Anda di halaman 1dari 8

1.

Analisis Putusan 1 ( Pertama )

PUTUSAN
Nomor 20Pid/Sus-Anak/2015/PN.Pdg
Posisinya : N a m a : PARNO PGL. N ( TERDAKWA.)
Tempat lahir : Padang.
Umur / tanggal lahir : 16 tahun / 14 Desember
1999.
Jenis kelamin : Laki-laki.
Kebangsaan : Indonesia.
Tempat tinggal : Kota Padang
A g a m a : Islam.
Pekerjaan : Knek bus kota.
Dakwaan : 1. Menyatakan Anak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana “Dengan Sengaja Melakukan Tipu
Muslihat, Serangkaian Kebohongan, Atau Membujuk Anak
Melakukan Persetubuhan Dengannya” sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam dakwaan kesatu melanggar pasal 81 ayat (2) UU
35 tahun 2014 ttg Perubahan atas UU No.23 tahun 2002 ttg
Perlindungan Anak.
2. Menjatuhkan pidana terhadap Anak dengan pidana penjara selama 2
(dua) tahun 6 (enam) bulan dikurangi selama Anak berada dalam
tahanan dengan perintah Anak tetap berada dalam tahanan denda
sebesar Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) subsidair 3 (tiga) bulan
kurungan.
3. Menetapakan barang bukti berupa :
• 1 helai celana jeans panjang warna merah Hermes;
• 1 helai baju kaos warna hijau tidak ada merek bertuliskan di punggung
PB
Sari Mulya;
• 1 buah Bra (BH) warna ping tidak ada merek;
Dikembalikan kepada anak korban.
• 1 helai celana dasar kain ukuran tiga perempat (hingga lutut) warna
hitam merek Hengseng;
Tuntutan : Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 81 ayat (2)
Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Undang
Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak telah
terpenuhi, maka Anak haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam
dakwaan Kesatu;

Menimbang, bahwa dalam persidangan, Hakim tidak menemukan hal-


hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai
alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka Anak harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya;

Menimbang, bahwa oleh karena Anak mampu bertanggung jawab, maka


harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Anak telah dikenakan
penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan
penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan;

Menimbang, bahwan mengenai barang bukti, Hakim sependapat dengan


Penuntut Umum sebagaimana ditentukan dalam amar putusan ini;

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap diri Anak,


maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang
memberatkan dan yang meringankan Anak;
Keadaan yang memberatkan:
• Perbuatan Anak merusak masa depan korban yang masih anak-anak;
Keadaan yang meringankan:
• Anak mengakui dan menyesali perbuatannya;
• Anak masih muda dan mempunyai kesempatan untuk memperbaiki
diri;
• Anak belum pernah dihukum;

Menimbang, bahwa berdasarkan keadaan yang memberatkan dan


meringankan yang di atas, dihubungkan dengan laporan Hasil Penelitian
Kemasyarakatan Balai Pemasyarakatan Padang yang menyarankan
Anak diputus Pidana Penjara sesuai dengan perbuatan yang telah
dilakukannya, hal bertujuan:
• Agar Klien mendapat pembinaan Kepribadian dan kemandirian untuk
bekal
klien dimasa yang akan datang;
• Agar klien mendapat pengawasan yang lebih ketat sehingga tidak
berbuat tindak pidana yang lebih jauh lagi dimasa yang akan datang;

Menimbang, bahwa sejak 31 Juli 2014 Undang-Undang Nomor 11


Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak telah berlaku, Anak
tidak diperlakukan sebagaimana ketentuan peralihan Undang-Undang
Sistem Peradilan Pidana Anak;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan orang tua Anak yang masih


mampu untuk membimbing dan mendidik Anak dimasa yang akan
datang;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut


di atas, Hakim akan menjatuhkan pidana penjara kepada Anak yang
lamanya sebagaimana akan ditentukan dalam amar putusan ini;
Mengingat Pasal Pasal 81 ayat (2) Undang-undang Nomor 35 tahun
2014 tentang Perubahan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak serta peraturan lain dari Undang-undang yang
bersangkutan

