Makalah Farmakoekonomi Fix
Makalah Farmakoekonomi Fix
Nama kelompok :
Puji syukur yang dalam kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya Makalah Farmakoekonomi yang berjudul Analisis
Kualitas Hidup dapat selesai tepat pada waktunya.
Meskipun penyusun berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan
dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih
baik lagi. Penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam pembuatan
makalah ini masih banyak terdapat kesalahan baik yang disengaja atau pun tidak
kami sengaja. Akhir kata penyusun berharap agar makalah ini bermanfaat bagi
semua pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 3
A. Definisi QoL (Quality of Life) ................................................................................... 3
B. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi QoL (Quality of Life) ....................................... 4
C. Indeks Kualitas Hidup ................................................Error! Bookmark not defined.
D. Physical Quality of Life Index .................................................................................. 6
E. Evaluasi Farmakoekonomi ...................................................................................... 8
F. Metode Analisis Utilitas-Biaya (AUB) ...................................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................ 12
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 17
B. Saran ..................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
bahwa pengukuran QoL digunakan pula untuk menunjukkan kesehatan
individu sesuai dengan faktor sosio-demografis di masyarakat.
Klarifikasi status QoL dapat digunakan tidak hanya untuk mengetahui
kondisi individu, tapi juga untuk mengenali hasil pembangunan
kesehatan sebagai akibat dari penetapan prioritas yang memadai dalam
kebijakan kesehatan. Pengetahuan cara pengukuran QoL pada
masyarakat atau pasien sangat penting untuk dipahami dan sebagai
bahan masukan untuk membuat kebijakan kesehatan dan penetapan
langkah prioritas untuk pembangunan kesehatan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Quality of life dapat didefinisikan sebagai suatu penilaian mengenai
well-being yang diukur secara multidimensi. Penilaian mengenai quality
of life meliputi derajat kepuasan seseorang atas dimensi-dimensi penting
dalam hidupnya. Quality of life bersifat abstrak, kompleks, dan dinamis.
Quality of life berdasarkan penilaian seseorang akan dimensi-dimensi
yang penting dalam hidup individu tersebut (Cella & Tulsky, dikutip
dalam Halim, 2003).
Pada awalnya quality of life hanya meliputi pengukuran atas
lamanya seseorang dapat bertahan dari penyakit yang dideritanya dan
simtom-simtom yang dialami. Konsep mengenai quality of life
sebelumnya tidak memasukkan konsep-konsep dimensi psikososial dari
sakit dan tindakan yang dijalani (Taylor & Aspinwall, dikutip dalam
Taylor, 2003).
Quality of life sekarang ini disepakati sebagai konsep yang diukur
melalui berbagai dimensi. Konsep ini kemudian memasukkan
komponen-komponen seperti physical functioning, psychological status,
social functioning, dan gejala yang terkait dengan penyakit dan kondisi
setelah tindakan (Coons & Kaplan, dikutip dalam Taylor, 2003). Para
ahli masing-masing memiliki dimensi dan definisi masing-masing dalam
melukiskan quality of life.
Di antara semua penelitian tentang QoL dan definisinya, World
Health Organization (WHO) telah mendefinisikan QoL sebagai “kondisi
yang berdasarkan persepsi individu dalam kehidupan pada konteks
sistem nilai dan budaya di mana mereka tinggal, dan berdasarkan
kaitannya dengan tujuan hidup masing-masing individu, harapan,
standar dan kepentingannya.
4
Di Belanda menunjukkan bahwa usia memiliki korelasi negatif dengan
kesehatan fisik dan QoL untuk domain hubungan sosial, tetapi di
Lebanon orang tua memiliki QoL yang lebih tinggi dalam hubungan
sosial daripada individu yang berusia lebih muda, kecuali untuk fungsi
fisik.
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya perempuan memiliki QoL yang lebih rendah dari pada
laki-laki
3. Status perkawinan
Memiliki pasangan hidup, berada dalam suatu hubungan atau menikah
merupakan status penting untuk memiliki QoL yang lebih tinggi
4. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi mempunyai QoL yang lebih baik.
Tingkat pendidikan sangat berhubungan erat dengan QoL.
