Dasar Pemuliaan Tanaman
Dasar Pemuliaan Tanaman
PAPER
OLEH:
FAKULTAS PERTANIAN
2019
“PINDAH SILANG DAN PEMETAAN KROMOSOM PADATANAMAN
PAPER
OLEH:
Paper Sebagai Salah Satu Syarat Masuk Untuk Dapat Memenuhi Komponen
Penilaian Pada Praktikum di Laboratorium Budidaya Tanaman Unit Dasar
Agronomi Program Studi Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara
Diperiksa Oleh
Asisten Koordinator
FAKULTAS PERTANIAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada
waktunya.
Adapun judul paper ini adalah “Interaksi Gen Pada Tanaman Kedelai
(Glycine max L.) Terhadap Cekaman Alumunium” yang merupakan salah satu
syarat untuk dapat membuat paper pada praktikum di Laboratium Budidaya
Tanaman Unit Dasar Agronomi Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan penulis agar
dapat menjadi semakin baik untuk kedepannya.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga paper ini dapat
berguna bagi pihak yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penulisan
Kegunaan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman Mangga (Mangifera indica L.)
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanah
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui interaksi gen
yang terjadi pada tanaman kedelai (Glycine max L.) terhadap cekaman
alumunium.
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan penulisan paper ini adalah sebagai suatu syarat
untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan
Tanaman, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara dan sebagai sumber referensi bagi pihak yang membutuhkan.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Akar tanaman kedelai terdiri dari dua macam yaitu akar tunggang dan akar
sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Kedelai juga sering kali
membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada
umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu misalnya kadar air tanah
yang terlalu tinggi (Adisarwanto, 2008).
Batang tanaman kedelai berasal dari poros embrio yang terdapat pada biji
masak. Hipokotil merupakan bagian terpenting pada poros embrio, yang
berbatasan dengan bagian ujung bawah permulaan akar yang menyusun bagian
kecil dari poros bakal akar hipokotil. Bagian atas poros embrio berakhir pada
epikotil yang terdiri dari dua daun sederhana yaitu primordia daun bertiga pertama
dan ujung batang (Sumarno et al., 2007).
Daun kedelai terbagi menjadi empat tipe, yaitu kotiledon atau daun biji,
dua helai daun primer sederhana, daun bertiga, dan profila. Bentuk daun kedelai
adalah lancip, bulat, dan lonjong, serta terdapat perpaduan bentuk daun misalnya
antara lonjong dan lancip. Sebagian besar bentuk daun kedelai yang ada di
Indonesia adalah berbentuk lonjong dan hanya terdapat satu varietas (Argopuro)
berdaun lancip (Adie dan Krisnawati, 2007).
Bunga kedelai termasuk sempurna karena pada setiap bunga memiliki alat
reproduksi jantan dan betina. Penyerbukan bunga terjadi pada saat bunga masih
tertutup sehingga kemungkinan penyerbukan silang sangat kecil, yaitu hanya
0,1%, warna bunga kedelai ada yang ungu dan putih. Potensi jumlah bunga yang
terbentuk bervariasi, tergantung dari varietas kedelai, tetapi umumnya berkisar
antara 40 – 200 bunga pertanaman. Hanya saja, umumnya di tengah masa
pertumbuhannya, tanaman kedelai kerap kali mengalami kerontokan bunga hal ini
masi di kategorikan wajar bila kerontokan yang terjadi berada pada kisaran 20 –
40 %. (Adisarwanto, 2008).