Amar Putusan : 1. Menyatakan Anak tersebut diatas, terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Dengan sengaja
melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan atau
membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya”
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan kesatu
melanggar pasal 81 ayat (2) Undang-undang Nomor 35 tahun
2014 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 23 tahun 2002
tentang Perlindungan Anak”;
2. Menjatuhkan pidana kepada Anak oleh karena itu dengan
pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 10 (sepuluh) bulan dan
denda sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dengan
ketentuan apabila denda tidak dibayar harus diganti dengan
pidana kurungan selama 2 (dua) bulan;

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah


dijalani Anak dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan;

4. Memerintahkan Anak tetap berada dalam tahanan;

5. Menetapkan barang bukti berupa:


• 1 helai celana jeans panjang warna merah Hermes;
• 1 helai baju kaos warna hijau tidak ada merek bertuliskan di
spunggung PB
Sari Mulya;
• 1 buah Bra (BH) warna ping tidak ada merek;
Dikembalikan kepada anak korban ;
• 1 helai celana dasar kain ukuran tiga perempat (hingga lutut)
warna
hitam merek Hengseng;
• 1 helai karpet berbulu warna abu abu dengan lebar 1 meter dan
panjang
lebih kurang 2 meter;
• 1 helai kain sarung motif petak petak warna hijau abu abu dan
hitam;
Dikembalikan kepada Anak ;

6. Membebankan Anak membayar biaya perkara sejumlah


Rp2.000,00- (dua ribu rupiah);
Analisis Kriminologi :
Teori Kriminologi yang di Gunakan
Teori Assosiasi Differensiasi yang mana pelaku ( Terdakwa) dalam kasus di atas melanggar
norma hukum dengan mempelajari kejahatan sesungguhnya yaitu Terpedaya atau mencoba
melakukan hubungan intim dengan maksud dorongan rasa suka (tipu muslihat) karena korban
dan pelaku dahulunya berpacaran.
Kejahatan Perkosaaan Secara Yuridis
Ditinjau dari segi yuridis perkosaan itu diatur dalam pasal 285 KUHP yaitu sebagai berikut
“Barang siapa dengan kekerasan atau anacaman memaksa seseorang wanita bersetubuh dengan
dia diluar pernikahan, diancam melakukan perkosaan dengan pidana paling lama dua belas
tahun”.
Berdasarkan Pasal 285 KUHP ada empat unsur yang harus dipenuhi pada delik perkosaaan
yaitu :
a. Pelaku adalah laki-laki yang dapat melakukan persetubuhan.
b. Korban yakni perempuan yang bukan istrinya
c. Adanya kekerasan atau ancaman kekerasan
d. Terjadinya persetubuhan
Unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 285 KUHP tersebut berlaku secara komulatif artinya
untuk dapat dikatakan melakukan suatu perkosaan harus memenuhi keempat unsur tersebut.
Jenis Perkosaan Menurut Kriminologi dalam kasus di atas
Meskipun banyak mengenai jenis perkosaan terhadap korban tetapi kesimpulan yg saya dapat
mengenai kasus di atas ialah Seductiv rape, yang terjadi pada situasi yang “merangsang” yang
diciptakan kedua belah pihak. Seductive rape Pemerkosaan yang terjadi karena pelaku merasa
terangsang nafsu birahi,dan ini bersifat sangat subyektif. Biasanya tipe pemerkosaan seperti ini
terjadi justru diantara mereka yang sudah saling mengenal, misalnya pemerkosaan oleh pacar,
teman, atau orang-orang terdekat lainnya. Faktor pergaulan atau interaki sosial sangat
berpengaruh pada terjadinya pemerkosaan.
Masalah Korban Kejahatan Perkosaan
a. Kerugian materil yaitu kerugian yang diderita si korban dalam hal itu (materil) yang berupa
penderitaan fisik, misalnya dalam hal ini kerusakan pada barang atau luka yang diderita oleh
korban (luka memar, luka robekan) dan lain-lain.
b. Kerugian immaterial yaitu kerugian yang sangat sulit diperkirakan secara material bahkan
sagat sulit untuk disembuhkan sebab hal ini berkaitan dengan perasaan si korban. Misalnya
kepercayaan diri si korban terutama terhadap korban kesejahteraan perkosaan, juga hilangnya
kepercayaan terhadap masyarakat dan ketertiban umum.
Penyebab-penyebab yang mempengaruhi dalam kasus tersebut dalam penegakan hukum ini
tercantum pada masyarakat sekarang, yang banyak Terperdaya melakukan perbuatan semena-
mena untuk memanfaatkannya. Oleh sebab itu para penegak hukum melakukan tindakan sesuai
hukum yang berlaku di indonesia yang tercantum dalam pasal dibawah ini:
Pasal 81 1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa anak melakkukan persetubuhan dengannya ataau dengan orang lain, di pidana
penjara paling lama 15 (lima belas ) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam
puluh juta rupiah). 2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula
bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau
membujuk anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain
Pasal 82 Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan, memaksa, melakukan tipu
muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan
melakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun
dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah) dan paling sedikit Rp. 60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). Pasal 83 Setiap orang
yang memperdagangkan, menjual atau menculik anak untuk diri sendiri atau untuk dijual,
dipidana dengan pidana paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan
denda paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp.
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
Tindak pidana sebagaiman dimaksud dalam pasal diatas dilakukan oleh Anak , maka pidana
dapat dijatuhka kepada Anak dengan mengenakan pasal 82 dengan ancaman teringan.
2. Analisis Putusan 2 ( Kedua )