5. Status ekonomi
Status ekonomi rendah memiliki QoL yang rendah, terutama untuk
pasien dengan pendapatan tahunan lebih rendah, mereka memiliki QoL
yang lebih rendah
6. Pekerjaan
Mempunyai pekerjaan sangat berpengaruh terhadap QoL, dimana
individu yang bekerja memiliki skor QoL yang lebih tinggi secara
signifikan pada kesehatan fisik dan lingkungan
7. Penyakit
Individu yang memiliki penyakit kronis mempunyai skor QoL yang
lebih rendah. Hipertensi, alergi dan arthritis adalah kondisi yang paling
sering dilaporkan.
8. Merokok
Perilaku merokok yang merupakan bagian dari gaya hidup seseorang,
cenderung menimbulkan risiko pada kematian, serangan jantung, stroke
dan diabetes. Risiko meningkat sejalan dengan meningkatnya tingkat
merokok. Wannamethe et.al (1998) menegaskan bahwa perokok berat
yang biasanya merokok lebih dari 21 batang sehari adalah dua setengah
5
kali lebih mungkin untuk meninggal atau mendapatkan serangan
jantung, stroke atau diabetes dibandingkan non-perokok. Strine et.al.
(2005) menunjukkan perokok saat ini memiliki HRQL signifikan lebih
buruk dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok, dan lebih
mungkin untuk minum banyak, untuk pesta minum, dan melaporkan
depresi dan kecemasan gejala. Selain itu, perokok secara signifikan
dimungkinkan lebih aktif secara fisik, dan sering memiliki gangguan
tidur, sering menderita nyeri, serta kurang menyantap porsi buah dan
sayuran per hari dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah
merokok.
6
Komunitas kita mempunyai potensi yang besar untuk
meningkatkan dan menunjang kita (bukan saja sebuah komunitas
dalam bentuk fisik semata). Berhubungan dengan komunitas
memungkinkan kita menjadi salah satu bagian yang lebih besar dari
diri kita sendiri.
4. Kenali dan Gunakanlah Tubuh
Berolahraga, makan dengan tepat dan mendapatkan cukup
tidur, akan menjaga diri dan tubuh dengan baik, lagi pula tubuh ini
merupakan satu-satunya yang kita miliki secara harafiah. Cobalah
untuk mencapai impian tubuh yang bisa digapai.
5. Jangan Takut Menanggung Resiko
Saat berada diakhir perjalanan hidup, sangat diyakini kalau
penyesalan terbesar seseorang adalah saat kita tidak berani
menanggung resiko. Jika kita sudah begitu terikat dengan apa yang
kita lakukan, hal yang sama akan datang setiap waktu sehingga
tidak mungkin kita menghindari resiko di depan. Hadapi resiko itu
dan jadikanlah sebagai pengalaman.
6. Hadapi Kegagalan Sebagai Hal yang Baik
Kegagalan sebenarnya bukanlah benar-benar kegagalan,
kecuali kalau ternyata kita juga gagal dalam mengambil
hikmahnya. Segeralah berbenah diri, ini akan membantu Anda
untuk menghadapi berbagai halangan untuk meraih kesuksesan.
Analisa dan belajarlah dari berbagai hal yang telah anda coba
namun belum mencapai kesuksesan.
7. Jalanilah Hidup dengan Penuh Kekuatan
Apakah yang membuat Anda berbeda dengan orang lain? Apa
yang menjadi keahlian Anda? Tidak banyak orang di dunia ini, bisa
mendapatkan berbagai bakat dan kemampuan seperti yang anda
miliki. Simpanlah waktu untuk lebih memperkaya dan
meningkatkan kekuatan ini, sehingga Anda bisa melakukan yang
terbaik.
8. Hiduplah untuk Masa Datang
7
Saat ini merupakan satu-satunya waktu yang kita miliki secara
nyata. Hari kemarin sudah lenyap selamanya dan esok belum tentu
datang untuk kita. Jangan pernah menyia-nyiakan hidup yang
sangat berarti ini, dengan selalu melihat ke belakang atau terlalu
berpikir ke depan. Hiduplah untuk saat ini dan gunakanlah untuk
mendapatkan pengalaman yang sangat berarti dalam kehidupan
anda saat ini.
D. Metode Farmakoekonomi
8
biaya yang dibutuhkan selama terapi tersebut dilaksanakan. Namun, jika
dibandingkan dengan Cost Effectiveness Analysis (CEA), perlu
dipertimbangkan kerugian yang terdapat dalam metode CUA, dimana
kerugian akan semakin besar jika outcome yang diukur semakin
kompleks (Polinder dkk,2011).
Dalam CUA pengukuran utilitas biasanya dilakukan dengan
wawancara ataupun menggunakan instrumen baku. Skala pengukuran
utilitas biasanya berkisar antara 0-1. Nilai 0 (nol) menunjukkan
kematian, sedangkan nilai 1 (satu) menunjukkan tingkat kesehatan yang
sempurna (Torrance dkk, 1986). Perlu dipahami bahwa utility (utilitas)
berbeda dengan value (nilai). Value diukur berdasarkan hasil skala
fisiologik. Sedangkan, utility (utilitas) berdasarkan pada teori dari von
Neumann-Morgenstern, dimana utilitas itu merupakan suatu hal yang
lebih dari sekedar nilai dalam hal tingkat kesehatan (Torrance dkk,
1986).
9
wawancara ataupun melalui penilaian sendiri (self assessment) dengan
mengisi kuesioner (Carter, 1976).
2. SF-36 (36-item short-form Health Survey)
SF-36 (36-item short-form Health Survey) merupakan salah satu
contoh instrumen pengukuran kualitas hidup yang dipakai secara luas
untuk berbagai macam penyakit, berupa suatu isian berisi 36
pertanyaan yang disusun untuk melakukan survei terhadap status
kesehatan yang dikembangkan oleh para peneliti dari Santa Monica.
Instrumen ini mengukur 8 dimensi kesehatan yang berhubungan
dengan kualitas hidup yaitu fungsi fisik (phisical funtion), peran fisik
(role physical), nyeri badan (bodily pain), kesehatan secara umum
(general health), vitalitas hidup (Vitality), fungsi sosial (social
functioning), peran emosional (role emotiona), dan kesehatan mental
(mental health) (Silitonga, 2007).
3. Asthma Quality of Life Questionnaire (AQLQ)
Asthma Quality of Life Questionnaire (AQLQ) merupakan instrumen
khusus pengukur kualitas hidup anak asma yang dikembangkan Varni
dkk dan dipublikasikan tahun 1998. Asthma quality of life
questionnaire (AQLQ) bersifat lebih valid, reliable dan responsive
dibandingkan jenis kuesioner lain karena pengukurannya khusus untuk
penderita asma (Wijnhoven dkk, 2001).
4. Short-form Health Survey 6D (SF-6D)
SF-6D merupakan instrumen pengukur kualitas hidup yang diturunkan
dari SF-36 dan sesuai digunakan untuk penelitian klinik serta bisa
digunakan untuk mengukur utilitas, dimana pada SF-6D ini dilakukan
pengurangan semua outcome sehingga pada kuesioner hanya terdapat
sebuah rangkuman pengukuran dengan 6 dimensi untuk digunakan
dalam penelitian klinik dan evaluasi ekonomi (Brazier,2002).
5. Rating Scale
Rating Scale merupakan suatu instrumen yang berisi pernyataan yang
diikuti oleh baris-baris kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan
pilihan untuk kondisi responden, mulai dari yang paling sering
10
dialami/sangat disetujui sampai dengan yang jarang dialami/sangat
tidak setuju. Hasil penilaian pada rating scale ini akan diperoleh data
kuantitatif yang ditafsirkan dalam pengertian kualitatif (Torrance,
1986).
6. Visual Analog Scale (VAS)
Visual Analog Scale (VAS) merupakan instrumen yang digunakan
untuk mengukur kualitas hidup dimana pada instrumen ini responden
diminta untuk memilih suatu skala pada suatu gambar berbentuk skala
termometer vertikal yang terdiri dari angka-angka yang menunjukkan
tingkat kesehatan terbaik yang dapat dibayangkan oleh responden
sampai tingkatan terburuk yang dapat dibayangkan (anonim, 1990).
7. Time Trade Off (TTO)
Time Trade Off (TTO) memiliki perbedaan dengan VAS (Visual
Analog Scale) dalam hal teknik yang digunakan untuk mendapatkan
nilai yang menjadi pokok perbedaan dalam suatu model. Pengisian
Instrumen TTO menuntut responden untuk membayangkan jika
mereka hidup pada suatu tingkat kesehatan (misalnya 33333) untuk
waktu tertentu (misalnya 10 tahun) dan diminta pula untuk
menentukan lama waktu yang sanggup dijalani jika dalam kondisi
terburuk sebagai gantinya (misalnya 11111), misalnya seseorang
menjalani kehidupan selama 8 tahun dalam kondisi tingkat kesehatan
11111 yang dianggapnya setara dengan 10 tahun jika dalam tingkat
kesehatan 33333 (anonim, 1990).
