Bab 1-4 Mini Survey Dina Skesehatan Deli Serdang
Bab 1-4 Mini Survey Dina Skesehatan Deli Serdang
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan data dari poli umum Bandar Khalipah, kecamatan Percut Sei Tuan,
kunjungan penderita diabetes mellitus untuk tahun 2017 adalah sebagai berikut:
TABEL 1.2 DATA PENYAKIT DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA
BANDAR KHALIPAH
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
Perilaku yaitu suatu respon seseorang yang dikarenakan adanya suatu stimulus/
rangsangan dari luar. Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku tertutup (covert
behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup merupakan respon
seseorang yang belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Sedangkan perilaku
terbuka merupakan respon dari seseorang dalam bentuk tindakan yang nyata sehingga
dapat diamati lebih jelas dan mudah (Fitriani, 2012).
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
24 DESEMBER 2018 S/D 05 JANUARI 2019 Hal. 5
LAPORAN KEGIATAN
MINI SURVEI DI PUSKESMAS BANDAR KHALIPAH
2. Memahami (Comprehansion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
3. Aplikasi ( Aplication)
Aplikasi diartikan suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis ( Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu
struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,
seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis yaitu menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun informasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,
dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
penilaian itu berdasarkan suatu cerita yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan criteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapata
menanggapi terjadinya diare di suatu tempat dan sebagainya
(Notoadmodjo, 2012).
Sikap adalah merupakan suatu reaksi atau respon seseorang yang masih
tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Allport (2015), menjelaskan bahwa sikap ini mempunyai 3 komponen
pokok yaitu:
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obejk.
Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersamaan membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan
dan emosi memegang peranan penting (Notoadmodjo, 2012).
Dalam kegiatan lain allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga
komponen : kepercayaan (keyakinan), kehidupan emosional atau evaluasi emosional
terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara
bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Seperti halnya pengetahuan, sikap ini
terdiri dari berbagai tingkat, yaitu :
Menerima, diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan.
Merespon, memberikan jawaban apabila ditanya dan mengerjakan tugas
yang diberikan.
Menghargai, mengajak orang lain untuk mengerjakan suatu masalah.
Bertanggungjawab, sikap yang paling tinggi yaitu bertanggungjawab
atas segala seseuatu yang dipilihnya dengan segala risikonya.
2.2.2. Epidemiologi
Berdasarkan data global status report organisasi kesehatan dunia (WHO) pada
tahun 2013 menyatakan, Diabetes Mellitus menduduki peringkat ke-6 sebagai
penyebab kematian pada kategori penyakit tidak menular ( WHO 2013).
Menurut IDF Atlas 2012, penderita diabetes di seluruh dunia mencapai 371 juta
orang. Indonesia masuk dalam urutan ke-7 negara dengan penderita diabetes
terbanyak. Posisi pertama adalah china dengan 92,3 juta penderita, India sebanyak 63
juta jiwa, Amerika Serikat 24,1 juta jiwa dan Indonesia dengan jumlah penderita
diabetes sebanyak 7,6 juta orang pada rentang usia sekitar 20-79 tahun. Angka ini
diperkirakan akan terus meningkat mencapai 552 juta penderita diabetes di Indonesia
pada tahun 2030 (IDF Atlas 2012).
Ironisnya, hanya 50% dari penderita diabetes di Indonesia menyadari bahwa
mereka menderita diabetes, dan hanya 30% dari penderita melakukan pemeriksaan
secara teratur. Sementara di Medan,penyakit Diabetes Mellitus menempati urutan
pertama dalam tabel penyakit yaitu diatas penyakit jantung koroner.