PUTUSAN
Nomor :560/Pid.SUS/2016/PN Mdn.

Posisinya : 1. Nama lengkap anak : MUHAMMAD ALDI


2. Tempat lahir : Medan
3. Umur/tanggal lahir : 15 Tahun/ 01 Juni 2001
4. Jenis kelamin : Laki-laki
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Tempat tinggal : Jl. Pintu Air IV Gg Mesjid Kel. Kwla
Bekala Kec. Medan Johor.
7. Agama : Islam
8. Pekerjaan : Pelajar
9. Pendidikan : SMK Kelas 1

Dakwaan : 1. Menyatakan terdakwa MUHAMMAD ALDI telah terbukti


bersalah melakukan tindak pidana “ Pencurian dengan
kekerasan” melanggar pasal 365 ayat (2) ke 2 KUH Pidana.
2. Menjatuhkan pidana terhadap diri terdakwa dengan pidana
penjara selama 1 (satu) tahun dikurangi selama terdakwa
menjalani tahanan sementara;
3. Menetapkan jika terdakwa dipersalahkan dan dijatuhi pidana,
agar terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp.
2.000,- ( dua ribu rupiah ) ;
Tuntutan : 1. Menyatakan Anak MUHAMMAD ALDI telah terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
PENCURIAN DENGAN KEKERASAN SECARA
BERSAMA-SAMA ;
2. Menjatuhkan pidana kepada Anak MUHAMMAD ALDI oleh
karena itu dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh bulan ) ;
3. Memerintahkan agar pidana tersebut tidak usah dijalani oleh
Anak , kecuali jika dikemudian hari berdasarkan putusan Hakim
Anak terbukti bersalah melakukan suatu perbuatan yang dapat
dipidana sebelum lewat masa percobaan selama 1 (satu ) tahun ,
dan Anak MUHAMMAD ALDI dilarang merokok selama
menjadi pelajar sekolah SMK .
4. Membebankan Anak untuk membayar biaya perkara sejumlah
Rp 2.000,- ( dua ribu rupiah );