8. Standar Gamble (SG)
Standar Gamble (SG) merupakan salah satu instrumen untuk
mengukur utilitas dimana pada instrumen ini responden diminta untuk
memilih antara status kesehatanya dan memperkirakan kondisi
meninggal tiba-tiba atau menjadi sehat selama sisa hidupnya. Nilai
angka diperoleh dari hasil pilihan responden tersebut (Torrance,
1986).
11
F. Kegunaan Metode Analisis Utilitas-Biaya (AUB/CUA)
Dalam praktek, AUB/CUA hampir selalu digunakan untuk
membandingkan Pedoman Penerapan Kajian Farmakoekonomi alternatif
yang memiliki tujuan (objectif) sama, seperti:
12
BAB III
PEMBAHASAN
QoL (Quality of Life) berhubungan erat dengan CUA (cost utility analysis).
CUA sendiri merupakan teknik analisis ekonomi untuk menilai “utilitas (daya
guna)” atau kepuasan atas kualitas hidup yang diperoleh dari suatu intervensi
kesehatan. QoL biasanya diukur dalam jumlah tahun dalam keadaan sehat
sempurna, bebas dari kecacatan, yang dapat dinikmati umumnya diekspresikan
dalam quality adjusted life years (QALY), atau ‘jumlah tahun berkualitas yang
disesuaikan’. Kualitas hidup dalam CUA diukur dengan dua pendekatan, yaitu
pendekatan kuantitas (duration of life) dan pendekatan kualitas (quality of life).
(Bootman et al., 1996). Kualitas hidup merupakan sebuah konsep umum yang
mencerminkan keadaan yang terkait dengan modifikasi dan peningkatan aspek-
aspek kehidupan, yaitu fisik, politik, moral dan lingkungan social
Pada umumnya cara penilaian QoL (Quality of Life) seorang pasien
dilakukan dengan perspektif penilaian individu. Perspektif penilaian merupakan
hal penting dalam Kajian Farmakoekonomi, karena perspektif yang dipilih
menentukan komponen biaya yang harus disertakan. Perspektif individu
(individual perspektife) sendiri merupakan salah satu contoh kajian
farmakoekonomi, dari perspektif individu kita dapat menghitung biaya perawatan
kesehatan untuk mencapai kualitas hidup (Quality of Life) tertentu sehingga
pasien dapat menilai suatu intervensi kesehatan cukup bernilai atau tidak
dibanding kebutuhan lainnya (termasuk hiburan).
Secara umum, salah satu biaya yang terkait dengan perawatan kesehatan
yaitu Biaya nirwujud (intangible cost). Biaya nirwujud adalah biaya-biaya yang
sulit diukur dalam unit moneter, namun sering kali terlihat dalam pengukuran
kualitas hidup atau QoL (Quality of Life), misalnya rasa sakit dan rasa cemas
yang diderita pasien dan atau keluarganya.
Contoh kasus : Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Hipertensi
Menggunakan Kuesioner EQ-5D dan SF-6D di RS X Yogyakarta.
Pada saat ini hipertensi adalah faktor resiko ketiga terbesar yang
menyebabkan kematian dini. Kecenderungan berubahnya gaya hidup akibat
urbanisasi, modernisasi dan globalisasi memunculkan sejumlah faktor resiko yang
13
dapat meningkatkan angka kesakitan hipertensi. Merujuk pada angka prevalensi
hipertensi yang terus meningkat setiap tahunnya, maka diperlukan suatu strategi
yang dapat membantu petugas maupun masyarakat untuk dapat mengetahui sedini
mungkin kecenderungan penyakit hipertensi (Departemen Kesehatan RI, 2006).
Kuesioner SF-6D merupakan kuesioner diperoleh dari konversi beberapa
pertanyaan yang ada pada kuesioner SF-36 dengan skala nilai 0-1 yang sama
dengan skala nilai kuesioner EQ-5D. Kedua kuesioner ini dapat menggambarkan
kondisi pasien dari empat faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan yaitu
status ekonomi, sosial-budaya, pengalaman dan gaya hidup pribadi (Epstein,
2003). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kualitas hidup pasien hipertensi yang menjalani perawatan di RS X Yogyakarta
dengan menggunakan kuesioner SF-6D dan EQ-5D.
