Makalah Agro Terong PDF
Makalah Agro Terong PDF
DISUSUN OLEH
DOSEN PENGAMPU:
RESTINA BEMIS, M.Si.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaiakan makalah dengan judul “PENGARUH PEMBERIAN PUPUK
TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TERUNG (Solanum melongena)”. Makalah
ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah
Agrokimia.
Atas bimbingan ibu dosen dan saran dari teman-teman maka disusunlah
makalah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna
bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan.
Karya tulis ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses
perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang terkait. Dalam menyusun karya tulis ini penulis telah berusaha dengan
segenap kemampuan untuk membuat karya tulis yang sebaik-baiknya.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan
dalam makalah ini, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar
makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Demikianlah kata pengantar makalah ini dan penulis berharap semoga
makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
Jumlah Daun ...................................................................................... 14
Luas Daun .......................................................................................... 15
V. KESIMPULAN ............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 18
iii
I. PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kandungan dari 3 jenis pupuk yang diberikan pada
tanaman terong
2. Untuk mengetahui pengaruh 3 jenis pupuk yang digunakan tersebut
terhadap pertumbuhan terong?
3. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk yang diberikan terhadap
pertumbuhan terong
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
diantaranya:
1. Memberikan informasi tentang kandungan dari 3 jenis pupuk yang
digunakan
2. Memberikan informasi mengenai pengaruh jenis pupuk yang digunakan
terhadap pertumbuhan terong
3. Memberikan Informasi mengenai pengaruh konsentrasi pupuk yang
diberikan terhadap pertumbuhan terong
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nitorgen
Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur hara utama dalam tanah yang
sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan dan memberi warna hijau
pada daun. Kekurangan nitrogen dalam tanah menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman terganggu dan hasil tanaman menurun karena
pembentukan klorofil yang sangat penting untuk proses fotosintetis terganggu.
Di tanah gambut,kadar N relatif tinggi,namun sebagian Netrogen tersebut dalam
bentuk Organik sehingga harus memerlukan proses mineralisasi untuk dapat
digunakan tanaman.
Pupuk nitrogen mengandung hara tanaman N. Bentuk senyawa N
umumnya berupa nitrat, amonium, amin, sianida. Contoh: Kalium nitrat (KNO 3),
amonium fosfat [(NH4)3PO4], urea (NH2CONH2) dan kalsium sianida (CaCN2).
Bentuk pupuk N ini berupa kristal, prill, pellet, tablet maupun cair.
3
4
2.2 Fosfor
Unsur fosfor diperlukan dalam jumlah lebih sedikit daripada unsur
nitrogen. Fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk apatit kalsium fosfat, FePO 4,
dan AlPO4.
Macam-macam pupuk fosfor sebagai berikut : pupuk superfosfat
(Ca(H2PO4)2) yang sangat mudah larut dalam air sehingga mudah diserap oleh
akar tanaman. Contoh: Engkel superfosfat (ES) yang mengandung sekitar 15%
P2O5, Double superfosfat (DS) yang mengandung sekitar 30% P2O5, dan Tripel
Superfosfat (TSP) yang mengandung sekitar 45%P2O5.Pupuk FMP (Fused
Magnesium Phosphate) atau Mg3(PO4)2 yang baik digunakan pada tanah yang
banyak mengandung besi dan aluminium. Pupuk aluminium fosfat
(AlPO4) Pupuk besi (III) fosfat (FePO4).
Pupuk ini berwarna abu-abu coklat muda; sebagian P larut air; reaksi
fisiologis: sedikit asam. Bahaya meracun sulfat relatif kecil dan sulfidanya yang
berasal dari reduksi sulfat juga rendah. Bekerjanya lambat dan kemungkinan
pelindian juga rendah. Bila diberikan pada tanah yang banyak mengandung Fe3+
dan Al3+ bebas akan terjadi sematan P oleh kedua unsur tersebut. Karena lambat
bekerjanya pupuk ini diberikan sebagai pupuk dasar.Seperti pupuk nitrogen, tiga
golongan pupuk fosfor dapat dibedakan menurut cara kombinasi maupun
ketersediaan asam fosforiknya.
kemungkinan terjadinya pada fosfat terlarut air. Pada tanah yang masam dengan
kandungan basi dan aluminium yang tinggi, fosfat dari pupuk fosfat terlarut air
dapat diubah ke dalam bentuk tak larut demikian cepatnya sehingga tanaman
mungkin sangat sedikit mendapatkan manfaat dari perlakuan pemupukan.