2.2.3 Klasifikasi
KKS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA
24 DESEMBER 2018 S/D 05 JANUARI 2019 Hal. 9
LAPORAN KEGIATAN
MINI SURVEI DI PUSKESMAS BANDAR KHALIPAH
1) Proses autoimun
2) Idiopatik
•Endokrinopati
•Infeksi
Diabetes mellitus •Imunologi
2.2.5 Patogenesis
Resistensi insulin, gangguan sekresi insulin dan abnormalitas metabolik
menjadi kunci dari perkembangan penyakit diabetes m elitus tipe 2. Pada tahap awal,
toleransi glukosa hampir normal karena sel-sel beta pankreas mengkompensasi dengan
meningkatkan produksi insulin. Seiring dengan meningkatnya resistensi insulin, sel
beta pankreas tidak lagi dapat memperta hankan kondisi hiperinsulinemia (Colledge et
al, 2014). Akibatnya, terjadi gangguan toleransi glukosa yang ditandai dengan
peningkatan glukosa postprandial (Marieb et al, 2014). Penurunan sekresi insulin dan
peningkatan produksi glukosa hati yang terus menerus, akan berlanjut pada diabetes
dan disertai dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa (Conroy et al, 2015).
Resistensi Insulin
Penurunan kemampuan insulin untuk bekerja secara efektif pada jaringan target
terutama otot rangka dan hepar merupakan gambaran utama diabetes melitus tipe2 dan
merupakan kombinasi antara faktor genetik dan obesitas. Mekanisme pasti mengenai
resistensi insulin pada diabetes melitus tipe 2 masih belum diketahui (Colledge et
al.,2014).
Penurunan reseptor insulin dan aktivitas tirosin kinase pada otot rangka
merupakan efek sekunder hiperinsulinemia. Mekanisme resistensi insulin umumnya
terjadi akibat gangguan persinyalan post-receptor (PI-3-kinase) yang mengurangi
translokasi glucose transporter (GLUT) 4 ke membran plasma (Harrison, 2013).
Terdapat tiga hal yang berperan dalam resistensi insulin terkait obesitas, yaitu :
• Adipokin
Leptin dan adiponektin meningkatkan kepekaan insulin, sedangkan
resistin meningkatkan resistensi terhadap insulin.
Abnormalitas Metabolik
2.2.7 Diagnosis
Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO sensitive dan spesifik
disbanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini
memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan
dalam pratek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.
2.2.8 Penatalaksanaan
Diabetes melitus tipe 2 fase awal dapat ditangani dengan diet dan olahraga
tetapi seiring dengan berkembangya perjalanan penyakit diabetes melitus tipe dua ini
intervensi medika mentosa menjadi perlu untuk menangani hiperglikemia.
Penatalaksanaan Non-Farmakologi
Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan farmakologi dalam rangka untuk menurunkan kadar gula
darah adalah perlu apabila perubahan gaya hidup dan diet gagal untuk
mencapai atau mempertahankan kontrol glikemik n ormal (Gilby, 2015).
Obatan antidiabetik dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu, oral dan suntikan.
• Metformin
Metformin adalah dari golongan insulin-sensitizing agents dimana ia
tidak menstimulasi perlepasan insulin dari pankreas sebaliknya hanya
meningkatkan sensitivitas hepar terhadap insulin. Metformin menurunkan
kadar glukosa darah tanpa menyebabkan hipoglikemi dengan cara meransang
pembentukan cadangan glikogen di otot rangka.
• Thiazolidinedione (TZD)
TZD juga adalah dari golongan insulin-sensitizing agents dan berfungsi
sebagai Peroxisome Proliferator Activated Receptor-gamma(PPARγ) agonist.
TZD meningkatkan sensivitas insulin dengan cara menstimulasi reseptor
• Sulfonilurea
Obatan sulfonilurea menstimulasi sekresi insulin dari sel beta
pankreas untuk memberikan kesan hipoglikemi langsung. Obatan golongan ini
berikatan dengan reseptor sulfonilurea pada sel beta pankreas. Hal ini
menyebabkan ATP-sensitive potassium channel menutup dan menyebabkan
influks kalsium ke dalam sel dan menyebabkan pengaktifan protein yang
mengontrol granul insulin melalui aktivasi dari protein kinase C.
• Analog Meglitidine
Analog meglitidine menstimulasi fase pertama dari perlepasan insulin.