Buah atau polong kedelai berbentuk pipih dan lebar yang panjangnya 5
cm, warnah polong kedelai bervariasi, bergantung pada varietasnya. Ada yang
berwarnah cokelat muda, cokelat, cokelatkehitaman, putih dan kuning kecokelatan
(warna jerami). Disamping itu permukaan polong mempunyai struktur bulu yang
beragam, warna bulu polong juga bervariasi, bergantung pada varietasnya. Ada
yang berwarna cokelat, abu – abu, cokelat tua, cokelat kuning, dan putih. Polong
kedelai bersusun bersegmen – segmen yang berisi biji. Jumlah biji dalam polong
bervariasi antara 1 – 4 buah, bergantung pada panjang polong. Pada polong yang
berukuran panjang, jumlah bijinya lebih banyak jika dibandingkan dengan polong
yang pendek (Cahyono, 2007).
Bentuk biji kedelai tidak sama tergantung kultivar, ada yang berbentuk
bulat, agak gepeng, atau bulat telur. Namun sebagian, besar biji kedelai berbentuk
bulat telur. Ukuran dan warna biji kedelai juga tidak sama, tetapi sebagian besar
berwarna kuning dengan ukuran biji kedelai yang dapat digolongkan dalam tiga
kelompok, yaitu biji kecil (< 10 g/100 biji), berbiji sedang ( 10 – 12 gram/100 biji,
dan berbiji besar (13 – 18 gram/100 biji) (Adisarwanto, 2008).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanah
Tanaman kedelai dapat tumbuh pada tanah yang hampir jenuh (kapasitas
lapang) asal tidak terjadi penggenangan, terutama pada awal stadia vegetatif. Pada
15 dasarnya kedelai adalah tanaman aerobik, yang lebih sesuai pada tanah yang
agak lembab dengan kadar kelembaban 70-80% kapasitas lapang, tanah
berdrainase baik tetapi memiliki daya pengikat air yang baik, oleh karena itu,
tanah dengan tekstur berliat dan berdrainase baik, atau tanah lempung berpasir
yang kaya bahan organik, sangat sesuai untuk tanaman kedelai (Sumarno dan
Manshuri, 2007).
Untuk dapat tumbuh dengan baik, kedelai menghendaki tanah yang subur,
dan kaya akan humus serta bahan organik dengan pH 6-7. Bahan organik yang
cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah tanah dan merupakan sumber
makanan jasad renik yang akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan
tanaman (Yenita, 2002).
Keadaan pH tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai berkisar
antara 5,5-6,5. Selain mempengaruhi penyerapan hara oleh perakaran tanaman,
tanah masam (pH tanah 4,6-5,5) juga mempengaruhi kemampuan penetrasi
bakteri Rhizobium ke perakaran tanaman untuk membentuk bintil akar. Pada
tanah dengan nilai pH lebih dari 7, kedelai sering menampakkan gejala klorosis
karena kekurangan hara besi (Masruroh, 2008).
Penyimpangan semu ini terjadi karena adanya 2 pasang gen atau lebih
saling mempengaruhi fenotipe suatu individu. Peristiwa pengaruh-memengaruhi
antara 2 pasang gen atau lebih disebut interaksi gen. Perbedaan perubahan rasio
fenotipe bergantung pada macam interaksi gennya. Jadi interaksi gen terjadi di
antara gen yang berbeda alel. Dibandingkan dengan pewarisan Mendel terjadi di
antara gen pada alel yang sama atau gen pada kromosom yang sehomolog
(Cowder, 2000).
Saat ini konsumen lebih suka terhadap kedelai berbiji besar. Oleh karena
itu, perlu dilakukan pengembangan varietas kedelai berbiji besar untuk kesesuaian
budidaya di tanah masam. Keragaman genetik kedelai untuk sifat berbiji besar dan
toleran aluminium masih relatif rendah sehingga perlu dilakukan persilangan
antara varietas toleran tanah masam (Tanggamus) dengan varietas peka tanah
masam berbiji besar (> 14 g per 100 biji), yaitu Argomulyo untuk memperoleh
galur yang toleran tanah masam berbiji besar (Deptan, 2012).
