Anda di halaman 1dari 6

C.

Jenis Billing di Rumah Sakit


Billing system Rumah sakit itu ada 3 macam :

1. Manual / Stand Alone Bill System, yaitu billing system yang tidak
terintegrasi dengan sistem-sistem lainnya (aplikasi-aplikasi lain). Pada
Billing System jenis ini semua tindakan di poliklinik dan penunjang
dicatat secara manual, lalu diinputkan ke aplikasi oleh petugas billing,
lalu tagihan / invoice bisa dicetak.
2. Semi Integrated Bill System, yaitu billing s ystem yang terintegrasi
dengan sistem lainnya tetapi cuman sebagian, misal Pendaftaran -->
Billing, atau Pendaftaran --> Penunjang --> Billing, dll.
3. Fully Integrated Bill System, yaitu billing system yang terintegrasi
dengan seluruh sistem rumah sakit (khususnya yang berkaitan dengan
masalah keuangan). Pada billing system jenis ini semua proses yang
menghasilkan charging ( berbiaya ) akan langsung tercatat di sistem,
sehingga ketika pasien akan pulang, petugas billing tidak terlalu sibuk
mengentry tindakan-tindakan / item-item yang di charge ke pasien dan
dengan demikian waktu tunggu pasien akan semakin sebentar dan
pelayanan bisa lebih memuaskan. Semua proses mulai dari
pendaftaran, tindakan di poliklinik, penunjan, farmasi, dll akan
langsung tercatat, bahkan back office (finance & akunting) akan
memperoleh laporan dan data yang bisa dengan mudah dan cepat
tersaji. (wodpress, 2008). (Dikutip dari Hendik, 2013)

D. Sistem Billing di Rumah Sakit


Sistem billing di Rumah sakit berfungsi mengatur dan memproses
semua tagihan yang berkaitan dengan item atau jasa yang dijual. dan
khususnya di rumah sakit, item-item tersebut lebih khusus kepada obat-
obatan, dan juga tindakan-tindakan medis. (Sukadi, 2013)

1. Pendaftaran
 Mendata pasien baru dan memberikan nomor registrasi secara
otomatis
 Menerima pasien lama (kunjungan)
 Mendata diagnosa awal penyakit pasien
 Menangani transaksi karcis
 Memberikan informasi data pasien, kondisi kamar serta tarif di
rumah sakit
 Tersedia print out karcis
2. Instalasi Rawat Jalan/Instalasi Penunjang (Laboratorium,
Radiologi dll)
 Menangani transaksi tindakan, pemakaian alat-alat kesehatan
 Menampilkan tarif secara otomatis
3. Instalasi Rawat Darurat
 Menangani transaksi tindakan, pemakaian alat-alat kesehatan
 Menampilkan tarif secara otomatis
4. Instalasi Rawat Inap
 Menangani transaksi tindakan, pemakaian alat-alat kesehatan
 Menangani transaksi visite dan konsul
 Menangani transaksi penggunaan tempat tidur
 Menangani proses pindah kamar/ruangan/kelas
 Menangani transaksi antar tempat layanan
 Menangani transaksi pergantian paramedic
 Menampilkan tarif secara otomatis
5. Pembayaran
 Menangani pembayaran pasien (langsung lunas)
 Menangani pembayaran pasien dengan mengangsur
 Menangani pembayaran pasien dengan subsidi
 Menangani pembayaran pasien dengan jaminan/ASKES
 Tersedianya print out jenis transaksi dan tagihan pasien
6. Laporan
 Menyajikan jenis transaksi dari tiap pasien termasuk rincian biaya
 Menyajikan daftar kunjungan pasien serta histori penyakitnya
 Menghitung dan menyajikan secara otomatis jasa medis
 Menyajikan besar pendapatan, subsidi, jaminan, termasuk rincian
penerimaan
 Menyajikan laporan 10 penyakit terbanyak