Proses fiksasi ini dapat diperlambat sedikit dengan menempatkan pupuk terlarut
air ini dalam kantong-kantong atau lubang-lubang disamping tanaman, jadi
memastikan kontak langsung dengan partikel tanah yang sekecil-kecilnya.
Fosfat alam
Ini adalah fosfat yang asam fosfornya tidak larut dalam kedua zat pelarut
di atas. Fosfor dalam golongan ini merupakan bahan mentah untuk pembuatan
superfosfat dan fosfat terlarut lainnya (kecuali kerak baja). Kandungan asam
fosfatnya bervariasi dalam batas-batas lebar, teapi fosfat alam yang dapat
ditambang secara komersial umumnya mengandung lebih dari 30% P2O5. Pada
tanah yang sangat masam dan juga pada tanah organik fosfat yang digerus halus
dapat menunjukkan hasil pupuk yang baik karena bahaya fiksasi masih kurang
dibandingkan pupuk yang dijelaskan di atas. Pengaruh fosfat alam ( yang harus
diberikan dalam jumlah yang jauh lebih besar dari fosfat pabrik) sering baru
terlihat setelah dalam rentan waktu tertentu.. Beberapa fosfat alam yang terdapat
secara alami juga memiliki persentase fosfat terlarut asam sitrat, yang dapat
sampai sebesar 5% P2O5. Ketersediaan asam fosfor dapat ditingkatkan apabila
fosfat alam dibenamkan dalam tanah bersamadengan pupuk organik hijau atau
bahan organik lainnya. Secara umum, jika tanah mempunyai pH 6 atau kurang
dan fosfat alam tersedia dengan harga murah, maka sebaiknya ia digunakan
sebagai pupuk dasar karena ini akan mengurangi jumlah superfosfat yang
diperlukan tanaman akan tetapi dengan harga yang mahal.
Sumber Fosfor
SP36. Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5.pupuk ini terbuat dari
fosfat alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak
7
sulit larut dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai
pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis dan bersifat
membakar.
Amonium Phospat. Monoamonium Phospat (MAP) memiliki analisis
11.52.0. Diamonium Phospat memiliki (DAP) analisis 16.48.0 atau 18.46.0.
pupuk ini umumnya digunakan untuk merangsang pertumbuhan awal tanaman
(styarter fertillizer). Bentuknya berupa butiran berwarna cokelat kekuningan.
Reaksinya termasuk alkalis dan mudah larut di dalam air. Sifat lainnya adalah
tidak higroskopis sehingga tahan disimpan lebih lama dan tidak bersifat
membakar karena indeks garamnya rendah.
Pupuk Posfat (P) bagi Tanaman berperan dalam proses:
1. respirasi dan fotosintesis
2. penyusunan asam nukleat
3. pembentukan bibit tanaman dan penghasil buah.
4. Perangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan, dan,
5. Mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko
keterlambatan waktu panen.
Kelebihan
Kelebihan P menyebabkan penyerapan unsur lain terutama unsur mikro
seperti besi (Fe) , tembaga(Cu) , dan seng(Zn) terganggu. Namun gejalanya tidak
terlihat secara fisik pada tanaman.
