dapat terjadi infeksi pada pilosebaseus, sehingga membentuk
furunkel.1-5

Furunkel meatus akustikus eksternus (otitis eksterna sirkumskripta)


merupakan infeksi folikel rambut, bermula sebagai folikulitis kemudian biasanya
meluas menjadi furunkel. Penyebab otitis eksterna sirkumskripta yang tersering
adalah Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus. Umumnya kasus-kasus ini
disebabkan oleh trauma garukan pada liang telinga. Kadang-kadang furunkel
disebabkan oleh tersumbat serta terinfeksinya kelenjar sebasea di liang telinga.
Panas dan lembab dapat menurunkan daya tahan kulit liang telinga, sehingga
frekuensi penyakit ini agak meningkat pada musim panas.1-4

Gejala dan tandanya seperti nyeri hebat yang diikuti otore purulen, nyeri
tekan pada tragus dan pada tarikan aurikulum, gangguan pendengaran bila
furunkel besar dan menyumbat meatus akustikus eksternus, meatus akustikus
eksternus tampak bengkak pada tempat tertentu. 1,3

Diagnosa banding untuk furunkel meatus akustikus eksternus adalah


otomikosis, mastoiditis akut, otitis eksterna difusa. Otomikosis merupakan
infeksi pada meatus akustikus eksternus yang disebabkan oleh karena jamur.
Keluhannya adalah rasa gatal yang hebat dari pada otitis eksterna yang bukan
akibat dari jamur. Diagnosa banding lainnya adalah mastoiditis akut, merupakan
infeksi akut yang mengenai mukosa sel mastoid yang merupakan kelanjutan dari
otitis media akut supuratif yang tidak teratasi. Selain itu juga furunkel meatus
akustikus eksternus dapat dibedakan dengan otitis eksterna difusa. Otitis eksterna
difusa merupakan radang pada kulit meatus akustikus eksternus yang bersifat
kumat-kumatan, yang ditandai dengan rasa gatal dan otore.8

Penatalaksanaanya antara lain membersihkan meatus akustikus


eksternus dengan pengisap atau kapas dengan berhati-hati, penilaian terhadap
sekret, edema dinding kanalis, dan membrana timpani bilamana mungkin
keputusan apakah akan menggunakan sumbu untuk mengoleskan obat, pemilihan
pengobatan lokal.2

3.2 Saran

21
Hindari segala faktor-faktor yang dapat menyebabkan infeksi pada
telinga seperti membersihkan telinga menggunakan cotton bud ataupun alat-alat
yang dapat menyebabkan infeksi pada telinga. Sebaiknya pembersihan telinga
dilakukan oleh dokter menggunakan alat irigasi sehingga dapat menghindari
infeksi yang terjadi. Sebaiknya dilakukan setidaknya 6 bulan sekali.
Pada penggunaan alat irigasi yang salah dan tidak steril dalam
membersihkan telinga juga dapat menyebabkan infeksi pada telinga. Tata
pembersihan yang salah juga turut menjadi factor resiko terjadinya gangguan
pada telinga yang dapat juga menyebabkan infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi EA, Iskandar N, Bashirudin J, Restuti RD. 2012. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher, Edisi ke-7. Kelainan
Telinga Luar, Hal 50-56.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2. Adams, GL. Boies, LR. Higler, PA. Boeis : Buku Ajar Penyakit THT (Boeis
fundamentals of otolaryngology). Alih bahasa, Caroline W. editor. Harjanto
Effendi. Edisi 6. Hal 78-80. Jakarta: EGC, 1997.
3. Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhmi, et all. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Pertama. Hal 83-84. Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Rukmini, S. Soepriyadi. Harmadji S. 2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi.
Edisi-3. Hal 1-3. Surabaya: RSU Dr Soetomo. FK UNAIR.
5. Lucente, FE. Har-El, G. 2011. Ilmu THT Esensial (Essentials of Otolaringology).
Alih bahasa, Huriawati Hartanto et all. Edisi-5. Jakarta: EGC.2011
22
6. Waitzman. AA, Meyers, AD. Otitis Externa. Available from
http://emedicine.medscape.com/2014/09/19/Otitis-Externa
7. Bickley, LS. 2009. Buku Ajar Pemeriksaan Fisikdan Riwayat Kesehatan
Bates/Lyns. Alih bahasa, Andry Hartono. Editor, Linda Dwijayanti. Edisi 8. Hal
125-127. Jakata, EGC.
8. Mulyarjo. Rukmini, S. et all. 2001. Pedoman Pelayanan Medik Poliklinik THT.
Diagnosis, Terapi dan Tindakan Praktis. Edisi 2 (revisi). Surabaya: SMF THT
RSUD DR SOETOMO.
9. Mahasiswa, Senat. 1994. Diktat Kuliah THT. Surabaya: Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga.
10. Gambar 1: http://septiadah.wordpress.com/2014/09/19/fisika-telinga-pendengaran.
11. Gambar 2 : http://aagungwidhiutami.blogspot.com/2014/09/19/anatomi-fisiologi-
telinga.html.
12. Gambar 3 : kydrugz.blogspot.com/2014/09/19/membran-timpani.
13. Gambar 4: http://shttp://niarahayu9.blogspot.com/2014/09/19/otitis-eksterna-
sirkumskripta

14. Gambar 5: http://wartanews.com/2014/09/19/lifestyle/bahaya-membersihkan


telinga.
15. Gambar 6: http://d132a.wordpress.com/2014/09/26/penyakit-Telinga-Hidung-
Tenggorok. Otomikosis.
16. Gambar 7 : http://m.cdn.blog.hu/2014/09/26/ear-mastoiditis.
17. Gambar 8 : http://niarahayu9.blogspot.com/2014/09/26/otitis-eksterna-difusa
18. Gambar 9 : http://entusa.com/2014/09/25/Lymp-Regional
19. Gambar 10 : http://skydrugz.blogspot.com/2014/09/26/erisepelas
20. Gambar 11 : http://blogspot.com/2014/09/26/perikondritis-aurikula
21. Gambar 12 : http://blogspot.com/2014/09/30/cauli-flower

23

Anda mungkin juga menyukai