Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AGROKIMIA

“PENGARUH PEMBERIAN PUPUK TERHADAP PERTUMBUHAN


TANAMAN TERUNG (Solanum melongena)”

DISUSUN OLEH

EKA LUSYA WAHYUNI (F1C114015)


NADYA RAMDHAH (F1C114020)
ZEHAN ANDRIANA (F1C114033)
SYAFRIAN AZMI (F1C114042)
RISKA LESTARI (F1C114044)
INTAN KARUNIA (F1C114064)

DOSEN PENGAMPU:
RESTINA BEMIS, M.Si.

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaiakan makalah dengan judul “PENGARUH PEMBERIAN PUPUK
TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN TERUNG (Solanum melongena)”. Makalah
ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam mata kuliah
Agrokimia.
Atas bimbingan ibu dosen dan saran dari teman-teman maka disusunlah
makalah ini. Semoga dengan tersusunnya makalah ini diharapkan dapat berguna
bagi kami semua dalam memenuhi salah satu syarat tugas kami di perkuliahan.
Karya tulis ini diharapkan bisa bermanfaat dengan efisien dalam proses
perkuliahan.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari
berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang terkait. Dalam menyusun karya tulis ini penulis telah berusaha dengan
segenap kemampuan untuk membuat karya tulis yang sebaik-baiknya.
Sebagai pemula tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan
dalam makalah ini, oleh karenanya kami mengharapkan kritik dan saran agar
makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Demikianlah kata pengantar makalah ini dan penulis berharap semoga
makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya. Amin.

Jambi, 7 Desember 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................................ 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3
2.1 Nitorgen ................................................................................................ 3
Amonium sulfat [(NH4)2SO4] ................................................................. 3
Anhidrous amonia (NH3) ....................................................................... 3
Amonium khlorida (NH4Cl) .................................................................... 4
Amonium nitrat (NH4 NO3) ................................................................... 4
2.2 Fosfor ................................................................................................... 5
Fosfat terlarut air .................................................................................. 5
Fosfat terlarut asam sitrat ..................................................................... 6
Fosfat alam ........................................................................................... 6
Sumber Fosfor ...................................................................................... 6
Kekurangan pupuk Fosfor .................................................................... 7
Kelebihan.............................................................................................. 7
2.3 Kalium .................................................................................................. 7
Pupuk kalium sulfat.............................................................................. 8
Pupuk kalium klorida ............................................................................ 8
Pupuk patent-kali ................................................................................. 8
2.4 Tanah ................................................................................................... 9
Fungsi Tanah ........................................................................................ 9
Komponen Tanah .................................................................................. 9
2.5 Terong ................................................................................................ 10
III. METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 12
3.1 Pembibitan ......................................................................................... 12
3.2 Penanaman dan Pemupukan ............................................................... 12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 13
4.1 Pembibitan ......................................................................................... 13
4.2 Penanaman dan Pemupukan ............................................................... 13
Tinggi Tanaman .................................................................................. 14

ii
Jumlah Daun ...................................................................................... 14
Luas Daun .......................................................................................... 15
V. KESIMPULAN ............................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 18

iii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang sangat
berlimpah ruah. Indonesia dikenal sebagai negara agraris, karena sekitar 70%
penduduknya menggantungkan hidup pada kegiatan pertanian. Indonesia
dikaruniai dengan tanah yang subur, iklim tropis, yang cocok untuk
pertumbuhan dari tanaman-tanaman.
Selain bergantung dengan iklim dan tanah, tanaman dapat tumbuh
dengan cepat dan baik dengan mengandalkan faktor luar seperti pupuk dan
pestisida. Pestisida merupakan zat yang ditambahkan selama proses penanaman
yang bertujuan untuk mengusi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT),
sedangkan pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam atau
tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga
mampu berproduksi dengan baik.
Penggunaan pestisida dan pupuk yang tidak tepat dapat menyebabkan
kerusakan bagi lingkungan maupun hasil pertanian nantinya. Setiap pupuk yang
dijual dipasaran memiliki kandungan zat-zat yang berbeda-beda. Hal ini
disesuaikan dengan jenis tumbuhan yang ditanam. Prajnanta, (2004)
menyatakan unsur hara yang dihasilkan dari jenis pupuk organik sangat
tergantung dari jenis bahan yang digunakan dalam pembuatannya.
Unsur hara tersebut terdiri dari mineral, baik makro maupun mikro, asam
amino, hormon pertumbuhan, dan mikroorganisme. Kandungan hara yang
dikandung dalam jenis pupuk organik kotoran sapi berbentuk padat terdiri dari
nitrogen 0,40%, fosfor 0,20% dan kalium 0,10%. Jenis pupuk ini akan
berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan dari tanaman tersebut.
Untuk mengetahui mengenai jenis pupuk yang digunakan terhadap
tingkat pertumbuhan dari tanaman sehingga diperlukan penelitian mengenai
kandungan jenis pupuk tersebut dan ketinggian dari tanaman terong.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apa kandungan dari 3 jenis pupuk yang diberikan kepada tanaman
terong?
2. Bagaimana pengaruh 3 jenis pupuk yang digunakan tersebut terhadap
pertumbuhan terong?
3. Bagaimana pengaruh konsentrasi pupuk yang diberikan terhadap
pertumbuhan terong?