Sama seperti golongan sulfonilurea, golongan analog megdlitidine ini berikatan
dengan reseptor sulfonilurea pada sel beta pankreas. Obatan golongan ini dapat
diberikan secara kombinasi dengan agen hipoglikemi yang lain kecuali
sulfonilurea kerana cara keduanya akan berikatan pada reseptor yang sama.
• Terapi GLP-1
GLP-1 dihasilkan dari gene proglukagon di L-cell pada usus halus dan
disekresikan sebagai respons terhadap nutrisi. GLP-1 memberikan efek dengan
cara menstimulasi perlepasan glucose-dependent insulin dari sel islet pankreas.
2.2.9 Komplikasi
Komplikasi DM Terbagi kepada dua yaitu (Powers, 2012):
• Akut
• Kronik
1. Komplikasi DM akut adalah:
• Keto Asidosis Diabetik
• Hiper Osmolar Non Ketotik
• Hipoglikemia
2. Komplikasi DM Kronik terbagi kepada dua:
• Vaskular
• Non vaskular
Vaskular
1. Makro : PJK,stroke, penyakit pembuluh darah tepi
2. Mikro: Retinopati, nefropati, neuropati
Non vaskular
• Gangguan ereksi
• Gastroparesi
• Kelainan kulit
2.2.10 Pencegahan
Menurut PERKENI (2015), pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 terdiri dari
pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
• Pencegahan Primer
2. Diet sehat
Diet sehat meliputi :
Tabel 2.3 Bahan Makanan Yang Dianjurkan dan Yang Tidak Dianjurkan
Bahan Makanan Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Sumber Karbohidrat Karbohidrat kompleks Karbohidrat sederhana
seperti: nasi, jagung, ubi, seperti: gula pasir, gula
singkong, talas, kentang, merah, sirup, kue yang
sereal. manis.
Sumber protein hewani Daging tidak berlemak, Daging berlemak, daging
ayam tanpa kulit, ikan, kambing, daging yang
telur, daging asap, susu diolah dengan santan
dan keju rendah lemak. kental, digoreng, jeroan,
susu fullcream, susu kental
manis.
3. Latihan jasmani :
a. Latihan jasmani teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah,
mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat
meningkatkan kadar kolesterol HDL.
b. Latihan jasmani yang dianjurkan, yaitu kerjakan sedikitnya selama
150 menit/minggu dengan latihan aerobik sedang (mencapai 50-70%
denyut jantung maksimal), atau 90 menit/minggu dengan latihan
aerobik berat (mencapai denyut jantung>70% maksimal). Latihan
jasmani dibagi menjadi 3-4 x aktivitas/minggu.
4. Menghentikan merokok
Merokok merupakan salah satu risiko timbulnya gangguan
kardiovaskular Meskipun merokok tidak berkaitan secara langsung
dengan timbulnya intoleransi glukosa, tetapi merokok dapat memperberat
komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM tipe2.
• Pencegahan Sekunder
Ditujukan pada orang yang sudah positif menderita DM (terutama pasien baru)
sebagai upaya penghambatan terjadinya penyulit penyakit. Penyulit penyakit yang
paling sering adalah masalah kardiovaskular. Pencegahan dilakukan dengan cara
pemberian pengobatan serta deteksi dini terhadap penyulit tersebut. Peran penyuluhan
sangat besar terhadap suksesnya pencegahan di tahap ini karena berpengaruh terhadap
kepatuhan pasien kepada program pengobatan.
• Pencegahan tersier
Ditujukan kepada pasien DM yang sudah menderita penyulit penyakit dalam
upaya untuk melakukan penghambatan terhadap terjadinya kecacatan lebih lanjut.
Upaya rehabilitasi dilakukan secepat mungkin untuk mencegah kecatatan tersebut
menetap.
glukosa. Kadar glukosa yang rendah (hipoglikemi) dapat dicegah dengan pelepasan
dari simpanan glikogen hati yang besar melalui jalur glikogenolisis (perubahan dari
glikogen menjadi glukosa) dan sintesis glukosa darin laktat, gliserol, dan asam amino
dihati melalui jalur glikoneogenesis dan melalui pelepasan asam lemak dari simpanan
jaringan adiposa apabila pasokan glukosa tidak mencukupi.