Rancangan penelitian ini adalah Observational cross sectional. Skor
kuesioner EQ-5D dan SF-6D yang telah di konversi dari kuesioner SF-36
diobservasi untuk melihat bagaimana perbedaan dari kuesioner tersebut yang
menggambarkan kualitas hidup dari pasien hipertensi rawat jalan di Rumah sakit
X Yogyakarta. Kuesioner kualitas hidup EQ-5D mencakup 5 pertanyaan dengan 5
domain yaitu mobilitas, perawatan diri, rasa sakit, aktivitas biasa, tingkat
pemikiran (depresi/kecemasan) (Euroqol, 2015). Sedangkan kuesioner SF-36
mencakup 36 pertanyaan tetapi menggunakan perhitungan skor SF-6D dengan 6
domain yaitu fungsi fisik, keterbatasan peran/aktivitas, fungsi sosial, rasa sakit,
kesehatan mental, dan vitalitas (Ware, 2015). Dalam penelitian pengukuran
kualitas hidup pasien hipertensi, ditentukan subjek penelitian dengan kriteria
inklusi pasien diagnosis hipertensi dengan ICD10-I10, usia diatas 21 tahun dan
bersedia untuk menjadi responden. Kriteria eksklusi adalah pasien baru menjalani
perawatan yang terdiagnosa hipertensi ICD10-I10 dan menjadi responden yang
mengisi kuesioner tidak lengkap. Kuesioner yang telah diisi oleh responden
kemudian di lakukan scoring untuk kuesioner EQ-5D dan SF-6D. Nilai yang
dihasilkan dari kuesioner EQ-5D berskala 0-1. Dimana 0 adalah kematian dan 1
adalah kesehatan yang sangat baik. Maka nilai yang semakin dekat dengan 0 maka
kualitas hidupnya semakin buruk, sedangkan nilai yang semakin mendekati 1
maka kualitas hidupnya semakin baik. Analisis data dilakukan dengan cara
14
statistik dengan uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk) terlebih
dahulu. Data yang di peroleh dari penelitian ini adalah berupa data ordinal dan
tidak terdistribusi normal, sehingga metode statistik yang digunakan adalah uji
non parametrik. Selanjutnya analisis statistik Mann Whitney dilakukan untuk
mengetahui perbedaan domain pada kedua kuesioner.
Karakteristik subyek penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
subyek adalah wanita sebanyak 45 orang ( 67%) dan pria sebanyak 22 orang
(33%). Dalam penelitian ini terdapat 5 kelompok umur yang ditentukan. Jumlah
pasien hipertensi yang menjalani rawat jalan sebanyak 9% berumur 40-49 tahun,
31% berumur 50-59 tahun, 40% 60-69 tahun, 14% 70-79 tahun, dan 6% diatas 80
tahun. Subyek penelitian ini adalah pasien hipertensi dengan ICD 10-I10 dimana
menunjukkan kategori hipertensi esensial, sehingga pasien dalam kriteria ini tidak
mempunyai komorbid. Berdasarkan data tekanan darah pasien, sejumlah 91%
pasien termasuk dalam kategori hipertensi tingkat 1 dan 9% pasien termasuk
dalam kategori hipertensi stage 2.
Dari hasil analisis statistik, terdapat perbedaan gambaran kualitas hidup
pasien pada kedua kuesioner yang digunakan. Kuesioner EQ-5D memiliki 5
domain, sedangkan SF-6D memiliki 6 domain. Perbedaan gambaran kualitas
hidup pasien dengan kuesioner EQ-5D san SF-6D dapat dilihat di Tabel 1.
Pada hasil analisis yang diperoleh dari uji Mann-Whitney, perawatan diri,
rasa sakit, dan aktivitas biasa menghasilkan skor yang berbeda dan
menggambarkan kualitas hidup yang berbeda antara kuesioner EQ-5D dan SF-6D.
Domain perawatan diri dari EQ-5D dapat dibandingkan dengan fungsi fisik dari
SF-6D karena pertanyaan-pertanyaan yang sama pada kedua kuesioner tersebut.
Dengan kuesioner EQ-5D kualitas hidup pasien yang lebih baik dibandingkan
15
dengan nilai kualitas hidup yang dihasilkan dari kuesioner SF-6D (0,81 dan 0,69).