1
2

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kandungan dari 3 jenis pupuk yang diberikan pada
tanaman terong
2. Untuk mengetahui pengaruh 3 jenis pupuk yang digunakan tersebut
terhadap pertumbuhan terong?
3. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pupuk yang diberikan terhadap
pertumbuhan terong

1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat
diantaranya:
1. Memberikan informasi tentang kandungan dari 3 jenis pupuk yang
digunakan
2. Memberikan informasi mengenai pengaruh jenis pupuk yang digunakan
terhadap pertumbuhan terong
3. Memberikan Informasi mengenai pengaruh konsentrasi pupuk yang
diberikan terhadap pertumbuhan terong
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nitorgen
Nitrogen (N) merupakan salah satu unsur hara utama dalam tanah yang
sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan dan memberi warna hijau
pada daun. Kekurangan nitrogen dalam tanah menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman terganggu dan hasil tanaman menurun karena
pembentukan klorofil yang sangat penting untuk proses fotosintetis terganggu.
Di tanah gambut,kadar N relatif tinggi,namun sebagian Netrogen tersebut dalam
bentuk Organik sehingga harus memerlukan proses mineralisasi untuk dapat
digunakan tanaman.
Pupuk nitrogen mengandung hara tanaman N. Bentuk senyawa N
umumnya berupa nitrat, amonium, amin, sianida. Contoh: Kalium nitrat (KNO 3),
amonium fosfat [(NH4)3PO4], urea (NH2CONH2) dan kalsium sianida (CaCN2).
Bentuk pupuk N ini berupa kristal, prill, pellet, tablet maupun cair.

Amonium sulfat [(NH4)2SO4]


Pupuk ini dikenal dengan nama zwavelzuure amoniak (ZA) dan sampai
sekarangpun masih banyak beredar di masyarakat. Umumnya berupa krital
putih dan hampir seluruhnya larut air. Kadang-kadang pupuk tersebut diberi
warna (misalnya pink). Kadar N sekitar 20-21% yang diperdagangan umumnya
mempunyai kemurnian selitar 97%. Kadar asam bebasnya maksimum 0.4%. Sifat
pupuk ini: larut air, dapat dijerap oleh koloid tanah, reaksi fisiologis masam,
mempunyai daya mengusir Ca dari kompleks jerapan, mudah menggumpal,
tetapi dapat dihancurkan kembali, asam bebasnya kalau terlalu tinggi meracun
tanaman.

Anhidrous amonia (NH3)


Pupuk ini dianggap yang paling tinggi kadar N-nya. Disimpan dalam
bentuk cair. Penggunaannya dengan injeksi ke dalam tanah atau dilarutkan
dalam air kemudian dipompa. Di Indonesia belum digunakan walaupun pabrik
sudah membuat untuk keperluan lain. Pupuk dapat juga dilarutkan dalam air
pengairan, akan tetapi ada risiko kehilangan N yang terbawa air pengairan dan
karena penguapan terutama pada tanah atau air yang mempunyai reaksi alkalis.
Jumlah N yang hilang tergantung tekstur tanah, reaksi, cara pemberiannya,
dalamnya injeksi ke dalam tanah. Dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa
sekitar 1-8 % tersemat pada lapisan permukaan tanah dan 2-31 % pada lapisan
bagian bawah. Sering pemberian amonia cair dicampur dengan sulfur (S) karena
sulfur larut dalam amonia.

3
4

Amonium khlorida (NH4Cl)


Kadar N dalam amonium khlorida (ACl) sekitar 26%. Dari beberapa
peneliti untuk sebagian tanaman sering menunjukkan bahwa pupuk ACl lebih
baik dibanding amonium sulfat (ZA) terutama untuk tanaman yang memerlukan
unsur Cl. Ada dugaan bahwa ZA bila diberikan ke dalam tanah akan
meninggalkan sulfat (SO4=) dan ion ini kemudian ditanah sawah direduksi
menjadi H2S, senyawa ini bersifat racun terhadap tanaman. Proses selan¬jutnya
H2S bereaksi dengan feri atau mangan menjadi FeS atau Fe2S dan MnS. Untuk
tanaman yang diharapkan kadar proteinnya tinggi sebaiknya digunakan pupuk
ZA karena senyawa protein mengandung unsur S sehingga pemberian S
berperanan dalam pembentukan protein. Tanaman berbeda-beda tanggapannya
terhadap kedua pupuk tersebut.Tapi umumnya sisa Cl kurang disenangi
dibanding SO4=,demukian juga reaksi fisiologis ACl lebih asam dari pupuk ZA.

Amonium nitrat (NH4 NO3)


Kadar N dalam pupuk amonium nitrat sekitar 32-33,5%. Kalau dicampur
dengan kapur disebut amonium lime( ANL).
Nitrogen adalah unsur yang sangat penting bagi petrumbuhan tanaman.
Nitrogen merupakan bagian dari protein, bagian penting konstituen dari
protoplasma, enzim, agen katalis biologis yang mempercepat proses kehidupan.
Nitrogen juga hadir sebagai bagian dari nukleoprotein, asam amino, amina, asam
gula, polipeptida dan senyawa organik dalam tumbuhan.Dalam rangka untuk
menyiapkan makanan untuk tanaman, tanaman diperlukan klorofil,energi sinar
matahari untuk membentuk karbohidrat dan lemak dari C air dansenyawa
nitrogen.
Adapun peranan N yang lain bagi tanaman adalah : Berperan dalam
pertumbuhan vegetatif tanaman, memberikan warna pada tanaman, panjang
umur tanaman, penggunaan karbohidrat, dll. Kekurangan salah satu atau
beberapa unsur hara akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak
sebagaimana mestinya yaitu ada kelainan atau penyimpangan-penyimpangan
dan banyak pula tanaman yang mati muda yang sebelumnya tampak layu dan
mengering.
Adapun gejala yang ditimbulkan akibat dari kekurangan dan kelebihan
unsure N bagi tnaman adalah sebagai berikut :
1. Efek kekurangan unsur N bagi tanaman : pertumbuhan kerdil, warna
daun menguning, produksi menurun, fase pertumbuhan terhenti,
kematian.
5

2. Efek dari kelebihan unsur N bagi tanaman : kualitas buah menurun,


menyebabkan rasa pahit (seperti pada buah timun), produksi menurun,
daun lebat dan pertumbuhan vegetative yang cepat, menyebabkan
keracunan pada tanaman.

2.2 Fosfor
Unsur fosfor diperlukan dalam jumlah lebih sedikit daripada unsur
nitrogen. Fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk apatit kalsium fosfat, FePO 4,
dan AlPO4.
Macam-macam pupuk fosfor sebagai berikut : pupuk superfosfat
(Ca(H2PO4)2) yang sangat mudah larut dalam air sehingga mudah diserap oleh
akar tanaman. Contoh: Engkel superfosfat (ES) yang mengandung sekitar 15%
P2O5, Double superfosfat (DS) yang mengandung sekitar 30% P2O5, dan Tripel
Superfosfat (TSP) yang mengandung sekitar 45%P2O5.Pupuk FMP (Fused
Magnesium Phosphate) atau Mg3(PO4)2 yang baik digunakan pada tanah yang
banyak mengandung besi dan aluminium. Pupuk aluminium fosfat
(AlPO4) Pupuk besi (III) fosfat (FePO4).
Pupuk ini berwarna abu-abu coklat muda; sebagian P larut air; reaksi
fisiologis: sedikit asam. Bahaya meracun sulfat relatif kecil dan sulfidanya yang
berasal dari reduksi sulfat juga rendah. Bekerjanya lambat dan kemungkinan
pelindian juga rendah. Bila diberikan pada tanah yang banyak mengandung Fe3+
dan Al3+ bebas akan terjadi sematan P oleh kedua unsur tersebut. Karena lambat
bekerjanya pupuk ini diberikan sebagai pupuk dasar.Seperti pupuk nitrogen, tiga
golongan pupuk fosfor dapat dibedakan menurut cara kombinasi maupun
ketersediaan asam fosforiknya.

Fosfat terlarut air


Pupuk fosfat dengan asam fosfor terlarut air ini mencakup superfosfat (16-
20% P2O5), dobel atau tripel superfosfat (36-48% P2O5), monoamonium fosfat
(11% N, 53% P2O5), dan diamonium fosfat (21% N, 48% P2O5).Suatu keuntungan
besar dari pupuk fosfat yang terlarut air adalah ion fosfatnya dapat diserap
dengan cepat dan dengan demikiantersedia bagi tanaman muda yang sistem
perakarannya belum berkembang penuh. Tanaman itu tanggap baik sekali
terhadap fosfat yang tersedia dengan mudah. Superfosfat mempunyai pengaruh
yang sangat menguntungkan, karena ketersediaan yang mudah dari ion fosfatnya
dan beberapa jenis tanah, karena kandungan gipsumnya.Fosfat terlarut air
dalam kebanyakan tanah diubah dengan cepat menjadi bentuk yang tak larut air,
tetapi pada beberapa jenis tanah tetap tersedia bagi tanaman sampai suatu batas
tertentu. Jadi, bahaya kehilangan karena proses pencucian sangat kecil
6

kemungkinan terjadinya pada fosfat terlarut air. Pada tanah yang masam dengan
kandungan basi dan aluminium yang tinggi, fosfat dari pupuk fosfat terlarut air
dapat diubah ke dalam bentuk tak larut demikian cepatnya sehingga tanaman
mungkin sangat sedikit mendapatkan manfaat dari perlakuan pemupukan.
Proses fiksasi ini dapat diperlambat sedikit dengan menempatkan pupuk terlarut
air ini dalam kantong-kantong atau lubang-lubang disamping tanaman, jadi
memastikan kontak langsung dengan partikel tanah yang sekecil-kecilnya.

Fosfat terlarut asam sitrat


Pupuk fosfat yang asam fosfornya larut dalam asam sitrat atau amonium
sitrat mencakup kerak baja (14-18% P2O5) dan dikalsium fosfat (39% P2O5) yang
terdapat dalam beberapa fosfat alam (juga renania fosfat). Pupuk dari golongan
ini terutama cocok untuk perlakuan tanah-tanah masam karena kurangnya
bahaya fiksasi tak balik dari asam fosfor sebagai fosfat besi dan aluminium
dibanding dengan fosfat terlarut air. Selain itu, sebagai hasil reaksi basanya dan
banyaknya kalsium reaktif yang dikandungnya, mereka berpengaruh sangat baik
pada tanah masam, terutama tanah latosol.

Fosfat alam
Ini adalah fosfat yang asam fosfornya tidak larut dalam kedua zat pelarut
di atas. Fosfor dalam golongan ini merupakan bahan mentah untuk pembuatan
superfosfat dan fosfat terlarut lainnya (kecuali kerak baja). Kandungan asam
fosfatnya bervariasi dalam batas-batas lebar, teapi fosfat alam yang dapat
ditambang secara komersial umumnya mengandung lebih dari 30% P2O5. Pada
tanah yang sangat masam dan juga pada tanah organik fosfat yang digerus halus
dapat menunjukkan hasil pupuk yang baik karena bahaya fiksasi masih kurang
dibandingkan pupuk yang dijelaskan di atas. Pengaruh fosfat alam ( yang harus
diberikan dalam jumlah yang jauh lebih besar dari fosfat pabrik) sering baru
terlihat setelah dalam rentan waktu tertentu.. Beberapa fosfat alam yang terdapat
secara alami juga memiliki persentase fosfat terlarut asam sitrat, yang dapat
sampai sebesar 5% P2O5. Ketersediaan asam fosfor dapat ditingkatkan apabila
fosfat alam dibenamkan dalam tanah bersamadengan pupuk organik hijau atau
bahan organik lainnya. Secara umum, jika tanah mempunyai pH 6 atau kurang
dan fosfat alam tersedia dengan harga murah, maka sebaiknya ia digunakan
sebagai pupuk dasar karena ini akan mengurangi jumlah superfosfat yang
diperlukan tanaman akan tetapi dengan harga yang mahal.

Sumber Fosfor
SP36. Mengandung 36% fosfor dalam bentuk P2O5.pupuk ini terbuat dari
fosfat alam dan sulfat. Berbentuk butiran dan berwarna abu-abu. Sifatnya agak
7

sulit larut dalam air dan bereaksi lambat sehingga selalu digunakan sebagai
pupuk dasar. Reaksi kimianya tergolong netral, tidak higroskopis dan bersifat
membakar.
Amonium Phospat. Monoamonium Phospat (MAP) memiliki analisis
11.52.0. Diamonium Phospat memiliki (DAP) analisis 16.48.0 atau 18.46.0.
pupuk ini umumnya digunakan untuk merangsang pertumbuhan awal tanaman
(styarter fertillizer). Bentuknya berupa butiran berwarna cokelat kekuningan.
Reaksinya termasuk alkalis dan mudah larut di dalam air. Sifat lainnya adalah
tidak higroskopis sehingga tahan disimpan lebih lama dan tidak bersifat
membakar karena indeks garamnya rendah.
Pupuk Posfat (P) bagi Tanaman berperan dalam proses:
1. respirasi dan fotosintesis
2. penyusunan asam nukleat
3. pembentukan bibit tanaman dan penghasil buah.
4. Perangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan
terhadap kekeringan, dan,
5. Mempercepat masa panen sehingga dapat mengurangi resiko
keterlambatan waktu panen.

Kekurangan pupuk Fosfor


Dimulai dari daun tua menjadi keunguan cenderung kelabu. Tepi daun
cokelat , tulang daun muda berwarna hijau gelap. Hangus , pertumbuhan daun
kecil , kerdil , dan akhirnya rontok. Fase pertumbuhan lambat dan tanaman
kerdil.

Kelebihan
Kelebihan P menyebabkan penyerapan unsur lain terutama unsur mikro
seperti besi (Fe) , tembaga(Cu) , dan seng(Zn) terganggu. Namun gejalanya tidak
terlihat secara fisik pada tanaman.

2.3 Kalium
Pupuk kalium merupakan salah satu jenis pupuk yang dibutuhkan oleh
sebagian besar petani di Indonesia, karena kebanyakan unsur hara kalium dalam
tanah masih relatif kecil. Pupuk kalium termasuk ke dalam golongan pupuk
tunggal yang sering digunakan petani dalam upaya meningkatkan pertumbuhan
tanaman budidayanya. Unsur kalium yang terkandung di dalam pupuk kalium
memiliki banyak manfaat bagi pertumbuhan tanaman. Di pasaran, pupuk kalium
dapat ditemui dengan berbagai bentuk dan jenis. Hanya saja, meski bentuk dan
jenisnya berbeda, pupuk-pupuk kalium tersebut sama-sama berfungsi untuk
mencukupi kebutuhan hara K yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Jenis-jenis
8

pupuk kalium tersebut antara lain pupuk kalium sulfat, kalium klorida, dan
pupuk patent-kali.

Pupuk kalium sulfat


Pupuk kalium yang tergolong pioner di pasaran Indonesia. Keberadaannya
adalah yang pertama diantara pupuk-pupuk kalium lainnya. Pupuk kalium sulfat
dibuat dari campuran kalium oksida dan asam belerang sehingga penamaannya
sering disebut sebagai pupuk ZK atau zwavelzure kali. Pupuk ini berbentuk
butiran-butiran kecil dengan warna putih. Sifatnya tidak higroskopis dan
bereaksi asam jika diaplikasikan ke tanah. Pupuk kalium sulfat dipasaran dapat
ditemui dalam 2 macam. Yang pertama adalah ZK 90 dengan kandungan K2O
sebesar 45% hingga 90% dan ZK 96 yang memiliki kandungan K 2O sebesar 52%.

Pupuk kalium klorida


Pupuk kalium yang saat ini cukup langka ditemukan dipasaran, karena
harganya tergolong cukup mahal. Kendatipun demikian, pupuk kalium klorida
yang lebih terkenal dengan sebutan pupuk KCl ini tetap dicari dan digunakan
oleh petani untuk mencukupi kebutuhan hara K pada tanaman budidayanya.
Seperti halnya pupuk ZK, pupuk KCl juga dapat ditemukandalam 2 macam, yakni
KCl 80 yang memiliki kandungan K2O sebesar 53% dan KCl 90 yang memiliki
kandungan K2O sebesar 58%.

Pupuk patent-kali
Pupuk kalium yang terbuat dari campuran bahan kalium oksida dan
magnesium sulfat. Pupuk ini mengandung hara K2O sebesar 21% hingga 30%
dan kandungan hara MgO sebesar 6% hingga 19,5%. Pupuk patent-kali
umumnya digunakan didaerah sub-tropis karena kandungan hara MgO-nya yang
cukup besar. Seperti diketahui bahwa tanah-tanah di daerah sub-tropis
umumnya banyak kekurangan hara MgO.
Defisiensi/kekurangan kalium pada tanaman memang agak sulit
diketahui gejalanya, karena gejala ini jarang ditampakkan ketika tanaman masih
muda. Daun-daun berubah jadi mengerut alias keriting (untuk tanaman kentang
akan menggulung) dan kadang-kadang mengkilap terutama pada daun tua, tetapi
tidak merata. Selanjutnya sejak ujung dan tepi daun tampak menguning, warna
seperti ini tampak pula di antara tulang-tulang daun pada akhirnya daun tampak
bercak-bercak kotor (merah coklat), sering pula bagian yang berbercak ini jatuh
sehingga daun tampak bergerigi dan kemudian mati. Batangnya lemah dan
pendek-pendek, sehingga tanaman tampak kerdil. Buah tumbuh tidak
sempurna, kecil, mutunya jelek, hasilnya rendah dan tidak tahan disimpan. Pada
tanaman kelapa dan jeruk, buah mudah gugur. Bagi tanaman berumbi, hasil
9

umbinya sangat kurang dan kadar hidrat arangnya demikian rendah. Sedangkan
kelebihan kalium pada tanaman dapat menyebabkan defisiensi Nitrogen pada
tanaman dan dapat mempengaruhi penyerapan ion positif lainnya.

2.4 Tanah
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak
tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi
berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan
anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu,
Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme)
yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif
(pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman, yang ketiganya secara integral mampu
menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi baik
tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun
kehutanan.

Fungsi Tanah
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman (air, udara, dan unsur-unsur hara)
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman (zat-zat pemacu tumbuh:
hormon, vitamin, dan asam-asam organik; antibiotik dan toksin anti
hama; enzim yang dapat meningkatkan kesediaan hara)
4. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat
langsung atau tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan
sekunder tanaman tersebut, maupun yang berdampak negatif karena
merupakan hama & penyakit tanaman.
Dua Pemahaman Penting tentang Tanah:
1. Tanah sebagai tempat tumbuh dan penyedia kebutuhan tanaman, dan
2. Tanah juga berfungsi sebagai pelindung tanaman dari serangan hama &
penyakit dan dampak negatif pestisida maupun limbah industri yang
berbahaya.

Komponen Tanah
4 komponen penyusun tanah :
1. Bahan Padatan berupa bahan mineral
2. Bahan Padatan berupa bahan organik
3. Air
4. Udara
10

5. Bahan tanah tersebut rata-rata 50% bahan padatan (45% bahan mineral
dan 5% bahan organik), 25% air dan 25% udara.

2.5 Terong
Taksonomi Terong (Solanum melongena)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena (Terong)
Terung merupakan jenis tumbuhan yang dikenal sebagai sayur-sayuran
dan ditanam untuk dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Terung dikenal
dengan nama ilmiah Solanum melongena L. adalah merupakan tanaman asli
daerah tropis yang cukup dikenal di Indonesia. Sebagai salah satu sayuran
pribumi, terung hampir selalu ditemukan di pasar tani atau pasar tradisional
dengan harga yang relative murah (Liana Dwi, 2007).
Terung merupakan tanaman dari famili solanaceae yang memiliki
ukuran tinggi 40-80 cm, daun besar, dengan lobus yang besar. Panjang daun 10-
20 cm, lebar daun 5-10 cm. bunga berwarna antara putih hingga ungu, dengan
mahkota yang memiliki lima lobus. Benang sari berwarna kuning, buah berwarna
ungu muda hingga ungu tua dengan panjang 5-10 cm. diameter buah 5-8 cm,
bentuknya bulat panjang. Umumnya tanaman terung dibudidayakan secara
konvensional, namun tidak ada salahnya jika tanaman terung dibudidayakan
secara organik. Selain produk yang dihasilkan menyehatkan, hal ini juga
berkaitan erat dengan harga yang ditawarkan. Terung organik akan memberikan
harga pasar lebih tinggi dibandingkan dengan harga terung yang dibudidayakan
secara konvensional. Hal ini tentunya dapat menjadi salah satu upaya dalam
peningkatan hasil pertanian (Fuji Astuti, 2012).
Terung termasuk salah satu sayuran buah yang banyak digemari oleh
berbagai kalangan karena mengandung kalsium, protein, lemak, karbohidrat,
vitamin A, vitamin B, vitamin C, fosfor dan zat besi (Soetasad, 2000). Buah terung
dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk berbagai sayur atau lalapan. juga
mengandung gizi yang cukup tinggi dan komposisinya lengkap. Di Indonesia hasil
11

terung rata-rata yaitu 32,64 – 34,11 kwintal/hektar padahal untuk luasan satu
hektar dapat dihasilkan 30 ton terung (Rahmat Rukmana,1995).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terong antara
lain :
1. Faktor eksternal/lingkungan: faktor ini merupakan faktor luar yang erat
sekali hubungannya dengan proses pertumbuhan dan perkembangan.
Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan
adalah sebagai berikut :Air dan mineral, Kelembaban, Suhu, Cahaya
2. Faktor internal: faktor yang melibatkan hormon dan gen yang akan
mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Macam-macam
hormon pada tumbuhan: Auksin, Giberelin, Sitokinin, Gas Etilen, Asam,
Absisat Kalin
III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pembibitan
Bibit terong berupa biji di rendam selama kurang lebih 30 menit.
Disiapkan tanah bakar pada pot berukuran sedang. Biji yang telah direndam di
tanam diatas tanah dengan cara disebarkan. Bibit yang telah disebar ditutupi
dengan tanah kembali.

3.2 Penanaman dan Pemupukan


Bibit yang telah tumbuh ditanam ke dalam polibek berukuran ½ kg
sebanyak 5 buah. Ditanam masing-masing 3 buah bibit yang telah tumbuh.
Disemprot dan ditambahkan pupuk cair dan padat. Pada polibek 1 dan 2 pupuk
yg digunakan yaitu pupuk daun (Bayfolan, NPK cair) , pada polibek 3 dan 4 pupuk
yang digunakan yaitu pupuk cair (Indoflor). Penyemprotan pada polibek nomor
ganjil penyemprotan sebanyak 3 kali. Sedangkan nomor genap yaitu sebanyak 5
kali. Pada polibek 5 disebarkan pupuk NPK padat (mutiara) di sekitar bibit.

12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembibitan
Dilakukan pembibitkan tanaman agar dapat tumbuh saat divariasikan
parameternya. Pembibitan dilakukan selama 1 minggu dan tanah yang
digunakan yaitu tanah bakar. Pada tanah bakar, struktur tanahnya menjadi lebih
baik karena tingkat keasaman tanah dikurangi

Parameter Tanaman
No. Polibek
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Luas Daun
1. 2,5 cm 3 daun 1 cm
2. 2,5 cm 3 daun 1 cm
3. 2,5 cm 3 daun 1 cm
4. 2,5 cm 3 daun 1 cm
5. 2,5 cm 3 daun 1 cm

Hasil pada tabel data menunjukkan rata-rata tinggi tanaman, jumlah dan
luas daun sama. Karena pembibitan dari bibit yang sama. Tanah bakar yang
digunakan merupakan tanah bakar berpasir. Karena menurut Murbandono
(2000), kondisi tanah ideal untuk budidaya terong adalah tanah lempung
berpasir dengan kisaran pH 6,5-7. Bibit terong diletakkan diluar ruangan
mengenai matahari langsung. Menurut tim Alam Tani (2016), Terong berproduksi
maksimal pada kisaran suhu 22-30oC. Tanaman ini membutuhkan sinar
matahari yang cukup, oleh karena itu cocok ditanam pada musim kemarau.

4.2 Penanaman dan Pemupukan


Perlakuan selanjutnya yaitu pemindahan bibit terong ke lahan lainnya
yaitu pada polibek. Ke dalam 5 buah polibek diisi bibit terong berukuran 2 cm.
Selanjutnya diberi variasi pupuk organik.Penggunakan pupuk organik sebagai
pupuk dasar, bisa berupa kompos atau pupuk kandang. Disemprot dengan
konsentrasi yang berbeda pada tiap polibeknya. Penanaman terong menghendaki
tingkat keasaman tanah sekitar pH 5-6. Apabila pH kurang dari 5, tambahkan
kapur pertanian atau dolomit sebanyak 1-2 ton per hektar satu minggu sebelum
tanam. Tetapi pada percobaan ini tidak diukur pH tanahnya, sehingga tidak
digunakan kapur untuk penambahan pada tanah bika tanah bersifat asam.
Berikut adalah data pemberian pupuk organik dengan variasi konsentrasi
dan waktu pertumbuhan.

13
14

Tinggi Tanaman
Hasil dari percobaan menunjukkan keragaman dari variasi konsentrasi
dan waktu pertumbuhan

Variasi Variasi Waktu


No. Polibek
Konsentrasi 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari
1. 4 ml/L 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm
2. 7,5 ml/L 2 cm 2 cm 2 cm 2 cm
3. 4 ml/L 2,5 cm 2,5 cm 2,5 cm 2,5 cm
4. 7,5 ml/L 2,5 cm 2,5 cm 2,5 cm 2,5 cm
5. 10 ml/L 3,5 cm 3,5 cm 3,5 cm 3,5 cm

Dari hasil data diatas bahwa pada hari pertama hingga hari ke-4, hasil
yang didapatkan pada tiap polibek tidak ada perubahan. Perubahan terjadi pada
saat dilakukan penanaman terong ke lahan baru dan di beri pupuk.sebelum
penambahan pupuk semua tinggi tanaman yaitu 2 cm . Pada hari ke-1, polibek
1 tinggi tanaman yaitu 3 cm. Penambahan tinggi dari sebelum penambahan
pupuk yaitu 1 cm. Polibek 2 tinggi tanaman yaitu 2 cm. Tidak terjadi perubahan
dari seblum dan sesudah ditambah pupuk. Polibek 3 dan 4 tinggi tanaman yaitu
2,5 cm. Tidak ada perbedaan pada polibek 3 dan 4 dengan variasi konsentrasi
tersebut yaitu hanya bertambah 0,5 cm. Polibek 5 tinggi tanaman yaitu 3,5 cm.
Penambahan tinggi ini sebanyak 1,5 cm. Maka tinggi tanaman tertinggi adalah
pada polibek 5 dengan konsentrasi 10 ml/L (pupuk padat).

Jumlah Daun

Variasi Variasi Waktu


No. Polibek
Konsentrasi 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari
1. 4 ml/L 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm
2. 7,5 ml/L 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm
3. 4 ml/L 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm
4. 7,5 ml/L 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm
5. 10 ml/L 3 cm 3 cm 3 cm 3 cm

Dari hasil data diatas bahwa pada hari pertama hingga hari ke-4, hasil
yang didapatkan pada tiap polibek tidak ada perubahan. Jumlah daun sebelum
dan sesudah ditambah oleh pupuk yaitu 3 helai. Hal ini menunjukkan pengaruh
pupuk organik yang digunakan belum berpengaruh pada jumlah daun pada
15

terong. Karena variasi waktu yang digunakan yaitu harian. Sedangkan dalam
cara penggunakan pakai pada pupuk, perkembangan dihitung dengan lama
waktu mingguan.

Luas Daun

Variasi Variasi Waktu


No. Polibek
Konsentrasi 1 hari 2 hari 3 hari 4 hari
1. 4 ml/L 1 cm 1 cm 1 cm 1 cm
2. 7,5 ml/L 1 cm 1 cm 1 cm 1 cm
3. 4 ml/L 1,4 cm 1,4 cm 1,4 cm 1,4 cm
4. 7,5 ml/L 1,14 cm 1,14 cm 1,14 cm 1,14 cm
5. 10 ml/L 1,4 cm 1,4 cm 1,4 cm 1,4 cm

Dari hasil data diatas bahwa pada hari pertama hingga hari ke-4, hasil
yang didapatkan pada tiap polibek tidak ada perubahan yang signifikan. Luas
daun sebelum dan sesudah ditambah oleh pupuk pada polibek 1 dan 2 yaitu 3
cm.Pada polibek 3 dan 4 yaitu 1,4 cm dan 1,14 cm. Pada polibek ke 5 yaitu 1,4
cm. Hal ini menunjukkan pengaruh pupuk organik yang digunakan belum
berpengaruh secara signifikan pada luas daunterong. Karena variasi waktu yang
digunakan yaitu harian. Sedangkan dalam cara penggunakan pakai pada pupuk,
perkembangan dihitung dengan lama waktu mingguan.
Kandungan pada pupuk daun (Bayfolan berupa N, P, K, dan O), pada
pupuk organik cair (Indoflor) yaitu N, P, K, S, Fe, Mn, Zn, Ca dan senyawa
organiknya yaitu protein, lemak, zat perekat dan PH. Sedangkan pada pupuk
ketiga yaitu pupuk mutiara padat mengandung N, P dan K.
Variasi waktu yang sangat singkat, memungkinkan tidak terjadinya
perubahan yang signifikan pada tanaman. Pada cara penggunaan pupuk itu
sendiri, dibutuhkan beberapa kali penambahan pupuk dengan rentang waktu 2
minggu sekali. Hal ini dikarenakan kadar atau unsur-unsur logam yang
tergantung pada pupuk tersebut memberikan efek negatif pada tanah yaitu akan
mencemari tanah. Menurut Hanafi (2008), pada tanah asam unsur-unsur hara
seperti fosfor tak dapat diserap karena diikat oleh unsur alumunium (Al) dan Fe.
Winarso (2005) mengatakan bahwa proses penguraian bahan organik oleh
mikroorganisme tanah umumnya dapat berjalan lancer apabila pH mendekati
netral-alkalis (6-8). Apabila pH dalam keadaan terlalu asam maka proses
penguraian bahan organic menjadi tidak sempurna.
16