Kadar glukosa yang tinggi (hiperglikemi) dapat dicegah melalui perubahan
glukosa menjadi glikogen dan perubahan glukosa menjadi triasilgliserol dijaringan
adiposa. Keseimbangan anatar jaringan dalam menggunakan dan menyimpan glukosa
selama puasa dan makan terutama dilakukan melalui kerja hormone homeostasis
metabolik yaitu insulin dan glucagon (Ferry R, 2013).
yang sangat penting. Hasil pemantauan tersebut digunakan untuk menilai manfaat
pengobatan dan sebagai pegangan penyesuaian diet, latihan jasmani, dan obat-obatan
untuk mencapai kadar gula darah yang normal (Nabyl, 2012).
Tujuan pengelolaan Diabetes Melitus secara umum adalah:
1. Menghilangkan gejala Diabetes Melitus
2. Menciptakan dan mempertahankan rasa sehat
3. Memperbaiki kualitas hidup
4. Mencegah komplikasi akut dan kronik
5. Mengurangi laju perkembangan komplikasi yang telah terjadi
6. Mengurangi kematian
7. Mengobati penyakit penyerta bila ada
Pemeriksaan glukosa darah secara berkala penting dilakukan untuk
mengetahaui perkembangan sasaran terapi Diabetes dan melakukan penyesuaian dosis
obat, bila sasaran belum tercapai (Nabyl, 2012).
Pemeriksaan tes gula darah dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya
tes glukosa darah kapiler yang dilakukan dengan cara menusuk ujung jari untuk
mengambil tidak lebih dari setetes darah kapiler. Tes ini disebut finger-prick blood
sugar screening atau lazim disebut gula darah stik (pemeriksaan gula darah dengan
kartu tes yang berbentuk seperti stik). Tes dipakai untuk memeriksa gula darah puasa
(minimal 8 jam puasa), 2 jam sesudah makan, maupun gula darah sewaktu atau acak.
Prinsip metode tes gula darah kapiler adalah kartu tes yang berbentuk seperti
stik diletakan pada alat glucometer digital, selanjutnya ketika darah diteteskan pada
wilayah reaksi kartu tes yang terdapat tanda panah, katalisator glukosa akan mereduksi
glukosa dalam darah. Pada kartu tes yang dipakai sudah ada bahan kimia yang bila
ditetesi oleh darah akan bereaksi dan dalam 1 – 2 menit sudah memberi hasil (Tandra,
2013).
Selain tes gula darah kapiler terdapat beberapa tes dini dalam mendeteksi
Diabetes yaitu:
1. Tes Glukosa Darah Vena
Biasanya dilakukan oleh laboratorium dengan mengambil darah dari
pembuluh darah vena dilengan bagian dalam untuk menilai kadar glukosa
darah setelah puasa minimal 8 jam dan glukosa darah 2 jam sesudah makan
(2 jam pp- post prandial).
2. Tes Toleransi Glukosa
Tes ini lebih teliti, setelah 10 jam puasa, pada pagi harinya dilakukan
Tabel 2.4 Konsentrasi Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan
Penyaringan dan Diagnosis DM (mg/dl)
Konsentrasi
Plasma Vena < 100 100-125 ≥ 126
Glukosa Darah
Darah Kapiler < 90 90-99 ≥ 100
Puasa (mg/dl)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah :
KGD Terkontol
Skor 1-4 :
KURANG
5 Kadar gula Jika kadar gula darah > Wawancara Kuesioner Skor 8-10 : Skala
darah tidak 200 mg/dl BAIK Ordinal
terkontrol
Skor 5-7 :
CUKUP
Skor 1-4 :
KURANG
BAB IV
METODE PENELITIAN
Berdasarkan data dari poli umum Bandar Khalipah, kecamatan Percut Sei Tuan
2018 bahwa, populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien DM yang berkunjung
ke Puskesmas Bandar Khalipah, pada tanggal 28, 29 Desember 2018.
4.4.2. Sampel
Cara pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
prinsip Total Sampling.Dengan jumlah sampel sebanyak 32 orang.