Akan tetapi pada domain kesehatan mental nilai p >0,05 yang artinya tidak
terdapat perbedaan gambaran kualitas hidup pada domain kesehatan mental yang
diukur menggunakan kuesioner EQ-5D dan SF-6D. Hasil analisis statistik yang
peneliti lakukan terhadap jenis kelamin dan usia dengan skor kualitas hidup
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan dari skor kualitas hidup SF-6D
dan EQ-5D antara kelompok usia lebih dari sama dengan 60 tahun dengan kurang
dari 60 tahun dan jenis kelamin laki-laki dan perempuan (data tidak ditampilkan).
Hal ini menunjukkan bahwa kedua kuesioner tersebut dapat memperlihatkan hasil
yang berbeda pada subkelompok, sehingga apabila digunakan dalam penelitian
lain, perlu dipertimbangkan adanya analisis berdasarkan karakter demografi
pasien. Berdasarkan kategori hipertensi terdapat perbedaan yang signifikan dari
skor utilitas EQ-5D antara pasien dengan hipertensi tingkat 1 dan 2. Pasien
dengan hipertensi tingkat 1 mempunyai skor kualitas hidup yang lebih tinggi
(0.82) dibanding pasien dengan hipertensi tingkat 2 (0.68). Sebaliknya, tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara pasien hipertensi tingkat 1 dan 2 pada
skor utilitas SF-6D. Perbedaan hasil ini dapat disebabkan karena adanya 6 domain
dalam kuesioner SF-6D dimana mempertimbangkan fungsi sosial. Kemungkinan
pasien dengan hipertensi tingkat 1 dan 2 masih dapat melaksanakan fungsi
sosialnya dengan baik atau mendapat dukungan yang baik dari keluarga dan
tetangga sekitarnya. Pada kuesioner EQ-5D, fungsi sosial tidak diperhitungkan,
sehingga tidak dapat diperhitungkan adanya dukungan keluarga atau masyarakat
yang mungkin dapat membantu pasien dalam menjalani pengobatan hipertensi.
Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang memperlihatkan bahwa faktor
sosioekonomi dan sosiodemografi dapat mempengaruhi kualitas hidup subyek
(Cherepanov et al, 2011).
Terdapat perbedaan domain kualitas hidup pasien hipertensi di RS X yang
diukur dengan kuesioner EQ-5D dan SF-6D, kecuali pada domain kesehatan
mental. Skor kualitas hidup yang diukur dengan menggunakan EQ-5D lebih tinggi
daripada skor kualitas hidup SF-6D.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Quality of Life atau kualitas hidup merupakan hasil luaran atau aut come
dari suatu pengobatan yang dirasakan langsung oleh pasien. Kualitas
hidup menurut Farmakoekonomi adalah bagaimana seseorang
mempertahankan dan atau meningkatkan kualitas hidupnya
dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan
tersebut.
2. Faktor faktor yang mempengaruhi Quality of life atau kualitas hidup
ialah :
a) Umur/usia
b) Jenis kelamin
c) Status perkawinan
d) Pendidikan
e) Status ekonomi
f) Pekerjaan
g) Penyakit
3. Kriteria yang digunakan untuk mengukur kualitas hidup adalah
Terpenuhinya kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup. Dengan
demikian, maka manusia dapat terhindar dari penyakit dan kualitas hidup
lebih terjamin.
4. Metode farmakoekonomi yang paling sering digunakan dalam
pengambilan keputusan program kesehatan adalah metode Cost Utility
Analysis (CUA), dikarenakan metode ini memiliki beberapa kelebihan
salah satunya adalah beberapa keluaran dapat dibandingkan dengan
menggunakan satu unit pengukuran.
5. Pengukuran utilitas sering menggunakan instrumen rating scale, Time
Trade Off (TTO), Standar gamble, Short-form Health Survey 6D (SF-
17
6D), AQLQ, Visual Analog Scale (VAS), SF-36, Sickness Impact
Profile (SIP),
6. Kegunaan CUA Bisa digunakan dalam penelitian klinik dan
intervensi kesehatan untuk menjelaskan nilai tambah dalam hal
terapi dan tanpa terapi atau dengan terapi yang standar. Bisa
diaplikasikan dalam evaluasi ekonomi untuk menganalisis biaya dari
program alternatif dan untuk memberikan rekomendasi dalam hal
pengalokasian dana. Untuk membuat keputusan medis. Bisa
digunakan sebagai metode yang mengkombinasikan antara
morbiditas dan mortalitas dalam pengukuran dan monitoring
kesehatan populasi. (Torrance dkk, 1986)
B. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
19
LAMPIRAN
20