Toleransi kedelai terhadap tanah masam dikendalikan oleh aksi gen aditif
yang juga dipengaruhi aksi gen epistasis. Pewarisan sifat jumlah polong kedelai di
tanah masam dikendalikan oleh aksi gen epistasis. Aksi gen epistasis berperan
penting dalam adaptasi tanaman terhadap cekaman abiotik seperti cekaman
aluminium (Phillips,2008).
Adie, M. dan Krisnawati, A. 2007. Biologi Tanaman Kedelai. Balai Penelitian Kacang
kacangan dan Umbi-umbian (BALITKABI). Malang
Andrianto, T. T dan N. Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani; Kedelai,
Kacang Hijau, Kacang Panjang. Cetakan Pertama. Penerbit Absolut, Yogyakarta.
Hal. 9-92. Dalam Skripsi M. Ikmal Tawakkal. P. 2009. Respon Pertumbuhan dan
Hasil Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max L) Terhadap Pemberian
Pupuk Kandang Kotoran Sapi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Anggraito, Y.U. 2012. Transformasi genetik Nicotiana benthamiana L., dan kedele
dengan gen MaMt2 penyandi metallothionein tipe II dari Melastoma
malabathricum L. Disertasi S3, Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor
Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2000. Biologi. Edisi 8. Penerbit Erlangga;
Jakarta.
Cowder, L. V. 2000. Genetika Tumbuhan. Edisi ke-5. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
Hairiah. 2000. Pengenalan tanah masam secara biologi: refleksi pengalaman dari
Lampung Utara. Bogor: World Agroforestry Center.
Hanum, C., Wahju Q., Mugnisjah., Sudirman Yahya., Didy Sopandie,. Komaruddin
Idris., dan Asmarlaili Sahar.2009. Penapisan kedelai toleran cekaman alumunium
dan kekeringan. Forum Pascasarjana Vol. 32 No. 4 Oktober 2009: 295-305
Masruroh, S. 2008. Uji cekaman garam ( NaCl ) pada perkecambahan beberapa kultivar
kedelai ( Glycine Max (L). Merrill ). Skripsi. Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Malang.
Phillips, P.C. 2008. Epistasis, the essential role of gene interactions in the structure and
evolution of genetic systems. Nat. Rev. 9:855-867.
Roy, D. 2000. Plant Breeding: Analysis and Exploitation of Variation. Narosa, New
Delhi.
Silva, S., O.P. Carnide, P.M. Lopes, M. Matos, H.G. Pinto, C. Santos. 2012. Zonal
responses of sensitive vs tolerant wheat roots during Al exposure and recovery.
J.Plant Physiol. 169:760-769.
Sopandie, D., M. Jusuf, & T.D. Setyono 2000. Adaptasi kedelai (Glycine max Merr.)
terhadap cekaman pH rendah dan aluminium. Analisis pertumbuhan akar.
Comm. Ag. 5(2) :61-69.
Suharsono dan M. Yusuf. 2006. Isolasi dan karakterisasi gen-gen yang berhubungan
dengan toleransi tanaman terhadap pH rendah dan aluminium tinggi. Laporan
Penelitian HPTP. LPPM-Institut Pertanian Bogor.
Sumarno dan A. G. Manshuri. 2007. Persyaratan Tumbuh dan Wilayah Produksi Kedelai
di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. 74
105.
Sumarno, Suyamto, Widjono, A., Hermanto, dan Kasim, H. 2007. Kedelai: Teknik
Produksi dan Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Bogor. 512 hlm.
Tim Dosen. 2010 ., Genetika Dasar . Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, UNIMED ,Medan.
Wibowo, Ari.2012. Uji chi-square pada statistika dan SPSS. Staf Pengajar STMIK Sinar
Nusantara Surakarta.Jurnal Ilmiah SINUS , Vol 37-46, January 2019.
Yenita. 2002. Respon tanaman kedelai (Glycine Max (L.) Merrill.) terhadap Gibberellic
Acid (GA3) dan Benzyl Anmino Purine (BAP) pada Fase Generatif. Skripsi.
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.