Selain rumah sakit system billing juga digunakan oleh usaha


lainnya, dan dalam pengembangannya tentu saja diarahkan ke hal yang
berbeda-beda, sesuai kebutuhan. Dan tetap perlu digaris bawahi sistem
billing ini pada dasarnya sistem untuk mencatat dan memonitor segala
transaksi yang terjadi pada suatu usaha.
A. Asas –Asas Etika Profesi
1. Asas Otonom.
Asas ini (autonomy) menghendaki agar pasien yang mempunyai
kapasitas sebagai subjek hukum yang cakap berbuat, diberikan
kesempatan untuk menentukan pilihannya secara rasional, sebagai
wujud penghormatan terhadap hak asasinya untuk menentukan
nasibnya sendiri (selfdetermination).Walaupun pilihan pasien salah,
dokter tetap harus menghormatinya dan berusaha untuk menjelaskannya
dengan sebenarnya menurut pengetahuan dan keterampilan profesional
dokter tersebut agar pasien benar-benar mengerti tentang akibat yang
akan timbul tatkala pilihannya tidak sesuai dengan anjuran dokter.
Misalnya penolakan pemberian transfusi darah oleh pasien karena
alasan agama tidak mengizinkan. Dalam terjadi demikian, dokter harus
memberikan masukan kepada pasien tentang dampak negatif yang
mungkin timbul sebagai akibat ditolaknya transfusi tersebut.
Dalam memberikan informasi kepada pasien, dokter hendaknya
menyadari bahwa kurangnya pengetahuan pasien tentang kesehatan dan
rasa takut terhadap penyakitnya serta latar belakang keyakinan-nya,
adat istiadat, sosial ekonomi pasien akan sangat mempengaruhi
persetujuan yang akan diberikannya.

2. Asas Murah Hati


Istilah atau kata lain dari asas murah hati ini adalah beneficence,
adalah suatu asas yang sangat menekankan kepada para dokter sebagai
tenaga profesional agar dalam setiap upayanya pelayanan kesehatan
yang dilakukan terhadap pasien atau masyarakat agar mengutamakan
sifat murah hati,mudah menolong orang tanpa pilih kasih, dan bersikap
dermawan khususnya bagi penderita yang kurang mampu.

3. Asas Tidak Menyakiti


Asas tidak menyakiti atau nonmaleficence mengandung makna
bahwa sejauh mungkin dalam upaya melakukan pelayanan kesehatan
atau tindakan medis kepada pasiennya sedapat mungkin dokter
menghindarkan rasa sakit yang dialami oleh pasiennya. Rasa sakit ini
dapat dimaknai dengan rasa sakit pada fisik maupun psikhis sang
pasien, karena tidak jarang masih kita temui perilaku atau sikap
dokter dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada pasien yang
kurang ramah atau bahkan acuh tak acuh sehingga dapat menimbulkan
rasa sakit hati dari pasien dan atau keluarganya.Tindakan operatif yang
cenderung menimbulkan rasa sakit secara fisik akan dapat diterima oleh
pasien sebagai suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari, apabila
sebelumnya telah mendapatkan penjelasan yang cukup dari dokter yang
bersangkutan.

4. Asas Keadilan
Dokter dalam melakukan upaya pelayanan kesehatannya tidak
dibenarkan membedakan status ekonomi ataupun status sosial dari
pasien. Dokter wajib memberikan penghormatan yang sama kepada
seluruh pasiennya dan juga memberi penghargaan sama atas hak-hak
pasien, seperti hak atas kerahasiaan atau privacy pasien, hak atas
informasi dan memberikan persetujuannya, dan sebagainya.

5. Asas Kesetiaan
Asas ini merupakan terjemahan dari fidebility yang terkandung
makna bahwa dokter harus dapat dipercaya dan setia terhadap amanah
yang diberikan pasien kepadanya. Seorang pasien datang kepada dokter
mempercayakan penyakit yang diderita termasuk hal-hal yang
menyangkut kerahasiaanya yang berhubungan dengan penyakit
tersebut, karena dia percaya bahwa dokter tersebut mampu
memberikan kesembuhan dan sekaligus menjaga kerahasiaanya
tersebut. Kepercayaan yang besar ini merupakan suatu amanah bagi
dokter untuk berupaya semaksimal mungkin menyembuhkan pasiennya
berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilannya.

6. Asas Kejujuran
Kejujuran atau veracity atau honesty merupakan satu asas yang
harus sama-sama dijunjung tinggi baik oleh dokter atau maupun
pasien. Pasien harus jujur menceritakan riwayat penyakitnya tanpa
harus ada yang disembunyikan kepada dokter, demikian pula
sebaliknya dokter atau harus pula secara jujur menginformasikan hasil
pemeriksaan, penyakit serta langkah-langkah pengobatan yang akan
dilakukannya tentu dengan cara-cara yang bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai