Anda di halaman 1dari 13

Review Film Invictus

Afrika Selatan adalah salah satu negara tertua di benua Afrika. Penjelajah
Belanda yang dikenal sebagai Afrikaner sampai pada 1652, selain Belanda, Inggris
juga tertarik dengan Afrika Selatan, terutama setelah penemuan cadangan berlian yang
melimpah. Hal inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya perang
Britania-Belanda dan dua perang Boer. Pada 1910, empat republik utama digabung
dibawah kesatuan Afrika Selatan, kemudian pada 1931, Afrika Selatan menjadi jajahan
Britania sepenuhnya.

Meskipun Afrika Selatan berada dibawah jajahan Britania, Afrika Selatan


terpaksa berbagi kekuasaan dengan pihak Afrikaner. Pembagian kekuasaan inilah yang
berlanjut hingga tahun 1940, saat partai pro-Afrikaner yaitu Partai Nasional (NP)
memperoleh mayoritas di parlemen. Strategi partai tersebutlah yang telah menciptakan
dasar apartheid, suatu cara untuk mengawal sistem ekonomi dan sosial negara dengan
dominasi kulit putih dan diskriminasi ras.

Nelson Mandela dan Harapan Rakyat Afrika Selatan

Nelson Rolihlahla Mandela merupakan revolusioner anti apartheid dari Afrika


Selatan. Mandela lahir di Mveso, Afrika Selatan 18 Juli 1918. Terlahir dari keluarga
kerajaan Thembu dan bersuku Xhosa, Mandela belajar hokum di Fort Hare University
dan University of Witwatersrand. Ketika menetap di Johannesburg, ia terlibat dalam
politik anti-kolonial, bergabung dan kemudian mengetuai ANC (African National
Congress). Setelah kaum nasionalis Afrikaner dari partai nasional berkuasa ditahun
1948 dan menerapkan kebijakan apartheid, popularitas Mandela melejit karena
melakukan serangkaian perlawanan dalam menentang pemerintahan yang menerapkan
apartheid. Akibat upayanya melawan kebijakan pemerintah dengan melakukan
persekongkolan dan sabotase untuk penggulingan, Mandela akhirnya dijatuhi hukuman
penjara seumur hidup di pengadilan Rivonia.

Mandela menjalani masa kurungan selama kurang lebih 27 tahun, pertama di


pulau robben, kemudian di penjara pollsmor dan penjara victor verster. Pada Februari
1990, akibat dorongan dari bangsa lain dan tentangan hebat dari berbagai gerakan
anti-apartheid khususnya ANC, pemerintahan partai nasional dibawah pimpinan F.W.
de Klerk menarik balik larangan terhadap ANC dan partai-partai politik berhaluan kiri
yang lain dan membebaskan Nelson Mandela dari penjara. Setelah pembebasan
Mandela, undang-undang apartheid mulai dihapus secara perlahan. Mandela kemudian
melakukan upaya negosiasi dengan presiden F.W. de Klerk untuk penghapusan
apartheid secara keseluruhan dan melaksanakan pemilu multiras 1994 yang kemudian
dimenangkan oleh ANC, dimana Nelson Mandela terpilih menjadi presiden dan
dilantik sebagai presiden kulit hitam yang pertama di Afrika Selatan.

Terpilihnya Nelson Mandela sebagai presiden Afrika Selatan tentu membawa


angin perubahan bagi warga kulit hitam, setelah sekian lama dalam penindasan era
baru. Tak sedikit dari warga kulit hitam yang menganggap keterpilihan Nelson
Mandela akan membalaskan dendam rasisme yang telah lama mereka pendam,
mencerabut hak atau bahkan melakukan hal yang serupa yang pernah dilakukan oleh
warga kulit putih (perbudakan).

Namun Mandela menilai kepemimpinannya bukanlah sebuah pertarungan


otoritas yang kemudian mengharuskannya melakukan hal yang serupa yang pernah ia
alami, mendekam di penjara selama 27 tahun dan diperlakukan sangat tidak manusiawi
oleh kerasnya kebijakan politik apartheid. Dalam sambutannya Mandela mengatakan
“Taakan, takaan pernah lagi terjadi di daratan yang indah ini, penindasan dari satu
golongan ke golongan lainnya, dan menderita akibat penghinaan”.

Prinsip Keras Leadership Menjadi Partnership

Tanggung jawab adalah inti kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kompas


untuk meyakinkan kita bahwa pembagian tanggung jawab merupakan keperluan
untuk keselamatan bersama. Itulah alasan etis kepemimpinan saat ini. Artinya,
kepemimpinan bukan lagi dipahami dalam arti kompetisi otoritas, melainkan sebagai
ko-operasi humanitas. Keputusan dibuat di meja bundar dan dilaksanakan dalam
skema kemitraan. Pendekatan kepemimpinan beralih dari prinsip keras “leadership”
menjadi “partnership”. Dengan cara itu, keterlibatan ditempuh dalam proses, dan
bukan ditunggu dalam pembagian hasil. Nelson Mandela merupakan seorang
pemimpin yang memiliki banyak karismatik yang menginspiratif orang-orang
disekitarnya. Meskipun menghadapi berbagai konflik maupun krisis sosial yang
masih melanda Afrika Selatan yang membutuhkan sebuah kerja keras dan kesabaran
yang extra untuk benar-benar menghilangkannya dari Afrika Selatan, seperti
kemiskinan, kejahatan yang semakin marak, konflik ras, ekonomi yang lemah dan
pengangguran, Mandela tetap dengan keyakinannya yang tinggi, keteguhan, dan kerja
kerasnya tetap mencari berbagai solusi yang dapat menyelesaikan permasalahan
tersebut sampai ke akar-akarnya. Pekerjaan pertama yang harus Mandela selesaikan
adalah mencari langkah-langkah strategis untuk mengakomodir antara aspirasi warga
kulit hitam dengan warga kulit putih meskipun terkadang langkah-langkahnya dan
kemampuannya tersebut masih diragukan oleh pihak-pihak tertentu. Namun, Mandela
tetap berpikir positif dengan segala cemooh maupun keraguan masyarakat itu
dijadikannya sebagai cambuk dan semangat untuk membuktikan kepada dunia bahwa
dia dapat menciptakan perdamaian di bumi Afrika Selatan.

Gaya Kepemimpinan Karismatik

Sikap karismatik Mandela merupakan wujud nyata dari pernyataan ahli


sosiologi Max Weber (1974). Weber menggunakan istilah karisma untuk menjelaskan
sebuah bentuk pengaruh yang didasarkan bukan atas tradisi atau kewewenangan,
namun atas persepsi para pengikut bahwa pemimpin tersebut dikaruniai dengan
kemampuan-kemampuan yang luar biasa. Menurut Weber, karisma terjadi apabila
terdapat suatu krisis sosial yang memicu permimpin tampil dengan sebuah visi yang
radikal yang memberi suatu pemecahan terhadap krisis tersebut, dan pemimpin tersebut
menarik perhatian para pengikutnya yang percaya pada visi itu dan merasakan bahwa
pemimpin tersebut sangat luar biasa.

Menurut House, seorang pemimpin yang karismatik mempunyai dampak yang


dalam dan tidak biasa terhadap para pengikutnya, mereka merasakan bahwa keyakinan
pemimpin tersebut adalah benar, mereka menerima pemimpin tersebut tanpa
mempertanyakannya lagi, mereka tunduk kepada pemimpin dengan senang hati,
mereka merasa sayang terhadap pemimpin tersebut, mereka terlibat secara emosional
dalam misi kelompok atau organisasi tersebut, mereka percaya bahwa mereka dapat
memberi kontribusi terhadap keberhasilan misi tersebut. Hal ini tergambarkan pada
film ini disaat Mandela pertama kali melaksanakan tugasnya di gedung Presiden dan
disaat bersamaan pegawai yang berkulit putih pada masa pemerintahan sebelumnya
akan berhenti bekerja untuk Presiden. Namun, Mandela dengan sikapnya yang
berkarisma dapat meyakinkan seluruh pegawai untuk tetap tinggal bekerja bersama
dalam masa pemerintahannya, berkontribusi terhadap negaranya tanpa harus
memikirkan perbedaan ras untuk mewujudkan tujuan yang sama yaitu perdamaian
Afrika Selatan. Selain itu, sikap tersebut juga dapat digambarkan dengan disatukannya
pengawal-pengawal Mandela dalam pelaksanaan tugas tanpa memikirkan lagi
permasalahan ras dan masalah yang terjadi masa lalu.

Teori Bass mengungkapkan bahwa terdapat tiga komponen kepemimpinan


transformasional, yaitu karisma, stimulasi intelektual (intellectual stimulation), dan
perhatian yang diindividualisasi (invidualized consideration). Stimulasi intelektual
merupakan sebuah proses dimana pemimpin meningkatkan kesadaran terhadap
masalah dan mempengaruhi pengikutnya untuk memandang masalah dari sebuah
perspektif yang lain. Perhatian yang diindividualisasi merupakan sikap memberikan
dukungan, membesarkan hati dan memberikan pengalaman-pengalaman tentang
pengembangan kepada para pengikut. Seluruh komponen kepemimpinan
transformasional tersebut merupakan cerminan dari sikap-sikap yang ditunjukkan oleh
seorang Mandela. Mulai dengan Mandela memberikan stimulasi intelektualnya kepada
orang-orang yang bekerja dengannya juga terhadap asosiasi Proteas yang
menginginkan tim nasional Springbooks untuk bubar. Sikap invidualized consideration
juga ditunjukkan Mandela ketika memberikan pengalaman dan motivasi serta
mendukung tim nasional Springbooks untuk meraih kemenangan dalam kejuaraan
dunia dalam upaya mempersatukan seluruh rakyat Afrika Selatan.

Gaya Kepemimpinan kontemporer: Servant Leadership

Istilah servant leader dipakai pertama kali oleh Robert K. Greenleaf pada
tahun 1970 dalam tulisannya yang berjudul The Servant as Leader. Tujuan utama
penelitian dan pengamatan Greenleaf akan kepemimpinan pelayan adalah untuk
membangun suatu kondisi masyarakat yang lebih baik dan lebih peduli. Greenleaf
berpandangan bahwa yang dilakukan pertama kali oleh seorang pemimpin besar adalah
melayani orang lain. Kepemimpinan yang sejati timbul dari mereka yang motivasi
utamanya adalah keinginan menolong orang lain.

Kata pemimpin dan pelayan biasanya sering dipandang sebagai sesuatu yang
berlawanan. Dalam hal ini, kata pelayan dan pemimpin disatukan untuk menciptakan
gagasan paradoksal kepemimpinan pelayan. Kepemimpinan yang melayani (Servant
Leadership) merupakan model kepemimpinan yang dikembangkan untuk mengatasi
krisis kepemimpinan yang dialami oleh suatu masyarakat atau bangsa. Para
pemimpin-pelayan (Servant Leader) mempunyai kecenderungan lebih mengutamakan
kebutuhan, kepentingan dan aspirasi orang-orang yang dipimpinnya di atas dirinya.
Orientasinya adalah untuk melayani, cara pandangnya holistik dan beroperasi dengan
standar moral spiritual.

Apakah Kepemimpinan Pelayan Itu ?

Kepemimpinan pelayan adalah suatu kepemimpinan yang berawal dari


perasaan tulus yang timbul dari dalam hati untuk melayani, menempatkan kebutuhan
pengikut sebagai prioritas, menyelesaikan sesuatu bersama orang lain dan membantu
orang lain dalam mencapai suatu tujuan bersama. Kebutuhan akan suatu jenis model
kepemimpinan seperti ini dijelaskan dalam karya Greenleaf yang merupakan suatu
prioritas utama.

Dalam buku The Servant as Leader Greenleaf menulis : “ Ini dimulai dengan
perasaan alami bahwa orang ingin melayani, melayani lebih dulu. Kemudian pilihan
sadar membawa orang untuk berkeinginan memimpin. Perbedaan ini
memanifestasikan diri dalam kepedulian yang dimiliki oleh pelayan yang
menempatkan kebutuhan prioritas tertinggi orang lain adalah dilayani. Orang ini jauh
berbeda dengan orang yang menjadi pemimpin lebih dulu, mungkin karena keperluan
untuk membantu dorongan kekukasaan yang tidak biasa atau untuk memperoleh hak
milik duniawi. Pemimpin dulu dan pelayan dulu adalah tipe yang berbeda.
Perbedaannya dilukiskan dalam kepedulian yang diambil oleh pelayan lebih dulu
untuk memastikan bahwa kebutuhan prioritas tertinggi orang lain adalah dilayani.
Ujian yang terbaik dan sulit untuk melaksanakannya adalah apakah mereka yang
dilayani tumbuh sebagai pribadi , atau apakah mereka ketika dilayani menjadi lebih
sehat (lebih baik), lebih bijaksana, lebih bebas, lebih mandiri, dan lebih
memungkinkan diri mereka menjadi pelayan ? Dan apakah pengaruhnya terhadap
tanggung jawab dalam lingkungan social; akankah menguntungkan atau merugikan?
Greenleaf juga menyatakan bahwa pemimpin pelayan adalah orang yang mula-mula
menjadi pelayan.
Setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda. Perbedaan ini menuntut
dapat menumbuhkan rasa saling percaya. Perbedaan telah menuntut untuk lebih
mengetahui kemampuan orang lain. Setiap orang memiliki bakat yang khusus, tetapi
bukan bakat yang sama.”. Sebagai individu dan bagian suatu kelompok kita
membutuhkan pencapaian potensi maksimal yang dimiliki. Seni dari kepemimpinan
bersandar pada kemampuan memfasilitasi, memberi kesempatan dan memaksimalkan
setiap bakat yang berbeda dari setiap individu. Jadi jelaslah bahwa kepemimpinan
bukanlah suatu popularitas, bukan kekuasaan, bukan keahlian melakukan
pertunjukkan, dan bukan kebijaksanaan dalam perencanaan jangka panjang. Dalam
bentuk yang paling sederhana kepemimpinan adalah menyelesaikan sesuatu bersama
orang lain dan membantu orang lain dalam mencapai suatu tujuan bersama.

Sepuluh Karakeristik Kepemimpinan Pelayan

Menurut Spears (1996), terdapat sepuluh karakteristik Servant Leadership,


yaitu sebagai berikut:

1. Mendengarkan (Listening). Servant-leader mendengarkan dengan penuh perhatian


kepada orang lain, mengidentifikasi dan membantu memperjelas keinginan kelompok,
juga mendengarkan suara hati dirinya sendiri.

2. Empati (Empathy). Pemimpin yang melayani adalah mereka yang berusaha


memahami rekan kerja dan mampu berempati dengan orang lain.

3. Penyembuhan (Healing). Servant-leader mampu menciptakan penyembuhan


emosional dan hubungan dirinya, atau hubungan dengan orang lain, karena hubungan
merupakan kekuatan untuk transformasi dan integrasi.

4. Kesadaran (Awareness). Kesadaran untuk memahami isu-isu yang melibatkan


etika, kekuasaan, dan nilai-nilai. Melihat situasi dari posisi yang seimbang yang lebih
terintegrasi.

5. Persuasi (Persuasion). Pemimpin yang melayani berusaha meyakinkan orang lain


daripada memaksa kepatuhan. Ini adalah satu hal yang paling membedakan antara
model otoriter tradisional dengan servant leadership.
6. Konseptualisasi (Conceptualization). Kemampuan melihat masalah dari perspektif
konseptualisasi berarti berfikir secara jangka panjang atau visioner dalam basis yang
lebih luas.

7. Kejelian (Foresight). Jeli atau teliti dalam memahami pelajaran dari masa lalu,
realitas saat ini, dan kemungkinan konsekuensi dari keputusan untuk masa depan.

8. Keterbukaan (Stewardship). Menekankan keterbukaan dan persuasi untuk


membangun kepercayaan dari orang lain.

9. Komitmen untuk Pertumbuhan (Commitment to the Growth of People).


Tanggung jawab untuk melakukan usaha dalam meningkatkan pertumbuhan
profesional karyawan dan organisasi.

10. Membangun Komunitas (Building Community). Mengidentifikasi cara untuk


membangun komunitas.

Sepuluh ciri Khas Kepemimpinan Pelayan

Greenleaf, Spear (1996) mengatakan bahwa setidaknya terdapat sepuluh ciri


khas kepribadian yang dipunyai pada seorang pemimpin pelayan yaitu:

1. Mendengarkan ( Listen receptively to what others have to say). Pemimpin


pelayan dapat berusaha mengenali dan memahami dengan jelas kehendak
kelompok. Karena dengan demikian pemimpin dapat dihargai dalam pembuatan
keputusan. Mereka berusaha mendengarkan secara tangga apa yang dikatakan
(dan yang tidak dikatakan)

2. Menerima orang lain dan empati (Acceptance of other and having empathy for
them). Setiap individu tidak ingin kehadiranya dalam sebuah organisasi ditolak.
Untuk itu pemimpin pelayan haruslah dapat menerima seluruh anggota mereka
dan menjadi pendengar yang penuh empati

3. Memiliki komitmen pada pertumbuhan manusia. Sebagai pemimpin pelayan,


mereka yakin bahwa manusia mempnyai nilai yang telah memberikan sumbangan
nyata selama ini. Karenanya, pemimpin pelayan berkomitmen dalam
pertumbuhan manusia baik dalam pertumbuhan pribadi, profesional, dan spiritual

4. Membangun komunitas atau masyarakat ditempat kerja (Building community in


the workplace). komunitas disini mencakup membangun komunitas yang baik
antar karyawan, antar pimpinan dan bawahan dan komunitas masyarkat dan
pelanggan. Dengan terbentuknya komunitas yang nyaman, akan tercipta rasa
saling percaya dan kerjasama yang cerdas dalam suatu tim kerja.

5. Kemampuan meral=malkan (foresight and intuition). kemampuan dimana dapat


memperhintungkan kondisi yang sudah terjadi atau kemungkinan yang akan
terjadi kedepannya. Ini merupakan ciri khas pemimpin dimana dapat memahami
pelajaran dari masa lampau, realita masa sekarang, dan kemungkinan
konsekuensi yang akan diterima kelak.

6. Kesadaran (Awareness and perception). sadar dimana keberadaan orang lain


dapat memperkuat pemimpin pelayanan. Kesadaran juga membantu memahami
etika dan nilai-nla.

7. Kemampuan melayani. Didefinisikan sebagai mampu memegang sesuatu dengan


kepercayaan orang lain. Kepemimpinan pelayan, seperti kemampuan melayani,
yang pertama dan terutama adalah memiliki komitmen untuk melayani kebutuhan
orang lain. Hal ini tentunya menekankan adanya keterbukaan dan kejujuran,
bukan pengendalian dan pengawasan.

8. Membangun kekuatan persuasif (Having highly develoved power of persuasion).


pemimpin pelayan dapat meyakinkan orang lain, bukan karena kedudukanya
disebuah organisasi.

9. Konseptualisasi (An ability to conceptualize and to communicate concepts).


pemimpin diharapkan dapat melihat terhadap suatu masalah dari persepktif
konseptualisasi. Pemimpin pelayan harus mengusahakan keseimbangan yang
rumit antara konseptualisasi dan fokus sehari hari

10. Kemampuan menyembuhkan (ability to exert a healing influence upon individual


and institutions). Pemimpin pelayan harus dapat menyembuhkan diri sendiri dan
orang lain. Banyak orang patah semangat dan menderita karena berbagai masalah
emosional.
Olahraga Membangun Nasionalisme

“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa,
tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi
1963 Bung Karno).

Olahraga merupakan kegiatan fisik yang dilakukan oleh sejumlah orang atau
masyarakat untuk berbagai kepentingan baik itu kepentingan kesehatan, pendidikan,
rekreasi, dan prestasi hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rusli
Lutan dalam bukunya Manusia dan Olahraga, tujuan manusia melakukan aktifitas
fisik atau olahraga adalah pendidikan,rekreasi,kesehatan dan prestasi. Menurut kamus
lengkap bahasa Indonesia, penerbit Gitamedia Press, kata olahraga merupakan kata
kerja yang diartikan gerak badan agar sehat. Sedang menurut para pakar olahraga,
adalah sebuah aktivitas manusia yang bertujuan untuk mencapai kesejahteraan
(sejahtera jasmani dan sejahtera rohani) manusia itu sendiri. Hans Kohn (Sumantri
Mertodipuro,1984 : 11) dikutip dalam internet. Mengatakan bahwa nasionalisme
adalah paham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan
kepada negara kebangsaan. Perasaan yang sangat mendalam akan suatu ikatan yang
erat dengan tanah tumpah darahnya, dengan tradisitradisi setempat dan
penguasa-penguasa resmi di daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan
kekuatan yang berbeda–beda.

Daerah yang telah mengalami konflik peperangan dalam jangka waktu


panjang secara tidak langsung akan mengalami pemudaran rasa nasionalime pada
negaranya, hal ini sesuai dengan pendapat Nasionalisme adalah suatu persatuan
perangai atau karakter yang timbul karena perasaan senasib. Olah raga memiliki
kaitan tersendiri dalam bidang nasionalisme anatara lain seperti pendapat yang
dikemukakan oleh (Bona Beding : 2000: 5 ) dalam bukunya menjelaskan bahwa
olahraga membawa keharuman bangsa Olah raga sejak lama telah menjadi simbolisasi
dari semangat jiwa manusia. Hal ini dianggap nyata dan penting karena dalam
pengolahan tubuh manusia, akan timbul kesadaran untuk berorientasi pada satu
tujuan. Pada cakupan kecil, ia menjadi usaha manusia untuk menjaga kesehatan dan
cara ampuh melawan penyakit serta memaksimalkan raga dan pikiran. Pada cakupan
yang lebih luas, ia mengandung makna yang selalu dikaitkan dengan kemanusiaan,
persaudaraan, dan semangat hidup. Semangat yang universal sekaligus partikular
yang ada dalam olah raga tersebut juga dapat memperkuat rasa kebanggaan dan salah
satu cara ampuh memperkuat nasionalisme. Hal ini dapat dibuktikan dengan fakta
sejarah bagaimana prestasi di bidang olah raga mampu mengangkat derajat, harkat,
dan martabat suatu bangsa. Hal ini dapat dibuktikan dengan fakta sejarah bagaimana
prestasi di bidang olah raga mampu mengangkat derajat, harkat, dan martabat suatu
bangsa meskipun dalam keadaan yang terpuruk. Argentina pernah berhasil
mempecundangi Inggris di Piala Dunia 1986 yang dianggap sebagai pembalasan
dengan cara lain atas kekalahan Argentina oleh Inggris di Perang Malvinas yang
berakibat jatuhnya Kepulauan Malvinas ke negara pulau itu. Argentina kemudian
berhasil meraih juara I pada Piala Dunia tersebut.
Olahraga membuka peluang bagi setiap orang untuk berprestasi dan
mengharumkan nama bangsanya. Dalam semangat HUT kemerdekaan Indonesia yang
ke-69 ini, cita-cita untuk membentuk manusia Indonesia yang tangguh dan berdaya
guna harus menjadi semangat kita dalam upaya membangun bangsa. Olahraga
merupakan bidang yang strategis untuk bisa merajut kembali rasa kebersamaan
bangsa. Tak lekang juga dari ingatan bagaimana kedigdayaan dunia bulu tangkis kita.
Prestasi demi prestasi yang ditorehkan di berbagai ajang bergengsi kelas dunia
membuat atlet bulu tangkis Indonesia menjadi yang paling disegani oleh atlet bulu
tangkis dari negara lain. Meski sekarang prestasi tersebut sudah sangat jauh menurun.
Yang dapat kita palajari dari hal tersebut adalah bagaimana olahraga telah menjadi
alat yang paling efektif untuk mengembalikan kebanggaan kita sebagai bangsa.
Karena itu, tidak salah tentunya jika kita mulai berpikir bahwa olahraga mempunyai
potensi yang sangat besar dalam menjaga semangat nasionalisme. Euforia tak boleh
berhenti menjadi kesenangan sesaat belaka.

Menurut Yukl (1998), risiko terhadap penggunaan strategi-strategi baru


membuat pentingnya para pemimpin untuk mempunyai ketrampilan dan keahlian
untuk melaksanakan strategi-strategi tersebut. Seorang pemimpin perlu memiliki
ketepatan waktu bersifat kritis dan peka terhadap kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai
para pengikut dan juga terhadap lingkungan agar dapat mengidentifikasi sebuah visi
yang inovatif, relevan, tepat waktu dan menarik. Sebagai seorang leader di suatu
Negara, Mandela memiliki ketrampilan dan keahlian tersebut. Hal ini dapat
tergambarkan ketika Mandela melihat peluang besar dan kesempatan emas untuk
menyatukan kembali negaranya melalui tim nasional olahraga rugby Afrika Selatan
dalam kejuaran dunia. Mandela melihat tim Springbooks dapat sebagai perantara
dalam menyatukan negaranya sehingga Mandela mendukung penuh tim nasional
Afrika Selatan “Springbooks”, yang pada akhirnya mampu menorehkan sejarah
menjadi juara di kejuaraan dunia dan pada saat bersamaan seluruh warganya telah
melebur menjadi satu untuk mendukung tim nasional mereka tanpa
mempermasalahkan warna kulit.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan : Intisari dari film ini adalah menggambarkan sosok Nelson
Mandela yang kharismatis dan seorang pemimpin besar yang penuh inspirasi. Dengan
caranya sendiri dan dengan keteguhannya sang pemimpin menjadikan olahraga
sebagai salah satu alat untuk menghapus perbedaan dan menjadi seorang pemimpin
yang sukses menciptakan sebuah kemenangan.

Komunikasi juga merupakan hal yang sangat penting dalam kepemimpinan.


Gaya persuasi yang berwibawa tetapi lembut memberikan suasana lebih nyaman bagi
para pegawai di kantornya untuk bekerja bersama, tergambar dalam film tersebut.
Tidak hanya menyampaikan kata-kata penuh makna, tidak hanya untuk mengutarakan
maksud dan tujuan, tetapi juga mendengarkan orang lain, itu hal yang tidak kalah
penting dalam komunikasi. Mandela mau mendengarkan orang lain, ingin mengenal
setiap hal lebih dekat. Dalam kepemimpinan tidaklah hanya pendapat sendiri atau
mayoritas yang menjadi suara utama, melainkan setiap pandangan adalah berarti.
Seorang pemimpin harus dapat mengidentifikasi potensi-potensi yang dimiliki yang
dapat dimanfaatkan dalam menyelesaikan permasalahan dalam kepemimpinannya,
serta menemukan cara-cara untuk dapat memberikan inspirasi kepada orang lain, baik
oleh dirinya sendiri atau melalui agent of change yang telah ia temu kenali.

Saran : Film Biografi Nelson Mandela ini tentu sangat menginspirasi banyak
kalangan dalam penghapusan diskriminasi. Jika Marx menyebutkan bahwa stratifikasi
yang kemudian menimbulkan gejolak sosial yang terjadi dimasyarakat karena
tingginya disparitas ekonomi antara kaum yang tereksploitasi atau kaum tertindas
(buruh) terhadap kaum pemilik modal atau penindas (borjuis) lambat laun kemudian
akan tersadarkan dan melakukan perlawanan secara massif. Kondisi ini kemudian
tercermin bukan hanya di Afrika Selatan melainkan juga terjadi di repubik ini.
Indonesia perlu melakukan kembali penataan pembangunan yang berbasis kebutuhan
sehingga pemerataan dari ujung barat hingga timur Indonesia menjadi sesuatu hal
yang perlu menjadi perhatian serius bangsa ini. Oleh anak bangsa harapan itu semoga
akan terwujud di bawah kepemimpinan baru selama lima tahun kedepan.
DAFTAR PUSTAKA

Covey, Stephen R.1992.Principle-Centered Leadership. United States of


America:Fireside

Griffin.. 2000. Management, Edisi 2, Jakarta : Erlangga

Riyanti, Sora. 2011. Perskanaka. Bali : LPM Kanaka Fakultas Sastra Universitas
Udayana

Sutanto, Jusuf. 2011. The Dancing Leader. Jakarta : Kompas

Yukl, Gary. 1998. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta : PT Prenhallindo

http://leadhership.blogspot.com/

http://cintaimabar.blogspot.com/p/kepemimpinan-yang-melayani-servant.html

(http://fadluvvita.blogspot.com/p/pudarnya-rasa-nasionalisme-dan.html

http://www.ligamahasiswa.co.id/pupuk-nasionalisme-lewat-olahraga/

Anda mungkin juga menyukai