2.3 Kalium
Pupuk kalium merupakan salah satu jenis pupuk yang dibutuhkan oleh
sebagian besar petani di Indonesia, karena kebanyakan unsur hara kalium dalam
tanah masih relatif kecil. Pupuk kalium termasuk ke dalam golongan pupuk
tunggal yang sering digunakan petani dalam upaya meningkatkan pertumbuhan
tanaman budidayanya. Unsur kalium yang terkandung di dalam pupuk kalium
memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan tanaman. Di pasaran, pupuk kalium
dapat ditemui dengan berbagai bentuk dan jenis. Hanya saja, meski bentuk dan
jenisnya berbeda, pupuk-pupuk kalium tersebut sama-sama berfungsi untuk
mencukupi kebutuhan hara K yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Jenis-jenis
8
pupuk kalium tersebut antara lain pupuk kalium sulfat, kalium klorida, dan
pupuk patent-kali.
Pupuk patent-kali
Pupuk kalium yang terbuat dari campuran bahan kalium oksida dan
magnesium sulfat. Pupuk ini mengandung hara K2O sebesar 21% hingga 30%
dan kandungan hara MgO sebesar 6% hingga 19,5%. Pupuk patent-kali
umumnya digunakan didaerah sub-tropis karena kandungan hara MgO-nya yang
cukup besar. Seperti diketahui bahwa tanah-tanah di daerah sub-tropis
umumnya banyak kekurangan hara MgO.
Defisiensi/kekurangan kalium pada tanaman memang agak sulit
diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih
muda. Daun-daun berubah jadi mengerut alias keriting (untuk tanaman kentang
akan menggulung) dan kadang-kadang mengkilap terutama pada daun tua, tetapi
tidak merata. Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna
seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun pada akhirnya daun tampak
bercak-bercak kotor (merah coklat), sering pula bagian yang berbercak ini jatuh
sehingga daun tampak bergerigi dan kemudian mati. Batangnya lemah dan
pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil. Buah tumbuh tidak
sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpan. Pada
tanaman kelapa dan jeruk, buah mudah gugur. Bagi tanaman berumbi, hasil
9
umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah. Sedangkan
kelebihan kalium pada tanaman dapat menyebabkan defisiensi Nitrogen pada
tanaman dan dapat mempengaruhi penyerapan ion positif lainnya.
2.4 Tanah
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak
tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan
anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu,
Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme)
yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif
(pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu
menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik
tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun
kehutanan.
Fungsi Tanah
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh:
hormon, vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti
hama; enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara)
4. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat
langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan
sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena
merupakan hama & penyakit tanaman.
Dua Pemahaman Penting tentang Tanah:
1. Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman, dan
2. Tanah juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama &
penyakit dan dampak negatif pestisida maupun limbah industri yang
berbahaya.
Komponen Tanah
4 komponen penyusun tanah :
1. Bahan Padatan berupa bahan mineral
2. Bahan Padatan berupa bahan organik
3. Air
4. Udara
10
5. Bahan tanah tersebut rata-rata 50% bahan padatan (45% bahan mineral
dan 5% bahan organik), 25% air dan 25% udara.
2.5 Terong
Taksonomi Terong (Solanum melongena)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena (Terong)
Terung merupakan jenis tumbuhan yang dikenal sebagai sayur-sayuran
dan ditanam untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Terung dikenal
dengan nama ilmiah Solanum melongena L. adalah merupakan tanaman asli
daerah tropis yang cukup dikenal di Indonesia. Sebagai salah satu sayuran
pribumi, terung hampir selalu ditemukan di pasar tani atau pasar tradisional
dengan harga yang relative murah (Liana Dwi, 2007).
Terung merupakan tanaman dari famili solanaceae yang memiliki
ukuran tinggi 40-80 cm, daun besar, dengan lobus yang besar. Panjang daun 10-
20 cm, lebar daun 5-10 cm. bunga berwarna antara putih hingga ungu, dengan
mahkota yang memiliki lima lobus. Benang sari berwarna kuning, buah berwarna
ungu muda hingga ungu tua dengan panjang 5-10 cm. diameter buah 5-8 cm,
bentuknya bulat panjang. Umumnya tanaman terung dibudidayakan secara
konvensional, namun tidak ada salahnya jika tanaman terung dibudidayakan
secara organik. Selain produk yang dihasilkan menyehatkan, hal ini juga
berkaitan erat dengan harga yang ditawarkan. Terung organik akan memberikan
harga pasar lebih tinggi dibandingkan dengan harga terung yang dibudidayakan
secara konvensional. Hal ini tentunya dapat menjadi salah satu upaya dalam
peningkatan hasil pertanian (Fuji Astuti, 2012).