Pengaruh konsentrasi dan waktu sangat mempengaruhi dalam


pemupukan. Pupuk yang digunakan merupakan pupuk organik cair dan padat.
Dilihat pada tinggi tanaman bahwa semakin tinggi konsentrasi maka tinggi
tanaman akan semakin tinggi. Hal ini juga berpengaruh pada jenis pupuknya.
Pada polibek 1 dan 2 digunakan pupuk daun. Unsur yang ada hanya berupa N,
P, K dan O. Pada polibek 3 dan 4 digunakan pupuk organik cair dengan banyak
unsur logamnya. Sedangkan pada polibek 5 yaitu pupuk N, P, K padat. Variasi
pupuk yang digunakan juga sangat mempengaruhi. Pupuk yang bersifat cair
lebih sedikit mempengaruhi perkembangan tanaman daripada pupuk padat.
Karena pupuk yang padat akan terserap langsung pada akar tanaman sedangkan
pada pupuk cair, dapat menguap pada suhu tinggi akibat sinar matahari karena
dilakukan dengan cara penyemprotan. Sehingga jumlah pupuk cair yang terserap
oleh tanaman juga akan sedikit.
Konsentrasi juga mempengaruhi parameter tanaman. Konsentrasi yang
tinggi akan membuat tinggi tanaman, jumlah daun dan luas daun semakin
meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sifat fisik, konsentrasi dan variasi
waktu yang tinggi akan menghasilkan parameter daun yang meningkat.
V. KESIMPULAN

1. Kandungan pada pupuk daun (Bayfolan berupa N, P, K, dan O), pada pupuk
organik cair (Indoflor) yaitu N, P, K, S, Fe, Mn, Zn, Ca dan senyawa
organiknya yaitu protein, lemak, zat perekat dan PH. Sedangkan pada pupuk
ketiga yaitu pupuk mutiara padat mengandung N, P dan K.
2. Variasi waktu yang sangat singkat, memungkinkan tidak terjadinya
perubahan yang signifikan pada tanaman. Pada cara penggunaan pupuk itu
sendiri, dibutuhkan beberapa kali penambahan pupuk dengan rentang
waktu 2 minggu sekali.
3. Pengaruh konsentrasi dan waktu sangat mempengaruhi dalam pemupukan.
Pupuk yang digunakan merupakan pupuk organik cair dan padat. Dilihat
pada tinggi tanaman bahwa semakin tinggi konsentrasi maka tinggi tanaman
akan semakin tinggi.

17
18

DAFTAR PUSTAKA

Alamtani.2016. Panduan Praktis Budidaya Terong.


http://alamtani.com/budidaya-terong.html.
Arini, Endang. 2011. Pemberian Kapur (CaCO3)Untuk Perbaikan Kualitas Tanah
Tambak dan Pertumbuhan Rumput Laut Gracillaria sp. Jurnal Saintek
Perikanan Vol. 6. No. 2. (23–30).
Astuti, Fuji. 2012. Pengaruh Jarak Tanam pada Budidaya Terong Ungu (Solanum
melongena L.) secara Organik. Lampung : Politeknik Negeri Lampung
Diklat Pertanian Organik PPPTAL. 2009.
Dwi Sri Hastuti, Liana. 2007. Terung-Tinjauan Langsung di Beberapa Pasar di
Kota Bogor. Bogor : USU Press
Hanafi, A. 2000. Pemanfaatan Tambak Tanah Sulfat Masam untuk Budidaya
Rumput Laut (Gracillaria verrucosa). Balai Penelitian Perikanan Pantai.
Haryoto. 2010. Kreatif di Seputar Rumah: Menanam Terong di Pot. Bandung:
Kanisius
Like Irianti, dkk. 2013. Manfaat Pekarangan sebagai Sumber Pangan dan Gizi.
Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan
Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI
Murbandono, L.H.S. 2000. Membuat Kompos. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rukmana, Rahmat.1995. Bertanam Terung. Yogyakarta : Kanisius.
Rukmana, Rahmat. 2011. Bertanam Terung. Bandung: Kanisius.
Soetasad, A. Adi. 2000. Budidaya Terung Lokal dan Terung Jepang. Penebar
Swadaya. Jakarta
Winarso, Sugeng. 2005. Kesuburan Tanah Dasar (Kesehatan dan Kualitas tanah).
Yogyakarta: Gava Media.

Anda mungkin juga menyukai