Amar Putusan : 1. Menyatakan Anak MUHAMMAD ALDI telah terbukti secara


sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
PENCURIAN DENGAN KEKERASAN SECARA
BERSAMA-SAMA;
2. Menjatuhkan pidana kepada Anak MUHAMMAD ALDI oleh
karena itu dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh bulan );
3. Menetapkan agar pidana tersebut tidak usah dijalani oleh
Anak, kecuali jika Anak telah melakukan perdamaian dalam
bentuk tertulis dengan Anak Korban atau dengan keluarga Anak
Korban;
4. Membebankan kepada Anak untuk membayar biaya perkara
di kedua tingkat peradilan yang dalam tingkat banding sebesar
Rp 2.000,00 (dua ribu rupiah) ; Demikian diputuskan pada hari
ini Rabu tanggal 22 Februari 2017 oleh Hakim Anak Tingkat
Banding DALIUN SAILAN, SH., MH pada Pengadilan Tinggi
Medan berdasarkan penetapan an. Ketua Pengadilan Tinggi
Medan Wakil Ketua Nomor : 6/PID.SUS-
ANAK/2017/PT.MDN tanggal 7 Pebruari 2017
Analisis Kriminologi :
Teori Kriminologi yang di Gunakan
Dalam kasus di atas saya lebih condong ke Teori Sosiologi (Mazhab Lingkungan) Teori ini
dikemukakan oleh A. Lacassagne yang menerangkan bahwa kejahatan terjadi adanya faktor
lingkungan dan aliran mazhab Antropologi. Teori ini menekankan sebab musahab kejahatan
adalah gejala sosial, bukan gejala patologis. Dimana pelaku di sini melakukan kejahatan berupa
pencurian dengan kekerasan yang sampai mengakibatkan kmeatian di sebabkan oleh
lingkungan berupa di sekitarnya melakukan kejahatan yang sama. Dan dalam hal ini di barengi
dengan tidak adanya pengawasaan orang tua terdakwa.
Faktor-faktor penyebab terjadinya kejahatan pembunuhan
Faktor Internal :
a. Faktor kesalahpahaman
Dalam kasus di atas pembunuhan terjadi karena kesalapahaman yang berbuntut cekcok antar
anak dan berujung pada perkelahian yang menimbulkan kematian. Kesalahpahaman sering kali
diawali dengan kurangnya komunikasi dan penjelasan antara satu dengan lainnya. Kesalah
pahaman biasanya terjadi karena ego yang sangat tinggi dari setiap individu sehingga
menimbulkan masalah hingga memicu terjadinya tindak pidana.
b. Faktor emosi yang labil Anak pada masa remaja merupakan masa yang sangat labil
emosinya. Memiliki emosi yang labil dalam menangkap informasi dan ingin mewujudkan
keinginan hati seringkali tanpa berfikir dahulu apakah perbuatan yang dilakukannya
merupakan perbuatan yang baik atau buruk dan dampak yang akan ditimbulkan dari suatu
perbuatan tersebut dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain.
a. Faktor kurangnya pengawasan orang tua Kurangnya pengawasan orang tua merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan anak melakukan 9 kriminalitas. Akibat kurangnya
pengawasan orang tua membuat anak tersebut dengan leluasa melakukan kegiatan-kegiatan
yang menimbulkan kesan negatif dalam masyarakat. Maka dari itu pengawasan orang tua
sangatlah dibutuhkan dalam memperhatikan perilaku dan kegiatan yang dilakukan anak sehari-
harinya.
Upaya Penanggulangan Terhadap Anak Yang Melakukan Kejahatan Pembunuhan
Upaya penanggulangan kejahatan dapat dilakukan dengan upaya preventif dan upaya
represif. Penanggulangan kejahatan upaya preventif adalah upaya yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya kejahatan itu terjadi. melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah
memberikan informasi akan bahaya tindakan kriminalitas yang dilakukan kelompok anak
salahsatunya.
Upaya represif adalah suatu upaya penanggulangan kejahatan bila kejahatan itu sudah terjadi.
pembunuhan yang dilakukan anak mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, baik menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang
Nomor 12 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, dan PP Nomor 65 tahun
2015 Tentang Pelaksanaan Diversi dan Penanganan Anak Yang Belum 12 (dua belas) Tahun.
Apabila upaya Diversi menemui kata sepakat antara kedua belah pihak yaitu antara pihak
korban dan pelaku dan tidak ada perlawanan dari pihak manapun.

Anda mungkin juga menyukai