Terung termasuk salah satu sayuran buah yang banyak digemari oleh
berbagai kalangan karena mengandung kalsium, protein, lemak, karbohidrat,
vitamin A, vitamin B, vitamin C, fosfor dan zat besi (Soetasad, 2000). Buah terung
dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk berbagai sayur atau lalapan. juga
mengandung gizi yang cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Di Indonesia hasil
11
terung rata-rata yaitu 32,64 – 34,11 kwintal/hektar padahal untuk luasan satu
hektar dapat dihasilkan 30 ton terung (Rahmat Rukmana,1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terong antara
lain :
1. Faktor eksternal/lingkungan: faktor ini merupakan faktor luar yang erat
sekali hubungannya dengan proses pertumbuhan dan perkembangan.
Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan
adalah sebagai berikut :Air dan mineral, Kelembaban, Suhu, Cahaya
2. Faktor internal: faktor yang melibatkan hormon dan gen yang akan
mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Macam-macam
hormon pada tumbuhan: Auksin, Giberelin, Sitokinin, Gas Etilen, Asam,
Absisat Kalin
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pembibitan
Bibit terong berupa biji di rendam selama kurang lebih 30 menit.
Disiapkan tanah bakar pada pot berukuran sedang. Biji yang telah direndam di
tanam diatas tanah dengan cara disebarkan. Bibit yang telah disebar ditutupi
dengan tanah kembali.
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembibitan
Dilakukan pembibitkan tanaman agar dapat tumbuh saat divariasikan
parameternya. Pembibitan dilakukan selama 1 minggu dan tanah yang
digunakan yaitu tanah bakar. Pada tanah bakar, struktur tanahnya menjadi lebih
baik karena tingkat keasaman tanah dikurangi
Parameter Tanaman
No. Polibek
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Luas Daun
1. 2,5 cm 3 daun 1 cm
2. 2,5 cm 3 daun 1 cm
3. 2,5 cm 3 daun 1 cm
4. 2,5 cm 3 daun 1 cm
5. 2,5 cm 3 daun 1 cm
Hasil pada tabel data menunjukkan rata-rata tinggi tanaman, jumlah dan
luas daun sama. Karena pembibitan dari bibit yang sama. Tanah bakar yang
digunakan merupakan tanah bakar berpasir. Karena menurut Murbandono
(2000), kondisi tanah ideal untuk budidaya terong adalah tanah lempung
berpasir dengan kisaran pH 6,5-7. Bibit terong diletakkan diluar ruangan
mengenai matahari langsung. Menurut tim Alam Tani (2016), Terong berproduksi
maksimal pada kisaran suhu 22-30oC. Tanaman ini membutuhkan sinar
matahari yang cukup, oleh karena itu cocok ditanam pada musim kemarau.
13
14
Tinggi Tanaman
Hasil dari percobaan menunjukkan keragaman dari variasi konsentrasi
dan waktu pertumbuhan
Dari hasil data diatas bahwa pada hari pertama hingga hari ke-4, hasil
yang didapatkan pada tiap polibek tidak ada perubahan. Perubahan terjadi pada
saat dilakukan penanaman terong ke lahan baru dan di beri pupuk.sebelum
penambahan pupuk semua tinggi tanaman yaitu 2 cm . Pada hari ke-1, polibek
1 tinggi tanaman yaitu 3 cm. Penambahan tinggi dari sebelum penambahan
pupuk yaitu 1 cm. Polibek 2 tinggi tanaman yaitu 2 cm. Tidak terjadi perubahan
dari seblum dan sesudah ditambah pupuk. Polibek 3 dan 4 tinggi tanaman yaitu
2,5 cm. Tidak ada perbedaan pada polibek 3 dan 4 dengan variasi konsentrasi
tersebut yaitu hanya bertambah 0,5 cm. Polibek 5 tinggi tanaman yaitu 3,5 cm.
Penambahan tinggi ini sebanyak 1,5 cm. Maka tinggi tanaman tertinggi adalah
pada polibek 5 dengan konsentrasi 10 ml/L (pupuk padat).
Jumlah Daun
Dari hasil data diatas bahwa pada hari pertama hingga hari ke-4, hasil
yang didapatkan pada tiap polibek tidak ada perubahan. Jumlah daun sebelum
dan sesudah ditambah oleh pupuk yaitu 3 helai. Hal ini menunjukkan pengaruh
pupuk organik yang digunakan belum berpengaruh pada jumlah daun pada
15
terong. Karena variasi waktu yang digunakan yaitu harian. Sedangkan dalam
cara penggunakan pakai pada pupuk, perkembangan dihitung dengan lama
waktu mingguan.
Luas Daun
Dari hasil data diatas bahwa pada hari pertama hingga hari ke-4, hasil
yang didapatkan pada tiap polibek tidak ada perubahan yang signifikan. Luas
daun sebelum dan sesudah ditambah oleh pupuk pada polibek 1 dan 2 yaitu 3
cm.Pada polibek 3 dan 4 yaitu 1,4 cm dan 1,14 cm. Pada polibek ke 5 yaitu 1,4
cm. Hal ini menunjukkan pengaruh pupuk organik yang digunakan belum
berpengaruh secara signifikan pada luas daunterong. Karena variasi waktu yang
digunakan yaitu harian. Sedangkan dalam cara penggunakan pakai pada pupuk,
perkembangan dihitung dengan lama waktu mingguan.
Kandungan pada pupuk daun (Bayfolan berupa N, P, K, dan O), pada
pupuk organik cair (Indoflor) yaitu N, P, K, S, Fe, Mn, Zn, Ca dan senyawa
organiknya yaitu protein, lemak, zat perekat dan PH. Sedangkan pada pupuk
ketiga yaitu pupuk mutiara padat mengandung N, P dan K.
Variasi waktu yang sangat singkat, memungkinkan tidak terjadinya
perubahan yang signifikan pada tanaman. Pada cara penggunaan pupuk itu
sendiri, dibutuhkan beberapa kali penambahan pupuk dengan rentang waktu 2
minggu sekali. Hal ini dikarenakan kadar atau unsur-unsur logam yang
tergantung pada pupuk tersebut memberikan efek negatif pada tanah yaitu akan
mencemari tanah. Menurut Hanafi (2008), pada tanah asam unsur-unsur hara
seperti fosfor tak dapat diserap karena diikat oleh unsur alumunium (Al) dan Fe.
Winarso (2005) mengatakan bahwa proses penguraian bahan organik oleh
mikroorganisme tanah umumnya dapat berjalan lancer apabila pH mendekati
netral-alkalis (6-8). Apabila pH dalam keadaan terlalu asam maka proses
penguraian bahan organic menjadi tidak sempurna.
16
1. Kandungan pada pupuk daun (Bayfolan berupa N, P, K, dan O), pada pupuk
organik cair (Indoflor) yaitu N, P, K, S, Fe, Mn, Zn, Ca dan senyawa
organiknya yaitu protein, lemak, zat perekat dan PH. Sedangkan pada pupuk
ketiga yaitu pupuk mutiara padat mengandung N, P dan K.
2. Variasi waktu yang sangat singkat, memungkinkan tidak terjadinya
perubahan yang signifikan pada tanaman. Pada cara penggunaan pupuk itu
sendiri, dibutuhkan beberapa kali penambahan pupuk dengan rentang
waktu 2 minggu sekali.
3. Pengaruh konsentrasi dan waktu sangat mempengaruhi dalam pemupukan.
Pupuk yang digunakan merupakan pupuk organik cair dan padat. Dilihat
pada tinggi tanaman bahwa semakin tinggi konsentrasi maka tinggi tanaman
akan semakin tinggi.
17
18
DAFTAR PUSTAKA